Anda di halaman 1dari 28

Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran

Matematika
“Pengembangan Kurikulum Matematika di Indonesia Setelah
Merdeka”

Kelompok 2 :

Erfita Fajri Dwi Hakki 1705111024


M. Fikri Al Hidayah 1705114074
Sisi Nurwahyuni 1705121921
Suci Rifa Ananda 1705110987

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Suhermi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Kurikulum Matematika di Indonesia Setelah Merdeka”. Penyusunan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Telaah Kurikulum dan Perencanaan
Pembelajaran Matematika. Kami berharap baik penulis maupun pembaca memperoleh
wawasan pengetahuan tentang hakikat pengembangan kurikulum diindonesia.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.

Pekanbaru, Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2
2.1 Pengembangan Kurikulum ....................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Kurikulum..................................................................................... 2
2.1.2 Prinsip Pengembangan Kurikulum ................................................................. 3
2.1.3 Fungsi Pengembangan Kurikulum ................................................................. 7
2.2 Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia ............................................... 11
2.2.1 Kurikulum 1947 ............................................................................................ 11
2.2.2 Kurikulum 1952 ............................................................................................ 12
2.2.3 Kurikulum 1964 ............................................................................................ 13
2.2.4 Kurikulum 1968 ............................................................................................ 14
2.2.5 Kurikulum 1975 ............................................................................................ 14
2.2.6 Kurikulum 1984 ............................................................................................ 16
2.2.7 Kurikulum 1994 ............................................................................................ 17
2.2.8 Kurikulum 2004 ............................................................................................ 18
2.2.9 Kurikulum 2006 ............................................................................................ 19
2.2.10 Kurikulum 2013 ............................................................................................ 21
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 23
3.2 Saran ......................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia mempengaruhi perkembangan
pendidikan. Salah satu aspek yang mempengaruhi adalah kurikulum yang digunakan.
Pada pembelajaran matematika pun kurikulum hendaknya dirancang dan dipersiapkan
dengan matang sesuai dengan kebutuhan. Kline (dalam Karso, 1994: 3)
mengungkapkan “Matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam”. Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerapan serta pembelajaran
matematika harus disesuaikan dengan perkembangan. Ini menunjukkan mata pelajaran
matematika hendaknya dirancang dan dipersiapkan dengan matang sesuai dengan
kebutuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana prinsip perkembangan kurikulum?
3. Bagaimana fungsi pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana perkembangan kurikulum Matematika di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian kurikulum
2. Mengetahui prinsip perkembangan kurikulum
3. Mengetahui fungsi pengembangan kurikulum
4. Mengetahui perkembangan kurikulum Matematika di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Kurikulum


2.1.1 Pengertian Kurikulum
Menurut istilah kata “kurikulum” berasal dari bahasa latin, yakni curriculum.
Kurikulum yang awalnya memiliki pengertian a running course dan dalam bahasa
Prancis yakni courer berarti to run : berlari (Idi, 1999:3). Seiringan perkembangan
zaman pengertian kurikulum pun semakain berkembang. Menurut UU No. 20 Tahun
2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencanadan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pembelajaran serta cara yangdigunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan nasional.

Beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua


pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu
ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah
2. Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan
pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang
dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh
hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan.
3. Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah
semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah.Menurut
pendapat
4. Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah dokumen tertulis yang
kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada
peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2
5. Pengertian kurikulum menurut definisi Good V.Carter
(1973), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.
6. Pengertian kurikulum menurut definisi Murray Print yang mengemukakan
pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang
terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah
lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat
kurikulum diterapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kurikulum, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
didalamnya terdapat berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang di programkan,
direncanakan dan dirancang secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku
sebagai pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

2.1.2 Prinsip Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulm adalah suatu yang istilah yang bersifat luas, dan
didalamnya terdapat beberapa cangkupan diantaranya adalah: perencanaan, penerapan,
dan evaluasi. Sebelum membuat perencanaan dalam membuat kurikulum, hendaknya
kita perlu memperhatikan langkah-langkah pembuatannya. Yaitu membangun
kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik.
Selanjutnya penerapan kurikulum atau biasa disebut sebagai implementasi
kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan
operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan
kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu
sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait

3
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang,
seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat
lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum
pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu
kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang
telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-
prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga
pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan
kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan
banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
1) Prinsip - prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan
efektivitas
2) Prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan
media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian.

Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :

1) Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di


antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi
dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen
tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
(relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi

4
psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi
sosilogis).
2) Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar
yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3) Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik
secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar
yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang
di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang
pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4) Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada
secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5) Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas
maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat


sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,

5
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
2) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,
serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarsubstansi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan

6
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan
satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang
justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan
sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.
Dalam meyikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus
hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum. Padahal
jauh lebih penting adalah perubahan kultural (perilaku) guna memenuhi prinsip-
prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.

2.1.3 Fungsi Pengembangan Kurikulum


Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua insan, yang selalu menjadi
tumpuan dan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan
juga sebagai alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan
mencetak generasi yang mampu melangkah sesuai dengan apa yang menjadi harapan
bangsa. Maka di dalam pendidikan diterapkan kurikulum yang berfungsi untuk
mencapai tujuan tujuan yang diharapkan. Kurikulum merupakan salah satu asas
penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, apabila asas ini baik dan kuat,
maka dapat dipastikan proses belajar mengajarpun akan semakin lancar sehingga
tujuan pendidikan pun akan tercapai. Dalam aktifitastas belajar mengajar, kedudukan
kurikulum sangat krusial karena dengan kurikulum anak didik akan memperoleh

7
manfaat (benefit). Namun demikian, disamping kurikulum bermanfaat bagi anak didik,
ia juga mempunyai fungsi fungsi lain yakni:
a) Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Kurikulumm pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial
untuk dicapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau
kembali tujuan yang selama ini digunakan sekolah yang bersangkutan (Soetopo &
Soemanto, 1993:17). Maksudnya, bila tujuan tujuan yang diinginkan belum tercapai,
orang akan cenderung meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
itu, misalnya dengan meninjau kurikulumnya. Pendidikan tertinggi sampai pendidikan
terendah mempunyai tujuan, yaitu tujuan yang akan dicapai setelah berakhirnya
aktifitas belajar.
Di Indonesia ada 4 tujuan pendidikan utama yang secara hirarkis dapat ditemukan,
yaitu:
 Tujuan Nasional
 Tujuan Institusional
 Tujuan Kurikuler
 Tujuan Instruksional
Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita citakan, tujuan tujuan tersebut meski
dicapai secara bertingkat yang saling mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum
disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan ).
b) Fungsi Kurikulum Bagi Anak Didik
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu
persiapan bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapatkan sejumlah pengalaman
baru yanmg dikemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan
anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti.

8
Kalau kita kaitkan dengan pendidikan islam, pendidikan mestinya diorientasikan
kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberi bekal pengetahuan untuk hidup
pada zamannya kelak.
c) Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik
Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka guru semestinya mencermati tujuan pendidkan yang akan
dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja. Guru merupakan pendidik
profesional, yang secara implisit telah merelakan dirinya untuk memikul sebagai
tanggung jawab pendidikan yang ada dipundak orang tua. Tatkala menyerahkan
anaknya ke sekolah, berarti orang tua sudah melimpahkan sebagian tanggung jawab
pedidikan anaknya kepada guru / pendidik, tentunya orang tua berharap agar anaknya
menemukan guru yang baik, kompeten, dan berkualitas (Ramayulis, 1996:39).
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:
 Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar para anak
didik.
 Pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam
rangka menyerap sejumlah pengalaman yang telah diberikan.
d) Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah atau Pembina Sekolah
Bagi kepala sekolah yang baru, yang dipelajari pertama kali adalah tujuan lembaga
yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari kurikulum yang berlaku untuk dipelajari,
terutama pada buku petunjuk pelaksanaan. Kepala sekolah merupakan administrator
dan supervisor yang memupunyai tanggung jawab terhadap kurikulum. Fungsi
kurikulum bagi kepala sekolah dan para pembina lainnya adalah:
 Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki
situasi belajar.
 Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan
situasi untuk menunjang situasi belajar anak kearah yang lebih baik.

9
 Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan
kepada guru atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi belajar.
 Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk
pengembangan kurikulum pada masa mendatang.
 Sebagai pedoman unruk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar mengajar
(Soetopo dan Soemanto, 1993:19)
e) Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua
dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra putrinya. Bantuan yang
dimaksud dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah/ guru mengenai masalah
masalah menyangkut anak anak mereka. Bantuan berupa materi dari orang tua anak
dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah,
para orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak anak
mereka, sehingga partisipasi orang tua inipun tidak kalh pentingnya dalam
menyukseskan proses belajar mengajar disekolah.
f) Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan
Kurikulum adalah alat produsen dari sekolah, sedangkan masyarakat adalah
konsumennya. Suatu barang antara produsen dan konsumen harus ada sinkron.
Kurikulum sekolah outputnya harus dapat link and match dengan kebutuhan
masyarakat. Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak
pemakai lulusan sekolah yang bersangkutan. Dengan mengetahui kurikulum suatu
sekolah, masyarakat, sebagai pemakai lulusan, dapat melaksanakan sekurang
kurangnya dua macam berikut:
 Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orangtua dan
masyarakat.

10
 Ikut memberikan kritik dan saran yang konstruktif demi menyempurnakan
program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi degan kebutuhan masyarakat dan
lapangan kerja.
g) Fungsi kurikulum bagi penulis
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang
berlaku pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun sub pokok
bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis intruksional terlebih dahulu.
Kemudian menusun garis garis besar program pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran
tertentu, baru berbagai sumber bahan yang relevan.

2.2 Perkembangan Kurikulum Matematika di Indonesia


Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berganti berkali-kali sejak merdeka.
Berikut adalah perkembangan kurikulum di Indonesia sampai Kurikulum 2013 (K13):

2.2.1 Kurikulum 1947


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum
(bahasa Inggris). Perubahan kisi - kisi pendidikan lebih bersifat politis dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang
merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Rencana
Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah - sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan

11
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
 Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
 Garis - garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikira dalam arti kognitif, namun
yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude), meliputi :
 Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
 Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari – hari
 Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani

2.2.2 Kurikulum 1952 (Rencana Pelajaran Terurai)


Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari.
Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
1) Moral
2) Kecerdasan
3) Emosional/artistik
4) Keprigelan (keterampilan)
5) Jasmaniah.

Ciri-ciri kurikulum Rencana Pelajaran Terurai


Pada perkembangannya rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya,
yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya
jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa itu juga dibentuk
Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak

12
melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak yang tidak mampu sekolah ke
jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1952 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat
(SR) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut :
 Bahasa Indonesia
 Menulis
 Bahasa Daerah
 Seni Suara
 Pekerjaan Tangan
 Ilmu Alam
 Pekerjaan Kepurtian
 Ilmu Bumi
 Kebersihan dan Kesehatan
 Sejarah
 Didikan Budi Pekerti
 Menggambar
 Pendidikan Agama
 Ilmu Hayat
 Gerak Badan

2.2.3 Kurikulum 1964

Usai tahun 1952 menjelang tahun 1964, pemerintah kembali meyempurnakan


sistem kurikulum di Indonesia diberi nama “Rentjana Pendidikan 1964”. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum adalah pemerintah
mempunyai keinginan rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk bekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana

13
(Hamalik, Oemar. (2004)), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Ada yang menyebut Pacawardhana berfokus pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya,dan moral. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan
dan kegiatan dan kegiatan fungsional praktis.

2.2.4 Kurikulum Tahun 1968

Secara umum ketentuan-ketentuan dalam kurikulum 1968 adalah:


Kurikulum tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagaimana dikemukakan oleh
Ruseffendi yang dikutip Supriadi yaitu:
a. dalam pengajaran Geometri penekanan lebih kepada keterampilan berhitung.
Misalnya menghitung bangun luas geometri datar atau volume bangun gemetri
ruang bukan pada pengertian bagaimana rumus-rumus untuk perhitungan itu
diperoleh.
b. lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis dari pada pengertian
c. program berhitung kurang memperhatikan aspek kontiunitas dengan materi pada
jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan dunia.
d. penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya motivasi rasa
ingin tahu anak.
Dari ciri-ciri yang dikemukakan oleh Ruseffendi tadi kurikulum matematika tahun
1968 lebih menekankan kepada perhitungan dan hasil perhitungan, tidak pada pemahan
konsep pada suatu materi sehingga hanya menggunakan sistem hafalan. Hal ini yang
dapat dijadikan alasan kurang efektifnya penerapan kurikulum tahun 1968 ini sehingga
dilakukan perubahan kurikulum yang selanjutnya diterapkan yaitu kurikulum 1975.

2.2.5 Kurikulum 1975


Dari ketentuan yang ada pada kurikulum 1975, ada sedikit perbedaan
kurikulum dengan kurikulum 1968 yaitu adanya pengurangan jumlah bidang studi pada

14
setiap jenjang pendidikan dan pemisahan materi seperti ilmu Hayat, ilmu ukur dan
ilmu aljabar.
Dalam bidang matematika sendiri pada tahun 1975 ini terjadi perubahan dalam
pengajaran matematika di Indonesia. Menurut Ruseffendi yang dikutip Supriadi,
adapun karakteristik pengajaran matematika pada kurikulum 1975 adalah sebagai
berikut:
a. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu Himpunan, Gometri,
Bidang dan Ruang, Statistika dan Probalitas, Relasi, sistem Numerasi Kuno, dan
Penulisan Lambang Bilangan Nol desimal.diperkenalkan pula konsep-konsep
baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara
spiral dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan
kepengajaran yang bersifat rutin.
c. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah
daripada yang bersifat rutin.
d. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan
Sekolah lanjutan.
e. Terdapat penekanan pada struktur.
f. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya
keberagaman antar siswa.
g. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
h. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang
berpusat pada siswa.
i. Sebagai akibat dari pengajaran yang berpusat pada siswa, maka metode
pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik
diskusi.
j. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara
menarik,misalnya melalui permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.

15
Dari karakteristik pengajaran matematika di atas, tampak ada kemajuan
diantaranya dari system pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
siswa serta adanya pengenalan dengan materi matematika yang selama ini tidak
dimasukkan ke dalam kurikulum sebelumnya.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus

2.2.6 Kurikulum 1984


Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi
matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama atau
matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan
disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea,
dan Taiwan.
Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan
teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer. Perkembangan matematika di luar
negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun
1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan
dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan
kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan
antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan
lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan

16
anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu
melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal
lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan baru yang
sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan
siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah
melakukan hal-hal sebagai berikut;

1. Guru supaya meningkatkan profesinalisme

2. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
computer

3. Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah


lanjutan

4. Pengevaluasian hasil pembelajaran

5. Prinsip CBSA di pelihara terus

2.2.7 Kurikulum 1994


Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal
itu bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti
olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah 19
kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi
tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali adalah
Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang
mendulang medali. (tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena, lewat
perwakilan siswa SMU 1 Surakarta atas nama Nolang Hanani merebut medali).

17
Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam
kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelsaikan problem-problem
kehidupan dan lain sebagainya.
Dengan dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru
yang mampu membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah
kurikulum tahun 1994. Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi
perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-
model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan.
Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak
melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan
agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.

2.2.8 Kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Pada tahun 2004, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum baru
yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi. KBK menuntut keragaman penggunaan
berbagai sumber informasi, yang tidak hanya mengandalkan dari mulut guru, akan
tetapi dari sumber lainnya termasuk dari media elektronik semacam komputer dan
internet, vidio dan lainnya. Berdasarkan makna tersebut, maka KBK sebagai sebuah
kurikulum memiliki dua karakteristik utama. Pertama, KBK memuat sejumlah
kopetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Dan yang kedua, implementasi
pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman dengan
memperhatikan keberagaman setiap individu. Pembelajaran tidak hanya diarahkan
untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu dapat menunjang
dan mempengaruhi kemampuan berfikir dan kemampuan bertindak sehari-hari.
Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar. Kedua sisi
evaluasi itu sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi dilakukan

18
secara utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan tetapi sikap dan
keterampilan. Beberapa ciri penting dari Kurikulum.
Berbasis Kompetensi yang dikemukakan oleh Supriadi adalah:
a. Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu,
maka kurikulum 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
b. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
c. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah;
kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi.
d. Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
e. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi.
f. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi.
g. Kurikulum berbasis kompetensi ini secara garis besarnya mencakup tiga
kompenen yaitu kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian
hasil belajar.
h. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan
merupakan pokok bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui proses
belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
Adapun karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Mulyasa yaitu:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

19
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan dan pencapaian suatu kompetensi.

