Bab I Gadar
Bab I Gadar
PENDAHULUAN
1
berkembang, dikarenakan negara berkembang merupakan negara yang
masih kurang akan pengetahuan tentang dampak dari NAPZA. kita ambil
salah satu contohnya adalah di Indonesia, di negara ini merupakan salah satu
penghasil narkotika terbesar di dunia dan sebagai target peredaran narkotika
jaringan internasional. Hal ini akan beresiko tinggi untuk warga Indonesia
yang masih banyak yang belum mengetahui tentang dampak NAPZA itu
sendiri, terutama kalangan remaja atau pelajar. Sedangkan 15 jutanya
merupakan kasus overdosis penggunaan obat medis yang di izinkan, dimana
penggunaanya tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan, kurang pahamnya
pasien tentang tujuan pengobatan yang di berikan, tidak mengertinya pasien
tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang di tetapkan
sehubungan dengan prognosisnya. (warner, et al.,,2008)
Penyebab pasti yang sering terjadi pada overdosis obat adalah usia,
lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi
kesalahan dosis karena lansia minum lagi. Merk dagang, banyaknya merek
dagang untuk obat yang sama, sehingga pasien bingung, misalnya
furosemid (antidiuretik) dikenal sebagai lasix, uremia dan unex. Gangguan
emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk terapi
penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer.
Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi putau
hamper bersamaan dengan alcohol atau obat tidur seperti valium, megadom/
BK, dll. (shafitri,2015)
2
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami konsep overdosis
b. Memahami dan mengaplikasiakn asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada permasalahan overdosis obat
c. Mengetahui patofisiologi keracunan obat golongan napza
d. Mengetahui tentang farmakologi berbagai keracunan obat napza
e. Mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan keracunan
obat golongan napza
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
maksud bunuh diri, karena efek samping obat yang tidak diharapkan dan
sebagai akibat interaksi beberapa obat yang digunakan secara bersama-
sama.Kematian akibat penggunaan obat jarang terjadi.Hal yang dapat
menimbulkan reaksi dan mungkin mengakibatkan kematian, terutama pada
penggunaan obat secara IV, penggunaan obat golongan depresan, penisilin
dan turunannya, golongan anti koagulan, obat jantung, k-klorida golongan
diuretik dan insulin.
5
3) Sukarnya memperoleh obat itu diluar rumah sakit
4) Mahalnya harga obat
5) Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin
bertanggung jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada
pasien
6) Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang
biasanya tidak bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau
memakai obat dengan merek dagang lain.
6
1. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi yang amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan
ini yaitu: MDMA, ekstasi, LSD, ST
2. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
menimbulkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, fensiklidin,
sekobarbital, metakualon, metilfenidat (Ritalin).
3. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
menyebabkan ketergantungan. Contoh : fenobarbital dan
flunitrasepam.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang mempunyai
khasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam,
bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxiase, nitrazepam (BK,
DUM, MG).
c. Zat Adiktif
7
maupun yang diproses dengan mencampur konsentrat dengan etanol
atau dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol.
Minuman alkohol dibagi menjadi 3 golongan sesuai dengan kadar
alkoholnya yaitu:
1. Golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1% - 5%
Contoh : bir, greend sand.
2. Golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 5% -
20% Contoh : anggur kolesom.
3. Golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 20% -
55% Contoh : arak, wisky, vodka.
8
anak dapat diatasi dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
upaya pencegahan ini antara lain :
1) Penyuluhan tentang bahaya narkoba dan upaya-upaya pencegahan yang
bisa di lakukan.
2) Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.
3) Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.
4) Bisa juga di lakukan dengan metode yang sudah di rekomendasikan
oleh UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) yaitu
pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan melalui berbasis ilmu
pengetahuan.
5) UNODC menunjukkan bahwa metode pencegahan penyalahgunaan
narkoba yang selama ini dilakukan seperti pencetakan booklet, buku,
poster maupun leaflet malah terkesan menyeramkan sehingga tidak
menarik perhatian masyarakat untuk tahu lebih banyak tentang narkoba
dan bahayanya. Ini karena materi, isi maupun testimony yang ada di
dalamnya kurang atau bahkan tidak tepat sebagai sarana untuk
menyadarkan ataupun mengingatkan masyarakat tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba.
