Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH KELOMPOK 3

BLOK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


KONSEP SEHAT

Disusun Oleh :

1. Ladio Taufiqurachman (201811076)


2. Lisya Bella Putri Larasati (201811079)
3. Margareta Yulia Kristi (201811080)
4. Miftah Nuralamsyah (201811084)
5. Mufid Farras Reyanda (201811087)
6. Muhammad Agung B (201811089)
7. Nada Nabilah (201811097)
8. Nadhifa Salsabila (201811098)

Kelas : D

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Terutama kepada dosen pembimbing kami drg. Pindo Bilowo, M.Kes
yang telah memberi pengarahan dalam penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami
yakin masih banyak kekurangan baik penulisan maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat serta menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Jakarta, 10 September 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 2
2.1 DEFINISI SEHAT ........................................................................................................................ 2
2.11 BERDASARKAN WHO .......................................................................................................... 2
2.12 BERDASARKAN UU KESEHATAN NO 36 TAHUN 2009 ................................................. 3
2.2 KONSEP SEHAT (CHANGING CONCEPTS) ........................................................................... 3
2.2.1 Konsep Biomedis ......................................................................................................................... 3
2.2.2 Konsep Ekologis .......................................................................................................................... 4
2.2.3 Konsep Psikososial ...................................................................................................................... 4
2.2.4 Konsep Holistik ........................................................................................................................... 5
2.3 DIMENSI SEHAT ........................................................................................................................ 5
2.4 KONSEP WELL-BEING DAN QUALITY OF LIFE MENJADI SEHAT .................................... 9
BAB III ....................................................................................................................................................... 12
BAB IV.......................................................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah tema umum di sebagian besar budaya. Faktanya, semua
komunitas memiliki konsep kesehatan mereka, sebagai bagian dari budaya mereka.
Di antara definisi yang masih digunakan, yang tertua adalah bahwa kesehatan adalah
"tidak adanya penyakit". Dalam beberapa budaya, kesehatan dan harmoni dianggap
setara, harmoni didefinisikan sebagai "berdamai dengan diri, komunitas, dewa dan
kosmos". Kedokteran modern sering dituduh karena kesibukannya dengan studi
penyakit, dan mengabaikan studi kesehatan. Akibatnya, ketidaktahuan kita tentang
kesehatan terus menjadi mendalam, seperti misalnya, faktor-faktor penentu kesehatan
belum jelas; definisi kesehatan saat ini sulit dipahami; dan tidak ada tolok ukur
tunggal untuk mengukur kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi sehat berdasarkan WHO dan UU Kesehatan no 36 tahun 2009?
2. Apa itu konsep sehat (biomedical concept, ecological concept, psychosocial
concept, holistic concept)?
3. Apa saja dimensi sehat?
4. Apa itu konsep well-being dan quality of life menjadi sehat?

1.3 Tujuan
1. Memenuhi tugas makalah mata kuliah blok Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
2. Mengetahui definisi sehat berdasarkan WHO dan UU Kesehatan no 36 tahun
2009
3. Mengetahui konsep sehat (biomedical concept, ecological concept, psychosocial
concept, holistic concept)
4. Mengetahui dimensi sehat
5. Mengetahui konsep well-being dan quality of life menjadi sehat

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI SEHAT


2.11 BERDASARKAN WHO
Pengertian sehat menurut WHO (1948) adalah “Health is a state of complete
physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or
infirmity” yag dapat diartikan suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental
dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu:
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan
bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan
proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi
terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan
dalam defenisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas
tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi
fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain
dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat”
(Men Sana In Corpore Sano).

3. Sehat Spritual

2
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh
WHO dan memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat.
Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal,
kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman
rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa
yang dinamis dan tidak monoton.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental,
dan social.

2.12 BERDASARKAN UU KESEHATAN NO 36 TAHUN 2009


Pada bab 1 pasal 1 UU kesehatan no 36 tahun 2009 dikatakan bahwa:
“kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.”

2.2 KONSEP SEHAT (CHANGING CONCEPTS)


Pemahaman tentang kesehatan adalah dasar dari semua perawatan kesehatan.
Kesehatan tidak dirasakan dengan cara yang sama oleh semua anggota komunitas termasuk
berbagai kelompok profesional (mis., Ilmuwan biomedis, spesialis ilmu sosial,
administrator kesehatan, ahli ekologi, dll) sehingga menimbulkan kebingungan tentang
konsep kesehatan. Dalam dunia yang terus berubah, konsep-konsep baru pasti akan muncul
berdasarkan pola pikir baru. Kesehatan telah berevolusi selama berabad-abad sebagai
konsep dari kepedulian individu ke tujuan sosial di seluruh dunia dan mencakup seluruh
kualitas hidup. Sebuah uraian singkat tentang perubahan konsep kesehatan diberikan di
bawah ini:

2.2.1 Konsep Biomedis


Secara tradisional, kesehatan telah dipandang sebagai "tidak adanya penyakit",
dan jika seseorang bebas dari penyakit, maka orang tersebut dianggap sehat. Konsep
ini, yang dikenal sebagai "konsep biomedis" memiliki dasar dalam "teori penyakit"
yang mendominasi pemikiran medis pada pergantian abad ke-20. Profesi medis

3
memandang tubuh manusia sebagai sebuah mesin, penyakit sebagai konsekuensi dari
kerusakan mesin dan salah satu tugas dokter adalah untuk memperbaiki kerusakan
mesin. Dengan demikian, kesehatan dalam pandangan sempit ini, menjadi tujuan
utama kedokteran. Kritik yang dilontarkan terhadap konsep biomedis adalah bahwa
ia telah meminimalkan peran penentu kesehatan lingkungan, sosial, psikologis dan
budaya.
Model biomedis, untuk semua keberhasilannya yang spektakuler dalam
mengobati penyakit, ditemukan tidak memadai untuk menyelesaikan beberapa
masalah kesehatan utama umat manusia (misalnya, kekurangan gizi, penyakit kronis,
kecelakaan, penyalahgunaan obat, penyakit mental, polusi lingkungan, ledakan
populasi) dengan menguraikan teknologi medis. Perkembangan ilmu kedokteran dan
sosial mengarah pada kesimpulan bahwa konsep kesehatan biomedis tidak memadai.

2.2.2 Konsep Ekologis


Kekurangan dalam konsep biomedis memunculkan konsep lain. Para ahli
ekologi mengemukakan hipotesis menarik yang memandang kesehatan sebagai
keseimbangan dinamis antara manusia dan lingkungannya, dan penyakit merupakan
ketidaksesuaian organisme manusia terhadap lingkungan. Dubas mendefinisikan
kesehatan dengan mengatakan: "Kesehatan menyiratkan tidak adanya rasa sakit dan
ketidaknyamanan yang relatif serta adaptasi dan penyesuaian terus-menerus terhadap
lingkungan untuk memastikan fungsi optimal". Manusia, ekologi dan adaptasi
budaya menentukan tidak hanya terjadinya penyakit tetapi juga ketersediaan
makanan dan ledakan populasi. Konsep ekologis menimbulkan dua masalah, yaitu.
manusia yang tidak sempurna dan lingkungan yang tidak sempurna. Sejarah
memperihatkan bahwa peningkatan adaptasi manusia terhadap lingkungan alam
dapat mengarah pada harapan hidup yang lebih lama dan kualitas hidup yang lebih
baik bahkan tanpa adanya layanan pengiriman kesehatan modern.

2.2.3 Konsep Psikososial


Perkembangan kontemporer dalam ilmu sosial mengungkapkan bahwa
kesehatan bukan hanya fenomena biomedis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor

4
sosial, psikologis, budaya, ekonomi dan politik dari orang-orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan dalam mendefinisikan dan mengukur
kesehatan. Jadi kesehatan adalah fenomena biologis dan sosial.

2.2.4 Konsep Holistik


Model holistik adalah sintesis dari semua konsep di atas. Ini mengakui
kekuatan pengaruh sosial, ekonomi, politik dan lingkungan terhadap kesehatan. Ini
telah banyak digambarkan sebagai proses terpadu atau multidimensi yang melibatkan
kesejahteraan seluruh orang dalam konteks lingkungannya. Pandangan ini sesuai
dengan pandangan yang dipegang oleh nenek moyang bahwa kesehatan menyiratkan
pikiran yang sehat, dalam tubuh yang sehat, dalam keluarga yang sehat, dalam
lingkungan yang sehat. Pendekatan holistik menyiratkan bahwa semua sektor
masyarakat memiliki efek pada kesehatan, khususnya, pertanian, peternakan,
makanan, industri, pendidikan, perumahan, pekerjaan umum, komunikasi dan sektor
lainnya. Penekanannya adalah pada promosi dan perlindungan kesehatan.

