Anda di halaman 1dari 20

BAB VI

PENGUJIAN MULUR

6.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat mekanik suatu material.
2. Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap suatu material.
3. Peristiwa-peristiwa yang terjadi saat pengujian mulur

6.2 Teori Dasar


Definisi creep adalah aliran plastis yang dialami material pada tegangan
tetap. Meskipun sebagian besar pengujian dilakukan dengan kondisi beban
tetap, tersedia peralatan yang mampu mengurangi pembebanan selama
pengujian sebagai kompensasi terhadap pengurangan penampang benda uji.
Pada temperatur relatif tinggi, creep terhadi pada semua level tegangan, tetapi
pada temperatur tertentu laju creep bertambah dengan meningkatnya
tegangan.
Pengukuran dimensi memerlukan kehati-hatian, karena dengan
peningkatan temperatur beberapa per sepuluh derajat sudah terjadi
penggandaan laju creep. Kurva a menampilkan karakteristik kurva creep dan
setelah regangan seketika akibat pembebanan tiba-tiba, proses creep dapat
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu creep primer atau creep transien, creep
sekunder atau creep keadaan-stasioner dan creep tersier atau creep dipercepat.

Gambar 6.1 Kurva creep

Kurva Mulur

64
BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Untuk menentukan kurva mulur rekayasa suatu logam, maka pada


benda tarik dikenakan beban tetap sedang suhu benda uji dijaga tetap,
regangan (perpanjangan) yang terjadi ditentukan sebagai fungsi waktu.
Waktu yang diperlukan dapat berbulan-bulan, bahkan beberapa pengujian
memerlukan waktu lebih dari 10 tahun. Kurva A pada Gambar 2 merupakan
bentuk kurva mulur ideal. Kemiringan pada kurva (d/dt atau ) tersebut
dinyatakan sebagai laju mulur. Mula-mula benda uji mengalami
perpanjangan sangat
cepat, 0, kemudian laju mulur akan turun terhadap waktu hingga
mencapai keadaan hampir seimbang, dimana laju mulurnya mengalami
perubahan yang kecil terhadap waktu.
Dalam melakukan uji mulur rekayasa, biasanya beban uji
dipertahankan konstan. Jadi sejalan dengan memanjangnya benda uji
serta mengecilnya luas penampang lintang, maka tegangan sesumbu
(uniaxial) bertambah besar.

Gambar 6 .2. Kurva mulur tipikal yang menggambarkan 3 tahapan mulur.

Kurva A, uji beban tetap, kurva B uji tegangan tetap


Andrade menyatakan bahwa kurva mulur tegangan tetap
merupakan superposisi dua buah proses mulur yang berbeda yang terjadi
setelah regangan mendadak yang dihasilkan oleh beban yang

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 65


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

dikenakan. Komponen pertama kurva mulur adalah kurva transien,


dimana laju mulurnya turun terhadap waktu. Komponen yang kedua
adalah mulur viskos dengan laju mulur tetap. Andrade mengajukan suatu
persamaan empiris untuk menyatakan kurva mulur:
 =  0 (1 + t 1/3) e (kt)

dimana  adalah regangan selama waktu t dan  serta k merupakan


konstanta. Mulur transien yang dinyatakan oleh  dan persamaan (1)
akan mempunyai harga sama bila k = 0. Konstanta k menggambarkan
perpanjangan tiap satuan panjang yang terjadi pada laju tetap. Suatu
persamaan yang lebih sesuai dibandingkan persamaan Andrade,
walaupun pengujiannya dilakukan pada jumlah bahan yang terbatas,
dikemukakan oleh Garafalo.
 =  0 +  t (1 – e – rt) +  s t
dimana  0 = regangan yang terjadi segera setelah pembebanan
 t = batas mulur transien
r = perbandingan antara laju mulur transien terhadap
regangan mulur transien
 s = laju mulur keadaan tunak ( steady-state)
Gambar 3 memperlihatkan efek tegangan yang dikenakan terhadap
kurva mulur pada suhu tetap. Jelas kelihatan bahwa kurva mulur dengan 3
tahap dengan jelas pada kombinasi tegangan dan suhu tertentu saja.
Sekumpulan kurva yang serupa didapatkan untuk mulur pada tegangan
tetap dan suhu yang berbeda. Makin besar suhu, makin besar pula laju
mulurnya.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 66


