Matematika
“Pengembangan Kurikulum Matematika di Indonesia Setelah
Merdeka”
Kelompok 2 :
DOSEN PENGAMPU :
Drs. Suhermi, M.Pd
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Kurikulum Matematika di Indonesia Setelah Merdeka”. Penyusunan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Telaah Kurikulum dan Perencanaan
Pembelajaran Matematika. Kami berharap baik penulis maupun pembaca memperoleh
wawasan pengetahuan tentang hakikat pengembangan kurikulum diindonesia.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
5. Pengertian kurikulum menurut definisi Good V.Carter
(1973), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.
6. Pengertian kurikulum menurut definisi Murray Print yang mengemukakan
pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang
terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah
lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat
kurikulum diterapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kurikulum, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
didalamnya terdapat berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang di programkan,
direncanakan dan dirancang secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku
sebagai pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
3
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang,
seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat
lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum
pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu
kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang
telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-
prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga
pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan
kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan
banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
1) Prinsip - prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan
efektivitas
2) Prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan
media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian.
Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :
4
psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi
sosilogis).
2) Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar
yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3) Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik
secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar
yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang
di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang
pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4) Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada
secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5) Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas
maupun kuantitas.
5
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
2) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,
serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarsubstansi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
6
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan
satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang
justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan
sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.
Dalam meyikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus
hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum. Padahal
jauh lebih penting adalah perubahan kultural (perilaku) guna memenuhi prinsip-
prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
7
manfaat (benefit). Namun demikian, disamping kurikulum bermanfaat bagi anak didik,
ia juga mempunyai fungsi fungsi lain yakni:
a) Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Kurikulumm pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat dan krusial
untuk dicapai, sehingga salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau
kembali tujuan yang selama ini digunakan sekolah yang bersangkutan (Soetopo &
Soemanto, 1993:17). Maksudnya, bila tujuan tujuan yang diinginkan belum tercapai,
orang akan cenderung meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
itu, misalnya dengan meninjau kurikulumnya. Pendidikan tertinggi sampai pendidikan
terendah mempunyai tujuan, yaitu tujuan yang akan dicapai setelah berakhirnya
aktifitas belajar.
Di Indonesia ada 4 tujuan pendidikan utama yang secara hirarkis dapat ditemukan,
yaitu:
Tujuan Nasional
Tujuan Institusional
Tujuan Kurikuler
Tujuan Instruksional
Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita citakan, tujuan tujuan tersebut meski
dicapai secara bertingkat yang saling mendukung, sedangkan keberadaan kurikulum
disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan ).
b) Fungsi Kurikulum Bagi Anak Didik
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu
persiapan bagi anak didik. Anak didik diharapkan mendapatkan sejumlah pengalaman
baru yanmg dikemudian hari dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan
anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti.
8
Kalau kita kaitkan dengan pendidikan islam, pendidikan mestinya diorientasikan
kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberi bekal pengetahuan untuk hidup
pada zamannya kelak.
c) Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik
Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka guru semestinya mencermati tujuan pendidkan yang akan
dicapai oleh lembaga pendidikan dimana ia bekerja. Guru merupakan pendidik
profesional, yang secara implisit telah merelakan dirinya untuk memikul sebagai
tanggung jawab pendidikan yang ada dipundak orang tua. Tatkala menyerahkan
anaknya ke sekolah, berarti orang tua sudah melimpahkan sebagian tanggung jawab
pedidikan anaknya kepada guru / pendidik, tentunya orang tua berharap agar anaknya
menemukan guru yang baik, kompeten, dan berkualitas (Ramayulis, 1996:39).
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:
Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman belajar para anak
didik.
Pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam
rangka menyerap sejumlah pengalaman yang telah diberikan.
d) Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah atau Pembina Sekolah
Bagi kepala sekolah yang baru, yang dipelajari pertama kali adalah tujuan lembaga
yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari kurikulum yang berlaku untuk dipelajari,
terutama pada buku petunjuk pelaksanaan. Kepala sekolah merupakan administrator
dan supervisor yang memupunyai tanggung jawab terhadap kurikulum. Fungsi
kurikulum bagi kepala sekolah dan para pembina lainnya adalah:
Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki
situasi belajar.
Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan
situasi untuk menunjang situasi belajar anak kearah yang lebih baik.
9
Sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan
kepada guru atau pendidik agar dapat memperbaiki situasi belajar.
Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk
pengembangan kurikulum pada masa mendatang.
Sebagai pedoman unruk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar mengajar
(Soetopo dan Soemanto, 1993:19)
e) Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua
dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra putrinya. Bantuan yang
dimaksud dapat berupa konsultasi langsung dengan sekolah/ guru mengenai masalah
masalah menyangkut anak anak mereka. Bantuan berupa materi dari orang tua anak
dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah,
para orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak anak
mereka, sehingga partisipasi orang tua inipun tidak kalh pentingnya dalam
menyukseskan proses belajar mengajar disekolah.
f) Fungsi bagi Masyarakat dan Pemakai Lulusan
Kurikulum adalah alat produsen dari sekolah, sedangkan masyarakat adalah
konsumennya. Suatu barang antara produsen dan konsumen harus ada sinkron.
Kurikulum sekolah outputnya harus dapat link and match dengan kebutuhan
masyarakat. Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak
pemakai lulusan sekolah yang bersangkutan. Dengan mengetahui kurikulum suatu
sekolah, masyarakat, sebagai pemakai lulusan, dapat melaksanakan sekurang
kurangnya dua macam berikut:
Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orangtua dan
masyarakat.
10
Ikut memberikan kritik dan saran yang konstruktif demi menyempurnakan
program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi degan kebutuhan masyarakat dan
lapangan kerja.
g) Fungsi kurikulum bagi penulis
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang
berlaku pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun sub pokok
bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis intruksional terlebih dahulu.
Kemudian menusun garis garis besar program pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran
tertentu, baru berbagai sumber bahan yang relevan.
11
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:
Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya
Garis - garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikira dalam arti kognitif, namun
yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude), meliputi :
Kesadaran bernegara dan bermasyarakat
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari – hari
Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
12
melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak yang tidak mampu sekolah ke
jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1952 yakni untuk jenjang Sekolah Rakyat
(SR) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut :
Bahasa Indonesia
Menulis
Bahasa Daerah
Seni Suara
Pekerjaan Tangan
Ilmu Alam
Pekerjaan Kepurtian
Ilmu Bumi
Kebersihan dan Kesehatan
Sejarah
Didikan Budi Pekerti
Menggambar
Pendidikan Agama
Ilmu Hayat
Gerak Badan
13
(Hamalik, Oemar. (2004)), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Ada yang menyebut Pacawardhana berfokus pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya,dan moral. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan
dan kegiatan dan kegiatan fungsional praktis.
14
setiap jenjang pendidikan dan pemisahan materi seperti ilmu Hayat, ilmu ukur dan
ilmu aljabar.
Dalam bidang matematika sendiri pada tahun 1975 ini terjadi perubahan dalam
pengajaran matematika di Indonesia. Menurut Ruseffendi yang dikutip Supriadi,
adapun karakteristik pengajaran matematika pada kurikulum 1975 adalah sebagai
berikut:
a. Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu Himpunan, Gometri,
Bidang dan Ruang, Statistika dan Probalitas, Relasi, sistem Numerasi Kuno, dan
Penulisan Lambang Bilangan Nol desimal.diperkenalkan pula konsep-konsep
baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara
spiral dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
b. Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan
kepengajaran yang bersifat rutin.
c. Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah
daripada yang bersifat rutin.
d. Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan
Sekolah lanjutan.
e. Terdapat penekanan pada struktur.
f. Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya
keberagaman antar siswa.
g. Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat.
h. Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang
berpusat pada siswa.
i. Sebagai akibat dari pengajaran yang berpusat pada siswa, maka metode
pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik
diskusi.
j. Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara
menarik,misalnya melalui permainan, teka-teki atau kegiatan lapangan.
15
Dari karakteristik pengajaran matematika di atas, tampak ada kemajuan
diantaranya dari system pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
siswa serta adanya pengenalan dengan materi matematika yang selama ini tidak
dimasukkan ke dalam kurikulum sebelumnya.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan Moral Pancasila
3. Bahasa Indonesia
4. IPS
5. Matematika
6. IPA
7. Olah raga dan kesehatan
8. Kesenian
9. Keterampilan khusus
16
anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu
melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal
lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan baru yang
sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan
siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah
melakukan hal-hal sebagai berikut;
2. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
computer
17
Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam
kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelsaikan problem-problem
kehidupan dan lain sebagainya.