2.3 DIMENSI SEHAT


Kesehatan itu kompleks dan melibatkan interaksi berbagai faktor. Pada tahun 1948,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi parameter untuk mengukur
fungsionalitas individu. Tiga barometer pertama yang diidentifikasi termasuk fisik, sosial,
dan konstruksi mental. Kemudian, dimensi emosional, spiritual, dan lingkungan
ditambahkan ke dalam daftar.
1. Fisik
Dimensi fisik mungkin merupakan yang paling mudah dipahami. Keadaan
kesehatan fisik menyiratkan pengertian "fungsi sempurna" tubuh. Hal itu
mengonseptualisasikan kesehatan biologis sebagai keadaan di mana setiap sel dan
setiap organ berfungsi pada kapasitas optimal dan dalam harmoni yang sempurna
dengan seluruh tubuh. Namun, istilah "optimal" tidak dapat didefinisikan.
Tanda-tanda kesehatan fisik pada seseorang adalah: "kulit yang bagus, kulit
yang bersih, mata yang cerah, rambut berkilau dengan tubuh yang kuat, tidak terlalu

5
gemuk, nafas yang wangi, nafsu makan yang baik, tidur nyenyak, aktivitas usus dan
kandung kemih yang teratur, dan gerakan tubuh yang terkoordinasi.
Tingkat kebugaran fisik ditentukan oleh interaksi faktor genetik, lingkungan,
dan individu. Ini juga dipengaruhi oleh banyak variabel yang saling berinteraksi
seperti usia, jenis kelamin, diet, penyakit, stres, tidur, aktivitas fisik, layanan medis
dan layanan pemeriksaan gigi, dan oleh siklus hidup dan gaya hidup seseorang.

2. Sosial
Kesejahteraan sosial menyiratkan harmoni dan integrasi dalam individu, antara
setiap individu dan anggota masyarakat lainnya dan antara individu dan dunia di
mana mereka hidup. Ini telah didefinisikan sebagai "kuantitas dan kualitas ikatan
interpersonal individu dan tingkat keterlibatan dengan komunitas". Dimensi sosial
kesehatan mencakup tingkat keterampilan sosial yang dimilikinya, fungsi sosial, dan
kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagai anggota masyarakat yang lebih besar.
Secara umum, kesehatan sosial memperhitungkan bahwa setiap individu adalah
bagian dari keluarga dan komunitas yang lebih luas dan berfokus pada kondisi sosial
dan ekonomi dan kesejahteraan "orang seutuhnya" dalam konteks jejaring sosialnya.
Kesehatan sosial berakar pada "lingkungan material positif" (fokus pada masalah
keuangan dan perumahan), dan "lingkungan manusia positif" yang berkaitan dengan
jaringan sosial individu.2

3. Mental
Kesehatan mental bukan sekadar tidak adanya penyakit mental. Kesehatan
mental yang baik adalah kemampuan untuk merespons berbagai pengalaman hidup
dengan fleksibilitas dan tujuan. Baru-baru ini, kesehatan mental telah didefinisikan
sebagai "keadaan keseimbangan antara individu dan dunia di sekitarnya, keadaan
harmoni antara diri sendiri dan orang lain, koeksistensi antara realitas diri dan
realitas orang lain dan lingkungan".
Beberapa dekade yang lalu, pikiran dan tubuh dianggap sebagai entitas
independen. Namun, para peneliti telah menemukan bahwa faktor psikologis dapat
menyebabkan semua jenis penyakit, bukan hanya faktor mental. Mereka termasuk

