Anda di halaman 1dari 13

1

Khutbah Jumat:

Tanda Istiqamah
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.

Khutbah Jumat Pahing, 26 Jumadal Ula 1440 H


@ Masjid Jenderal Sudirman Panggang Gunungkidul
‫‪2‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫ﷲ ‪6‬ﻣ‪+‬ﻦ ‪0‬ﺷ‪0‬ﺮ‪+‬ﻭﹺﺭ‬ ‫ﺴ)ﺘ‪+‬ﻐ‪6‬ﻔ‪0‬ﺮ‪0‬ﻩ )ﻭ)ﻧ‪0‬ﻌ‪+‬ﻮﹸﺫ ﹺﺑﺎ ِ‬


‫ﺴﺘ)ﻌ‪6‬ﻴ‪+‬ﻨ‪0‬ﻪ‪) 0‬ﻭ)ﻧ ‪+‬‬
‫ﺤ)ﻤ‪0‬ﺪﻩ‪ 0‬ﻭ)ﻧ) ‪+‬‬
‫ﷲ ﻧ) ‪+‬‬
‫ﺤ‪+‬ﻤ)ﺪ ِ ِ‬‫ﺇﹺﹼﻥ ﺍﻟﹾ )‬
‫ﻀﻠ‪6‬ﹾﻞ‬‫ﻀﹼﻞ ﻟﹶﻪ‪ 0‬ﻭ)ﻣ)‪+‬ﻦ ﻳ‪+ 0‬‬‫ﻼ ﻣ‪6 0‬‬ ‫ﷲ ﻓﹶ ﹶ‬ ‫ﺕ ﺃﹶ‪+‬ﻋ)ﻤﺎﻟ‪6‬ﻨ)ﺎ ﻣ)‪+‬ﻦ ﻳ)‪+‬ﻬ‪6‬ﺪﻩ‪ 6‬ﺍ ُ‬ ‫ﺴﻨ)ﺎ ﻭ))ﺳﻴ‪I‬ﺌﹶﺎ ‪6‬‬
‫ﺃﹶﻧ‪+‬ﻔﹸ ِ‬
‫ﺤ‪I‬ﻤ‪Y‬ﺪﺍ )ﻋ‪+‬ﺒ‪0‬ﺪ‪0‬ﻩ‬
‫ﷲ )ﻭﹶﺃ‪+‬ﺷ)ﻬ‪0‬ﺪ ﹶﺃﹼﻥ ‪0‬ﻣ )‬ ‫ﻱ ﹶﻟ‪0‬ﻪ ﹶﺃ‪+‬ﺷ)ﻬ‪0‬ﺪ ﹶﺃﹾﻥ ﹶﻻ ﹺﺇﻟ)ﻪ ﹺﺇﹼﻻ ﺍ ُ‬ ‫ﻼ )ﻫﺎ‪6‬ﺩ )‬‫ﹶﻓ ﹶ‬
‫)ﻭ)ﺭ‪0‬ﺳ‪+‬ﻮﹸﻟ‪0‬ﻪ‬
‫ﺠ‪6‬ﻪ ﺍﻟﹶﻘﹺﻮ‪+‬ﻳﹺﻢ‬
‫ﺤﺎﹺﺑ‪6‬ﻪ )ﻭ)ﻣ‪+‬ﻦ )ﺳﺎ)ﺭ )ﻋﹶﻠﻰ )ﻧ‪+‬ﻬ ﹺ‬ ‫ﺻ)‬‫ﷲ )ﻋﹶﻠ‪+‬ﻴ‪6‬ﻪ )ﻭ)ﻋﹶﻠﻰ ﺁﻟ‪66‬ﻪ )ﻭﺃﹶ ‪+‬‬
‫ﺻّﹶﻠﻰ ﺍ ُ‬ ‫)‬
‫ﺴ‪6‬ﻠ‪+‬ﻴ‪Y‬ﻤﺎ ﹶﻛ‪6‬ﺜ‪+‬ﻴ‪Y‬ﺮﺍ‬
‫ﺴ)ﺘ‪6‬ﻘ‪+‬ﻴﹺﻢ ﹺﺇﹶﻟﻰ )ﻳ‪+‬ﻮﹺﻡ ﺍﻟّ‪6‬ﺪ‪+‬ﻳﹺﻦ )ﻭ)ﺳّﹶﻠ)ﻢ )ﺗ ‪+‬‬
‫ﻁ ﺍﹸﳌ ‪+‬‬
‫ﺼ)ﺮﺍ ‪6‬‬
‫)ﻭ)ﺩ)ﻋﺎ ﹺﺇﹶﻟﻰ ﺍﻟ ّ‪6‬‬
‫ﺍﻟﹼﻠ‪0‬ﻬّ)ﻢ )ﻋّ‪6‬ﻠ‪+‬ﻤ)ﻨﺎ )ﻣﺎ )ﻳ‪+‬ﻨﹶﻔ‪0‬ﻌ)ﻨﺎ‪) ،‬ﻭﺍ‪+‬ﻧﹶﻔ)ﻌ)ﻨﺎ ﹺﺑ)ﻤﺎ )ﻋّﹶﻠ‪+‬ﻤ)ﺘ)ﻨﺎ‪) ،‬ﻭﹺﺯ‪+‬ﺩ)ﻧﺎ ‪6‬ﻋﹾﻠﻤﴼ‪) ،‬ﻭﺃﹶ)ﺭﻧ)ﺎ‬
‫ﻼ )ﻭﺍ‪+‬ﺭ‪0‬ﺯﹾﻗ)ﻨﺎ ﺍ‪+‬ﺟ‪6‬ﺘ)ﻨﺎ)ﺑ‪0‬ﻪ‬
‫ﳊّ)ﻖ )ﺣﹼﻘﴼ )ﻭﺍ‪+‬ﺭ‪0‬ﺯﹾﻗ)ﻨﺎ ﺍّ‪6‬ﺗ)ﺒﺎ)ﻋ‪0‬ﻪ‪) ،‬ﻭﹶﺃ)ﺭ)ﻧﺎ ﺍﻟ)ﺒﺎ‪6‬ﻃﹶﻞ )ﺑﺎ‪6‬ﻃ ﹰ‬ ‫ﺍﹶ‬
‫… ‪Amma ba’du‬‬
‫… ‪Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah‬‬
‫‪Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada‬‬
‫‪takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya‬‬
‫‪sebagaimana disebutkan dalam ayat,‬‬

‫)ﻳﺎ ﹶﺃّ‪0‬ﻳﻬ)ﺎ ﺍّﹶﻟﺬ‪6‬ﻳﻦ) ﺁ)ﻣ‪0‬ﻨﻮﺍ ﺍّ)ﺗﹸﻘﻮﺍ ﺍﻟّﹶﻠ)ﻪ ﺣ)ﻖّ) ‪0‬ﺗﹶﻘﺎ‪6‬ﺗ‪6‬ﻪ ﻭ)ﹶﻟﺎ )ﺗﻤ‪0‬ﻮ‪0‬ﺗﻦّ) ﹺﺇّﹶﻟﺎ ﻭ)ﹶﺃ‪+‬ﻧ‪0‬ﺘﻢ‪0 +‬ﻣﺴ‪6+‬ﻠﻤ‪0‬ﻮﻥﹶ‬
‫‪“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah‬‬
‫‪sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali‬‬
‫”‪kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.‬‬
‫)‪(QS. Ali Imran: 102‬‬
3

Shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi akhir


zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul yang
mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Semoga
shalawat dari Allah tercurah kepada beliau, kepada istri-istri
beliau, para sahabat beliau, serta yang disebut keluarga
beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga
akhir zaman.

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Sebelumnya ada dua adab penting pada hari Jumat saat


mendengarkan Khutbah Jumat yang perlu diterangkan.

Pertama: Diam dan tidak berbicara saat mendengar khutbah.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

)‫ﺕ‬+‫ ﹶﻟ)ﻐﻮ‬+‫ ﻓﹶﻘﹶﺪ‬0‫ﻄﹸﺐ‬+‫ )ﻳﺨ‬0‫ ﻭ)ﺍﻹِﻣ)ﺎﻡ‬. +‫ﺖ‬6‫ﻧﺼ‬+‫ ﹶﺃ‬6‫ﻌ)ﺔ‬0‫ﻤ‬0‫)ﻡ ﺍﻟﹾﺠ‬+‫ﹺﺒﻚ) )ﻳﻮ‬6‫ﻟﺼ)ﺎﺣ‬6 )‫ﹺﺇﹶﺫﺍ ﻗﹸﻠﹾﺖ‬
“Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at,
‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah
berkata sia-sia.” (HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851).
4

Kedua: Dilarang al-habwah, yaitu duduk sambil memeluk lutut


saat mendengarkan khutbah.
Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin Anas Al-
Juhaniy), ia berkata,

6‫ﻌ)ﺔ‬0‫ﻤ‬0‫)ﻡ ﺍﻟﹾﺠ‬+‫ )ﻳﻮ‬6‫ﻮ)ﺓ‬+‫ﺒ‬0‫ )ﻧﻬ)ﻰ ﻋ)ﻦﹺ ﺍﻟﹾﺤ‬-‫ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- 6‫ﻮﻝﹶ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬0‫ﹶﺃﻥﱠ ﺭ)ﺳ‬
0‫ﻄﹸﺐ‬+‫ )ﻳﺨ‬0‫ﻭ)ﺍﻹِﻣ)ﺎﻡ‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari duduk
dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.”
(HR. Tirmidzi, no. 514 dan Abu Daud, no. 1110. Al Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Kali ini kami akan mengangkat tema mengenai bagaimanakah


tanda seseorang itu istiqamah. Karena setiap hari kita terus
mengulang ayat,

‫ﻮﺏﹺ‬0‫ﻀ‬+‫ﺮﹺ ﺍﻟﹾﻤ)ﻐ‬+‫ ﻏﹶﻴ‬+‫ﻬﹺﻢ‬+‫ﺖ) ﻋ)ﹶﻠﻴ‬+‫ﻧ)ﻌﻤ‬+‫ﻳﻦ) ﹶﺃ‬6‫ﺮ)ﺍﻁﹶ ﺍﻟﹶّﺬ‬6‫ﻴﻤ)ﺼ‬6‫ﺘ)ﻘ‬+‫ﺴ‬0‫ّﺮ)ﺍﻁﹶ ﺍﻟﹾﻤ‬6‫)ﻧﺎ ﺍﻟﺼ‬6‫ﺪ‬+‫ﺍﻫ‬


)‫ّﲔ‬6‫ ﻭ)ﹶﻟﺎ ﺍﻟﻀ)ّﺎﻟ‬+‫ﻬﹺﻢ‬+‫ﻋ)ﹶﻠﻴ‬
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7). Ayat ini berisi perintah untuk
meminta terus istiqamah di atas jalan yang lurus.
Shirathal mustaqim menurut Ibnu Katsir adalah:
1. Mengikuti jalan nabi
2. Mengikuti generasi salaf dari para sahabat seperti Abu
Bakar dan ‘Umar
3. Mengikuti kebenaran
5

4. Mengikuti Islam
5. Mengikuti Al-Qur’an
Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan bahwa semua
pengertian di atas itu benar dan semua makna di atas itu saling
terkait. Siapa yang mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan mengikuti sahabat sesudahnya yaitu Abu Bakar
dan Umar, maka ia telah mengikuti kebenaran. Siapa yang
mengikuti kebenaran, berarti ia telah mengikuti Islam. Siapa
yang mengikuti Islam, berarti ia telah mengikuti Al-Qur’an
(Kitabullah), itulah tali Allah yang kokoh. Itulah semua ash-
shirothol mustaqim (jalan yang lurus). Semua pengertian di
atas itu benar saling mendukung satu dan lainnya. Walillahil
hamd. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:213.

Bagaimana kita bisa istiqamah


pada jalan yang lurus?
6

Syafiq Al-Balji rahimahullah berkata bahwa ada


empat cara untuk istiqamah,
Pertama: Tidak meninggalkan perintah Allah
karena sedang mengalami musibah.
Kedua: Tidak meninggalkan perintah Allah karena
kesibukan dunia.
Ketiga: Tidak mengikuti komentar orang lain dan
mengedepankan hawa nafsu sendiri.
Keempat: Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(Hilyah Al-Auliya’, 8:17, dinukil dari At-Tadzhib Al-
Maudhu’i li Hilyah Al-Auliya’, hlm. 50).

Tetap istiqamah walaupun


mendapatkan musibah

Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺮﺍ‬Y+‫ﻳﺴ‬0 ‫ﺮﹺ‬+‫ﺴ‬0‫ﻓﹶﺈﹺﻥﹶّ ﻣ)ﻊ) ﺍﻟﹾﻌ‬


“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,

‫ﺮﺍ‬Y+‫ﻳﺴ‬0 ‫ﺮﹺ‬+‫ﺴ‬0‫ﹺﺇﻥّﹶ ﻣ)ﻊ) ﺍﻟﹾﻌ‬


“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.
Alam Nasyroh: 6).
Tentang ayat di atas, Qatadah rahimhuallah berkata,
7

‫ﻳﻦﹺ‬+‫)ﺮ‬+‫ﻳﺴ‬0 „‫ﺮ‬+‫ﺴ‬0‫ﻠﺐ) ﻋ‬6‫ﻐ‬+‫ )ﻳ‬+‫ﹶﻟﻦ‬


“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

Ingatlah hikmah di balik musibah


sungguh luar biasa

Pertama: Musibah itu sebagai ujian, siapakah yang mampu


bersabar.
Kedua: Untuk membersihkan hati manusia dan supaya lepas
dari sifat-sifat buruk karena ketika musibah datang, maka
kesombongan, ujub, hasad berubah menjadi ketundukan
kepada Allah.
Ketiga: Iman seorang mukmin menjadi kuat.
Keempat: Musibah menunjukkan kuatnya Allah dan lemahnya
manusia.
Kelima: Dengan adanya musibah, kita jadi semangat berdoa
dengan ikhlas.
Keenam: Musibah itu untuk membangunkan seseorang yang
sedang lalai.
Ketujuh: Nikmat itu baru dirasakan kalau kita mengetahui
lawannya. Kita baru rasakan nikmat sehat ketika kita
mendapatkan sakit.
8

