Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 1

Dosen Pengampu : Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom


Disusun oleh:

Kandia Dwi Sartika P. 1710711052


Anggia Nur ‘Ardhia S. 1710711104
Ega Shafira Pradanawati 1710711108
Farras Jihan Afifah 1710711119
Lilis Dwi Septiani 1710711127
Ridha Tiomanta P 1710711128
Febby Fereza 1710711135

Keperawatan Komunitas 1 Kelas H


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
TAHUN 2019
A. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas
Menurut WHO mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan mental, fisik dan
kesejahteraan sosial yang berfungsi secara normal tidak hanya dari keabsenan suatu
penyakit.
Definisi kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992
merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang
untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan
antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi
dengan lingkungan.
Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem
hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.

B. Indikator Sehat
Indikator sehat adalah variabel yang digunakan untuk mengevaluasi situasi atau
status dan memungkinkan untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi dalam waktu
yang singkat. Indikator harus memenuhi 5 syarat yaitu simple, dapat diukur, ada penyebab,
terpercaya, serta waktunya pasti. Sejahtera merupakan persepsi subjektif terhadap vitalitas
dan merasa sehat, dapat digambarkan secara objektif, dialami dan diukur. Sejahtera
merupakan komponen sehat.
Anspaugh, Hamrich, dan Rosato (2003) mengajukan 7 komponen kesejahteraan
untuk memahami kesehatan dan kesejahteraan optimal, ada beberapa faktor dalam tiap
komponen berikut:
a. Fisik
Kemampuan melakukakn tugas harian, meraih kebugaran (misal, pulmonary,
kardiovaskular, gastrointestinal), mempertahankan nutrisi adekuat dan lemak tubuh
yang sesuai, menghindari penyalahgunaan obat dan alcohol atau menggunakan produk
tembakau, dan secara umum menerapkan kebiasaan gaya hidup yang positif.
b. Sosial
Kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain dan dalam lingkungan
yang setiap orang ambil bagian, untuk membangun dan mempertahankan keintiman
dengan orang terdekat dan untuk membangun penghargaan dan toleransi dengan
mereka yang memiliki opini dan keyakinan yang berbeda.
c. Emosi
Kemampuan untuk mengelola stress dan mengekspresikan emosi secara tepat.
Kesejahteraan emosi melibatkan kemampuan mengenali, menerima, dan
mengekspresikan perasaan serta menerima keterbatasan diri.
d. Intelektual
Kemampuan mempelajari dan menggunakan informasi secara efektif bagi
perkembangan pribadi, keluarga, dan karier. Kesejateraan intelektual mencakup upaya
bertumbuh dan belajar secara terus menerus guna menghadapi tantangan baru secara
efektif,
e. Spiritual
Keyakinan terhadap beberapa kekuatan (alam, ilmu pengetahuan, agama, Tuhan) yang
membantu menjadi manusia utuh dan memberikan arti serta tujuan hidup. Hal ini
mencakup moral, nilai, dan etika diri orang tersebut.
f. Okupasional
Kemampuan mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan waktu senggang.
Keyakinan individu mengenai pendidikan, pekerjaan, dan rumah mempengaruhi
kepuasan pribadi dan hubungan dengan orang lain.
g. Lingkungan
Kemampuan untuk meningkatkan tindakan kesehatan yang memperbaiki standar hidup
dan kualitas hidup dalam komunitas. Ini meliputi faktor pengaruh, seperti makanan,
air, dan udara.

Indikator sehat menurut WHO :


1. Indikator yang berhubungan dengan keadaan status kesehatan masyarakat,meliputi :
a. Indikato komprehensif, angka kematian kasar/CDR (crue date rate)menurun,
rasio angka kematian (mortalitas) proposional menurun, danusia harapan hidup
meningkat (life expectency rate)
b. Indikator spesifik, angkat kematian ibu dan anak menurun, angkatkematian
karena penyakit menular menurun, dan angka kelahiranmenurun.
2. Indikator pelayanan kesehatan
a. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbangan
b. Distribusi tenanga kesehatan merata
c. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur dirumah sakit dan
fasilitaskesehatan lain
d. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan, diantaranya :
RS,Puskesmas, rumah bersalin, poli klinik dan pelayanan kesehatan lainnya.
3. Indikator yang berhubungan dengan upaya kesehatan
a. angka imunisasi anak meningkat
b. angka cakupan pertolongan persalinan meningkat
c. angka cakupan penyedia air bersih meningkat

Indikator untuk Indonesia Sehat dikelompokkan dalam 3 kategori:


1. Indikator input/ Masukan
Indikator ini berupa pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen
kesehatan serta kontribusi sector-sektor terkait.
Misalnya:
a. komitmen politik
b. alokasi sumber daya
c. GNP dan GDP
d. penyebaran pendapatan
e. angka melek huruf orang dewasa
f. tingkat pertumbuhan penduduk
2. Indikator proses/Hasil Antara
Indikator ini berupa indicator lingkungan, perilaku hidup masyarakat, dan akses serta
mutu pelayanan kesehatan.
Misalnya:
a. bumil memeriksakan kehamilan
b. penduduk yang tidak merokok dan tidak minum alcohol
3. Indikator Hasil Akhir (Derajat Kesehatan)
Indikator ini berupa indicator mortalitas, morbiditas, dan status gizi.
Misalnya:
a. cakupan pelayanan kesehatan dasar
b. status gizi dan perkembangan motorik
c. angka kematian bayi atau ibu
d. umur harapan hidup

Sebagian orang menggambarkan indikator sehat sebagai:


1. Bebas dari gejala penyakit dan nyeri sebanyak mungkin
2. Dapat aktif dan melakukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan
3. Selalu bersemangat

Berikut ini adalah indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan masyarakat 12
indikator menurut H. L. Bluma.
1. Life span : Yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat, atau dapat juga
dipandang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
2. Disease or Infirmity : Yaitu keadaan sakit atau catat secara fisiologis dan anatomis
dari masyarakat
3. Discomfort or illness : Yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentangkeadaan somatik,
kejiwaan, maupun sosial dari dirinya.
4. Disability or incapacity : Yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk
melakukan pekerjaan dan menjalankan peranan sosialnya karena sakit.
5. Participation in healthy care : Yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat.
6. Healthy behavior : Yaitu perilaku nyata dari anggota masyarakat secara langsung
berkaitan dengan kesehatan.
7. Ecologic behavior : Yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan, spesies lain,
SDA, dan ekosistem.
8. Social behavior : Yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap sesamanya, keluarga,
komunitas, dan bangsanya.
9. Interpesonal relationshif : Yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap
sesamanya.
10. Reserver or positive health : Yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap
penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan - tekanan
somatik, kejiwaan dan sosial.
11. External satisfaction : Yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan
sosialnya meliputi rumah, sekolah, pekerjaan, rekreasi, transportasi, dan sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
12. Internal satisfaction : Yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek
kehidupan dirinya sendiri.

C. Perilaku Hidup Sehat


1. Mengatur Makan dan Pola Makan
Mengatur Makanan dan Pola Makan Diet berarti mengatur makan. Hal ini
mengandung makna bahwa makan harus seimbang dengan kebutuhan tenaga. Kalau
seseorang bekerja dengan kebutuhan tenaga yang banyak, seperti tukang batu,
pengayuh becak, atau seorang atlet berarti kebutuhan makan juga banyak. Sebaliknya,
seseorang yang bekerja di atas meja seperti sekretaris atau kepala kantor yang
memerlukan tenaga tidak banyak, maka makanan yang dibutuhkan juga tidak banyak.
Oleh karena itu, konsumsi makanan harus sesuai dengan kebutuhan tenaga. Dengan
kata lain, input energi harus sama dengan output energi. Ingat, mengonsumsi makanan
yang berlebihan dapat berakibat langsung pada kelebihan berat badan, kegemukan, dan
akibatnya dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes melitus, dan secara tidak
langsung dapat menimbulkan depresi, dan ketidaknyamanan sosial.
Sebaliknya, jika mengonsumsi makanan yang kurang memenuhi standar
kecukupan gizi, juga menyebabkan tubuh tidak sehat, badan tampak kurus, dan
penampilan menjadi kurang percaya diri. Oleh karena itu, untuk mencapai kesehatan,
setiap orang harus membisakan mengonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung
zat-zat gizi yang seimbang. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) menganjurkan
agar 60-70% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat (terutama karbohidrat
kompleks), 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak (Almatsier, 2005: 13). Agar
makanan yang dikonsumsi sesuai kebutuhan tubuh, makanan harus ada takarannya.
Cara yang mudah untuk menentukan takaran makan adalah dengan metode Low
Calory Eating atau 70% - 80% kenyang setiap kali makan dan memperhatikan
kandungan gizinya, yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral (Long & Shanon, 1983:25).

2. Menjaga Kesehatan Pribadi


Tugas lain dalam usaha mendapatkan kesehatan yang baik adalah dengan cara
menjaga kesehatan pribadi. Kesehatan pribadi dapat diartikan sebagai aktivitas rutin
yang biasa dilakukan oleh setiap orang, seperti mandi, menggosok gigi, berpakaian,
kebersihan rambut (Irianto (2004: 83).

3. Mengatur Istirahat
Mengatur istirahat berarti mengatur antara bekerja dan beristirahat. Tenaga
manusia ada batasnya, kapan harus bekerja dan kapan harus istirahat. Jika antara
bekerja dan istirahat tidak seimbang, dapat menyebabkan badan menjadi tidak nyaman
dan bisa menimbulkan sakit. Istirahat bagi tubuh diperlukan untuk memberikan
kesempatan pada alat-alat tubuh atau organ-organ tubuh mengurangi pekerjaaanya
secara faali sehingga tubuh dapat melakukan kerja sehari-hari dengan baik. Istirahat
yang baik adalah tidur selama 7-8 jam setiap hari. Tidur sebaiknya dilakukan pada
malam hari setelah seharian fisik bekerja.

4. Berolahraga Teratur
Olahraga yang teratur adalah olahraga yang dilakukan setiap dua hari sekali.
Olahraga yang cocok dan mudah dilakukan oleh setiap orang adalah olahraga aerobik,
seperti jalan kaki, jogging, senam aerobik, berenang, bersepeda atau permainan ringan,
seperti tenes meja atau golf. Olahraga permainan lebih disukai banyak orang karena
menyenangkan. Olahraga permainan lebih cocok untuk pengembangan motorik anak
(Poppen, 2002:41). Problem yang muncul dalam masyarakat adalah budaya malas
untuk berolahraga. Dengankata lain, tidak semua orang suka berolahraga. Agar orang
gemar bermain atau berolahraga, aktivitas itu harus muncul dari motivasi diri sendiri
dan dipilih sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan tubuh masih dapat mengontrol
aktivitas yang dilakukan, baik bentuk gerakan maupun kecepatan gerakan (Mechikoff,
2010: 5).
Dosis latihan olahraga yang baik menurut Hinson (1995:30) adalah ketika denyut
jantung bekerja di antara 60-80% dari denyut jantung maksimal dan lama latihan antara
30 sampai dengan 60 menit. Yang perlu diperhatikan dalam berolahraga selain
penentuan dosis latihan adalah latihan jangan berlebihan atau over dosis. Jika seseorang
berolahraga secara berlebihan (over training), badan akan menjadi lelah. Jika hal ni
dilakukan secara terus-menerus, dalam jangka panjang dapat menyebabkan jatuh sakit
dan akhirnya akan menjadi takut berolahraga (Richardson, 2008:9).

NO SEHAT TIDAK SEHAT


1. Mengonsumsi makanan dengan gizi Mengonsumsi makanan apa saja yang
seimbang penting enak dan cepat saji.
2. Mengonsumsi makanan berserat Jarang mengonsumsi makanan berserat
tinggi, sayuran, dan buah segar tinggi, sayuran dan buah segar setiap
setiap hari. hari (hanya kalau ingin dan ingat).
3. Menghindari makanan yang Suka mengonsumsi makanan yang
mengandung banyak lemak, gula mengandung banyak lemak, gula, atau
atau garam. garam.
4. Mengonsumsi susu atau produk dari Kadang-kadang kalau ingin saja
susu setiap hari. mengonsumsi susu atau produk dari
susu.
5. Tenang dan selalu berpikir positif. Pikiran gampang stress dan dan mudah
pusing
6. Berat badan dalam batas normal. Berat badan lebih atau kurang dari
berat badan ideal.
7. Olahraga teratur. Kadang-kadang olahraga jika mau,
atau sama sekali tidak berolahraga.
8. Cukup istirahat. Banyak kerja lembur dan keluar malam
9. Minum air putih 1,5-2 liter per hari Lebih suka minum kopi atau the dari
pada air putih
10. Tidak merokok. Banyak merokok

Berdasarkan uraian pola hidup sehat seperti di atas, coba perhatikan Tabel 1
tentang pola hidup, yaitu apakah Anda sudah mengikuti pola hidup yang benar. Atau
sebaliknya, menjalankan pola hidup yang keliru. Jika perilaku Anda pada kolom tidak
sehat, berarti Anda harus mulai mempertimbangkan untuk hidup sehat karena jika
dibiarkan berarti Anda sedang menanam penyakit di tubuh.

D. Karakteristik dan Perilaku Sehat


Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
individu bagaimana kesehatannya tetap terjaga. Perilaku tersebut di
antaranya: Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang
berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling tumpang
tindih satu sama lain. Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau
memperbaiki tingkat kesehatan klien saat ini. Sedangkan pencegahan penyakit merupakan
upaya yang bertujuan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual
maupun potensial.
Persamaan Keduanya berorientasi pada masa depan
Perbedaan Terletak pada Motivasi dan Tujuan
Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat
untuk bertindak secara positif , untuk
mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan
yang stabil
Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat
untuk menghindari penurunan tingkat
kesehatan atau fungsi

1. Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif maupun Pasif


a. Peningkatan Kesehatan Pasif
Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh
manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya
sendiri. Misal: Pemberian florida pada pusat suplai Air Minum (PAM); Portifikasi
pada susu dengan vitamin D.
b. Peningkatan Kesehatan Aktif
Pada strategi ini, setiap individu diberikan motivasi untuk melakukan program
kesehatan tertentu. Misal: Program Penurunan BB, dan Program pemberantasan
rokok, menuntut keikutsertaan klien secara aktif.

2. Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa tingkatan antara lain:


a. Pencegahan Primer
Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan
fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental. Tidak
bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik, dan tidak
menggunakan identifikasi gejala penyakit. Terdiri dari :
1) Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi, perhatian
terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan sehat, skrining
genetik dll.
2) Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasi
lingkungan, perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan, perlindungan
karsinoge dan alergen.
b. Pencegahan Sekunder
1) Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada individu yang mengalami
masalah kesehatan atau penyakit, dan individu yang berisiko mengalami
komplikasi atau kondisi yang lebih buruk.
2) Pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian
intervensi yang tepat sehingga akan mengurangi keparahan kondisi dan
memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan yang normal sedini
mungkin.
3) Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di RS atau tempat pelayanan
kesehatan lain yang memiliki fasilitas memadai.
4) Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada
tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan atau
menunda akibat yang ditimbulkan dari perkembangan penyakit.
c. Pencegahan Tersier
1) Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang
permanen dan atau tidak dapat disembuhkan.
2) Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau
ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan penurunan kesehatan
3) Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada
pembuatan diagnosa dan tindakan penyakit.
4) Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu klien mencapai tingkat
fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat penyakit
atau kecacatan.
5) Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive, karena
didalamnya terdapat tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan
fungsi lebih jauh. Misal: dalam merawat orang yang Buta, disamping
memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-hari, juga mencegah
terjadinya kecelakaan pada klien.