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

Gambar 6 .3 Penggambaran secara skematik dari efek tegangan terhadap kurva mulur pada
suhu tetap

parameter rancangan yang paling penting yang dijabarkan dari


kurva mulur adalah laju mulur minimum. Biasanya digunakan 2 buah
standar, yakni: (1) tegangan untuk menghasilkan laju mulur 0,0001
persen tiap jam atau 1 % tiap 10.000 jam; atau (2) tegangan untuk
menghasilkan laju, mulur 0,00001 persen tiap jam atau 1 % tiap
100.000 jam (kira-kira 11 ½ tahun). Kriteria yang pertama cocok untuk
paduan yang digunakan pada mesin jet, sedangkan kriteria yang kedua
digunakan bagi bahan untuk turbin-turbin uap dan peralatan yang sejenis.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 67


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

6.3 Metodologi Praktikum


6.3.1. Skema Proses
Siapkan alat dan bahan

Pengukuran dimensi awal spesimen

Pemasangan spesimen

Pengujian spesimen

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

6.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan saat praktikum.
2. Dimensi awal spesimen diukur.
3. Lakukan pemasangan spesimen pada alat pengujian mulur.
4. Pengujian mulur dilakukan.
5. Kumpulkan data dan olah data yang telah didapat dari hasil
praktikum.
6. Lakukan analisa dan pembahasan.
7. Tarik kesimpulan dari hasil praktikum.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 68


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

6.4 Alat dan Bahan


6.4.1. Alat
1. Jangka sorong 1 buah
2. Mesin uji creep 1 buah
3. Dongkrak 1 buah
4. Waterpass 1 buah
5. Kunci inggris 1 buah
6. Thermocouple 1 buah
7. Kunci pas 1 buah
8. Beban 1 buah
9. Alat tulis secukupnya

6.4.2. Bahan
1. Spesimen uji creep 3 buah

6.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


6.5.1. Pengumpulan Data
Data awal
Standar pengujian : ASTM E139
Beban : 54 kg
Temperature : 650º
Panjang awal
a. Spesimen 1 : 31,62 mm
b. Spesimen 2 : 31,63 mm
c. Spesimen 3 : 31,61 mm
Panjang akhir
a. Spesimen 1 : 47,27 mm
b. Spesimen 2 : 47,27 mm
c. Spesimen 3 : 47,27 mm
Diameter awal
a. Spesimen 1 : 6,19 mm
b. Spesimen 2 : 6,19 mm

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 69


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

c. Spesimen 3 : 6,19 mm
Jenis material
a. Spesimen 1 : SUS 304
b. Spesimen 2 : SUS (NiCr + Cr3 C2 )
c. Spesimen 3 : SUS (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3)

Tabel 6.1 Data spesimen 1 (SUS 304 tanpa paduan)


No. Tahap t (menit) ∆l (mm) ԑ
1. 5 8,35 0,26
2. 10 9,15 0,28
3. Primary State 15 9,50 0,30
4. 25 9,65 0,305
5. 30 9,71 0,307
1. 40 10,04 0,31
2. 50 10,18 0,32
3. 60 10,36 0,327
4. 70 10,53 0,33
5. 80 10,67 0,337
6. 90 10,88 0,34
7. 100 10,99 0,347
8. Secondary State 110 11,11 0,35
9. 120 11,20 0,354
10. 130 11,39 0,36
11. 140 11,50 0,363
12. 150 11,66 0,368
13. 160 11,77 0,37
14. 170 11,92 0,376
15. 180 12,07 0,38

Tabel 6.2 Data Spesimen 2 SUS (NiCr + Cr3 C2 )


No. Tahap t (menit) ∆l (mm) ԑ
1. Primary State 5 10,01 0,31

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 70


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

2. 10 11,04 0,34
3. 15 11,28 0,35
4. 25 11,43 0,36
5. 30 11,47 0,365
1. 40 11,83 0,37
2. 50 12,07 0,38
3. 60 12,18 0,385
4. 70 12,51 0,39
5. 80 12,64 0,399
6. 90 12,84 0,40
7. 100 13,07 0,41
8. Secondary State 110 13,20 0,417
9. 120 13,45 0,42
10. 130 13,57 0,43
11. 140 13,75 0,434
12. 150 13,84 0,437
13. 160 14,01 0,44
14. 170 14,22 0,45
15. 180 14,36 0,46

Tabel 6.3 data spesimen 3 SUS (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3)


No. Tahap t (menit) ∆l (mm) ԑ
1. 5 8,09 0,25
2. 10 8,62 0,27
3. Primary State 15 9,22 0,29
4. 25 10,15 0,32
5. 30 10,19 0,322
1. 40 10,52 0,33
2. 50 10,84 0,34
Secondary State
3. 60 11,21 0,35
4. 70 11,32 0,358