2.2.9 Kurikulum 2006 Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Menurut Anan Z. A yang dikutip oleh Edison, Penyebab
berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum KTSP adalah Penyempurnaan KBK
menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan hasil yang signifikan karena
berbagai faktor yaitu:
1. Konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru.
2. Draft kurikulum yang terus-menerus mengalami perubahan.
3. Belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas masih
berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menja¬lankan
tugas instruksional bagi siswanya.
Dengan demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami
penyempurnaan dengan tujuan agar kekurangan yang terdapat dalam KBK bisa
ditanggulangi, baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Supriadi mengemukakan ciri-ciri Kurikulum pendidikan matematika saat ini adalah:
1. Dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu.
2. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
3. Terdapat penekanan pada pengembangkan kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan matematika.
4. Cakupan materi sekolah dasar meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
5. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi.

20
6. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi
7. Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi poko dan indikator hasil
pencapaian belajar.
8. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi
bukanmerupakan pokok bahasan tersendiri,melainkan harus dicapai melalui
proses belajar dengan menintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
Adapun karakteristik dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah:
1. Pemberian otonomi luas keoada sekolah dan satuan pendidikan.
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
3. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
4. Tim kerja yang kompak dan transparan
5. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
6. Mendorong guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
7. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspek tabel bagi kebutuhan
siswa.
8. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
9. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

2.2.10 Kurikulum 2013


Perubahan Kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 menyangkut tiga elemen
perubahan kurikulum, yaitu pertama Standar Kompetensi Lulusan (SKL), yaitu
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hards skills dengan mengasah

21
3 aspek, yaitu : sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kedua Standar Isi (SI), yaitu
pada perubahan SI dimana pada KTSP 2006 kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran, pada kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi.
Sedangkan pendekatannya sama-sama dilakukan melalui pendekatan mata pelajaran.
Ketiga Standar Proses, yaitu yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi, pada kurikulum 2013 dilengkapi dengan pendekatan scientific yaitu
mengamati (observing), menanya (questioning), mengeksplorasi (eksploring),
mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).
Terkait dengan beberapa perubahan di atas, maka pada mata pelajaran matematika
juga terjadi perubahan-perubahan, antara lain:
a. Pada proses pembelajaran mulai dari masalah konkrit kemudian semi
konkrit dan akhirnya abstraksi permasalahan.
b. Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat
dikerjakan oleh siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak
hanya bisa menggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya).
c. perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka (gambar,
grafik, pola, dsb).
d. Matematika dirancang supaya siswa berpikir kritis untuk menyelesaikan
permasalahan yang diajukan.
e. Membiasakan siswa berpikir algoritmis.
f. Mengenalkan konsep pendekatan dan
Karakteristik Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2013 Edisi Revisi
Pada Kurikulum 2013 khususnya untuk jenjang SD/MI, terdapat perubahan pada
pembelajaran matematika, yaitu konsep pembelajaran terpadu tematik integratif
dengan mata pelajaran lain berlaku dari kelas I sampai kelas VI. Perubahan ini tentu
saja berdampak pada proses pembelajaran matematika, dimana pembelajaran
matematika dapat juga berorientasi pada pengayaan (enrichment) antar mata pelajaran,
pengembangan kemampuan berpikir, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli
dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan sosial, dan lingkungan alam.

22
Pembelajaran matematika di SD/MI diarahkan untuk mendorong peserta didik
mencari tahu dari berbagai sumber, mampu merumuskan masalah bukan hanya
menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu,
pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta didik berpikir logis dan kreatif bukan
sekedar berpikir mekanistis serta mampu bekerja sama dan berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah.
Pembelajaran matematika dilakukan dalam rangka mencapai kompetensi sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tidak
langsung (Indirect Teaching).

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional mengalami perubahan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuesi dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan juga dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi internasiaonal.Terbukti pada tahun 1980-an maraknya
teknologi kalkulator dan komputer akhirnya memaksa pemerintah melauncing
kurikulum baru yang sesuai dengan perkembangan zaman lahirlah kurikulum 1984.
Perkembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk
meningkankan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebagai instrument yang membantu
praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
masyarakat.
Dalam kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa :
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

3.2 Saran
Harapan masyarakat bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami nasib
yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kebutuhan pendidikan kini
semakin kompleks, begitu juga dengan kebutuhan kurikulum yang ada juga semakin
berkembang, maka setiaap sekolah menerapkan suatu sistem kurikulum yang sesuai
dengan lingkungan sekolahnya, karena tujuan, isi maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai