Anda di halaman 1dari 6

Kemurnian Al-Qur’an Sepanjang Zaman

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, perkembangan teknologi pun


sudah menjamur ke berbagai sudut kehidupan manusia dengan perlahan namun pasti
mengeser moralitas dan akhlak manusia. Tak ada yang dapat memastikan kapan era modern
yang dipenuhi teknologi canggih akan berakhir. Namun ditengah perkembangan zaman yang
semakin edan dan tak karuan, Al-Qur’an tetap menjadi pedoman bagi umat Islam sepanjang
zaman dan akan tetap terjaga kemurniannya.
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang terakhir yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW yang merupakan kitab suci umat Islam. Merunut pada sejarahnya, Al-
Qur’an diturunkan pertama kali pada malam ke-17 bulan Ramadhan yang kemudian disebut
juga dengan malam Nuzulul Quran. Wahyu pertama disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada
nabi Muhammad di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, Mekah. Al Quran terdiri dari 30 juz,
114 Surah dan 6.666 ayat.
Ketika itu Nabi Muhammad tengah menyendiri di gua Hira, kemudian malaikat Jibril
datang menghampirinya hingga membuat beliau ketakutan. Malaikat Jibril kemudian
menyodorkan sebuah tulisan kepada Nabi Muhammad, lalu berkata “Iqra”, namun keadaan
Nabi pada saat itu yang masih Umiy (belum bisa membaca) sehingga beliau menjawab “Ma
ana biqirain (saya tidak bisa membaca)”. Namun malaikat Jibril terus mendesaknya dengan
mengatakan “Iqra !”, dan Nabi Muhammad pun memberi jawaban yang sama, bahwasannya
beliau tidak bisa membaca.
Kisah ini berlanjut, kemudian Nabi Muhammad mengikuti perkataan malaikat Jibril.
Pada saat itulah turun wahyu pertama kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-‘alaq 1-5.
Sejak saat itu wahyu berupa surat-surat yang disampaikan oleh melaikat terus disampaikan
pada Nabi secara berangsur-angsur.
Wahyu-wahyu tersebut lalu disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada umatnya pada
saat itu dengan ucapannya (karena Nabi menghafal setiap wahyu yang disampaikan malaikat
Jibril). Dari perkataan Nabi itulah kemudian ditulis oleh para Sahabat Nabi, yang kemudian
pada masa khalifah Utsman Bin Affan Al-qu’an mulai dibukukan menjadi kitab. Dalam
proses Al-Qur’an menjadi kitab tidaklah semudah yang kita bayangkan, dari mulai
pengumpulan aksara-aksara yang terdapat di batu, kayu, dan tulang yang kemudian di salin
kedalam lembaran-lembaran.
Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang paling lengkap dan sempurna dan Al-Qur’an
juga berfungsi untuk menyempurnakan dan mengoreksi kitab-kitab Allah sebelumnya. Kitab
suci Al Quran di antaranya berisi tentang keimanan, akhlak, ibadah, muamalat, janji Allah,
sejarah, dan ilmu pengetahuan.
Sebagai umat Islam kita pun harus menjaga kemurnian Al-Qur’an dan tidak
menjadikannya jimat (biasanya potongan lembaran Al-Qur’an sering dijadikan jimat yang
konon katanya dapat menjauhkan diri kita dari Bala’/celaka). Dalam surat Al-Hijr ayat 9
Allah menjelaskan bahwa Dia akan selalu menjaga kemurnian Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Al-Qur’an itu dan Kami pulalah yang
senantiasa menjamin pemeliharaannya”.(QS: Al-Hijr: 9)
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa kemurnian dan keaslian Al-Qur’an senantiasa
dijaga oleh Allah SWT. Hal ini dapat kita amati dari banyaknya umat muslim yang hafal Al-
Qur’an (baik keseluruhan ataupun sebagian), berbeda dengan kitab-kitab Allah sebelumnya
yang pada saat ini dipertanyakan kemurniannya karena ada campus tangan manusia/ulamanya
yang merubah isi kandungan ataupun menambahkan pemikirannya kedalam kitab tuhan
tersebut (hal ini terjadi pada kitab Injil), dengan demikian mutlaklah bahwa Al-Qur’an
merupakan kitab yang sempurna yang juga merupakan korektor terhadap kitab-kitab Allah
sebelumnya.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa keistimewaan dan keutamaan Al-
Quran adalah:
Al-Qur’an telah menghimpun ringkasan dari hukum hukum illahi, sebagai
penguat dan pembenar dari apa yang terkandung dari kitab-kitab Allah
terdahulu yang berisi perintah untuk beribadah kepada-Nya semata.

