Anda di halaman 1dari 16

DASAR - DASAR ASEPSIS DALAM KEDOKTERAN GIGI

Kelompok 1
 
Larasati Cynthia bella 201811077
Margareta Yulia Kristi 201811080
Moza Kirana 201811086
Mufid Farras Reyanda 201811087
Muhammad Agung Budiawan 201811089
Muhamad Alif Kausar 201811090
Muhammad Fadil Ilhami 201811092
Nanda Permatasari 201811100
JALUR PENYEBARAN INFEKSI SILANG DAN TUJUAN
KONTROL INFEKSI / PENGENDALIAN INFEKSI 

 Infeksi Silang           


Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter
gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan
gigi. Infeksi dapat disebabkan oleh kecelakaan seperti tertusuk
instrumen tajam, tangan yang tidak steril, serta melalui mulut dan
saluran pernafasan.
 Jalur Penyebaran

A. Pasien ke Operator                   


Penyebaran bisa terjadi melalui dua cara, yaitu kontak langsung
dan tidak langsung. Kontak langsung dengan saliva antara pasien
bisa menjadi jalan masuk mikroba melalui kulit yang luka, mukosa
mata, hidung dan mulut.
B. Operator ke Pasien           
Jalur penyebaran ini relatif jarang terjadi, tetapi bisa saja terjadi
jika prosedur pencegahan tidak dilakukan seperti semestinya.
Infeksi dapat berasal dari tenaga pelayanan kesehatan gigi yang
tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
C. Pasien ke Pasien               
Mikroorganisme patogen dapat berpindah dari satu pasien ke pasien
lain melalui kontak tidak langsung, yaitu melalui alat-alat yang dipakai
tanpa disterilkan dengan baik dan permukaan peralatan dental unit yang
terkontaminasi yang paling sering disentuh tenaga pelayanan kesehatan
gigi.

D. Operator ke Lingkungan Sekitar


Jalur ini dapat terjadi bila mikroorganisme dari pasien mengkontaminasi
benda-benda yang akan dibuang dari klinik apabila benda-benda tersebut
tidak disterilkan terlebih dahulu sebelum dibuang. E. Lingkungan Sekitar ke
Pasien   
               
E. Lingkungan Sekitar ke Pasien               
Infeksi dapat berasal dari sumber air yang digunakan di tempat
pelayanan kesehatan gigi.
 Tujuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada
fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah
untuk mencegah penularan infeksi baik kepada
pekerja layanan kesehatan maupun pasien yang
sedang dilakukan perawatan kesehatan gigi dan
mulut.
KONTROL INFEKSI DAN PENCEGAHAN INFKESI
NOSOKOMIAL

 Antisepsis
Antisepsis adalah Mencegah pertumbuhan atau aktivitas
mikroorganisme baik dengan cara menghambat atau membunuh;
dipakai untuk zat-zat kimia terhadap jaringan hidup. Antiseptik
adalah Zat kimia yang dipakai untuk maksud antisepsis. Agen
desinfeksi dan antisepsic yang biasa digunakan kedokteran gigi
ialah alcohol, aldehid, bisguanid, senyawa halogen, dan fenol
 Antiseptik kimia
Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap
seperti halnya alkohol. lJmumnya isopropil alkohol 70-90% adalah
yang termurah, namun merupakan antiseptik yang sangat efektif.
Penambahan Iodium pada alkohol akan meningkatkan daya
desinfeksinya..
 Desinfeksi
Desinfeksi adalah Membunuh organisme-organisme patogen
(kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau kimia yang dilakukan
terhadap benda mati. Desinfektan adalah Zat yang biasanya kimia
dan dipakai untuk maksud desinfeksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
desinfeksi secara kimia:

 Rongga (space) yang cukup di antara alat-alat yang didesinfeksi,


sehingga seluruh permukaan alat-alar tersebur dapat berkontak
dengan desinfektan.

 Sebaiknya desinfektan yang dipakai bersifat membunuh


(germisid).

 Waktu (lamanya) desinfeksi harus tepat, alat alat yang desinfeksi


jangan dian gkat sebelum waktunya.
 Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman
biasanya bersifat sangat mudah menguap sehingga ventilasi
ruangan perlu diperhatikan.
 Pengenceran desinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan,
dan setiap kali harus dibuat pengenceran baru. Desinfektan yang
sudah menunjukkan tanda-tanda pengeruhan atau pengendapan
harus diganti dengan yang baru.
 Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan
setelah berkontak dengan desinfektan.
 Sterilisasi
Sterilisasi adalah Setiap proses (kimia atau fisik) yang
membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme.

Pada kedokteran gigi, sterilisasi dapat dicapai melalui metode:


1. Pemanasan basah dengan tekanan tinggi (autoclave).
Penggunaan uap air disertai dengan tekanan, yang dilakukan
dalam alat.
2. Pemanasan kering (oven). Dalam oven dimana suhunya dapat
mencapai 160-180'C
3. Uap bahan kimia (chemiclave). Kombinasi dari formaldehid,
alkohol, aseton, keton, dan uap.
Metode sterilisasi yang tidak digunakan pada kedokteran gigi
adalah gas etilen oksida dan radiasi gamma (yang digunakan pada
pabrik alat-alat dari plastik) dan filtrasi (yang digunakan untuk
mensterilkan obat suntik).
Proteksi Diri Serta Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan rencana yang terintegrasi


dan terprogram, terdiri atas:
1. Membatasi penularan organisme dari atau antar pasien dengan
cara mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, tindakan
aseptik, isolasi pasien, sterilisasi, dan desinfeksi.
2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang
tepat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
4. Mengurangi risiko infeksi endogen dengan cara mengurangi
prosedur invasif dan menggunakan antimikroba secara optimal.
5. Pengamatan infeksi, identifikasi, dan pengendalian wabah.
6. Pencegahan infeksi pada tenaga medis.
7. Edukasi terhadap tenaga medis.
Pengurangan penularan infeksi dari orang ke orang dapat melalui :

1. Mencuci tangan. Tangan tidak pernah bebas dari berbagai macam


kuman. Kuman tersebut dapat berasal dari benda atau alat yang
terkontaminasi, atau merupakan flora normal. Kebiasaan cuci
tangan sebelum melakukan suatu pekerjaan menjadi penting dalam
upaya pencegahan infeksi

2. Higiene personal. Kuku harus bersih dan dipotong pendek, kumis,


dan janggut harus dipotong pendek dan bersih serta rambut harus
diikat.

3. Pakaian. Bahan pakaian harus dari bahan yang mudah dicuci dan
didekontaminasi. Pakaian harus diganti setelah terpajan darah,
menjadi basah karena keringat berlebihan, atau terpajan cairan
lainnya.
4. Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi pasien dan
tenaga medis. Penggunaan masker oleh tenaga medis saat
bekerja di ruang operasi dan saat merawat pasien
imunokompromais memberikan perlindungan untuk pasien.

5. Penggunaan sarung tangan perlu saat melakukan tindakan


bedah, merawat pasien imunokompromais, dan saat melakukan
tindakan invasif.

6. Tindakan injeksi yang aman dengan menggunakan jarum dan


spuit steril; jika mungkin gunakan yang sekali pakai.
Untuk mengurangi penularan mikroorganisme dari peralatan dan
lingkungan, diperlukan tindakan pembersihan, desinfeksi dan
sterilisasi. Kebijakan dan prosedur tertulis yang diperbaharui secara
rutin harus dikembangkan pada setiap fasilitas rumah sakit
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai