Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masyarakat luas sekarang ini sedang ditingkatkan kesadaran

mengenai pentingnya akan kesehatan. Banyak hal yang harus dilakukan untuk

mewujudkan hal tersebut misalnya dengan menggunakan berbagai bahan-bahan

yang mendukung kebersihan tubuh maupun lingkungan. Untuk menjaga

kebersihan rumah dan lingkungan serta peralatan rumah tangga umumnya

menggunakan desinfektan (Muwarni. 2015:11).

Desinfektan adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat membunuh atau

menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang digunakan pada benda mati

atau lingkungan sekitar kita. Antiseptik adalah suatu zat atau bahan kimia yang

dapat membunuh atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang

digunakan pada jaringan hidup (Muwarni. 2015: 11).

Dan untuk memeriksa baik atau tidak bahan-bahan yang di gunakan untuk

desinfektan dalam industri rumah sakit, maupun dalam laboratorium maka perlu

dilakukan tes salah satunya yaitu MIC (Minimum Inhibitory Concentration) yaitu

konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Muwarni.

2015: 11).

Suatu mikroba memerlukan keadaaan sekitar yang sesuai dan jika tidak

sesuai maka akan mempengaruhi sifat-sifat morfologi dan fisiologi dari jasad

tersebut karena aktifitas suatu jasad renik yang dapat mempengaruhi kehidupan

manusia sebagai penyebab terjadinya infeksi dan menimbulkan berbagai masalah

penyakit. Untuk itu penting untuk melihat keefektifan dari suatu desinfektan yang

beredar di masyarakat (Greenwood. 2011:62).


Untuk mengetahui daya hambat suatu antiseptik atau desinfektan terhadap

pertumbuhan mikroba yaitu dengan uji MIC (Minimum Inhibitory Concentration)

selain itu juga dapat dilakukan uji koefisien fenol. Uji koefisien fenol adalah uji

daya hambat suatu antiseptik atau desinfektan yang dibandingkan dengan daya

hambat dari fenol (Greenwood. 2011: 62-63).

Dari penjelasan di atas percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk

menilai sejauh mana tingkat kemampuan sediaan desinfektan dan antiseptik dalam

membunuh kuman sehingga masyarakat dapat benar-benar memilih produk

sediaan yang tepat.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan nilai dan pengujian

MIC (Minuman Inhibitory Concentration) suatu desinfektan tehadap bakteri uji

2. Tujuan Percobaan

Untuk menetukan nilai MIC (Minuman Inhibitory Concentration) suatu

desinfektan terhadap bakteri uji

C. Prinsip Percobaan

Penentuan nilai MIC dari sampel listerin, desinfektan, superpel, sabun

kesehatan dettol, sunlight, wipol, porstex berdasarkan penghambatan

pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Salmonella thypi,

Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidisdalammedium Nutrient

Broth (NB) yang telah diberi berbagai tingkat pengenceran sampel desinfektan

yang diinkubasikan pada suhu 37˚C selama 1×24 jam dimana hasil menunjukkan

positif jika terjadi kekeruhan atau adanya endapan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Desinfektan adalah suatu bahan atau zat yang digunakan untuk

menghilangkan atau menghancurkan bakteri baik patogen atau non patogen,

istilah ini pada umumnya digunakan pada proses membebaskan benda-benda mati

atau infeksi dimana dipakai pada bidang industri atau pada rumah sakit, industri

makanan, minuman dan industri farmasi lainnya(Noviana. 2014: 12).

Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu(Noviana.

2014: 12-13):

1. Senyawa halogen, povidon iod, iodoform, co-hipoklorik, natrium

hipoklorit, fosikloramida, klomeksidin, klokinol danfriklosan.

2. Derivat, fenol, kresol, tesarsinol, dan kimol.

3. Zat-zat dengan aktivitas permukaan, cetrimida.

4. Senyawa alkohol,aldehidadan asam, etanol dan isopropanolol,

formaldehida dan glukasal asam asetat serta borat.

5. Senyawa logam, merkuri klorida, fenil merkuri nitrat dan, seng klorida,

Oksidasia,hidrogenperoksida,seng peroksidadan natrium perborat.

6. Heksetidin dan heksamidin, bakteran etilen oksida, oksilanlin dan

aceflavin.

MIC (Minimum Inhibitory Concentration) didefenisikan sebagai

konsentrasi terendah mikroba yang akan menghambat pertumbuhan bakteri.

Organisme yang terlihat setelah semalam diinkubasi. MIC (Minimum Inhibitory

Concentration) digunakan oleh laboratorium diagnostik. Terutama untuk

konfirmasi perlakuan, namun paling sering sebagai alat riset untuk menetukan in

vitro aktivitas antimikroba baru dan datadari studi tersebut telah dugunakan untuk
menentukan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) break points(Andrews.

2006: 4).

Konsentrasi minimum penghambatan atau lebih dikenal dengan

MIC(Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah dari

antibiotik atau antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba

tertentu, nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah spesifik untuk

tiap-tiap kombinasi dari antibiotik dan mikroba(Greenwood. 2011: 185).

MIC dari sebuah antibiotik terhadap mikroba digunakan untuk mengetahui

sensitivitas dari mikroba terhadap antibiotika. Nilai MIC(Minimum Inhibitory

Concentration) berlawananan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin

rendah nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dari sebuah antibiotik

sensitivitas dari bakteri semakin besar. MIC (Minimum Inhibitory Concentration)

dari sebuah anti biotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata MIC (Minimum

Inhibitory Concentration) terhadap seluruh strain dari spesies terdekat. Selain dari

beberapa spesies mikroba sangat berbeda dalam hal sensitifitasnya(Dwyana.

2011: 186).

Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme

berkisar dari unsur logam berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul

organik yang kompleks seperti persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai

substansi tersebut menunjukkan efek anti mikrobanya dalam berbagai cara dan

terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda

atau juga berbeda-beda, ada yang sesuai dan ada yang bersifat merusak. Karena

ini dan juga karena variabel-variabel lain. Maka perlu sekali diketahui terlebih

dahulu perilaku suatu bahan kimia sebelum digunakan untuk penetapan praktis

tertentu(Dwyana. 2011: 45).


Dibidang kesehatan,alkohol digunakan sebagai zat desinfektan dimana zat

desinfektan itu sendiri merupakan suatu zat atau bahan yang digunakan untuk

membunuh kuman dan bakteri. Alkohol juga dipakai untuk mencuci alat-alat

kedokteran(Sugeng. 2019: 29).

Konsentrasi minimum penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC

(Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah dari antibiotik

atau anti mikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Nilai

MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah spesifik untuk tiap-tiap

kombinasidan antibiotik dan mikroba(Greenwood. 2011: 187).

MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dari sebuah antibiotika terhadap

mikroba digunakan untuk mengetahui sensitas dari mikroba yang diuji. Semakin

rendah nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dari sebuah antibiotik,

maka sensitivitas dan bakteri semakin besar MIC (Minimum Inhibitory

Concentration)) dari sebuah antibiotik terhadap spesies mikroba (Greenwood.

2011: 187).

Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) yaitu konsentrasi minimal

suatu agen anti mikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari

kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang

telah ditanamimikroorganisme. Pengamatan dilakukan padaarea jernih

yangditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar(Andrews. 2006: 6-7)

Antibiotik merupakan suatu substansi yang dihasilkan oleh suatu

mikroorganisme yang dalam jumlah yang sangat kecil dapat menghambat

pertumbuhan jasad renik lain. Kini antibiotik merupakan senyawa kimia utama
untuk pengobatan penyakit menular. Antibiotik terbagi menjadi beberapa

golongan yaitu(Wahyuni. 2015: 90):

a. Golongan beta laktam

Terbagi menjadi derivat penisilin dan sefalosforin. Kerjanya

menghambat pembentukan dinding sel bakteri, contohnya yaitu penisilin

b. Golongan aminoglikosida

Kerjanya menghambat sintesis protein sel bakteri, contohnya yaitu

streptomisin dan gentamisin

c. Golongan makrolida

Menghambat sntesa protein sel bakteri, contohnya yaitu eritromisin

d. Golongan tetrasiklin

Kerjanya menghabat sintesa protein sel, contohnya yaitu tetrasiklin

e. Golongan lainnya

Kloramfenikol untuk penyakit typus dan ryfapisin untuk pnyakit TBC

MIC (Minimum Inhibitory Concentration) didefenisikan sebagai

konsentrasi terendah antimikroba yang akan menghambat pertumbuhan

miroorganisme yang setelah semalam diinkubasi (Greenwood. 2015: 188).

Konsentrasi minimum penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC

(Minimum Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah dari antimikroba

atau antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Nilai

MIC (Minimum Inhibitory Concentration) adalah spesifik untuk tiap-tiap

kombinasi dari antibiotik dan mikroba(Greenwood. 2011: 290).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ukuran zona penghambatan

dan harus dikontrol adalah (Greenwood.2011: 291):

a. Konsentrasi mikroba pada permukaan medium. Semakin tinggi

konsentrasi semakin kecil zona penghambatan.


b. Kedalam medium pada cawan petri. Semakin tebal medium pada cawan

petri maka zona penghambatan akan semakin kecil.

c. Nilai pH dari medium. Beberapa antibiotik bekerja dengan baik pada

kondisi asam dan beberapa basa kondisi basa.

d. Kondisi aerob dan anaerob. Beberapa antibakterial kerja terbaiknya

pada kondisi aerob dan yang lainnya pada kondisi anaerob.

Prinsip dasar dari uji Minimum Inhibitory Concentrationyaitu metode

pengenceran dengan melihat kekeruhan yang menunjukkan adanya pertumbuhan

bakteri yang masih resisten (Dwyana. 2011: 186).

Nilai koefisien fenol digunakan untuk menentukan konsentrasi desinfektan

yang dapat mematikan bakteri dimana hasil dari uji fenol tersebut digunakan

untuk pengujian nilai Minimum Inhibitory Concentration(MIC) untuk

menentukan konsentrasi terendah dari rentan konsentrasi yang diperoleh dari uji

fenol (Dwyana. 2011: 186).

B. Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM. 2014: 390)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol, etanol, etil alkohol, metil alkohol,

hidroksi etana

Berat Molekul : 46,07g/mol

Rumus Molekul : C2H6O

Rumus Struktur : H H

H - C - C – OH
H H
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,

mudah bergerak,bau khas dan rasa panas


Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai aniseptik

2. Aquadest (Dirjen POM. 2014: 63)

Nama Resmi : AQUADESTILLATA

Nama Lain : Aquades, air suling, air murni, air jernih, aqua

water

Berat Molekul : 18,02 g/mol

Rumus Molekul : H2O

Rumus Struktur : O

H H

Pemeriaan : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak

berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

C. Komposisi Medium

1. Medium NA (Nutrient Agar) (Pacini. 1854: 300)

0,5% Pepton

0,3% Ekstrak daging sapi

1,5% Agar

0,5% NaCl

2. Medium NB (Nutrient Broth) (Pacini. 1854: 301)

1% Ekstrak daging sapi

10% Pepton

2% Disodium hidrohen phospat

3% NaCl
Ad 1L Aquadest

D. Uraian Sampel

1. Sunlight

Nama Produk : Sunlight®

Bahan Aktif : 15% (Natrium alkil benzen, Sulfaonat, Natrium lauril

eter sulfat)

Netto : 800 ml

Kegunaan : Sampel

Perhatian : Jauhkan dari jangkauan anak anak, bila terkena mata

bilas dengan air bersih dan bila terminum, minumlah

air putih yang banyak

Produksi : PT Unilever Indonesia TBK

Kemenkes : RI DPK 20301210036

2. Porstex

Nama Produk : Porstex®

Bahan Aktif : Asam klorida 20% dan surfakta non ionik

Netto : 500 ml

Kegunaan : Sampel

Perhatian : Jangan mencampur Porstex dengan pembersih

lainnya, terdapat bahan asam di dalamnya. Hindari

penggunaan secara oral

Produksi : PT. Joenoes Ikamulya

Kemenkes : RI DPK 20305210471

3. Wipol

Nama Produk : Wipol®

Bahan Aktif : Pine oil 0,5% dan BAC 0,75%


Netto : 600 ml

Kegunaan : Sampel

Perhatian : Jangan sampai

Produksi : PT. Jaya Utama Santikah

Kemenkes : RI DPK 20502600132

4. Dettol

Nama Produk : Dettol®

Bahan Aktif : Chloroxylenol, isoprophyl alcohol, parfum, air pKa 9-

10

Netto : 750 ml

Kegunaan : Sampel

Perhatian : Jauhkan dari jangkauan anak anak, hindari kontak

langsung dengan mata bila terjadi segera bilas dengan

air bersih dan bila terminum, minumlah air putih yang

banyak dan segera hubungi dokter

Produksi : PT. Reckitt Benckiser Indonesia

Kemenkes : RI DPK 20501800176

5. Super Pell

Nama Produk : Super Pell®

Bahan Aktif : 1,5% Natrium lauril eter sulfat, 1% Alkohol ethoxylat

Netto : 780 ml

Kegunaan : Sampel

Perhatian : Jauhkan dari jangkauan anak anak, dan segera

hubungi dokter apabila tertelan

Produksi : PT. Ariayu Mandiri Sejati

Kemenkes : RI DPK 10103800068


E. Uraian Bakteri

1. Escherichia coli (Jufri. 2019: 21)

Kingdom : Bacteria

Divisi : Protobacteria

Class : Gamma protobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Eubacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Escherichia colimerupakan bakteri gram negatif yang membentuk koloni

bundar, cembung, bersifat anaerob, berukuran 0,4 – 2,4 µm berbentuk batang dan

dapat menyebabkan penyakit diare(Jufri. 2019: 21)

2. Bacillus subtilis (Pacini. 1854: 380)

Kingdom : Bacteria

Filum : Furmicutes

Class : Bacili

Ordo : Bacillales

Famili : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus subtilis

Merupakan bakteri gram positif berbentuk batang dan katalase positif.

Bakteri ini dapat membentuk endospora untuk bertahan hidup dalam kondisi

lingkungan yang ekstrim dari suhu dan pengeringan dengan diameter 200 nm

serta dapat menyebabkan meningitis dan infeksi mata (Pacini, 1854: 380).
3. Salmonella thypi (Gapte.1990: 18)

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Ordo : Eubacteriales

Famili : Eubacteriaceae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella thypi

Salmonella thypi berbentuk batang, merupakan bakteri gram negatif,

berukuran 2-4 µm, bergerak dan tidak berspora serta dapat menyebabkan penyakit

tipes (Gapte. 1990: 18-19).

4. Staphylococcus aureus (Gapte. 1990: 56)

Kingdom : Eubacteria

Filum : Firmactes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcuceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphyloccoccus aureus merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk

bulat, berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok yang tidak teratur seperti

buah anggur dan dapat menyebabkan bisul, jerawat dan pneumonia (Gapte.1990:

56-57).

5. Staphylococcus epidermidis(Pacini. 1854: 389)

Kingdom : Bacteria

Filum : Furmicutes
Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus epidisrmidis

Merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus, berdiameter 0,5-1,5

µm dan dapat menyebabkan infeksi opurtunistik (Pacini. 1854: 389).

6. Streptococcus mutans (Pacini. 1854: 390)

Kingdom : Bacteria

Filum : Furmicutes

Class : Coccus

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus mutans

Merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas

membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya danditemukan

dalam rongga mulut dan merupakan kontributor yang signifikan untuk kerusakan

gigi (Pacini.1854: 390).


BAB III

METODE KARJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan yaitu autoklaf, botol coklat,erlenmeyer 250 ml,

inkubator, lampu spritus, ose bulat, oven, pipet mikro, rak tabung, spoit 1 ml dan

5 ml dan tabung reaksi.

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu aquadest, es kristal, listerin, desinfektan,

superpel, sabun kesehatan dettol, sunlight, wipol, porstex, biakan bakteri

Escherichia coli, Bacillus subtilis, Salmonella thypi, Staphylococcus aureus,

Staphylococcus epidermidis, medium NA(Natrium Agar), medium NB(Natrium

Broth).

B. Cara Kerja

1. Penyiapan Bakteri Uji

a. Disiapkan alat dan bahan.

b. Diambil bakteri uji dari air murni menggunakan ose bulat.

c. Diremajakan dalam medium NA dan inkubasi pada suhu 37o C selama

24 jam.

d. Setalah bakteri uji diremajakan kemudian dengan NaCl fisiologi 0,9 %

lalu diukur transmittannya untuk bakteri 25% pada spektrofotemeter.

2. Pengenceran Sampel

a. Ditentukan nilai MIC desinfektan yang akan di uji.

b. Dibuat pengenceran sampel (tergantung tingkat kepekaan konsentrasi

sampel).
c. Dibuat 4 deret dimana tiap deret terdiri dari 5 tabung rekasi dengan

pengenceran 1:60,1:80, 1:100,1:120, dan 1:140.

d. Untuk tabung deret pertama tiap tabung berisi 9 ml medium NB,

kemudian dipipet 0,6 ml dari tabung pertama deret pertama dan

dimasukkan 0,6 ml pengenceran sampel, untuk tabung kedua dipipet 0,8

ml dan masukkan 0,8 ml pengenceran sampel, untuk tabung ketiga

dipipet 1 ml dan ditambahkan 1 ml pengenceran sampel, untuk tabung

keempat dipipet 0,8 ml dan ditambahkan o,8 ml pengenceran sampel

untuk tabung kelima dipipet 0,7 ml dan dimasukkan 0,7 ml pengenceran

sampel.

e. Ditambahkan l ose suspensi bakteri dan direndam dalam air es pada

tabung pertama.

f. Dimasukkan lagi pada tabung kedua yang telah ditambahkan lose

suspensi bakteri kedalam air es, sampa tabung kelima dengan selang

waktu 30 detik.

g. Setelah waktu istirahat selama 2 menit (total waktu 5 menit).

h. Diambil lose dari tabung pertama deret pertama dan dimasukkan ke

dalam tabung pertama deret kedua yang berisi medium NA sebanyak 9

ml setelah 30 detik diambil lagi lose dari tabung kedua deret pertama dan

masukkan kedalam tabung kedua deret kedua, dilakukan sampai tabung

kelima dengan selang waktu 30 detik, dilakukan perlakuan yang sama

untuk deret ketiga dan keempat total waktu 20 menit.

i. Diinkubasi dalam inkubator selama 1×24 jam pada suhu 37oC.

j. Setiap sampel perlu ditambahkan kontrol positif dan negatif.

k. Hasil positif ditandai perubahan yang terjadi pada media yaitu terbentuk

kekeruhan dan endapan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

1. Kelompok 1(Bacillus subtilis sampel superpel)

Perbandingan
Deret
1 : 60 1 : 80 1 : 100 1 : 120 1 : 140

I (5’) + - + + +

II (10’) + - - + +

III (15’) + + + + +

IV (20’) + + + + +

Keterangan

Terjadi perubahan warna pada medium yang berarti sampel


(+) :
tersebut mengandung bakteri

Tidak terjadi perubahan warna pada medium yang berarti


(-) :
sampel tersebut mengandung bakteri

2. Kelompok 2(Escherichia coli sampel sunlight)

Perbandingan
Deret
1 : 60 1 : 80 1 : 100 1 : 120 1 : 140

I (5’) + + + + -

II (10’) + + + + +

III (15’) + + + - +

IV (20’) - - + - -

Keterangan

Terjadi perubahan warna pada medium yang berarti sampel


(+) :
tersebut mengandung bakteri

(-) : Tidak terjadi perubahan warna pada medium yang berarti


sampel tersebut mengandung bakteri

3. Kelompok 3(Staphylococcus aureus sampel vortex)

Perbandingan
Deret
1 : 60 1 : 80 1 : 100 1 : 120 1 : 140

I (5’) + + + + +

II (10’) - + + + +

III (15’) + + + + +

IV (20’) - - - - -

Keterangan

Terjadi perubahan warna pada medium yang berarti sampel


(+) :
tersebut mengandung bakteri

Tidak terjadi perubahan warna pada medium yang berarti


(-) :
sampel tersebut mengandung bakteri

4. Kelompok 4(Staphylococcus mutans sampel listerin)

Perbandingan
Deret
1 : 60 1 : 80 1 : 100 1 : 120 1 : 140

I (5’) - - - - -

II (10’) - - - - -

III (15’) - - - + -

IV (20’) - + + - +

Keterangan

Terjadi perubahan warna pada medium yang berarti sampel


(+) :
tersebut mengandung bakteri

Tidak terjadi perubahan warna pada medium yang berarti

(-) : sampel tersebut mengandung bakteri


5. Kelompok 5(Salmonella thypi sampel detol)

Perbandingan
Deret
1 : 60 1 : 80 1 : 100 1 : 120 1 : 140

I (5’) - - - - -

II (10’) - - - - -

III (15’) - - - - -

IV (20’) - - - - -

Keterangan

Terjadi perubahan warna pada medium yang berarti sampel


(+) :
tersebut mengandung bakteri

Tidak terjadi perubahan warna pada medium yang berarti


(-) :
sampel tersebut mengandung bakteri

6. Setelah Inkubasi

Deret Perbandingan
Bakteri
Pengenceran 5‘ 10’ 15’ 20’

Bacillus 1 : 20
keruh Keruh keruh keruh
Subtillis

Bacillus 1 : 40
keruh Keruh keruh keruh
Subtillis

Bacillus 1 : 60
keruh Keruh keruh keruh
Subtillis

Bacillus 1 : 80 keruh Keruh keruh keruh

Subtillis

Bacillus 1 : 100 keruh Keruh keruh keruh

Subtillis
B. Pembahasan

Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk mematikan

mikroorganisme yang digunakan pada benda mati dengan cepat menghasilkan

efek letal yang tidak terpulihkan. Desinfektan adalah bahan yang digunakan dalam

proses desinfektan (Putri. 2010: 8).

Minimum Inhibitor Concentration (MIC) yaitu konsentrasi terendah yang

masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba pada percobaan ini akan

dipelajari cara cara penentuan nilai MIC serta menemukan daya hambat terkecil

agar kita mengetahui seberapa besar keaktifan atau kemampuan bahan bahan yang

digunakan dalam membunuh mikroorganisme sehingga kita mampu menentukan

desinfektan yang tepat.

Adapun alasan perlakuan pada percobaan ini yaitu dilakukan sterilisasi

pada tabung reaksi dan enkas dengan disemprotkan alkohol 70% agar

membersihkan benda dari mikroorganisme. Dilakukan fiksasi pada ose sebelum

mengambil biakan bakteri yaitu agar bakteri tidak menyebabkan. Alasan

dilakukan pengenceran sampel yaitu untuk mengetahui pada konsentrasi berapa

suatu desinfektan mampu membunuh bakteri. Alasan digunakan medium NA pada

praktikum kali ini karena kita ingin melihat kekeruhan medium yang menandakan

ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri dan digunakan medium NB untuk meliat

kemampuan hidup secara bersamaan dan kejernihan dari medium yang

menandakan ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri (Pratiwi. 1854: 5).

Berdasarkan hasil pengamatan pada uji MIC desinfektan superpel

menggunakan bakteri Bacillus subtillis, pada lama kontak 5 menit dengan

pengenceran 1:80 juga didapatkan hasil yang negative, pada pengenceran 1:60,

1:100, 1:120 hasilnya positif, kemudian pada lama kontak 10 menit didapatkan
hasil pengenceran 1:80, 1:100 yaitu negatif dan pada pengenceran 1:60, 1:120,

1:140 hasilnya positif. Pada kontak 15 menit dan 20 menit didapatkan hasil pada

pengenceran 1:60, 1:80, 1:100, 1:120, 1:140 semua hasilnya positif.

Hasil yang didapatkan pada percobaan ini menggunakan sampel listerin

dan bakteri Staphylococcus epidermidis didapatkan pada kontak 5 menit hasilnya

tidak ada bakteri yang tumbuh sama sekali, pada kontak 10 menit didapatkan hasil

bakteri yang tumbuh pada pengenceran 1:120, sedangkan pada pengenceran 1:60,

1:80, 1:100, 1:140, bakteri tidak tumbuh pada kontak 15 menit, hasil yang

didapatkan bakteri tidak tumbuh sama sekali. Dan pada saat kontak 20 menit

bakteri tumbuh pada pengenceran 1:80, 1:100, 1:120, 1:140, dan tidak tumbuh

pada pengenceran 1:60.

Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini menggunakan sampel sunlight

dan bakteri Escherichia coli didapatkan pada kontak 5 menit hasilnya pada

perbandingan 1:60, 1:80, 1:100, 1:120 didapatkan hasil yang positif sedangkan

pada perbandingan 1:40 hasilnya negatif, pada kontak 10 menit didapatkan hasil

bakteri yang tumbuh pada semua pengenceran , pada kontak 15 menit, hasil yang

didapatkan bakteri tidak tumbuh sama sekali 1:120 sedangkan pada pengenceran

1:60, 1:80, 1:100, dan 1:140 didapatkan hasil yang positif. Dan pada saat kontak

20 menit bakteri tidak tumbuh pada pengenceran 1:60 1:80, 1:120, 1:140, dan

tidak tumbuh pada pengenceran 1:100.

Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini menggunakan sampel vortex

dan bakteri Staphylococcus aureus didapatkan pada kontak 5 menit hasilnya

positif pada tiap pengenceran, pada kontak 10 menit didapatkan hasil bakteri yang

tumbuh pada pengenceran 1:80, 1:100, 1:120, 1:140, sedangkan pada pengenceran

1:60 bakteri tidak tumbuh. Pada kontak 15 menit, hasil yang didapatkan bakteri
tumbuh pada tiap pengenceran. Dan pada saat kontak 20 menit tidak ada bakteri

tumbuh pada pengenceran 1:60, 1:80, 1:100, 1:120, 1:140.

Hasil yang didapatkan pada percobaan ini menggunakan sampel dettol dan

bakteri Salmonella thypi didapatkan pada kontak 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan

20 menit tidak ada bakteri sama sekali yang tumbuh pada pengenceran 1:60, 1:80,

1:100, 1:120, 1:140.

Berdasarkan hasil pengamatan pada uji MIC desinfektan superpel

menggunakan bakteri Escherichia coli, pada lama kontak 5’ dengan pengenceran

1:60, 1:80, 1:100, 1:120, 1:140 juga didapatkan hasil yang negative kemudian

pada lama kontak 20’ didapatkan hasil pengenceran 1:60, 1:80, 1:100, 1:120,

1:140 yaitu negatif artinya tidak keruh atau jernih. Hal ini menunjukkan

konsentrasi terendah dari superpel masih mampu menghambat pertumbuhan

mikroba.

Adapun hasil yang di peroleh pada saat setelah inkubasi pada pengenceran

1:60, 1:80, 1:100, 1:120, 1:140 di menit ke 5 menunjukkan larutan keruh yang

berarti bakteri tidak mati dan desinfektan tidak dapat membunuh bakteri. Pada

menit ke 10 pengenceran 1:60 menunjukkan larutan tidak keruh atau negatif yang

artinya bakteri tidak hidup dan desinfektan bekerja untuk membunuh bakteri

sedangkan pada pengenceran 1:80, 1:100, 1:120, 1:140 larutan keruh yang berarti

bakteri tidak mati dan desinfektan tidak dapat membunuh bakteri masih hidup ,

dari hasil pengamatan dapat di lihat konsentrasi terendah yang tidak di tumbuhi

bakteri yang konsentrasi 1:60.

Berdasarkan perbandingan literatur (Tri. 2005: 13), diketahui bahwa waktu

yang dibutuhkan oleh bakteri dalam mengadakan kontak dengan desinfektan

adalah 5 sampai 20 menit, dan hasil yang diperoleh pada uji MIC pada
pengenceran yaitu desinfektan jenis superpel mampu menghambat pertumbuhan

mikroorganisme.

Adapun alasan mengapan pada tabung reaksi yang berisikan sampel dan

bakteri uji direndam pada air es karena untuk mempercepat pertumbuhan pada

bakteri uji.

Adapun alasan dibuat pengenceran dengan konsentrasi yang berbeda-beda

yaitu untuk diketahui pada konsentrasi berapa yang dapat menghambat

pertumbuhan bekteri.

Adapun faktor kesalahan pada praktikum ini yaitu pembuatan larutan

pengenceran yang tidak teliti sehingga menghambat beberapa hasil terutama pada

menit ke 5’. Selain itu dibeberapa sampel pemindahan tabung reaksi yaitu berisi

sampel ke wadah melampui 30 detik.

Adapun hubungan percobaan dalam dunia farmasi yaitu penting bagi

seorang farmasi mengetahui tata cara pengenceran uji MIC dan proses

penelitiannya terutama farmasi yang bekerja pada bidang industri yang mana

penerapannya akan diaplikasikan pada pembuatan desinfektan yang baik.

Adapun ayat yang berhubungan yaitu QS Al-Baqarah ayat 26

‫ضةا فَ َما فَ ْوقَ َها ۚ فَأ َ َّما الَّذِينَ آ َمنُوا فَيَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ْال َح ُّق‬
َ ‫ب َمث َ اًل َما بَعُو‬َ ‫َّللاَ ََل يَ ْستَحْ يِي أ َ ْن يَض ِْر‬
َّ ‫إِ َّن‬
‫يرا َويَ ْهدِي بِ ِه‬ ‫ُض ُّل بِ ِه َكثِ ا‬ َّ َ‫ِم ْن َربِ ِه ْم ۚ َوأ َ َّما الَّذِين َكفَ ُروافَيَقُولُونَ َماذَا أ َ َراد‬
ِ ‫َّللاُ بِ َٰ َهذَا َمث َ اًل ۚ ي‬
‫ُض ُّل بِ ِه إِ ََّل ْالفَا ِس ِقين‬ ‫َكثِ ا‬
ِ ‫يرا ۚ َو َما ي‬
Artinya : Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa

nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka

mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka

yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk

perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah,


dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan

tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang orang yang fasik.

Maksud dari ayat tersebut bahwa mikroorganisme itu pasti ada dan tidak

menutup kemungkinan bahwa mereka ada dalam suatu sediaan dan berkaitan

dengan aktivitas lain sehari hari. Oleh karena itu dibuat suatu sedian yang mampu

menghambat pertumbuhan mikroorganisme tersebut karena kebanyakan

mikroorganisme dapat menjadi parasit bagi manusia.

C. Gambar Pengamatan

No. Gambar Keterangan

1 Uji deret I tabung reaksi I

2 Uji deret I tabung reaksi

3 Uji deret I tabung reaksi III


4 Uji deret I tabung reaksi IV

5 Uji deret I tabung reaksi V

6 Uji deret II tabung reaksi I

7 Uji deret II tabung reaksi II

8 Uji deret II tabung reaksi III


9 Uji deret II tabung reaksi IV

10 Uji deret II tabung reaksi V

11 Uji deret III tabung reaksi I

12 Uji deret III tabung reaksi II

13 Uji deret III tabung reaksi III


14 Uji deret III tabung reaksi IV

15 Uji deret III tabung reaksi V

16 Uji deret IV tabung reaksi I

17 Uji deret IV tabung reaksi II

18 Uji deret IV tabung reaksi III


19 Uji deret IV tabung reaksi IV

20 Uji deret IV tabung reaksi V


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum dapat disimpulkan bahwa MIC (Minimum Inhibitory

Concentration) merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui kadar

terendah suatu desinfektan dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Adapun

desinfektan yang diujikan yaitu listerin, desinfektan, superpel, dettol, sunlight,

wipol, porstexdengan menggunakan bakteri uji Escherichia coli, Bacillus subtilis,

Salmonella thypi, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus

epidermidis,didapatkan hasil kontak rata-rata desinfektan masih mampu

menghambat bakteri dengan konsentrasi terendah. Dimana pada deret I

pertumbuhan berhenti pada pengenceran 1:140, pada deret II semua pengenceran

1:60, 1:80, 1:100, 1:120 dan 1:140 semua hasil positif, pada deret III semua hasil

positif kecuali pengenceran 1:120, pada deret IV semua hasil negatif kecuali

pengenceran 1:100.

B. Saran

1. Asisten

Diharapkan agar saat praktikum dapat mengawasi dengan baik agar tidak

menimbulkan kesalahan-kesalahan selama praktikum berlangsung, juga agar lebih

menjelaskan mengenai materi yang akan dipraktikumkan.

2. Laboratorium

Diharapkan agar alat dan bahannya dilengkapi agar saat praktikum dapat

berjalan dengan baik, juga AC di ruangan di tambahkan atau tidak ditambahkan

kipas angin didepan praktikan.


LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Penyiapan Bakteri

Alat dan bahan

Ambil bakteri uji dari biakan murni


dengan menggunakan ase bulat

Remajakan dalam medium NA miring dan


diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam

Suspensikan dengan HCl 0,9% lalu diukur


hasil bakteri 25% T pada spektrofotometri

2. Pengenceran Sampel

Masukkan sampel pada masing-masing tabung


reaksi dengan perbandingan 1:60, 1:80, 1:100,
1:120, 1:40

Masukkan medium NB pada tabung reaksi dengan


konsentrasi 1;60 kemudian rendam pada es baatu,
lakukan perlakuan yang sama kepada tabung reaksi
dengan perbandingan 1:60, 1:80, 1:100, 1:120

Setelah waktu istirahat 2 menit


Masukkan medium NB kedalam tabung
reaksi, lalu tabung reaksi yang berisikan
medium di masukkan kedalam es Kristal,
selang waktu 30 detik dari deret 4-5

Masukkan medium NB kedalam tabung


reaksi, lalu tabung reaksi yang berisikan
medium di masukkan kedalam es Kristal,
selang waktu 30 detik dari deret 4-5

Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370c

Amati perubahan yang terjadi


KEPUSTAKAAN

Andrews. Determination Of minimal Inhibitor Concentration:

Chemistrapi. Jakarta. 2006

Dirjen POM. Farmakope Indonesia: Kemenkes RI. Jakarta. 2014

Dwiyana, Nurhaedar. Mikrobiologi Dasar: UNHAS. Makassar. 2011

Gapte. Dasar-DasarMikrobiologi: UI Press. Jakarta. 1990

Greenwod.ImplementasiAnalisisKeranjang:UKD. Yogyakarta. 2011

Jufri, Oksfriani. Mikrobiologi Kesehatan: Deepublish Publisher. Yogyakarta.

2019

Murwani, Sri. Dasar Dasar Mikrobiologi Vetriner: Universitas Brawijaya.

Malang. 2015

Noviana. Analisis Mikrobiologi Laboatorium: Raja Grafindo Persada. Jakarta.

2014

Pacini.Bacteriology TheProteobacteriaParl B: SpingerVerlas. New York. 1854.

Putri. Microbiology A Laboratorium Manual: Swadaya. Bogor.2010

Pratiwi. Mengenal dan Memahami Mikroorganisme Pada Laboratorium

Mikrobiologi: EGC.Jakrta:1854

Sugeng. Bacteryology Of Proteobacteria: Penebar Swadaya. Yogyakrta. 2019

Suyitno. Uji Minimum Inhibitor Concentration: PT Gramedia. Jakarta.2008

Tri. Penentuan Daya Hambat Sediaan Antiseptik:FK Padjajaran. Bandung.2005

Wahyuni. Stapylococus: Jurnal Protein Vol 14:PP:31-36. 2015

Anda mungkin juga menyukai