Berbagai sarana tersebut sangat kurang memberi dampak positif
bahkan tidak mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat sama
sekali. Oleh karena itulah UNODC merekomendasikan strategi
pencegahan penyalahgunaan narkoba berbasis ilmu pengetahuan.
Metode kali ini mengutamakan kerjasama dengan keluarga, sekolah,
masyarakat ataupun komunitas tertentu untuk mengembangkan
program pencegahan yang menekankan pada aspek pendidikan
(edukasi).
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang
sudah menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak
menggunakan NAPZA lagi. Pencegahan Sekunder adalah untuk
menginisiasi penyalahguna narkoba yang baru saja menggunakan atau
9
mencoba-coba. Mereka perlu disadarkan supaya nantinya tidak berkembang
menjadi pecandu karena efek adiktif dari narkoba yang dikonsumsi.
Pecegahan ini menitik beratkan pada mengarahkan penyalahguna narkoba
untuk melalukan pola hidup sehat dalam keseharian mereka (healthy
lifestyle). Selain itu juga dibantu agar mereka menjalani terapi maupun
rehabilitasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini
antara lain :
1) Layananan informasi dan konsultasi
2) Konseling
3) Rujukan
4) Fasilitas dan penguatan kelompok
5) Pembinaan olahraga dan kesenian
6) Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu
Yang tidak kalah penting adalah kebijakan untuk mendukung agar para
pecandu narkoba di kirim ke pusat rehabilitasi, bukan dihukum dan
mengirimnya ke dalam penjara.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah
menjadi penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan
rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan
terhadap penyalahgunaan NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan
melakukan pendampingan yang dapat membantunya untuk mengatasi
masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun dengan melakukan
rehabilitasi kembali.
Dalam masa rehabilitasi para pecandu akan dipulihkan dari
ketergantungan sehingga mereka bisa hidup normal serta kembali
bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat. Adapun tahap-tahap
dalam pencegahan tersier ini, yaitu :
1) Tahap Menjauhkan diri. Bisa berlangsung selama 2 tahun sejak tanggal
penggunaan terakhir.
10
2) Tahap Konfrontasi. Berlangsung mulai akhir tahap 1 sampai selama 5
tahun tidak menggunakan secara konsisten.
3) Tahap Pertumbuhan. Berlangsung selama 5 tahun atau lebih.
4) Tahap transformasi. Sudah melanjutkan gaya hidup yang baru yang di
temukan pada tahap pertumbuhan.
Ada Beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam
upaya pencegahan narkoba diantaranya yaitu:
1) Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba ,
agar dapat memberikan pengetahuan dan pembekalan pada anak
tentang ganasnya narkoba dan bagaimana cara menghindarinya.
2) Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak
yang sempurna dan tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar
secepatnya dapat mendeteksi dini bila ada perubahan yang tidak lazim
pada anaknya.
3) Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan
tingkah dan perilaku pada anaknya.
4) Cek secara berkala kondisi kamar (bila anak memiliki kamar pribadi),
pakaian yang habis dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah
dan atribut lainnya. (dalam melakukannya perlu strategi yang baik agar
tidak menimbulkan konflik dengan anaknya).
5) Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi
anaknya serta sekaligus juga dapat berperan sebagai sahabatnya. (agar
11
anaknya tidak segan mencurahkan segala isi hati, pendapat dan
permasalahan yang dihadapinya).
6) Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi keluarga di dalam
kehidupan sehari-hari keluarga. Agar muncul rasa nyaman pada anak
ketika berada di lingkungan keluarganya.
12
2. Tindakan emergency
Airway : Bebask an jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontanatau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan
perbaiki perfusi jaringan
3. Dekontaminasi awal
Pertolongan pertama dapat diberikan oleh saksi mata, petugas kesehatan,
atau tim tanggap darurat, atau diunit gawat darurat. Kandungan fisiokimia
agens dan jumlah, rute, dan waktu pajanan membantu menentukan tipe dan
sampai sejauh mana penetalaksanaan dibutuhkan.
