Anda di halaman 1dari 5

Dalam ajaran agama Hindu, Kaliyuga (disebut juga "zaman kegelapan") adalah salah satu dari empat

jenjang zaman yang merupakan siklus dari Yuga. Jenjang yang lain bernama Dwaparayuga, Tretayuga,
dan Satyayuga. Menurut Surya Siddhanta (kitab ilmu astronomis yang menjadi dasar perhitungan
kalender Hindu dan Buddha), Kaliyuga dimulai tengah malam pada pukul 00.00 (atau 24.00), pada
tanggal 18 Februari 3102 SM menurut perhitungan kalender Julian, atau tanggal 23 Januari 3102 SM
menurut perhitungan kalender Gregorian, yang mana pada saat tersebut diyakini oleh umat Hindu
sebagai saat ketika Kresna meninggal dunia. Kali Yuga berlangsung selama 432.000 tahun.

Kebanyakan umat Hindu meyakini sekarang adalah masa Kali Yuga, meskipun ada yang mengatakan
sekarang masa Dwaparayuga. Menurut Sri Yukteswar, semenjak tahun 1699 Masehi, bumi telah
memasuki kembali zaman Dwaparayuga. Namun, dilihat dari situasi dan kondisi, bagi kebanyakan
umat Hindu, zaman sekarang cenderung menunjukkan tanda-tanda zaman Kaliyuga. Semenjak tahun
3102 SM sampai sekarang, zaman Kaliyuga baru berjalan selama kurang lebih 5000 tahun.

Kata "Kali" dalam Kali Yuga tidak sama dengan Dewi Kali. Dalam kata Kaliyuga, Kali berarti:
perselisihan, permusuhan, persaingan, atau perkelahian. Sedangkan kata "Kali" pada Dewi Kali berarti
"waktu".

Tanda-tanda zaman Kaliyuga

Dalam kitab Wisnupurana dituturkan:

Pada masa Kaliyuga, ada banyak aturan yang saling bersaing satu sama lain. Mereka tidak akan punya
tabiat. Kekerasan, kepalsuan, dan tindak kejahatan akan menjadi santapan sehari-hari. Kesucian dan
tabiat baik perlahan-lahan akan merosot..... Gairah dan nafsu menjadi pemuas hati di antara pria dan
wanita. Wanita akan menjadi objek yang memikat nafsu birahi. Kebohongan akan digunakan untuk
mencari nafkah. Orang-orang terpelajar kelihatan lucu dan aneh. Hanya orang-orang kaya yang akan
berkuasa.

Pada zaman Kaliyuga, banyak perubahan tak diinginkan yang akan terjadi. Tangan kiri akan menjadi
tangan kanan, dan tangan kanan menjadi tangan kiri. Orang yang kurang terpelajar akan mengajari
kebenaran. Yang tua kurang sensitif terhadap yang muda, dan yang muda akan berani melawan yang
tua.

Pada zaman Kaliyuga, orang-orang yang berbuat dosa akan bertambah berlipat-lipat, kebajikan akan
meredup dan berhenti berkembang.

Pada zaman Kaliyuga, kehamilan di usia remaja bukanlah hal yang asing lagi. Penyebab utamanya
kebanyakan karena dampak sosial dari pergaulan yang dijadikan salah satu kebutuhan utama dalam
hidup.
Pada zaman tersebut, umat manusia menjadi semakin pendek, raganya melemah secara mental dan
rohaniah.

Pada zaman Kaliyuga, para guru akan dilawan oleh para muridnya. Mereka perlahan-lahan kehilangan
rasa hormat. Pelajarannya akan dicela dan Kama (nafsu) akan mengontrol semua keinginan manusia.

Semakin bertambahnya orang-orang berdosa, keadilan menjadi ternoda, dan kemarahan Tuhan akan
mendera. Orang-orang berdosa akan dihukum melalui kejadian yang disebabkan oleh kuasa Tuhan,
tetapi orang-orang yang masih hidup dan sempat menyaksikannya masih punya kesempatan untuk
bertobat, atau tidak bertobat dan ikut dihukum bersama orang-orang berdosa yang lain.

Ketika pohon-pohon berhenti berbunga, dan pohon-pohon buah berhenti berbuah, maka pada saat
itulah masa-masa menjelang akhirnya zaman Kaliyuga. Hujan akan turun bukan pada musimnya ketika
akhir zaman Kaliyuga sudah mendekat.

Yuga

Dalam ajaran agama Hindu, Yuga atau 1 Mahayuga adalah suatu siklus perkembangan zaman yang
terjadi di muka bumi, yang terbagi menjadi empat zaman, yaitu Satyayuga atau Kerta Yuga, Tretayuga,
Dwaparayuga, dan Kaliyuga. Menurut ajaran Hindu, keempat zaman tersebut membentuk suatu siklus,
sama seperti siklus empat musim. Siklus tersebut diawali dengan Satyayuga, menuju Kaliyuga. Setelah
Kaliyuga berakhir, dimulailah Satyayuga yang baru. Perubahan zaman dari Satyayuga (zaman
keemasan) menuju Kaliyuga (zaman kegelapan) merupakan kenyataan bahwa ajaran kebenaran dan
kesadaran sebagai umat beragama lambat laun akan berkurang, seiring bertambahnya umat manusia
dan perubahan zaman. Dimana pada akhirnya manusia akan merasa bahwa di suatu masa yang sudah
tua, ketika bumi renta, ketika kerusakan moral dan pergeseran budaya sudah bertambah parah, maka
sudah saatnya untuk kiamat.

Caturyuga ibarat Lembu Dharma

Jika diibaratkan seperti Lembu Dharma (simbol perkembangan moralitas), keempat siklus Yuga
(Caturyuga) seperti lembu yang berdiri dengan empat kakinya, dimana setiap zaman berganti, kaki
lembu juga ikut berkurang satu, simbol moralitas yang berkurang setiap zaman. Zaman Satyayuga
seperti lembu yang berdiri dengan empat kaki, moralitas mantap. Sedangkan zaman Tretayuga seperti
lembu yang berdiri dengan tiga kaki. Masa Dwaparayuga dengan dua kaki, dan masa Kali Yuga hanya
dengan satu kaki. Pada zaman itu, moralitas tidak bisa berdiri lagi dengan mantap.

Siklus yang selalu berputar

Siklus tersebut dimulai dari zaman keemasan (Satyayuga), dan diakhiri oleh zaman kegelapan
(Kaliyuga). Setelah zaman kegelapan berakhir, dimulailah zaman keemasan yang baru, sama halnya
seperti perubahan musim dingin ke musim semi, dan siklus tersebut berlangsung selama ribuan tahun.
Ketika masa kegelapan berakhir, maka zaman baru akan muncul, dimana manusia-manusia yang
memiliki sifat jahat sudah dibinasakan sebelumnya untuk memulai kehidupan baru yang lebih damai.
Itulah siklus masa dari Satyayuga menuju Kaliyuga, dan Kaliyuga akan kembali kepada Satyayuga.
Periode dari Satyayuga menuju Kaliyuga disebut 1 Mahayuga. Setelah Mahayuga berlangsung selama
71 kali, maka tercapailah suatu periode yang disebut Manwantara. Setelah 14 Manwantara
berlangsung, maka dicapailah suatu periode yang disebut Kalpa. Menurut ajaran Hindu, pada saat
periode tersebut dicapai, maka alam semesta dihancurkan.

Karakter setiap zaman

1. Pada masa Satyayuga, kesadaran umat manusia akan Dharma (kebenaran, kebajikan, kejujuran)
sangat tinggi. Budaya manusia sangat luhur. Moral manusia tidak rusak. Kebenaran sangat
dijunjung tinggi sebagai aturan hidup. Hampir tidak ada kejahatan dan tindakan yang
melanggar aturan. Maka dari itu, zaman tersebut disebut juga ‘zaman keemasan’.
2. Masa Tretayuga merupakan zaman kerohanian. Sifat-sifat kerohanian sangat jelas tampak.
Agama menjadi dasar hidup. Meskipun begitu, orang-orang mulai berbuat dosa dan penjahat-
penjahat mulai bermunculan. Pada zaman ini, seseorang yang pandai, memiliki pengetahuan
dan wawasan luas, serta ahli filsafat akan sangat dihormati.

3. Pada masa Dwaparayuga, manusia mulai bertindak rasional. Penjahat-penjahat dan orang-orang
berdosa bertambah. Kelicikan dan kebohongan mulai tampak. Yang diutamakan pada zaman ini
adalah pelaksanaan ritual. Asalkan mampu melaksanakan upacara, maka seseorang akan
dihormati. Akhir zaman Dwapara dimulai ketika Kresna meninggal, setelah itu dunia memulai
zaman terakhir, Kali Yuga.

4. Zaman terakhir, Kaliyuga, merupakan zaman kehancuran. Banyak manusia mulai melupakan
Tuhan. Banyak moral manusia yang rusak parah. Kaum pria banyak berkuasa dan wanita
dianggap sebagai objek pemikat nafsu mereka. Banyak siswa berani melawan gurunya. Banyak
orang-orang yang mencari nafkah dengan tidak jujur. Dan banyak lagi kepalsuan, kebohongan,
kejahatan, dan tindak kekerasan. Pada zaman ini, uang yang paling berkuasa. Hukum dan
jabatan mampu dibeli dengan uang.

Sesuai dengan karakter pada masing-masing zaman, terdapat hal-hal yang diutamakan, yakni:

1. Dhyana (bermeditasi, mengheningkan pikiran) pada Satyayuga. Pada masa itu, pelaksanaan
meditasi dan memusatkan pikiran kepada Tuhan yang paling diutamakan dan orang yang
melaksanakannya akan dipuji-puji dan dihormati.
2. Jnyana (belajar, memiliki pengetahuan) pada Tretayuga. Pada masa itu, pengetahuan yang
diutamakan dan pendidikan mendapat perhatian penuh pada masa itu. Orang-orang yang pandai
dan terpelajar akan diistimewakan dan sangat dihormati pada masa itu.
3. Yajnya (mengadakan ritual) pada Dwaparayuga. Pada zaman tersebut, pelaksanaan ritual yang
diutamakan. Asalkan seseorang melaksanakan ritual maka ia akan dihormati, tidak peduli kaya
atau miskin, baik atau jahat.

4. Dana (memiliki uang, memberi kekayaan) pada Kaliyuga. Pada zaman itu, uang dan kekayaan
yang paling diuatamakan. Asalkan seseorang memiliki kekayaan, maka ia akan dihormati dan
berkuasa. Budi pekerti tidak lagi dihiraukan, malah orang yang pandai akan menjadi bahan
ejekan. Pada masa itu, dengan uang seseorang dapat membeli kehormatan

Siklus Yuga menurut Sri Yukteswar.Menurut perhitungan tradisional

Dalam Caturyuga, setiap zaman yang berlangsung memiliki jangka waktu. Menurut salah satu
perhitungan tradisional, masing-masing zaman memiliki jangka waktu yang berbeda, dan bila
digabungkan, akan membentuk suatu periode yang disebut 1 Mahayuga. Secara singkat dijabarkan
seperti di bawah ini:

Satyayuga (1.728.000 tahun)

Tretayuga (1.296.000 tahun)

Dwaparayuga (864.000 tahun)

Kaliyuga (432.000 tahun)

Mahayuga (4.320.000 tahun)

Jangka waktu tersebut menjadi dasar perhitungan yang terkenal, seperti yang dijabarkan kitab
Bhagawadgita yang disusun oleh Om Visnupada A.C.B. Swami Prabhupada. Menurut kitab tersebut,
masa Kali Yuga dimulai ±5.000 tahun yang lalu (konon pada saat raja Yudistira naik tahta dan Kresna
meninggal, yaitu tahun 3102 SM) dan akan terus berlangsung, kurang lebih selama 432.000 tahun.

Menurut Sri Yukteswar

Sri Yukteswar memiliki perhitungan lain. Menurut Sri Yukteswar, dalam bukunya The Holy Science,
Satyayuga berlangsung selama 4.800 tahun, Tretayuga berlangsung selama 3.600 tahun, Dwaparayuga
berlangsung selama 2.400 tahun, dan Kaliyuga berlangsung selama 1.200 tahun.

Menurut Sri Yukteswar, Kaliyuga dimulai pada tahun 499 SM, dan semenjak tahun 1699 M, dunia ini
sudah melalui masa Dwaparayuga kembali. Siklus yang dimaksud oleh Sri Yukteswar adalah siklus
yang mundur ke belakang, bukan kembali ke awal.
Masa 1.200 tahun menurut perhitungan Sri Yukteswar konon merupakan jangka waktu yang
sebenarnya dari zaman Kaliyuga. Namun masa tersebut bukan tahun biasa seperti tahun di bumi,
melainkan tahun Dewa. Masa 1.200 tahun Dewa sama dengan masa 432.000 tahun di bumi.

Anda mungkin juga menyukai