Setiap manusia wajib berpegang teguh kepada Al-Qur’an karena itu setiap orang
harus mengikuti petunjuk al-Qur’an dan mengamalkannya. Hal itu berbeda
dengan kitab-kitab sebelumnya yang hanya khusus bagi kaum tertentu.

Allah SWT telah menjamin untuk menjaga Al-Qur’an, karena itu belum ada
tangan yang bisa mengubahnya dan tidak akan pernah ada.

Fakta Kemahaagungan Allah Menjaga Kemurnian Al Qur’an Sampai Akhir Zaman


Pembagian Al Qur’an
Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dan terdiri atas 114 surat. Surat
terpanjang di dalam Al Qur’an terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, sedangkan surat-surat
terpendek terdiri dari 3 surat, yaitu al-‘Ashr, al-Kautsar, dan an-Nashr. Surat-surat di dalam
Al Qur’an dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu surat Makkiyah dan Madaniyyah.
Terjadi sedikit perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai jumlah ayat yang
terdapat di dalam Al Qur’an. Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al Qur’an adalah
6.236, sementara sebagian lagi menyatakan 6.666. Adanya perbedaan mengenai jumlah ayat
ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat
(kecuali at-Taubah). Kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan
huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim, dan sebagainya. Sebagian ulama ada
yang memasukkannya sebagai ayat, ada pula yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al Qur’an
dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al
Qur’an). Kemudian, masing-masing hizbtersebut dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-
tanda ar-rub’ (seperempat), an-nishf (seperdua), dan ats-tsalasah (tiga perempat). Selain itu,
Al Qur’an dibagi pula dalam 554 ruku’, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Sebagai
penanda, maka pada setiap satu ruku’ diberi tanda berupa huruf ain di pinggir. Surat yang
panjang berisi beberapa ruku’, sedang untuk surat-surat yang pendek hanya berisi satu ruku’.
Tanda pertengahan Al Qur’an atau Nishf Al Qur’an terdapat pada surat al-Kahfi ayat
19, yaitu pada lafalwalyatalaththaf, yang artinya adalah, “hendaklah ia berlaku lemah
lembut”.
Al Qur’an sebagai Mukjizat
Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa, yang tiada mungkin dan tidak akan
kuasa manusia menciptakannya. Mukjizat adalah sesuatu yang di luar kesanggupan manusia.
Seluruh nabi-nabi Allah dikaruniai mukjizat. Mukjizat terbesar yang dikaruniakan Allah swt
kepada Nabiyullah Muhammad saw, di samping mukjizat-mukjizat yang lain, adalah
mukjizat yang akan abadi hingga hari akhir, yakni Al Qur’an. Mukjizat Al Qur’an terletak
pada janji Allah swt yang menjamin dengan diri-Nya sendiri akan pemeliharaan dan
penjagaannya.
”Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami tetap
memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9)
Selain penjagaannya yang dijamin oleh Allah swt, nilai mukjizat itu juga terletak
pada fashahah danbalaghahnya, keindahan susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang
tiada tara bandingannya. Mustahil manusia dapat membuat susunan yang serupa dengan Al
Qur’an. Allah sendiri telah menantang melalui kitab-Nya terhadap orang-orang atau jin yang
berupaya menandingi firman-Nya dengan mengatakan:Kendati pun berkumpul jin dan
manusia untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an, mereka tidak akan dapat
membuatnya.
”Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Qur’an ini, niscaya tidak mereka akan dapat membuatnya walaupun sebagian mereka
membantu sebagian (yang lain).”(QS. Al-Israa’ [17]: 88)
Beberapa kisah dalam Sirah Nabawiyah meriwayatkan keindahan susunan dan gaya
bahasa Al Qur’an yang mampu menundukkan hati para sastrawan kafir Arab. Seperti
dikisahkan dalam salah satu riwayat berikut ini.
Ketika beberapa pemimpin Quraisy berkumpul merundingkan cara-cara
menaklukkan Rasulullah saw., mereka bersepakat mengutus Abu Walid, seorang sastrawan
Arab yang hampir taktertandingi di seluruh jazirah Arab, untuk meminta Rasulullah
meninggalkan dakwahnya. Tawaran yang diberikan pun tidak main-main. Rasulullah akan
diberi pangkat, harta, dan apa pun yang dikehendaki. Ketika menghadap Rasulullah, Abul
Walid mendengar Rasulullah saw membacakan surat Fushilat dari awal sampai akhir, yang
diantaranya berbunyi:
”Haa Miim, diturunkan dari Dzat yang Maha Rahman dan Rahiim, Kitab yang dijelaskan
ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang
membawa berita gembira dan yang membawa peringatan tetapi kebanyakan dari mereka
berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: Hati kami
berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang engkau seru kami kepadanya dan di telinga
kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu;
Sesungguhnya kami bekerja (pula).” (Q.S. Fushilat [41]: 1-5)
Mendengar ayat-ayat Allah tersebut, Abul Walid tak mampu berkata-kata. Akal dan
hatinya tertarik dan terpesona pada keindahan dan gaya bahasa Al Qur’an. Ia termenung-
menung. Akal dan hatinya membenarkan, tetapi hawa nafsunya menolak. Abul Walid
kembali kepada kaumnya tanpa mampu berkata sepatah pun di hadapan Rasulullah saw.
Kaumnya yang menunggu gelisah, semakin gundah melihat wajah Abul Walid yang
tak seperti biasanya. ”Apa hasil yang engkau bawa, wahai Abul Walid? Mengapa engkau
bermuram durja?”
Abul Walid menjawab, ”Aku belum pernah mendengar kata-kata seindah itu, seumur
hidupku. Itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya Al
Qur’an itu bagaikan pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah,
susunannya manis dan enak didengar. Itu bukan kata-kata manusia, ia adalah tinggi dan tiada
yang mengatasi.”
Mendengar jawaban ini, kaumnya menuduh Abul Walid telah berkhianat dan
cenderung kepada Islam.
Reaksi sebagian besar para ahli sastra dan syair Arab terhadap tantangan Al Qur’an
adalah bungkam, terdiam sejuta bahasa, tiada yang bernyali untuk tampil ke muka, karena
ketidaksanggupan mereka dan ketakutan akan cemoohan dan hinaan. Namun sebagian yang
lain memberanikan diri menirukan Al Qur’an dan mengangkat dirinya sendiri sebagai nabi
baru. Orang-orang tersebut di antaranya adalah Musailamah Al-Kadzab, Thulaihah, dan
Habalah bin Kaab. Namun, mereka semua hanya mempersembahkan kegagalan, cemooh, dan
hinaan kaumnya sendiri.
Salah satu ’karya’ Musailamah yang mencoba menandingi Al Qur’an adalah:
”Yaa dhifda’u dhifda ’aini, naqyii maa tunaqiina, a’laaki fil maa’i, wa asfalaki fiith thiini.”
”Wahai katak anak dari dua katak, bersihkanlah apa-apa yang engkau bersihkan, bahagian
atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.”
Seorang sastrawan Arab termasyur, al-Jahiz, memberikan penilaian atas gubahan
Musailamah tersebut dalam bukunya ”al-Hayawan”. Katanya, saya tidak mengerti apa yang
menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak dan sebagainya itu. Alangkah kotornya
gubahan yang dikatanya sebagai ayat Al Qur’an dan dikatakannya turun sebagai wahyu.
Syekh Muhamad Abdul dalam kitabnya ”Rasaalatut Tauhid”, menjelaskan bagaimana
ketinggian dan kemajuan bahasa Arab pada masa turunnya Al Qur’an. Al Qur’an diturunkan
pada suatu masa–yang telah sepakat ahli-ahli riwayat berkata– yang amat gemilang. Itu
ditinjau dari kemajuan bahasanya. Pada masa itu, banyak sekali terdapat ahli-ahli sastera dan
ahli-ahli pidato.
Kemudian ia berkata tentang tantangan Al Qur’an terhadap ahli-ahli sastra tersebut. Sungguh
benar, bahwa Al Qur’an adalah mukjizat, telah berlalu masa yang panjang, telah silih
berganti datangnya angkatan demi angkatan sastrawan. Al Qur’an tetap berlaku, tak
seorang pun yang dapat menandinginya dan menjawab tantangannya. Semua kembali
dengan tangan hampa, karena memang lemah dan tiada daya.
Ia juga berkata: Bukankah lahirnya Al Qur’an dibawa oleh seorang yang buta huruf?
Mukjizat dan ketetapan yang sulit untuk ditentang kebenarannya, membuktikan bahwa Al
Qur’an sama sekali bukan buatan manusia.
Syekh Muhammad Abdullah Darraz, guru besar Ilmu Tafsir pada Univeritas Al-
Azhar, Kairo. Syek Darraz telah menulis kitab yang bertajuk An-Naba' al-Azhim. Kitab yang
dikarang tokoh kelahiran Deyai, Provinis Kafr El Syekh, Mesir, 8 November 1894, itu
merupakan hasil kumpulan materi kuliah yang disampaikannya kepada mahasiswa Fakultas
Ushuluddin Jurusan Ilmu Tafsir Univeristas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Syekh Darraz menekankan tentang fakta kemurnian Alquran. Kitab suci tersebut
bukanlah tulisan atau perkataan yang dibuat-buat oleh Rasulullah. Penegasan Alquran
bukanlah produk Nabi Muhammad SAW ditegaskan langsung oleh kitab suci itu sendiri.

Beberapa ayat menguatkan Alquran bersumber langsung dari Allah SWT. Di


antaranya, ayat ke-203 dari surah an-Nahl, "Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat
Alquran kepada mereka, mereka berkata: Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?
Katakanlah: Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku
kepadaku. Alquran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman."

Pengakuan Alquran bukan tanpa dasar. Alquran telah memberikan kesempatan


kepada mereka yang menuding bahwa Alquran buatan manusia. Kesemuanya terpatahkan
lantaran mereka gagal membuat produk serupa dengan Alquran, apalagi lebih baik darinya.

Tokoh yang memperoleh gelar doktor dari Univeristas Sorbonne, Prancis, ini
mengutarakan tentang keindahan dan keistimewaan Alquran dari segi penyusunan dan
sistematika Alquran.

Kelebihan itu bisa diklasifikasikan ke dalam empat kategori utama, yaitu korelasi
antara kata per kata yang terdapat pada ayat satu dan ayat lainnya, surah dengan surah,
Alquran secara keseluruhan dengan sebagian surah, ataupun keterkaitan seluruh bagian
Alquran.

Syekh Darraz menegaskan, tidak terdapat satu pun surah Alquran yang diturunkan
begitu saja tanpa ada keterkaitan dengan surah sebelumnya. Begitu juga dengan ayat-ayat
yang saling berkaitan satu sama lain.

Siapa pun akan mengira jika surah-surah panjang itu diturunkan tanpa ada makna di
baliknya. Padahal, kalau ditelusuri lebih mendalam, kesekian ayat yang terkandung di
dalamnya mengisyaratkan satu kohesi atau kesatuan makna.
Ayat satu akan saling menguatkan satu sama lain, ujar Syekh Darraz. Secara garis
besar, ia menyimpulkan bahwa Alquran mengandung kemukjizatan, baik ditinjau dari aspek
yang lebih spesifik maupun sekadar melihat dari sisi globalnya.

Anda mungkin juga menyukai