Dengan dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru
yang mampu membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah
kurikulum tahun 1994. Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi
perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-
model pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan.
Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak
melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan
agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
18
secara utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan tetapi sikap dan
keterampilan. Beberapa ciri penting dari Kurikulum.
Berbasis Kompetensi yang dikemukakan oleh Supriadi adalah:
a. Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu,
maka kurikulum 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.
b. Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
c. Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah;
kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi.
d. Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
e. Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi.
f. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi.
g. Kurikulum berbasis kompetensi ini secara garis besarnya mencakup tiga
kompenen yaitu kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian
hasil belajar.
h. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan
merupakan pokok bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui proses
belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
Adapun karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Mulyasa yaitu:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
19
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan dan pencapaian suatu kompetensi.
20
6. Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi
7. Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi poko dan indikator hasil
pencapaian belajar.
8. Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi
bukanmerupakan pokok bahasan tersendiri,melainkan harus dicapai melalui
proses belajar dengan menintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.
Adapun karakteristik dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah:
1. Pemberian otonomi luas keoada sekolah dan satuan pendidikan.
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
3. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional
4. Tim kerja yang kompak dan transparan
5. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
6. Mendorong guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program
pendidikan.
7. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspek tabel bagi kebutuhan
siswa.
8. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
9. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
21
3 aspek, yaitu : sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kedua Standar Isi (SI), yaitu
pada perubahan SI dimana pada KTSP 2006 kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran, pada kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan dari kompetensi.
Sedangkan pendekatannya sama-sama dilakukan melalui pendekatan mata pelajaran.
Ketiga Standar Proses, yaitu yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi, pada kurikulum 2013 dilengkapi dengan pendekatan scientific yaitu
mengamati (observing), menanya (questioning), mengeksplorasi (eksploring),
mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).
Terkait dengan beberapa perubahan di atas, maka pada mata pelajaran matematika
juga terjadi perubahan-perubahan, antara lain:
a. Pada proses pembelajaran mulai dari masalah konkrit kemudian semi
konkrit dan akhirnya abstraksi permasalahan.
b. Rumus diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat
dikerjakan oleh siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar (tidak
hanya bisa menggunakan tetapi juga memahami asal-usulnya).
c. perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka (gambar,
grafik, pola, dsb).
d. Matematika dirancang supaya siswa berpikir kritis untuk menyelesaikan
permasalahan yang diajukan.
e. Membiasakan siswa berpikir algoritmis.
f. Mengenalkan konsep pendekatan dan
Karakteristik Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2013 Edisi Revisi
Pada Kurikulum 2013 khususnya untuk jenjang SD/MI, terdapat perubahan pada
pembelajaran matematika, yaitu konsep pembelajaran terpadu tematik integratif
dengan mata pelajaran lain berlaku dari kelas I sampai kelas VI. Perubahan ini tentu
saja berdampak pada proses pembelajaran matematika, dimana pembelajaran
matematika dapat juga berorientasi pada pengayaan (enrichment) antar mata pelajaran,
pengembangan kemampuan berpikir, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli
dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan sosial, dan lingkungan alam.
22
Pembelajaran matematika di SD/MI diarahkan untuk mendorong peserta didik
mencari tahu dari berbagai sumber, mampu merumuskan masalah bukan hanya
menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu,
pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta didik berpikir logis dan kreatif bukan
sekedar berpikir mekanistis serta mampu bekerja sama dan berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah.
Pembelajaran matematika dilakukan dalam rangka mencapai kompetensi sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tidak
langsung (Indirect Teaching).
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional mengalami perubahan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuesi dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan juga dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi internasiaonal.Terbukti pada tahun 1980-an maraknya
teknologi kalkulator dan komputer akhirnya memaksa pemerintah melauncing
kurikulum baru yang sesuai dengan perkembangan zaman lahirlah kurikulum 1984.
Perkembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk
meningkankan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebagai instrument yang membantu
praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
masyarakat.
Dalam kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa :
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
3.2 Saran
Harapan masyarakat bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami nasib
yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kebutuhan pendidikan kini
semakin kompleks, begitu juga dengan kebutuhan kurikulum yang ada juga semakin
berkembang, maka setiaap sekolah menerapkan suatu sistem kurikulum yang sesuai
dengan lingkungan sekolahnya, karena tujuan, isi maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyarakat.
24
DAFTAR PUSTAKA
25