6
kondisi seperti hipertensi esensial, tukak lambung dan asma bronkial. Beberapa
penyakit mental utama seperti depresi dan skizofrenia memiliki komponen biologis.
Kesimpulan yang mendasari adalah bahwa ada disfungsi perilaku, psikologis, atau
biologis dan bahwa gangguan dalam keseimbangan mental tidak hanya dalam
hubungan antara individu dan masyarakat.
Meskipun kesehatan mental adalah komponen penting dari kesehatan, dasar
ilmiah kesehatan mental belum jelas. Oleh karena itu, belum ada alat yang tepat
untuk menilai kondisi kesehatan mental tidak seperti kesehatan fisik. Psikolog
menyebutkan karakteristik berikut sebagai atribut orang yang sehat secara mental:
1. Orang yang sehat secara mental bebas dari konflik internal; dia tidak
"berperang" dengan dirinya sendiri.
2. Dia bisa menyesuaikan diri, mis., Dia bisa rukun dengan orang lain. Ia
menerima kritik dan tidak mudah kesal.
3. Ia mencari identitas.
4. Dia memiliki rasa harga diri yang kuat.
5. Dia tahu dirinya: kebutuhan, masalah, dan tujuannya (ini dikenal sebagai
aktualisasi diri).
6. Dia memiliki kontrol diri yang baik, menyeimbangkan rasionalitas dan emosi.
7. Dia menghadapi masalah dan mencoba menyelesaikannya dengan cerdas,
yaitu, mengatasi stres dan kecemasan.

Penilaian kesehatan mental pada tingkat populasi dapat dilakukan dengan


memberikan kuesioner status mental oleh pewawancara terlatih. Kuisioner yang
paling umum digunakan mencari untuk menentukan keberadaan dan tingkat
"penyakit organik" dan gejala-gejala yang dapat mengindikasikan gangguan
kejiwaan; beberapa penilaian pribadi tentang kesejahteraan mental juga dilakukan.
Keputusan paling mendasar yang harus dibuat dalam menilai kesehatan mental
adalah menilai fungsi mental, yaitu, sejauh mana gangguan kognitif atau afektif
menghambat kinerja peran dan kualitas hidup subjektif, atau diagnosis psikiatri.
Salah satu kunci kesehatan yang baik adalah kesehatan mental yang positif.
Sayangnya, pengetahuan kita tentang kesehatan mental masih jauh dari lengkap.

7
4. Emosional
Merupakan kemampuan untuk mengatasi, menyesuaikan, dan beradaptasi.1
Secara historis dimensi mental dan emosional telah dilihat sebagai satu elemen atau
sebagai dua elemen yang terkait erat. Namun, ketika semakin banyak penelitian
tersedia, perbedaan pasti muncul. Kesehatan mental dapat dilihat sebagai
"mengetahui" atau "kognisi" sementara kesehatan emosional berhubungan dengan
"perasaan". Para ahli dalam bidang psikobiologi telah relatif berhasil dalam
mengisolasi dua dimensi yang terpisah ini. Dengan data baru ini, aspek mental dan
emosional manusia mungkin harus dipandang sebagai dua dimensi yang berbeda dari
kesehatan manusia.

5. Spiritual
Ini adalah kepercayaan pada suatu kekuatan atau dinamika selain manusia.
Kesehatan manusia melibatkan perjuangan untuk mencapai hubungan yang
bermakna dengan alam semesta dan kehidupan. Mengabaikan sifat psikospiritual
manusia dalam mengembangkan model-model kesehatan, akan berarti berurusan
dengan karikatur yang tidak manusiawi.1
Para pendukung kesehatan holistik percaya bahwa saatnya telah tiba untuk
memberikan pertimbangan serius pada dimensi spiritual dan peran yang
dimainkannya dalam kesehatan dan penyakit. Kesehatan spiritual dalam konteks ini,
merujuk pada bagian individu yang menjangkau dan berjuang untuk makna dan
tujuan hidup. Ini adalah "sesuatu" tidak berwujud yang melampaui fisiologi dan
psikologi. Sebagai konsep yang relatif baru, tampaknya menentang definisi konkret.
Ini mencakup integritas, prinsip, dan etika, tujuan hidup, komitmen pada makhluk
yang lebih tinggi, dan kepercayaan pada konsep yang tidak tunduk pada penjelasan
"canggih".