Tidak meninggalkan perintah Allah


walaupun sibuk dengan urusan
dunia

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma,


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan
tentang shalat pada suatu hari di mana beliau bersabda,

+‫ ﻟﹶﻢ‬+‫ ﻭ)ﻣ)ﻦ‬6‫ﻴ)ﺎﻣ)ﺔ‬6‫ﻡ) ﺍﻟﹾﻘ‬+‫ﻫ)ﺎﻧﴼ ﻭ)ﻧ)ﺠ)ﺎﺓﹰ ﻳ)ﻮ‬+‫ﺮ‬0‫ﻮﺭﴽ ﻭ)ﺑ‬0‫ ﻧ‬0‫ ﻟﹶﻪ‬+‫ﻬ)ﺎ ﻛﹶﺎﻧ)ﺖ‬+‫ ﺣ)ﺎﻓﹶﻆﹶ ﻋ)ﻠﹶﻴ‬+‫ﻣ)ﻦ‬
‫ﺔ‬6‫ﻘ)ﻴﺎ)ﻣ‬6‫)ﻡ ﺍﹾﻟ‬+‫ﻫ)ﺎﻥﹲ ﻭ)ﻻﹶ )ﻧﺠ)ﺎﹲﺓ ﻭ)ﻛﹶﺎﻥﹶ )ﻳﻮ‬+‫ﺑﺮ‬0 ‫ﻧﻮ„ﺭ ﻭ)ﻻﹶ‬0 ‫ﻪ‬0‫ ﹶﻟ‬+‫ )ﻳﻜﹸﻦ‬+‫ﻴﻬ)ﺎ ﹶﻟﻢ‬+‫ﻓﻆﹾ ﻋ)ﹶﻠ‬6‫ﻳﺤ)ﺎ‬0
Œ‫ﻦﹺ ﺧ)ﻠﹶﻒ‬+‫ ﺑ‬‰‫ﻥﹶ ﻭ)ﻫ)ﺎﻣ)ﺎﻥﹶ ﻭ)ﺃﹸﺑ)ﻰ‬+‫ﻋ)ﻮ‬+‫ﺮ‬6‫ﻭﻥﹶ ﻭ)ﻓ‬0‫ﻣ)ﻊ) ﻗﹶﺎﺭ‬
“Siapa yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan
cahaya, petunjuk, keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang
tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya,
petunjuk, dan keselamatan kelak. Nantinya di hari kiamat, ia
akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay
bin Khalaf.” (HR. Ahmad, 2:169. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Ash-Shalah
wa Hukmu Taarikihaa (hlm. 37-38) mengenai hadits di atas,
• Siapa yang sibuk dengan hartanya sehingga melalaikan
shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Qarun.
• Siapa yang sibuk dengan kerajaannya sehingga melalaikan
shalatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun.
• Siapa yang sibuk dengan kekuasaannya sehingga
melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama
Haman (menterinya Fir’aun).
9

• Siapa yang sibuk dengan perdagangannya sehingga


melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan bersama Ubay
bin Khalaf.

Ketiga: Tidak mengikuti komentar


orang lain dan mengedepankan
hawa nafsu sendiri.

Dalam hadits disebutkan,

‫ﻧ)ﺔﹶ ﺍﻟﻨ)ّﺎﺱﹺ ﻭ)ﻣ)ﻦﹺ‬+‫ﺆ‬0‫ ﻣ‬0‫ﻩ ﺍﻟﻠﹶّﻪ‬0‫ ﺍﻟﻨ)ّﺎﺱﹺ ﻛﹶﹶﻔﺎ‬6‫ ﹺﺑﺴ)ﺨ)ﻂ‬6‫ﻣ)ﻦﹺ ﺍﻟﹾﺘ)ﻤ)ﺲ) ﺭﹺﺿ)ﺎءَ ﺍﻟﻠﹶّﻪ‬
‫ ﹺﺇﹶﻟﻰ ﺍﻟﻨ)ّﺎﺱﹺ‬0‫ ﺍﻟﻠﹶّﻪ‬0‫ ﻭ)ﻛﹶﹶﻠﻪ‬6‫ ﺍﻟﻠﹶّﻪ‬6‫ﺍﻟﹾﺘ)ﻤ)ﺲ) ﺭﹺﺿ)ﺎءَ ﺍﻟﻨ)ّﺎﺱﹺ ﹺﺑﺴ)ﺨ)ﻂ‬
“Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak
suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia.
Barangsiapa yang mencari ridha manusia namun Allah itu
murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada
manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2414 dan Ibnu Hibban, no. 276.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Keempat: Beramal sesuai Al-Quran


dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.

Allah Ta’ala berfirman,


10

)‫ﻮﺍ ﻭ)ﺍّ)ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻠﹶّﻪ) ﹺﺇﻥّﹶ ﺍﻟﻠﹶّﻪ‬0‫ﺘ)ﻬ‬+‫ ﻓﹶﺎﻧ‬0‫ﻪ‬+‫ ﻋ)ﻨ‬+‫ ﻭ)ﻣ)ﺎ )ﻧﻬ)ﺎﻛﹸﻢ‬0‫ﺬﹸﻭﻩ‬0‫ﻮﻝﹸ ﻓﹶﺨ‬0‫ ﺍﻟﺮ)ّﺳ‬0‫ﻭ)ﻣ)ﺎ ﺁَﺗ)ﺎﻛﹸﻢ‬
‫ﻘﹶﺎﺏﹺ‬6‫ ﺍﻟﹾﻌ‬0‫ﻳﺪ‬6‫ﺷ)ﺪ‬
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7).
Dalam hadits Al-‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﺔ ﺿ)ﻼﹶﻟﹶﺔﹲ‬Œ)‫ﻋ‬+‫ﻋ)ﹲﺔ ﻭ)ﻛﹸﻞّﹶ ﹺﺑﺪ‬+‫ ﹺﺑﺪ‬Œ‫ﺪ)ﺛﹶﺔ‬+‫ﺤ‬0‫ﻮﺭﹺ ﻓﹶﺈﹺﻥﹶّ ﻛﹸﻞّﹶ ﻣ‬0‫ ﺍﻷُﻣ‬6‫ﺪ)ﹶﺛﺎﺕ‬+‫ﺤ‬0‫ ﻭ)ﻣ‬+‫ﻭ)ﹺﺇّ)ﻳﺎﻛﹸﻢ‬


“Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena
setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap
bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud, no. 4607; Tirmidzi, no.
2676; dan An-Nasa’i, no. 46. Syaikh Al-Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih).

Demikian tanda kita bisa istiqamah, kesimpulannya adalah:


1. Tidak meninggalkan perintah Allah tatkala kita tertimpa
musibah.
2. Tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan
dunia.
3. Tidak mengikuti komentar orang dan hawa nafsu sendiri.
4. Beramal sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.

Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik


dan hidayah.
‫‪11‬‬

‫ﹶﺃﹸﻗﻮ‪+‬ﻝﹸ ﻗﹶﻮ‪+‬ﻟ‪6‬ﻲ ﻫ)ﺬﹶﺍ ﻭ)ﺍﺳ‪)+‬ﺘﻐ‪+‬ﻔ‪6‬ﺮ‪ 0‬ﺍﷲَ ‪6‬ﻟﻲ ﻭ)ﹶﻟﻜﹸﻢ‪ +‬ﻭ)‪6‬ﻟﺴ)ﺎ‪6‬ﺋﺮﹺ ﺍﳌﹸﺴ‪+‬ﻠ‪6‬ﻤ‪6‬ﻴ‪+‬ﻦ) ﹺﺇّ)ﻧ‪0‬ﻪ ﻫ‪0‬ﻮ)‬
‫ﺍﻟﺴ)ﻤ‪6‬ﻴ‪+‬ﻊ‪ 0‬ﺍﻟﻌ)ﻠ‪6‬ﻴ‪+‬ﻢ‪0‬‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ﺍﳊﹶﻤ‪+‬ﺪ‪ 0‬ﷲِ ﺭ)ﺏﹺّ ﺍﻟﻌ)ﺎﳌ‪6‬ﻴ‪+‬ﻦ) ﻭ)ﺍﻟﺼّ)ﻼﹶﺓﹸ ﻭ)ﺍﻟﺴّ)ﻼﹶﻡ‪ 0‬ﻋ)ﹶﻠﻰ ﹶﺃﺷ‪)+‬ﺮﺍﻑ‪ 6‬ﺍﻷَﻧ‪+‬ﺒﹺﻴ)ﺎءِ‬


‫ﻭ)ﺍﳌﺮ‪+‬ﺳ)‪6‬ﻠﻴ‪+‬ﻦ) )ﻧﹺﺒّﹺﻴ)ﻨﺎ ﻣ‪0‬ﺤ)ﻤ)ّﺪ‪ Œ‬ﻭ)ﻋ)ﹶﻠﻰ ﺁ‪6‬ﻟ‪6‬ﻪ ﻭ)ﺻ)ﺤ‪+‬ﹺﺒﻪ‪ 6‬ﹶﺃﺟ‪+‬ﻤ)‪6‬ﻌ‪+‬ﻴﻦ)‬
‫ﹶﺍﻣّ)ﺎ )ﺑ‪+‬ﻌﺪ‪ : 0‬ﻓﹶﻴ)ﺎﺍﹶ ّ‪0‬ﻳﻬ)ﺎﺍﻟّ)ﻨﺎﺱ‪6 !! 0‬ﺍّ)ﺗﻘﹸﻮﺍﺍﷲَ )ﺗﻌ)ﺎﱃﹶ‪ .‬ﻭ)ﺫﹶﺭ‪0‬ﻭﺍﹾﻟﻔﹶﻮ)ﺍﺣ‪6‬ﺶ)‬
‫ﻣ)ﺎﻇﹶﻬ)ﺮ)ﻭ)ﻣ)ﺎﺑ)ﻄﹶﻦ‪ .+‬ﻭ)ﺣ)ﺎﻓ‪6‬ﻈﹸﻮ‪+‬ﺍﻋ)ﻠﻰ) ﺍﻟﻄﹶّﺎﻋ)ﺔ‪ 6‬ﻭ)ﺣ‪0‬ﻀ‪0‬ﻮ‪+‬ﺭﹺ ﺍﻟﹾﺠ‪0‬ﻤ‪+‬ﻌ)ﺔ‪ 6‬ﻭ)ﺍﹾﻟﺠ)ﻤ)ﺎﻋ)ﺔ‪.6‬‬
‫ﻭ)ﺍﻋ‪+‬ﹶﻠﻤ‪0‬ﻮ‪+‬ﺍﹶﺍﻥّﹶ ﺍﷲَ ﹶﺍﻣ)ﺮ)ﻛﹸﻢ‪ +‬ﹺﺑﹶﺄ‪+‬ﻣﹴﺮ )ﺑﺪ)ﹶﺃ ﻓ‪6‬ﻴ‪+‬ﻪ‪ 6‬ﹺﺑ)ﻨﹾﻔﺴِ‪6‬ﻪ‪ .‬ﻭ)ﹶﺛّ)ﻨﻰ ﹺﺑﻤ)ﻼﹶ‪6‬ﺋﻜﹶ‪6‬ﺔ ﻗﹸﺪ‪+‬ﺳ‪6‬ﻪ‪.6‬‬
‫ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ )ﺗ)ﻌﺎﱃﹶ ﻭ)ﹶﻟﻢ‪) +‬ﻳ)ﺰﻝﹾ ﻗﹶﺎ‪6‬ﺋﻼﹰﻋ)‪6‬ﻠ‪+‬ﻴﻤ‪Y‬ﺎ‪6 :‬ﺍﻥّﹶ ﺍﷲَ ﻭ)ﻣ)ﻼﹶ‪6‬ﺋﻜﹶ)ﺘﻪ‪0 0‬ﻳﺼ)ّﹸﻠﻮ‪+‬ﻥﹶ ﻋ)ﻠﻰ) ﺍﻟﻨ)ّﺒﹺﻰ‪+‬‬
‫)ﻳﹶﺎ ّ‪0‬ﻳﻬ)ﺎﺍّﹶﻟﺬ‪+6‬ﻳﻦ) ﺁﻣ)‪0‬ﻨﻮ‪+‬ﺍﺻ)ّﹸﻠﻮ‪+‬ﺍﻋ)ﹶﻠ‪+‬ﻴﻪ‪ 6‬ﻭ)ﺳ)ّ‪6‬ﻠﻤ‪0‬ﻮ‪+‬ﺍ )ﺗﺴ‪6+‬ﻠ‪+‬ﻴﻤ‪Y‬ﺎ‬
‫ﹶﺍﻟّﹶﻠﻬ‪0‬ﻢّ) ﺻ)ﻞﹺّ ﻋ)ﹶﻠﻰ ﻣ‪0‬ﺤ)ﻤ)ّﺪ‪ Œ‬ﻭ)ﻋ)ﹶﻠﻰ ﺁﻝﹺ ﻣ‪0‬ﺤ)ﻤ)ّﺪ‪ Œ‬ﻛﹶﻤ)ﺎ ﺻ)ﻠﹶّﻴ‪+‬ﺖ) ﻋ)ﹶﻠﻰ ﹺﺇ‪+‬ﺑ)ﺮﺍﻫ‪+6‬ﻴﻢ)‬
‫ﻭ)ﻋ)ﹶﻠﻰ ﺁﻝﹺ ﹺﺇ‪+‬ﺑ)ﺮﺍﻫ‪+6‬ﻴﻢ)‪ ،‬ﹺﺇّ)ﻧﻚ) ﺣ)ﻤ‪+6‬ﻴﺪ„ ﻣ)ﺠﹺﻴ‪+‬ﺪ„‪ .‬ﻭ))ﺑﺎﺭﹺﻙ‪ +‬ﻋ)ﹶﻠﻰ ﻣ‪0‬ﺤ)ﻤ)ّﺪ‪ Œ‬ﻭ)ﻋ)ﹶﻠﻰ ﺁﻝﹺ‬
‫ﻣ‪0‬ﺤ)ﻤ)ّﺪ‪ Œ‬ﻛﹶﻤ)ﺎ )ﺑﺎ)ﺭﻛﹾﺖ) ﻋ)ﹶﻠﻰ ﹺﺇ‪+‬ﺑ)ﺮﺍﻫ‪+6‬ﻴﻢ) ﻭ)ﻋ)ﹶﻠﻰ ﺁﻝﹺ ﹺﺇ‪+‬ﺑ)ﺮﺍﻫ‪+6‬ﻴﻢ)‪ ،‬ﹺﺇّ)ﻧﻚ) ﺣ)ﻤ‪+6‬ﻴﺪ„‬
‫ﻣ)ﺠﹺﻴ‪+‬ﺪ„‬
‫‪12‬‬

