Anda di halaman 1dari 5

Metode Penelitian Kualitatif - Sosiologi A 2019

Anggota Kelompok: Bayu Kurniawan, Cantighi Puspaningsih, Joseph Pesah Obednego

Pola Perilaku Milenial dalam Penggunaan Pembayaran Digital

Studi Kasus pada 5 Milenial Perkotaan Pengguna Pembayaran Transaksi Melalui OVO, Dana, Gopay

Rumusan Masalah

Pada zaman serba cepat dan digital ini, metode tradisional (cash) dianggap kurang efektif, maka
diciptakanlah metode yang memungkinkan untuk terjadinya cashless payment atau pembayaran digital.
Metode ini sebenarnya sudah tidak asing karena penggunaan rekening bank sendiri merupakan bentuk
cashless, seperti kartu kredit dan debit. Namun, karena mulai menjamurnya fenomena e-commerce, maka
muncul inovasi berupa pembayaran digital seperti ovo, dana, dan gopay. Data oleh Bank Indonesia mencatat,
jumlah uang elektronik yang beredar pada 2016 sebanyak 51,3 juta kartu dan transaksi uang elektronik
mencapai 683,2 juta kali dengan nilai Rp 7,1 triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa transaksi lewat digital
lebih diminati oleh pengguna.

Seperti yang tercatat pada data Bank Indonesia bahwa volume transaksi lewat uang elektronik
(pembayaran digital) kini lebih unggul, menunjukkan bahwa terdapat minat dan kemampuan masyarakat
mengakses cara pembayaran digital tersebut. Menurut hasil penelitian dari Pew Research Center, penggunaan
teknologi dan budaya pop merupakan perbedaan mencolok antara generasi milenial dengan generasi
sebelumnya. Generasi milenial sendiri merupakan mereka yang lahir antara tahun 1980-2000an.

Fenomena perubahan teknlogi pembayaran menjadi digital atau cashless ternyata menarik banyak
individu untuk mulai menerapkan pembayaran digital dalam hidup mereka. Hal ini dapat dibuktikan lewat
data meningkatnya terkait pengguna dompet digital dari Bank Indonesia. Menurut Jean Baudrillard, bahwa
dapat dianalisis pada masyarakat konsumeris (consumer society) dalam relasinya dengan sistem tanda (sign
value). Baudrillard menyatakan bahwa konsumsi yang terjadi sekarang ini telah menjadi konsumsi tanda.
Tindakan konsumsi suatu barang dan jasa tidak lagi berdasarkan pada kegunaannya melainkan lebih
mengutamakan pada tanda dan simbol yang melekat pada barang dan jasa itu sendiri. Masyarakat pun pada
akhirnya hanya mengonsumsi citra yang melekat pada barang tersebut (bukan lagi pada kegunaannya)
sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak pernah merasa puas dan akan memicu terjadinya konsumsi
secara terus menerus. Maka dapat dipastikan, penelitian ini ditujukan untuk dapat memaparkan pola perilaku
milenial dalam penggunaan pembayaran digital.

Pertanyaan:

1. Apa pandangan dan pengetahuan konsumen terhadap metode pembayaran digital?

2. Apa saja bentuk pemanfaatan pembayaran digital

3. Implikasi yang ditimbulkan dari pembayaran digital

Tujuan:

1. Memaparkan pandangan konsumen terhadap pembayaran digital

2. Menguraikan bentuk-bentuk pemanfaatan pembayaran digital


3. Memaparkan implikasi yang ditimbulkan dari pembayaran digital

Kerangka Konseptual

A. Pola Perilaku Milenial

-Perilaku

-Milenial

-Perilaku milenial

-Pola perilaku milenial

B. Pembayaran Digital

-Pembayaran

-Digital

-Pembayaran digital

Teori (siapatau mau ditambahin ini)

Teori pengetahuan produk

Pengetahuan Konsumen akan Produk (Product Knowlegde)

Peter dan Olson (1999) membagi tiga jenis pengetahuan produk, yaitu : Pengetahuan tentang karakteristik
atau atribut produk, Pengetahuan tentang manfaat produk, Pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan
produk bagi konsumen atau pelanggan.

1. Pengetahuan tentang karakteristik atau atribut produk


Seorang konsumen/pelanggan akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut produk
tersebut. Bagi seorang konsumen/pelanggan bila membeli suatu mobil, maka mobil yang dipilih harus memiliki atribut
warna, model, tahun pembuatan, jumlah cc, merek, manual atau otomatis, dan sebagainya.

2. Pengetahuan tentang manfaat produk.


Jenis pengetahuan produk yang kedua adalah tentang manfaat produk.
a. Manfaat Fungsional
Adalah manfaat yang dirasakan konsumen secara fisiologis. Misalnya : minum teh Sosro akan menghilangkan rasa haus,
menggunakan printer laser mempercepat pencetakan dokumen, menggunakan telepon seluler memudahkan konsumen
berkomunikasi di mana saja dengan siapa saja. Inilah beberapa contoh manfaat fungsional yang dirasakan oleh
konsumen/pelanggan.
b. Manfaat Psikososial
Adalah aspek psikologis (perasaan, emosi, dan mood) dan aspek sosial (persepsi konsumen/pelanggan terhadap bagaimana
pandangan orang lain terhadap dirinya) yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk. Seseorang
konsumen selalu menggunakan parfum karena membuat lebih percaya diri. Seseorang akan memilih sedan BMW seri 7
sebagai kendaraan sehari-harinya, karena orang-orang sekelilingnya akan menilai bahwa BMW adalah symbol kesuksesan
karier seseorang.
3. Pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan produk bagi konsumen atau pelanggan.
Untuk mengetahui suatu kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen adalah jika suatu produk akan
memberikan kepuasan kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen. Agar produk tersebut bisa memberikan kepuasan yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada
konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar.