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 71


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

5. 80 11,52 0,36
6. 90 11,82 0,37
7. 100 11,98 0,378
8. 110 12,25 0,38
9. 120 12,37 0,39
10. 130 12,66 0,40
11. 140 12,80 0,404
12. 150 12,94 0,41
13. 160 13,16 0,416
14. 170 13,26 0,42
15. 180 13,46 0,43

6.5.2. Pengolahan Data


1. Perhitungan
a. Laju regangan pada spesimen 1 (SUS 304 tanpa paduan)
Tahap Primary
ΔL 8,35
a) ɛ1 = = = 0,26
Lo 31,62

ΔL 9,15
b) ɛ2 = = = 0,28
Lo 31,62

ΔL 9,50
c) ɛ3 = = = 0,30
Lo 31,62

ΔL 9,65
d) ɛ4 = = = 0,305
Lo 31,62

ΔL 9,71
e) ɛ5 = = = 0,307
Lo 31,62
Tahap Secondary

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 72


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

ΔL 10,04
a) ɛ1 = = = 0,31
Lo 31,62

ΔL 10,18
b) ɛ2 = = = 0,32
Lo 31,62

ΔL 10,36
c) ɛ3 = = = 0,327
Lo 31,62

ΔL 10,53
d) ɛ4 = = = 0,33
Lo 31,62

ΔL 10,67
e) ɛ5 = = = 0,337
Lo 31,62

ΔL 10,88
f) ɛ6 = = = 0,34
Lo 31,62

ΔL 10,99
g) ɛ15 = = = 0,347
Lo 31,62

ΔL 11,11
h) ɛ7 = = = 0,35
Lo 31,62

ΔL 11,20
i) ɛ8 = = = 0,354
Lo 31,62

ΔL 11,39
j) ɛ9 = = = 0,36
Lo 31,62

ΔL 11,50
k) ɛ10 = = = 0,363
Lo 31,62

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 73


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

ΔL 11,66
l) ɛ11 = = = 0,368
Lo 31,62

ΔL 11,77
m) ɛ12 = = = 0,37
Lo 31,62

ΔL 11,92
n) ɛ13 = = = 0,376
Lo 31,62

ΔL 12,07
o) ɛ14 = = = 0,38
Lo 31,62

b. Laju regangan pada spesimen 2 SUS (NiCr + Cr3 C2 )


Tahap Primary
ΔL 10,01
a) ɛ1 = = = 0,31
Lo 31,63

ΔL 11,04
b) ɛ2 = = = 0,34
Lo 31,63

ΔL 11,28
c) ɛ3 = = = 0,35
Lo 31,63

ΔL 11,43
d) ɛ4 = = = 0,36
Lo 31,63

ΔL 11,47
e) ɛ5 = = = 0,365
Lo 31,63

Tahap Secondary
ΔL 11,83
a) ɛ1 = = = 0,37
Lo 31,63

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 74


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

ΔL 12,07
b) ɛ2 = = = 0,38
Lo 31,63

ΔL 12,18
c) ɛ3 = = = 0,385
Lo 31,63

ΔL 12,57
d) ɛ4 = = = 0,39
Lo 31,63

ΔL 12,64
e) ɛ5 = = = 0,399
Lo 31,63

ΔL 12,84
f) ɛ6 = = = 0,40
Lo 31,63

ΔL 13,07
g) ɛ7 = = = 0,41
Lo 31,63

ΔL 13,20
h) ɛ8 = = = 0,417
Lo 31,63

ΔL 13,45
i) ɛ9 = = = 0,42
Lo 31,63

ΔL 13,57
j) ɛ10 = = = 0,43
Lo 31,63

ΔL 13,75
k) ɛ11 = = = 0,434
Lo 31,63

ΔL 13,84
l) ɛ12 = = = 0,437
Lo 31,63

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 75


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

ΔL 14,01
m) ɛ13 = = = 0,44
Lo 31,63

ΔL 14,22
n) ɛ14 = = = 0,45
Lo 31,63

ΔL 14,36
o) ɛ15 = = = 0,46
Lo 31,63

c. Laju regangan pada spesimen 3 SUS (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3)


Tahap Primary
ΔL 8,09
a) ɛ1 = = = 0,25
Lo 31,61

ΔL 8,62
b) ɛ2 = = = 0,27
Lo 31,61

ΔL 9,22
c) ɛ3 = = = 0,29
Lo 31,61

ΔL 10,15
d) ɛ4 = = = 0,32
Lo 31,61

ΔL 10,19
e) ɛ5 = = = 0,322
Lo 31,61

Tahap Secondary

ΔL 10,52
a) ɛ1 = = = 0,33
Lo 31,61

ΔL 10,84
b) ɛ2 = = = 0,34
Lo 31,61

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 76


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

ΔL 11,21
c) ɛ3 = = = 0,35
Lo 31,61

ΔL 11,32
d) ɛ4 = = = 0,36
Lo 31,61

ΔL 11,82
a) ɛ1 = = = 0,37
Lo 31,61

ΔL 11,98
b) ɛ2 = = = 0,378
Lo 31,61

ΔL 12,25
c) ɛ3 = = = 0,38
Lo 31,61

ΔL 12,37
d) ɛ4 = = = 0,39
Lo 31,61

ΔL 12,66
e) ɛ5 = = = 0,40
Lo 31,61

ΔL 12,80
f) ɛ6 = = = 0,404
Lo 31,61

ΔL 12,94
g) ɛ7 = = = 0,41
Lo 31,61

ΔL 13,16
h) ɛ8 = = = 0,416
Lo 31,61

ΔL 13,26
i) ɛ9 = = = 0,42
Lo 31,61

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 77


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

ΔL 13,46
j) ɛ10 = = = 0,43
Lo 31,61

Laju Mulur
a) Spesimen 1
Δε 0,435 - 0,364 0,071
Laju Mulur = = = = 5,07 × 10-4/menit
Δt 190 - 50 140
b) Spesimen 2
Δε 0,452 - 0,374 0,078
Laju Mulur = = = = 5,57 × 10-4/menit
Δt 190 - 50 140
c) Spesimen 3
Δε 0,421 - 0,336 0,085
Laju Mulur = = = = 6,07 × 10-4/meniT
Δt 190 - 50 140

2. Kurva
a. Kurva Mulur SUS 304
1) Primary State
0.32

0.31

0.3

0.29

0.28

0.27

0.26

0.25

0.24

0.23
5 10 15 25 30

Gambar 6.5 Kurva Mulur SUS 304 Primary State

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 78


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

2) Secondary State
0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

Gambar 6.6 Kurva Mulur SUS 304 Secondary State

0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
5 10 15 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

Gambar 6.7 Kurva Mulur SUS 304

b. Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 )


1) Primary State

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 79


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

0.37

0.36

0.35

0.34

0.33

0.32

0.31

0.3

0.29

0.28
5 10 15 25 30

Gambar 6.8 Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 ) Primary State

2) Secondary State
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

Gambar 6.9 Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 ) Secondary State

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 80


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
5 10 15 25 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

Gambar 6.10 Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 )

c. Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3)


1) Primary State
0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
5 10 15 25 30

Gambar 6.11 Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3) Primary State

2) Secondary State

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 81


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

0.5

0.45

0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

Gambar 6.12 Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3) Secondary State

0.5

0.45

0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
5 10 15 25 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

Gambar 6.13 Kurva Mulur SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 82


BAB VI PENGUJIAN MULUR Kelompok 3

6.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum pengujian mulur ini menggunakan standar ASTM E139
dengan beban 54 kg pada sushu 650º C dan menggunakan 3 spesimen yaitu
SUS 304, SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 ), SUS 304 (NiCr + Cr3 C2 + Al2O3).
Semakin tinggi temperatur yang digunakan maka ketahanan atau
kekuatan spesimen akan menurun. Semakain besar perubahan panjang yang
terjadi maka regangannya akan semakin besar pula. Dan semakin lama waktu
yang digunakan maka perubahan panjang yang terjadi semakin besar.
Laju mulur yang terjadi merupakan perubahan regangan yang
berbanding terbalik dengan perubahan panjang yang terjadi.
Peristiwa mulur menunjukkan kurva deangan tiga daerah mulur yaitu
primer,sekunder, dan tertier. Parameter mulur yang paling berpengaruh
adalah mulur sekunder atau mulur keadaan tunak. Laju mulur sekunder ini
bergantung pada temperatur dan tegangan.

6.7 Kesimpulan
1. Sifat mekanik yang terjadi pada pengujian mulur adalah kekuatan tarik,
kekerasan, elastisitas, kekakuan, dan plastisitas.
2. Semakin tinggi temperatur yang digunakan maka ketahanan atau
kekuatan spesimen akan menurun.
3. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pengujian mulur adalah primer,
sekunder, dan tertier.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 83

Anda mungkin juga menyukai