‫ﺍﻟﻠﻬ‪0‬ﻢ)ّ ﺍﻏﹾﻔ‪6‬ﺮ‪6 +‬ﻟﹾﻠﻤ‪0‬ﺴ‪6+‬ﻠﻤ‪+6‬ﻴﻦ) ﻭ)ﺍﳌﺴ‪6+‬ﻠﻤ)ﺎﺕ‪ 6‬ﻭ)ﺍﳌﺆ‪+‬ﻣ‪6‬ﹺﻨﻴ‪+‬ﻦ) ﻭ)ﺍﳌﺆ‪+‬ﻣ‪)6‬ﻨﺎﺕ‪ 6‬ﺍﻷَﺣ‪+‬ﻴ)ﺎءِ ﻣ‪6‬ﻨ‪+‬ﻬ‪0‬ﻢ‪+‬‬


‫ﻭ)ﺍﻷَﻣ‪+‬ﻮ)ﺍﺕ‪ 6‬ﹺﺇّ)ﻧﻚ) ﺳ)ﻤ‪+6‬ﻴﻊ„ ﻗﹶﺮﹺﻳ‪+‬ﺐ„ ﻣ‪0‬ﺠﹺﻴ‪+‬ﺐ‪ 0‬ﺍﻟﺪ)ّﻋ‪+‬ﻮ)ﺓ‪6‬‬
‫ﺭ)ﺑ)ّﻨ)ﺎ ﹶﻟﺎ ‪0‬ﺗﹺﺰﻍﹾ ﻗﹸﻠﹸﻮﺑ)ﻨ)ﺎ )ﺑ‪+‬ﻌﺪ) ﹺﺇﺫﹾ ﻫ)ﺪ)ﻳ‪)+‬ﺘ)ﻨﺎ ﻭ)ﻫ)ﺐ‪ +‬ﹶﻟ)ﻨﺎ ﻣ‪6‬ﻦ‪ +‬ﹶﻟﺪ‪+0‬ﻧﻚ) ﺭ)ﺣ‪+‬ﻤ)ﺔﹰ ﹺﺇّ)ﻧﻚ)‬
‫ﹶﺃ‪+‬ﻧﺖ) ﺍﻟﹾﻮ)ﻫ)ّﺎﺏ‪0‬‬
‫ﺍﻟﻠﹶّﻬ‪0‬ﻢ)ّ ﹺﺇّ)ﻧﺎ )ﻧﺴ‪+‬ﹶﺄﹸﻟﻚ) ﺍﳍﹸﺪ)ﻯ ﻭ)ﺍﻟّ‪0‬ﺘﻘﹶﻰ ﻭ)ﺍﻟﻌ)ﻔﹶﺎﻑ) ﻭ)ﺍﻟﻐ‪)6‬ﻨﻰ‬
‫ﺍﻟﻠﹶّﻬ‪0‬ﻢ)ّ ﹶﺃﺣ‪+‬ﺴِﻦ‪ +‬ﻋ)ﺎﻗ‪)6‬ﺒ)ﺘ)ﻨﺎ ﻓ‪6‬ﻰ ﺍﻷُﻣ‪0‬ﻮﺭﹺ ﻛﹸّ‪6‬ﻠﻬ)ﺎ ﻭ)ﹶﺃﺟﹺﺮ‪)+‬ﻧﺎ ﻣ‪6‬ﻦ‪ +‬ﺧ‪6‬ﺰ‪+‬ﻯﹺ ﺍﻟﺪ‪ّ0‬ﻧ‪+‬ﻴ)ﺎ‬
‫ﻭ)ﻋ)ﺬﹶﺍﺏﹺ ﺍﻵﺧ‪6‬ﺮ)ﺓ‪6‬‬
‫ﹶﺍﻟّﹶﻠﻬ‪0‬ﻢّ) ﹶﺃﺻ‪6+‬ﻠﺢ‪ +‬ﻭ‪0‬ﹶﻟﺎﺓﹶ ﹸﺃ‪0‬ﻣﻮ‪+‬ﹺﺭ)ﻧﺎ‪ ،‬ﹶﺍﻟّﹶﻠﻬ‪0‬ﻢّ) ﻭ)ﻓّ‪6‬ﻘﹾﻬ‪0‬ﻢ‪6 +‬ﻟﻤ)ﺎ ﻓ‪6‬ﻴ‪+‬ﻪ‪ 6‬ﺻ)ﻠﹶﺎﺣ‪0‬ﻬ‪0‬ﻢ‪ +‬ﻭ)ﺻ)ﹶﻠﺎﺡ‪0‬‬
‫ﹾﺍﻹِﺳ‪+‬ﹶﻠﺎﹺﻡ ﻭ)ﺍﹾﻟﻤ‪0‬ﺴ‪+‬ﻠ‪6‬ﻤ‪6‬ﻴ‪+‬ﻦ) ﹶﺍﻟّﹶﻠﻬ‪0‬ﻢّ) ﹶﺃ‪+‬ﺑ‪6‬ﻌﺪ‪ +‬ﻋ)ﻨ‪+‬ﻬ‪0‬ﻢ‪ +‬ﹺﺑﻄﹶﺎ)ﻧﹶﺔ ﺍﻟﺴ‪ّ0‬ﻮ‪+‬ءِ ﻭ)ﺍﹾﻟﻤ‪0‬ﻔﹾﺴِﺪ‪6‬ﻳ‪+‬ﻦ) ﻭ)ﻗﹶﺮّﹺﺏ‪+‬‬
‫ﹺﺇﹶﻟ‪+‬ﻴﻬﹺﻢ‪ +‬ﹶﺃﻫ‪+‬ﻞﹶ ﺍﻟﹾﺨ)ﻴ‪+‬ﺮﹺ ﻭ)ﺍﻟّ)ﻨﺎﺻ‪6‬ﺤ‪6‬ﻴ‪+‬ﻦ) )ﻳﺎ ﺭ)ﺏ)ّ ﺍﻟﹾﻌ)ﺎﻟﹶﻤ‪6‬ﻴ‪+‬ﻦ)‬
‫ﺭ)ﺑ)ّﻨ)ﺎ ﻫ)ﺐ‪ +‬ﹶﻟ)ﻨﺎ ﻣ‪6‬ﻦ‪ +‬ﹶﺃﺯ‪+‬ﻭ)ﺍﺟﹺ)ﻨﺎ ﻭ)ﺫﹸﺭّﹺّ)ﻳﺎ‪6‬ﺗ)ﻨﺎ ﻗﹸﺮ)ّﺓﹶ ﹶﺃﻋ‪0+‬ﻴﻦﹴ ﻭ)ﺍﺟ‪+‬ﻌ)ﻠﹾ)ﻨﺎ ‪6‬ﻟﹾﻠﻤ‪)ّ0‬ﺘ‪6‬ﻘﲔ) ﹺﺇ)ﻣﺎ‪Y‬ﻣﺎ‬
‫ﺭ)ﺑ)ّﻨ)ﺎ ﺁ‪6‬ﺗ)ﻨﺎ ﻓ‪6‬ﻲ ﺍﻟﺪ‪ّ0‬ﻧ‪+‬ﻴ)ﺎ ﺣ)ﺴ))ﻨﹰﺔ ﻭ)ﻓ‪6‬ﻲ ﺍﻟﹾﺂﺧ‪6‬ﺮ)ﺓ‪ 6‬ﺣ)ﺴ))ﻨﹰﺔ ﻭ)ﻗ‪)6‬ﻨﺎ ﻋ)ﺬﹶﺍﺏ) ﺍﻟﻨ)ّﺎﺭﹺ‬
‫ﻭ)ﺻ)ّﹶﻠﻰ ﺍﷲُ ﻋ)ﹶﻠﻰ )ﻧﹺﺒّﹺﻴ)ﻨﺎ ﻣ‪0‬ﺤ)ﻤ)ّﺪ‪ Œ‬ﻭ)ﻋ)ﹶﻠﻰ ﺁ‪6‬ﻟ‪6‬ﻪ ﻭ)ﺻ)ﺤ‪+‬ﹺﺒﻪ‪ 6‬ﻭ)ﻣﻦ‪) +‬ﺗﹺﺒ)ﻌﻬ‪0‬ﻢ‪ +‬ﹺﺑﹺﺈﺣ‪+‬ﺴ)ﺎﻥ‪Œ‬‬
‫ﹺﺇﹶﻟﻰ )ﻳﻮ‪+‬ﹺﻡ ﺍﻟﺪ‪I‬ﻳ‪+‬ﻦ‬
‫ﻭ)ﺁﺧ‪6‬ﺮ‪ 0‬ﺩ)ﻋ‪+‬ﻮ)ﺍﻧ)ﺎ ﹶﺃﻥ‪ 6‬ﺍﻟﹾﺤ)ﻤ‪+‬ﺪ‪ 0‬ﷲ ﺭ)ﺏﹺّ ﺍﻟﹾﻌ)ﺎﻟﹶﻤ‪6‬ﻴ‪+‬ﻦ)‬
13

Anda mungkin juga menyukai