E. Pengertian Komunitas
Komunitas adalah hal yang penting dan fitur permanen dari pengalaman manusia.
Komunitas tempat kita tinggal dan bekerja memiliki pengaruh besar pada kesehatan dan
kesejahteraan kolektif kita (World Health Organization [WHO], 2006). Dan, sejak itu
mulai, orang telah berusaha untuk menciptakan komunitas yang lebih sehat. Contohnya :
1. Sebelum Laporan Surgeon General yang bersejarah Merokok dan Kesehatan, sangat
umum untuk melihat orang merokok di televisi, di tempat kerja, di restoran, dan bahkan
di kantor dokter
2. Latihan mempromosikan kesehatan, dan banyak orang menikmati mengendarai sepeda
sebagai bentuk latihan rekreasi.

Komunitas sebagai sesuatu kelompok sosisal yang di tentukan batas batas wilayah,
nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa yang saling mengenal dan
berinteraksi antara anggota masyarakat satu dengan yang lain. Komunitas sebagai
sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman yang penting dalam hidupnya.
(spradley)

F. Tahap Pencegahan Masalah Kesehatan


Pencegahan berarti mengantisipasi dan menghindari masalah atau menemukan
masalah-masalah tersebut sedini mungkin untuk meminimalkan potensi kecacatan dan
kerusakan. Hal ini dipraktekkan pada tiga tingkat dalam kesehatan komunitas: pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier (Pacala, 2007: Wallace, n.d.).
1. Tahap Prepatogenesis
a. Pencegahan Primer (Primary Preventation)
Pencegahan primer menghindarkan terjadinya masalah kesehatan, termasuk
tindakan yang diambil untuk mengantisipasi sakit atau luka yang terjadi,
pencegahan ini diterapkan pada populasi yang sehat secara umum.
Dalam tahap ini dilakukan pencegahan primer (primary preventation) melalui dua
kelompok:
1) Peningkatan kesehatan (health promotion)
2) Perlindungan umum dan khusus (general and specific protection)

Contoh kegiatan pencegahan primer oleh perawat komunitas seperti:


pemberian vaksinasi anak, mendorong orang lanjut usia untuk memasang dan
menggunakan perangkat keamanan (misalnya, pegangan bar dengan bak mandi,
pegangan tangan di tangga) untuk mencegah cedera akibat jatuh, mengajarkan
orang dewasa berperilaku gaya hidup sehat, sehingga menjadi kebiasaan untuk diri
mereka sendiri dan anak-anak mereka, atau bekerja sama dengan unit kesehatan di
sekolah untuk membantu mengendalikan dan mencegah penyakit menular seperti
rubeola, polio-myclitis, atau varicella dengan menyediakan program imunisasi rutin
dan pengawasan vaksin.
Pencegahan primer melibatkan perencanaan antisipatif dan tindakan, yang
harus memproyeksikan diri ke masa depan, memenuhi kebutuhan dan masalah
potensial, dan kemudian merancang program untuk meniadakannya, sehingga tidak
pernah terjadi. Perawat komunitas melakukan promosi kesehatan kepada kelompok
individu yang memiliki berat badan berlebih dengan cara mengikuti diet seimbang
untuk menurunkan berat badan mencegah kemungkinan defisiensi nutrisi. bahaya
merokok dan penyalahgunaan zat adalah contoh lain dari pencegahan primer.

2. Tahap Patogenesis
Dalam tahap ini dilakukan dua kegiatan pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan sekunder (secondary preventation)
Pencegahan sekunder melibatkan upaya untuk mendeteksi dan mengobati
masalah kesehatan yang ada pada tahap sedini mungkin, ketika penyakit atau
gangguan sudah ada dengan dua kelompok kegiatan berikut.
1) Diagnosis dini dan pengobatan segera/ adekuat (early diagnosis and prompt
treatment)
2) Pembatasan kecacatan (disability limitation)
Program skrining hipertensi dan kolesterol di banyak komunitas membantu
mengidentifikasi individu berisiko tinggi dan mendorong pengobatan dini untuk
mencegah serangan jantung atau stroke. Contoh lain adalah mendorong untuk
pemeriksaan payudara dan pemeriksaan dini testis dengan mammogram teratur,
dan Pap smear untuk deteksi dini kemungkinan kanker dan menyediakan tes kulit
untuk tuberkulosis (pada bayi pada usia 1 tahun dan secara periodik sepanjang
hidup, dengan peningkatan frekuensi untuk kelompok berisiko tinggi).
b. Pencegahan Tersier (Tertiary Preventation)
Upaya pencegahan tersier untuk mengurangi tingkat dan keparahan masalah
kesehatan ke tingkat yang lebih ringan, sehingga meminimalkan kecacatan dan
memulihkan atau mempertahankan fungsi tambahan.
Contohnya termasuk pengobatan dan rehabilitasi orang setelah stroke untuk
mengurangi gangguan, program latihan pasca-mastektomi untuk memulihkan
fungsi. Banyak kelompok yang dibentuk untuk rehabilitasi dan menawarkan
dukungan dan bimbingan bagi mereka yang mengalami pemulihan dari beberapa
cacat fisik atau mental. Contohnya termasuk Alcoholics Anonymous, setengah
jalan untuk pasien psikiatrik yang dikeluarkan dari pengaturan perawatan akut, klub
ostomy, dan progam rehabilitasi obat. Dalam praktik kesehatan masyarakat yang
lebih luas, pencegahan tersier digunakan untuk meminimalkan efek dari kondisi
masyarakat yang tidak sehat yang ada.
Penilaian kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat merupakan bagian
penting dari ketiga tingkat praktik pencegahan. Status kesehatan harus ditentukan
untuk mengantisipasi masalah dan memilih tindakan pencegahan yang tepat.
Masalah kesehatan paling efektif dicegah dengan pemeliharaan gaya hidup
sehat dan lingkungan yang sehat. Untuk tujuan ini, praktik komunitas mengarahkan
banyak upaya untuk menyediakan kondisi hidup dan kerja yang aman dan
memuaskan, makanan bergizi, dan udara dan air bersih. bidang praktik ini
mencakup bidang pengobatan pencegahan, yang berfokus pada populasi,atau
cabang praktik kedokteran yang berorientasi masyarakat yang menggabungkan
ilmu dan prinsip kesehatan masyarakat (American Board of Medical Specialties,
n.d.).

G. Tujuan
Dalam melakukan pelayanan kesehatan perawat memiliki tujuan yang penting yaitu
untuk membantu melindungi kesehatan masyarakat dari ancaman potensial di lingkungan,
dan untuk membantu melindungi dan meningkatkan kesehatan lingkungan itu sendiri,
sehingga dapat hidup dan meningkatkan kesehatan.
Tujuannya adalah untuk membantu masyarakat mencapai tingkat optimalnya,
melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga dan
kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Penekanan pada kesehatan mengubah peran keperawatan kesehatan masyarakat
dari sikap reaktif menjadi proaktif. Dengan menggunakan tiga tingkat pencegahan,
keadaan sakit ini dapat segera didiagnosis dan diobati, sehingga kesehatan populasi
meningkat.
Secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi

H. Fungsi Keperawatan Komunitas


1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya
di bidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan
atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan
pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

I. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
khusus, komunitas, baik yang sehat maupun sakit, yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari:
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, sosial dan spiritual.
2. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus
dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-
sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap
masalah kesehatan.

J. Strategi Untuk Tindakan Keperawatan Di Kesehatan Lingkungan


Strategi untuk tindakan keperawatan di kesehatan lingkungan yaitu:
1. Menilai lingkungan klien dan mendeteksi bahaya kesehatan.
2. Rencanakan secara kolaboratif dengan warga dan profesional lain untuk merancang
strategi perlindungan dan pencegahan.
3. Membantu pelaksanaan program untuk mencegah ancaman kesehatan kepada
masyarakat dan lingkungan.
4. Mendidik konsumen dan membantu mereka untuk mempraktekkan langkah-
langkah pre-ventive. Contoh preventif langkah-langkah termasuk pengujian air
sumur di masyarakat pedesaan.
5. Ambil tindakan untuk mempromosikan pengembangan kebijakan dan undang-
undang yang meningkatkan perlindungan konsumen dan mempromosikan
lingkungan yang lebih sehat.
6. Membantu dan mempromosikan evaluasi program untuk menentukan efektivitas
upaya kesehatan lingkungan.

K. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


1. Proses kelompok (group process)
2. Pendidikan kesehatan (Health promotion)
3. Kerjasama (Partnership)

L. Prinsip Keperawatan Komunitas


1. Kemanfaatan
Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugiannya.
2. Autonomi
Diberikan kebebasan untuk melakukan/memilih alternative terbaik yang
disediakan untuk komunitas.
3. Keadilan
Melakukan upaya/tindakan sesuai dengan kemampuan/kapasitas komunitas.

M. Falsafah Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan pelayanan
terhadap pengaruh lingkungan (bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual) terhadap kesehatan
komunitas dan memberikan prioritas pada strategis pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan.

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada falsafah dan


paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia atau kemanusiaan merupakan titik
sentral setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusun falsafah atau paradigma keperawatan
komunitas yang terdiri dari 4 komponen dasar, seperti yang digambarkan sebagai berikut:

N. Perbedaan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit/Klinik Dengan di Komunitas


Perbedaan
NO Aspek
Rumah Sakit Komunitas
1 Tempat Kegiatan Bangsal perawatan Puskesmas
klinik Rumah
Sekolah
Perusahaan-
perusahaan
Panti-panti
2 Tipe Klien yang Dilayani Orang sakit Orang sehat
Orang meninggal Orang sakit
Orang meninggal
3 Ruang Lingkup Pelayanan Kuratif Promotif
Rehabilitatif Preventif
Kuratif
Rehabilitatif
Resosiasi
4 Fokus/Perhatian Utama Rasa aman selama Peningkatan kesehatan
sakit Pencegahan penyakit
5 Sasaran Pelayanan Individu Individu
Keluarga
Kelompok Khusus
Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Harlinalawati,S.kep., Ns. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi Selatan :
Pustaka As Alam.
Allender, J. A., Warner, K. D., & Rector, C. L. 2010. Community & Public Health Nursing :
Promoting public’s Health. 7th.ed. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippinoctt Williams &
Wilkins Health.
Ferry Efendi dan makhfudli.2009.Keperawatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Ali, Zainidin, H. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional . Jakarta: Widya Medika 2008. Buku
Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC
Depkes RI, 1985.Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat . Jakarta : Depkes RI
Depkes RI.1998. Standar Praktik Keperawatan Bagi Perawat Kesehatan . Jakarta : Departemen
Kesehatan
Doenges, Marilyn e. 1998. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan: Alih
bahasa, I Made Kariasa : editor, Setiawan. Jakarta: EGC
DPP PPNI. 1996.Standar Praktik keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Efendi, Ferry & Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Prakti dalam Ke
perawatan. Salemba Medika: jakarta.

Anda mungkin juga menyukai