6. Lingkungan
Ini terdiri dari:

8
1. Eksternal: lingkungan sekitar seseorang, (misalnya: habitat dan pekerjaan)
2. Internal: struktur internal individu (misalnya: genetika)

7. Vocational Dimension (Dimensi Kejuruan)


Aspek kejuruan hidup adalah dimensi baru. Itu adalah bagian dari keberadaan
manusia. Ketika pekerjaan sepenuhnya disesuaikan dengan tujuan, kapasitas dan
keterbatasan manusia, pekerjaan sering memainkan peran dalam mempromosikan
kesehatan fisik dan mental. Pekerjaan fisik biasanya dikaitkan dengan peningkatan
kapasitas fisik, sementara pencapaian tujuan dan realisasi diri dalam pekerjaan
adalah sumber kepuasan dan peningkatan harga diri. Pentingnya dimensi ini
terungkap ketika individu tiba-tiba kehilangan pekerjaan mereka atau dihadapkan
dengan pensiun wajib. Bagi banyak orang, dimensi kejuruan mungkin hanyalah
sumber pendapatan. Bagi yang lain, dimensi ini merupakan puncak dari upaya
dimensi lain karena mereka berfungsi bersama untuk menghasilkan apa yang
individu anggap sebagai kehidupan "sukses".

8. Lainnya
Beberapa dimensi lain juga telah disarankan seperti:
1. Dimensi filosofis
2. Dimensi budaya
3. Dimensi sosial-ekonomi
4. Dimensi pendidikan
5. Dimensi gizi
6. Dimensi kuratif
7. Dimensi preventif

2.4 KONSEP WELL-BEING DAN QUALITY OF LIFE MENJADI SEHAT


WHO mendefinisikan kesehatan dengan memperkenalkan konsep "well-being atau
kesejahteraan". Pertanyaan yang kemudian muncul: apakah yang dimaksud dengan
kesejahteraan? Pada kenyataannya, tidak ada definisi yang memuaskan dari istilah
"kesejahteraan". Psikolog telah menunjukkan bahwa "kesejahteraan" dari individu atau

9
kelompok individu memiliki komponen objektif dan subyektif. Komponen objektif
berhubungan dengan masalah seperti yang umumnya dikenal dengan istilah "standar
hidup" atau "tingkat kehidupan". Komponen kesejahteraan yang subyektif (seperti yang
diungkapkan oleh setiap individu) disebut sebagai "kualitas hidup". Mari kita
pertimbangkan konsep-konsep ini secara terpisah.

1. Standar Hidup (Standard of Living)


Istilah "standar hidup" mengacu pada skala pengeluaran kita yang biasa, barang
yang kita konsumsi dan layanan yang kita nikmati. Ini termasuk tingkat pendidikan,
status pekerjaan, makanan, pakaian, rumah, hiburan dan kenyamanan kehidupan
modern. Definisi yang serupa, sesuai dengan yang di atas, diusulkan oleh WHO:
"Penghasilan dan pekerjaan, standar perumahan, sanitasi dan gizi, tingkat penyediaan
layanan kesehatan, pendidikan, rekreasi dan lainnya semua dapat digunakan secara
individual sebagai ukuran sosial-ekonomi, status ekonomi, dan secara kolektif
sebagai indeks "standar hidup". Ada ketidaksetaraan besar dalam standar hidup
orang-orang di berbagai negara di dunia. Tingkat perbedaan ini biasanya diukur
melalui perbandingan per kapita GNP yang menjadi dasar standar hidup utamanya.

2. Tingkat Hidup (Level of Living)


Istilah paralel untuk standar hidup yang digunakan dalam dokumen PBB
adalah "tingkat kehidupan". Ini terdiri dari sembilan komponen: kesehatan, konsumsi
makanan, pendidikan, pekerjaan dan kondisi kerja, perumahan, jaminan sosial,
pakaian, rekreasi dan waktu luang, dan hak asasi manusia. Karakteristik obyektif ini
diyakini memengaruhi kesejahteraan manusia. Dianggap bahwa kesehatan adalah
komponen terpenting dari tingkat kehidupan karena penurunannya selalu berarti
penurunan tingkat kehidupan.
3. Kualitas Hidup (Quality of Life)
Banyak yang telah dikatakan dan ditulis mengenai kualitas hidup dalam
beberapa tahun terakhir. Ini adalah komponen "subyektif" dari kesejahteraan.
"Kualitas hidup" didefinisikan oleh WHO sebagai: "kondisi kehidupan yang
dihasilkan dari kombinasi efek berbagai faktor seperti faktor-faktor yang menentukan

10
kesehatan, kebahagiaan (termasuk kenyamanan dalam lingkungan fisik dan
pekerjaan yang memuaskan), pendidikan, pencapaian sosial dan intelektual,
kebebasan bertindak, keadilan dan kebebasan berekspresi ".

11
BAB III

KESIMPULAN

12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai