Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
An. B berusia 5 tahun dengan keluhan pro kemo terapi perbaikan KU
(keadaan umum). Pasien awalnya demam selama 2 hari dimulai pada tanggal
01/09/2019, kemudian ibu bawa ke RS. A dan diberi obat oleh dokter, 2 hari
kemudian demam tidak ada perubahan akhirnya orang tua pasien membawa
ke RS. D dilakukan pemeriksaan darah dan diberi obat oleh dokter, Karena
keterbatasan alat dan ruangan yang terbatas pasien dirujuk ke RS. AWS dan
dirawat inap untuk pemeriksaan lanjut. Sebelumnya pasien pada tanggal 22
agustus dilakukan pemeriksaan BMP didapat hasil Acute Myeloid leukemia-
monoblastic type ( acute monoblastic leukemia/AML-M5a. Saran : leukemia
phenotyphing dan pada tanggal 23 agustus dilakukan pemeriksaan echo
hasilnya normal. Saat ini pasien dirawat sejak tanggal 09-09-2019 untuk
perbaikan ku sebelum tindakan kemoterapi.
Saat ini pasien ada keinginan untuk makan namun tidak bisa menelan
makanan karena sakit dan ada sariawan pada mukosa mulut disertai bibir
kering dan mengelupas. Pola makan jadi tidak teratur, kesulitan dalam
meneguk cairan dan jika meneguk air sakit di tenggorokan akibat sariawan
dan hanya bisa minum air putih 200 cc dalam sehari terkadang kurang.
Mukosa bibir kering, terdapat sariawan di mulut bagian dalam, tenggorokan
sakit, gigi lengkap pada geraham bawah berlubang, stomatitis pada bagian
pipi dalam, mucocitis dibibir atas dan bawah. oral hygene yang buruk.
Mukositis adalah kerusakan membran mukosa sebagai akibat sekunder
dari kemoterapi yang dapat terjadi setelah pemberian obat kemo, disebabkan
karena invasi tak langsung dari bakteri gram negatif dan jamur. Saat
mendapatkan terapi sitotoksik yang mempunyai efek samping stomatotoksik,
biasanya pasien mengalam neutropenia. Ditandai dengan adanya eritema
mukosa yang kemudian akan menjadi ulkus dan timbulnya deskuamasi serta
menimbulkan rasa sakit, sensasi seperti terbakar, sulit untuk membuka
mulutnya, dan kesulitan memasukkan makanan atau minuman melalui mulut,
dan sulit untuk berbicara.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari pengelolaan didapat diagnosa keperawatan utama adalah perubahan
membran mukosa oral. Kemoterapi dan radiasi merupakan intervensi yang
paling banyak digunakan pada pengobatan kanker. Komplikasi yang terjadi
pada rongga mulut karena kemoterapi berupa mukositis (stomatitis), salah
satu komplikasi non hematologik yang paling sering ditemui yang
menyebabkan nyeri, nyeri telan, perubahan pengecapan di mana lidah
merasakan rasa busuk, asin, tengik, atau logam (dysgeusia), dan malnutrisi,
serta dehidrasi. Pada mukositis oral yang dalam, pasien akan merasakan
nyeri, sensasi seperti terbakar, sulit untuk membuka mulutnya, dan kesulitan
memasukkan makanan atau minuman melalui mulut, dan sulit untuk
berbicara. Lesi dapat terjadi bilateral, di bagian ventral atau lateral dari lidah,
mukosa labial, bagian dasar mulut, palatum mole, dan area orofaringeal.
Berdasarkan hal tersebut diatas didapatkan kesesuaian antara tanda dan
gejala yang dialami oleh pasien dengan teori yang ada.