4. Dekontaminasi pencernaan
Lavase lambung, adsorben, katartik dan irigasi usus lengkap digunakan
untuk mencegah absorpsi dan pencegahan toksisitas pada hampir semua
obat-obatan dan berbagai racun. American academy of pediatrics tidak lagi
menganjurkan pemakaian emetik (seperti sirup ipekak) untuk
dekontaminasi GI.
6. Kumbah Lambung
akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun,
kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosongan
lambung.Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh
dilakukan pada
a. Keracunan bahan korosif
b. Keracunan hidrokarbon
c. Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita-
penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan
cara pemasangan pipa endotracheal.
13
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai dengan
pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis (
normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau kurang berulang-ulang
sampai bersih.
1. Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala
putus zat, dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi Tanpa Subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti
menggunakan zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat
untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan
saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan Substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis
opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi
pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas,
misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara
penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama
pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan
gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual,
dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat
putus zat tersebut (Purba, 2008).
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi
para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat dalam arti sehat fisik,
14
psikologik, sosial, dan spiritual. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan
mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya
sehari-hari. Menurut Hawari (2006) jenis-jenis rehabilitasi antara lain:
a. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan
penyalahgunaan NAPZA benar-benar sehat secara fisik. Termasuk
dalam program rehabilitasi medik ini ialah memulihkan kondisi fisik
yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan yang bernilai tinggi,
tetapi juga kegiatan olahraga yang teratur disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing yang bersangkutan.
b. Rehabilitasi Psikiatrik
Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi
yang semula bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan,
sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan sesama
rekannya maupun personil yang membimbing atau mengasuhnya.
Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah psikoterapi/konsultasi
keluarga yang dapat dianggap sebagai “rehabilitasi” keluarga
terutama bagi keluarga-keluarga broken home. Konsultasi keluarga
ini penting dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek
kepribadian anaknya yang terlibat penyalahgunaan NAPZA,
bagaimana cara menyikapinya bila kelak ia telah kembali ke rumah
dan upaya pencegahan agar tidak kambuh.
c. Rehabilitasi Psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta
rehabilitasi dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan
sosialnya, yaitu di rumah, di sekolah/kampus dan di tempat kerja.
Program ini merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat. Oleh
karena itu, mereka perlu dibekali dengan pendidikan dan
keterampilan misalnya berbagai kursus ataupun balai latihan kerja
yang dapat diadakan di pusat rehabilitasi. Dengan demikian
15
diharapkan bila mereka telah selesai menjalani program rehabilitasi
dapat melanjutkan kembali ke sekolah/kuliah atau bekerja.
d. Rehabilitasi Psikoreligius
Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan penting. Unsur
agama dalam rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA
mempunyai arti penting dalam mencapai penyembuhan. Unsur agama
yang mereka terima akan memulihkan dam memperkuat rasa percaya
diri, harapan dan keimanan. Pendalaman, penghayatan dan
pengamalan keagamaan atau keimanan ini akan menumbuhkan
kekuatan kerohanian pada diri seseorang sehingga mampu menekan
risiko seminimal mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan
NAPZA.
e. Forum Silaturahmi
Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca
rehabilitasi) yaitu program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh
mantan penyalahguna NAPZA (yang telah selesai menjalani tahapan
rehabilitasi) dan keluarganya. Tujuan yang hendak dicapai dalam
forum silaturahmi ini adalah untuk memantapkan terwujudnya rumah
tangga/keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan religius,
sehingga dapat memperkecil kekambuhan penyalahgunaan NAPZA
f. Program Terminal
Pengalaman menunjukkan bahwa banyak dari mereka sesudah
menjalani program rehabilitasi dan kemudian mengikuti forum
silaturahmi, mengalami kebingungan untuk program selanjutnya.
Khususnya bagi pelajar dan mahasiswa yang karena keterlibatannya
pada penyalahgunaan NAPZA di masa lalu terpaksa putus sekolah
menjadi pengangguran; perlu menjalani program khusus yang
dinamakan program terminal (re-entry program), yaitu program
persiapan untuk kembali melanjutkan sekolah/kuliah atau bekerja
16
langkah yang perlu diambil untuk memberikan pertolongan pertama pada
korban overdosis napza. Berikut ini beberapa langkah yang perlu
dilakukan:
2. Perhatikan napasnya
Selain itu, Anda perlu memastikan bahwa tidak ada pakaian atau
aksesoris apapun yang digunakan korban secara ketat. Sebab hal
tersebut dapat menghambat jalan pernapasan korban overdosis.
Anda bisa memulai RJP jika posisi korban sudah benar dan sesuai.
Jika ragu, Anda bisa meminta bantuan kepada orang yang lebih
berpengalaman atau meminta panduan melakukan RJP dari tenaga
17
medis melalui saluran telepon.
Penggunaan obat yang berbeda dapat memberi efek berbeda pula bagi
masing-masing korban overdosis.
18
3) Mendorong klien berperilaku secara wajar.
b. Interdependent
Fungsi interdependent perawat adalah ”carried out in
conjunction with other health team members”. Tindakan perawat
berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan
lain. Fungsi ini dilaksanakan dengan pembentukan tim yang dipimpin
oleh seorang dokter. Dan anggota tim kesehatan lain bekerja sesuai
kompetensinya masing-masing. Contoh tindakannya adalah
melakukan kolaborasi rehabilitasi klien pengguna NAPZA, dimana
perawat bekerja dengan psikiater, social worker, ahli gizi juga
rohaniwan,
c. Dependent
Fungsi dependent perawat adalah “the activities perfomed based
on the physician’s order”. Dalam fungsi ini perawat bertindak
membantu dokter dalam meberikan pelayanan medik. Perawat
membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan atau pemberian
psikofarmaka dan tindakan khusus yang menjadi kewenangan dokter
dan seharusnya dilakukan oleh dokter. Contoh pada tindakan
detoksifikasi NAPZA.
2. Peran Perawat
Peran perawat ini diterjemahkan dalam perannya sebagai provider,
edukator, advokator, dan role model.
a. Provider/Pelaksana
Peran ini menekankan kemampuan perawat sebagai penyedia
layanan keperawatan (praktisi). Perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dengan ketergantungan obat-obatan terlarang baik secara
individu, keluarga, atau pun masyarakat. Peran ini biasanya
dilaksanakan oleh perawat di tatanan pelayanan seperti rumah sakit
khusus ketergantungan obat, unit pelayanan psikiatri, puskesmas atau
di masyarakat. Untuk mencapai peran ini seorang perawat harus
mempunyai kemampuan bekerja secara mandiri dan kolaborasi,
19
memiliki pengetahuan tentang ilmu dan kiat keperawatan,
mempunyai pengetahuan tentang NAPZA, keterampilan, sikap
empati dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam menjalankan
peran sebagai care giver, perawat menggunakan metode pemecahan
masalah dalam bentuk asuhan proses keperawatan untuk membantu
klien mengatasi masalah kesehatannya.
b. Edukator/Pendidik
Peran ini menekankan kepada tindakan promotif. Perawat
melakukan pendidikan kesehatan tentang NAPZA dan dampaknya
bagi kesehatan kepada klien baik individu, keluarga atau kelompok
yang berada di bawah tanggungjawabnya. Untuk melaksanakan peran
ini, perawat harus mempunyai keterampilan dalam hubungan
interpersonal yang efektif, mengetahui prinsip yang dianut oleh klien,
mempunyai kemampuan proses belajar dan mengajar dan mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang NAPZA.
c. Advokat.
Hal yang tidak pernah disadari adalah pengguna NAPZA
sebenarnya ”korban”. Langkah saat ini dimana menempatkan
pengguna napza sebagai kriminal sebenarnya sangat tidak tepat,
karena sebenarnya yang dibutuhkan oleh pengguna NAPZA adalah
akses terhadap layanan-layanan yang dapat membantu mereka pulih
dari kecanduannya.
Di Indonesia saat ini sudah ada peraturan yang menyebutkan
bahwa pengguna napza dapat dikirim ke panti rehabilitasi untuk
menjalani perawatan sebagai ganti hukuman kurungan. Namun
sayangnya, semenjak peraturan tersebut berlaku tahun 1997 (UU
no.22 tahun 1997 tentang narkotika & UU no.5 tahun 1997 tentang
psikotropika). Belum banyak yang dikirim ke panti rehabilitasi atas
perintah hakim di pengadilan. Hal ini terjadi terutama karena masih
kurangnya batasan antara pengguna dan pengedar di dalam UU
Narkotika yang sekarang berlaku.
20
Disinilah perawat harus mengambil peranan sebagai protector
dan advocat. Peran ini dilaksanakan dengan berupaya melindungi
klien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban klien, selalu
“berbicara untuk pasien” dan menjadi penengah antara pasien dengan
orang lain, membantu dan mendukung klien dalam membuat
keputusan serta berpartisipasi dalam menyusun kebijakan kesehatan
terutama program rehabilitasi pengguna NAPZA.
d. Role model
Keperawatan merupakan sebuah profesi dimana masyarakat
memandang perawat sebagai seorang tokoh yang dihargai, diangga
orang yang paling banyak tahu tentang kesehatan. Hal ini menjadikan
seorang perawat terikat oleh kode etik profesi dalam
menjalankanperannya baik di tatanan pelayanan maupun di
kehidupan sosial masyarakat. Adalah suatu keharusan sebagai
seorang perawat memberikan contoh hidup yang sehat.
Namun tanpa disadari perawat merupakan salah satu profesi
yang berpotensi tinggi mendorong seorang perawat menjadi
pengguna NAPZA. Hal ini karena pengetahuan yang dimilikinya
tentang obat-obatan dan kesempatan terbuka terhadap akses layanan
obat-obatan di tatanan pelayanan. Untuk itu diperlukan jiwa yang kuat
agar perawat terhindar dari mapraktik yang menjurus kepada
penyalahgunaan NAPZA. Hal ini mengingat masayarakat akan
memandang perawat adalah orang yang seharusnya bersih dari segala
kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan.
21
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,
keadaan status jantung,status kesadran. Riwayat kesadaran : riwayat
keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah
keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis
yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah
yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei
sekunder. Tahapan kegiatan meliputi :
a. A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas
disertai control servikal.
b. B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola
pernafasan agar oksigenasi adekwat.
c. C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
d. D: Disability, mengecek status neurologis
e. E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah
hipotermia.
Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial
sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara
bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik). Apabila
teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera
dilakukan. Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka
pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan
pindahkan pasien ke tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke
dalam posisi netral (terlentang) untuk memudahkan pertolongan. Penilaian
22
airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan dalam waktu
yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).
AIRWAY
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji
kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-
paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan
tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke
belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal,
barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk
membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin
lift seperti pada gambar di bawah ini :
Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
a. sianosis (mencerminkan hipoksemia)
b. retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)
c. pernafasan cuping hidung
d. bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)
e. tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas
atau henti nafas)
BREATHING
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara
adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas,
terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi
ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Pengkajian
pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
a. pergerakan dada
b. adanya bunyi nafas
c. adanya hembusan/aliran udara
CIRCULATION
23
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan
pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung
dari fungsi sistem kardiovaskuler. Status hemodinamik dapat dilihat dari :
a. tingkat kesadaran
b. nadi
c. warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan
arteri femoral.
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI
24
Rasional : Ventilator bisa
membantu memperbaiki
depresi jalan napas
Berikan kenyamanan dan
istirahat pada pasien
dengan memberikan
asuhan keperawatan
individual
Rasional : Kenyamanan
fisik akan memperbaiki
kesejahteraan pasien dan
mengurangi
kecemasan,istirahat
mengurangi komsumsi
oksigen miokard
Resiko kekurangan Setelah dilakukan Pertahankan catatan
volume cairan tubuh. tindakan keperawatan intake dan output yang
selama 2 x 24 akurat
kekurangan volume Monitor status hidrasi
cairan pasien dapt (kelembapan membran
teratasi dengan mukosa, nadi adekuat,
Kriteria Hasil: tekanan darah ortostatik).
Tekanan darah, suhu Jika diperlukan
tubuh dalam batas Monitor vital sign
normal.
Tidak ada tanda-tanda Monitor status nutrisi
dehidrasi Monitor masukan
makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian
cairan IV
Kolaborasi dengan dokter
Penurunan Tujuan : Setelah Monitor vital sign tiap 15
kesadaran berhubungan dilakukan tindakan menit
dengan depresi sistem perawatan diharapkan Rasional : bila ada
saraf pusat dapat mempertahankan perubahan yang bermakna
tingkat kesadaran klien merupakan indikasi
(komposmentis) penurunan kesadaran
Catat tingkat kesadaran
pasien
Rasional : Penurunan
kesadaran sebagai indikasi
25
penurunan aliran darah
otak.
Kaji adanya tanda-tanda
distress pernapasan,nadi
cepat,sianosis dan
kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut
merupakan manifestasi
dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru.
Monitor adanya
perubahan tingkat
kesadaran
Rasioanal : Tindakan
umum yang bertujuan
untuk keselamatan hidup,
meliputi resusitasi :
Airway, breathing,
sirkulasi
Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
anti dotum
Rasional : Anti dotum
(penawar racun) dapat
membantu mengakumulasi
penumpukan racun
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Gunakan pendekatan
dengan Tidak efektifnya tindakan keperawatan yang menenangkan
koping individu. kecemasan pasien Nyatakan dengan jelas
dapat teratasi dengan harapan terhadap pelaku
Kriteria hasil: pasien
Klien mampu Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
mengungkapkan gejala
selama prosedur
cemas
Vital sign dalam Temani pasien untuk
keadaan normal memberikan keamanan
dan mengurangi takut
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
26
Bantu pasien mengenai
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
D. IMPLEMENTASI
27
Mengkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian anti dotum
Ansietas berhubungan dengan Mengunakan pendekatan yang
Tidak efektifnya koping individu. menenangkan
Menyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
Menjelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
Menemani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Mendengarkan dengan penuh
perhatian
Mengidentifikasi tingkat
kecemasan
Membantu pasien mengenai
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan
28
BAB III
STUDI KASUS
Berdasarkan informasi dari Kauf Bin Ops satuan unit narkoba polres kota
bima bapak AIPDA Hanafi, bahwa wilayah barat kota Bima menjadi sentral dan
basis peredaran dan penyalahgunaan NAPZA , sehingga sekolah Madrasah Aliyah
Negeri 2 kota Bima yang terletak dijalan Mongonsidi kecamatan Rasanae Barat.
Khusus wilayah kota Bima, kasus penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan oleh
remaja usia sekolah usia 18 tahun ke bawah pada tahun 2014 sebanyak 5 kasus dan
ditahun 2015 yang terdata baru 2 kasus. Lanjutnya, wilayah kota Bima sebagai
peringkat kedua terparah setelah mataram untuk penyebaran dan peredaran NAPZA
wilayah NTB.
29
ijin,minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya,
suka bengong atau linglung.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
31
Dampak penyalah gunaan NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA berdampak negative
pada fisik, psikologis, social dan spiritual sehingga berpengaruh pada hasil prestasi
belajar kedua subyek disekolah.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masalah penyalahgunaan narkoba / NAPZA khususnya pada remaja
adalah ancaman yang sangat mencemasakan bagi keluaga khususnya dan bagi
bangsa dan negara pada umumnya. Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik
dari segi kesehatan, maupun dampak sosial yang ditimbulkan.
Secara garis besar faktor yang menyebabkan terjadianya
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal yakni yang berasal dari dalam diri sendiri baik yang berasal
dari lingkungan.
Masalah pencegahan penggunaan narkoba bukanlah menjadi tugas dari
sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyarahgunaan narkoba yang dilakukan sejak dini sangatlah baik,
tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penganggulangan tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga pendidik di sekolah sangatlah
besar bagi pencegahan penanggulangan terhadap narkoba.
5.2 Saran
Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba pihak yang bertanggung jawab
bukan hanya pemerintah penegak hukum ataupun pelayanan kesehata saja
namun diharapkam peran orang tua dalam mengawasi dan membimbing
anggota keluarganya harus lebih baik, serta lebih meluangkan waktunya untuk
selalu berada disisi anak-anaknya dalam kondisi apapun, sehingga remaja tidak
terjerumus melakukan hal-hal yang menyimpang terutama melakukan
penyalahgunaan narkoba.
Selain itu masyarakat hendaknya melakukan kegiatan yang positif dan
berguna agar remaja tidak terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba serta
memperdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dari dalam menghadapi dan
memecahkan permasalahan hidup.
33