Kerangka konseptual

Milenial

Menurut Manheim (1952) generasi adalah suatu konstruksi sosial yang di dalamnya terdapat sekelompok
orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalaman historis yang sama. Terdapat beberapa pendapat
peneliti tentang rentang waktu generasi milenial, Tapscott (1998) menyebut generasi milenial dengan istilah
Digital Generation yang lahir antara tahun 1976- 2000. Kemudian Zemke et al (2000) menyebut generasi
milenial dengan istilah Nexters yang lahir tahun 1980-1999. Oblinger (2005) menyebut generasi milenial
dengan istilah Generasi Y/NetGen, lahir antara 1981- 1995. Terakhir Howe dan Strauss, Lancaster dan Stillman
(2002), serta Martin dan Tulgan (2002) menyebut dengan istilah Generasi Milenial/ Generasi Y/Milenial yang
dikenal sampai sekarang. (dari Theoritical Review; Teori Perbedaan Generasi oleh Yanuar Surya Putra (2016))

Generasi milenial dianggap sebagai generasi yang lebih akrab dengan teknologi jika dibandingkan dengan
generasi-generasi sebelumnya seperti Generasi X dan Generasi Baby Boom. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan TIK inilah yang membesarkan generasi milenial, sehingga generasi milenial dan TIK seperti dua
hal yang tidak terpisahkan. (buku profil generasi milenial hal 59)

Perilaku milenial

lvara Research Center melakukan survei sejak 2016 untuk menggali perilaku milenial. Perusahaan riset
independen itu melakukan survei secara face to face kepada sekitar 1.200 responden di Indonesia yang
berusia 17-65 tahun. Hasilnya mereka berhasil menunjukkan adanya beberapa perilaku milenial yang timbul
di Indonesia.

“Dari sisi karakter, milenial berbeda dengan generasi sebelumnya (generasi X dan baby boomers). Karakter
milenial itu creative, confident, dan connected,” ujar Hasanuddin Ali, CEO dan Founder Alvara Research
Center, dalam diskusi E-commerce Kita Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri, di Jakarta, Selasa (9/7/2019).

Ada sembilan perilaku milenial di Indonesia, yaitu sebagai berikut:


1. Kecanduan Internet
Delapan dari 10 milenial Indonesia terkoneksi internet dan konsumsi internet. Mereka rata-rata mengakses
internet di atas tujuh jam sehari.

2. Mudah Berpaling ke Lain Hati


Tingkat loyalitas milenial terhadap merek lebih rendah. Mereka akan dengan mudah pindah ke merek lain.

3. Dompet Tipis
Milenial bukan berarti tidak punya uang. Mereka lebih banyak bertransaksi secara cashless/non-tunai.
4. Kerja Cepat, Kerja Cerdas
Milenial bukan generasi pemalas. Mereka bisa bekerja lebih efektif.

5. Bisa Apa Saja


Milenial biasanya bekerja multitasking, melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus.

6. Liburan Kapan Saja, Di Mana Saja


Travelling adalah kebutuhan primer untuk menunjukkan jati diri. Kebanyakan mereka akan travelling untuk
tujuan pamer di media sosial. Hal ini yang menyebabkan durasi wisata menjadi cepat dan lebih singkat.

7. Cuek dengan Politik


Milenial mengganggap politik adalah urusan orangtua. Mereka acuh terhadap berbagai proses politik.

8. Suka Berbagi
Milenial memiliki kemurahan hati untuk berbagi dan aktivitas sosial, juga sharing baik konten offline maupun
online.

9. Tidak Harus Memiliki


Akses lebih penting dari kepemilikan. Bagi milenial, selama masih bisa menyewa, memiliki barang bukanlah
suatu keharusan. Misalnya ketimbang memiliki sebuah motor atau mobil pribadi, mereka lebih memilih
memanfaatkan fasilitas transportasi online yang sedang marak.

Pembayaran digital

-Pengertian e-money, menurut Bank for International Settlements diartikan:

“stored-value or “prepaid” products in which a record of the funds or “value” available to a consumer
is stored on an electronic device in the consumer’s possession. The electronic value is purchased by the
consumer (for example, in the way that other prepaid instruments such as travellers’ cheques might be
purchased) and is reduced whenever the consumer uses the device to make purchases. Traditional electronic
payment transactions such as those with debit or credit cards typically require online authorisation and involve
the debiting of the consumer’s bank account after the transaction”.

Berdasarkan pengertian di atas, e-money adalah produk nilai uang disimpan (stored value) atau produk
prabayar (prepaid), di mana sejumlah dana atau nilai uang disimpan dalam suatu media elektronik yang
dimiliki konsumen. Nilai ”elektronik” tersebut dibeli oleh konsumen dan tersimpan dalam media elektronik
yang merupakan miliknya, di mana nilai uang elektroniknya akan berkurang setiap kali konsumen
menggunakannya untuk melakukan pembayaran. Dibandingkan dengan kartu debit atau kartu kredit biasanya
memerlukan otorisasi secara online dan melibatkan pendebetan rekening bank konsumen setelah transaksi
pembayaran, sebaliknya pengelolaan e-money tidak memerlukan otorisasi secara online, melainkan secara
offline yang dilakukan oleh pemegang e-money.

-Secara yuridis pengertian uang elektronik terdapat dalam Pasal 1 angka 3 PBI No.11/12/PBI/2009
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI No. 18/17/ PBI/2016 yang menyatakan sebagai berikut:
“Uang Elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit; nilai uang disimpan secara
elektronik dalam suatu media server atau chip;
digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik
tersebut; dan nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana
dimaksud dalam undangundang yang mengatur mengenai perbankan”

Anda mungkin juga menyukai