C. Intervensi Keperawatan
Pemberian terapi pada pasien dengan mukositis adalah memberikan salep
pada pasien mukositis yaitu salah satu intervensi yang diberikan kepada
pasien yang mengandung bahan lidah buaya (aloevera). Penatalaksanaan ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

D. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan jurnal Pengaruh Ekstra Daging Lidah Buaya (aloevera)


terhadap Penyembuhan Ulserasi Mukosa Mulut pada Male Wistar Rats
Proses penyembuhan luka merupakan proses yang sangat penting untuk
mendapatkan kembali kontinuitas jaringan tubuh. Proses ini merupakan
proses kompleks yang terdiri dari beberapa fase, yaitu: inflamasi, proliferasi
dan maturasi. Dalam mempercepat proses penyembuhan luka dapat diberikan
obat alternatif dari herbal.
Pemberian ekstrak daging lidah buaya pada penelitian ini memang
berpengaruh terhadap kenaikan jumlah fibroblas pada hari ke 3 dan ke 7.
Pada hari ke 3 peningkatan jumlah fibroblas tidak terlalu banyak
dibandingkan dengan jumlah fibroblas pada hari ke 7. Peningkatan jumlah
fibroblas dimulai pada hari ke 3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 7,
sehingga jumlah fibroblas pada hari ke 3 tidak terlalu banyak dibandingkan
dengan hari ke 7. Peningkatan jumlah fibroblas ini dipengaruhi oleh
accemanan dan saponin yang terkandung dalam ekstrak daging lidah buaya
yang mempunyai sifat antibakteri dan imunomodulator dapat menstimulasi
makrofag, limfosit, interleukin, sitokin dan TNF yang dapat mempengaruhi
kepadatan jumlah fibroblast
Ekstrak daging lidah buaya (Aloe vera) dapat membantu proses
penyembuhan ulerasi mukosa mulut dan dapat meningkatkan jumlah
fibroblas yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan ulserasi
mukosa mulut.

E. Evalusi Keperawatan

Hari/Tanggal/Jam Implmentasi Evaluasi


Selasa, 24 1. Membersihkan 21 : 00
september 2019 mulut dengan air S : Ibu mengatakan anak tidak dapat
18.00 bersih minum
Ep : Anak
menangis O : Keadaan umum anak lemas, akral
2. Mengoleskan teraba hangat, turgor kulit
tipis-tipis salep menurun, infus terpasang, anak
yang menghabiskan setengah gelas 200
mengandung cc air putih
Aloevera
dimukosa oral A : Masalah keperawatan perubahan
membran mukosa oral belum
teratasi

P : intervensi dilanjutkan
1. lakukan oral hygien
2. mengoleskan salep yang
mengandung aloevera

Rabu, 25 1. Membrsihkan 21 : 00
september 2019 mulut dengan air S : Ibu mengatakan anak masih belum
08:00 bersih dapat belum dapat membuka mulut
Ep : Anak
menangis, luka O : Keadaan umum anak lemas, akral
tampak kering teraba hangat, turgor kulit menurun,
infus terpasang, anak puasa,
mukosa oral kering
18:00 2. Membrsihkan
mulut dengan air
bersih
Ep : Anak
menangis, luka
tampak kering

A : Masalah keperawatan perubahan


membran mukosa oral belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan, lakukan oral


hygine minimal 2 kali sehari

Kamis, 26 1. Membersihkan S : Ibu mengatakan anak ingin


september 2019 mulut dengan air minum, luka dibibir mulai mengering
08:00 bersih
Ep : Anak O : Anak rewel, lemas, akral hangat,
menangis, luka turgor kulit sedang, mukosa oral mulai
tampak kering, mengering, anak dapat membuka
anak sudah bisa mulutnya perlahan, anak masih puasa
membuka mulut
dan meminta A: masalah keperawatan perubahan
minum membran mukosa teratasi sebagian

2. membersihkan P: Intervensi dilanjutkan melakukan


18.00 mulut dengan air oral hygine
bersih
Ep: anak sudah
dapat membuaka
mulut dan bicara
perlahan.
3. Mengoleskan
tipis-tipis salep
yang
mengandung
aloevera pada
membran
mukosa oral
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan salep
derajat mukositis pada anak B adalah derajat 4 (Memerlukan dukungan
nutrisi enteral atau parenteral), setelah diberikan asuhan keperawatan selama
3 hari derajat mukositis pada anak B turun menjadi derajat 2 (Eritema yang
sangat nyeri, edema, atau ulkus, namun masih bisa makan). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Laila, ) yang berjudul pengaruh
ekstra daging lidah buaya (Aloevera) terhadap penyembuhan ulserasi
mukosa mulut pada male wistar rats terdapat pengaruh pemberian salep
yang mengandung aloevera pada mukositis dari derajat 4 menjadi derajat 2
di hari ketiga pemberian asuhan keperawatan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai