Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur tak lupa kita panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyusun makalah mengenai “RONA
LINGKUNGAN” ini dapat terselesaikan.Makalah ini di susun mengingat semakin
meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri yang meningkatkan kadar
kerusakan lingkungan. Selain itu makalah ini di susun sebagai bahan referensi khususnya
bagi mahasiswa maupun masyarakat umum mengenai amdal demi tercapainya stabilitas
lingkungan.Ucapan terima kasih kepada orang tua dan dosen serta semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan.Akhirnya
apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan, baik dari segi isi maupun
penulisan.Jadi besar harapan penulis agar pembaca memberikan kritik dan sara-saran
yang konstruktif sehinnga dapat menjadi masukan demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... i

Kata Pengantar....................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………2
1.3 Tujuan..............................................................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. komponen rona lingkungan................................................................ 3

2.1.1Hidroseanografi ................................................................ 3

2.1.2. Pasang Surut................................................................

2.1.3. Arus atau Gelombang..............................................................

2.1.4. Abrasi dll..............................................................

2.2. Ruang Lahan dan Tata guna Lahan....................................................4

2.3. Komponen Biologi....................................................4

2.3.1.Flora..................................................18

2.3.2. Fauna........................................................ 21

2.3.3 Kebudayaan…………………………………………………….
2.3.4 Proses Sosial………………………………………………………..

2.4. Komponen Kesehatan Masyarakat………………………………………………………..

2.5. Metode Pengumpulan Data Pada


Lingkungan………………………………………………………..

2.6. Manfaat Rona Lingkungan………………………………………………………..

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 31

3.2 Saran............................................................................................................. 3

Daftar Pustaka............................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Rona Lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam atau
komponen-komponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai.
Rona lingkungan merupakan kondisi lingkungan awal sebelum tersentuh oleh kegiatan untuk
keperluan perencanaan, konstruksi (pembangunan fisik) dan kegiatan operasi Dari data survey
lapangan, data sekunder dan hasil analisis laboratorium pada masing-masing komponen
lingkungan akan didapat kondisi lingkungan pada saat itu atau sebelum proyek didirikan (Rona
Lingkungan) Kemungkinan Dampak Proyek Terhadap Lingkungan Sosekbud. Berdasarkan atas
perkiraan kegiatan yang akan terjadi selama masa operasional proyek FMP dan berdasarkan atas
kondisi lingkungan yang ada (rona lingkungan), maka dapat diperkirakan dampak yang akan
timbul. Proses aktifitas suatu usaha feedlot tidak mengeluarkan Iimbah yang dapat mencemari
tanah dan dalam proses aktifitas tidak menggunakan air tanah sebagai bahan pembantu,
sehingga konversi tanah tidak terganggu. Pencemaran terhadap Air : Limbah cair yang
merupakan salah satu faktor pencemaran Iingkungan perlu dikendahkan secara baik dengan
proses yang tepat dan murah. Untuk penanggulangan Iimbah cair dari feedlot ini dapat
dilakukan dengan secara biologi. Pencemaran terhadap Limbah Padat : Limbah padat yang
dihasilkan meliputi sampah/kotoran kandang berupa limbah organik.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah:
1. Apa itu rona lingkungan
2. Apa itu komponen rona lingkungan
3. Apa itu komponen biologi
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui rona lingkungan
2. Untuk mengetahui komponen rona lingkungan
3. Untuk mengetahui komponen biologi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Komponen Rona Lingkungan


Komponen rona lingkungan adalah
Karakteristik Iklim
Data iklim (1998-2007) seperti curah hujan, temperatur kelembaban udara, kecepatan
angin, dan intensitas penyinaran matahari diperoleh dari Stasiun Meteorologi Waduk Jatiluhur
yang merupakan stasiun pengamatan terdekat dari lokasi tapak proyek. Curah hujan rata-rata
tahunan di lokasi tapak proyek adalah sekitar 2.528 mm, dengan curah hujan maksimum bulanan
rata-rata 378 mm terjadi pada bulan Januari, dan curah hujan minimum bulanan rata-rata 50,9
mm terjadi pada bulan Agustus
. Jumlah hari hujan di rencana lokasi kegiatan pembangunan sebesar 150 hari hujan dan
interval hari hujan rata-rata pada musim hujan sebesar 1,8 hari dan musim kemarau sebesar 3,5
hari.Stasiun Meteorologi Waduk Jatiluhur yang merupakan stasiun pengamatan terdekat dari
lokasi tapak proyek. Curah hujan rata-rata tahunan di lokasi tapak proyek adalah sekitar 2.528
mm, dengan curah hujan maksimum bulanan rata-rata 378 mm terjadi pada bulan Januari, dan
curah hujan minimum bulanan rata-rata 50,9 mm terjadi pada bulan Agustus. Jumlah hari hujan
di rencana lokasi kegiatan pembangunan sebesar 150 hari hujan dan interval hari hujan rata-rata
pada musim hujan sebesar 1,8 hari dan musim kemarau sebesar 3,5 hari.Suhu udara di wilayah
studi rata-rata berkisar antara 21,6°C –32,2°C dengan suhu terendah pada bulan Februari sebesar
21,2⁰C dan tertinggipada bulan Agustus dan September sebesar 32,6°C.
Di wilayah studi terjadi evaporasi berkisar antara 0,3 –3,4 mm pada bulan Juni, Agustus dan
September. Artinya pada ketiga bulan tersebut terjadi penguapan air dari permukaan tanah,
dimana pada bulan lainnya air permukaan tanah masih tersedia dari curah hujan. Sedangkan lama
penyinaran matahari berkisar antara 3,8 –6,4 jam/hari dengan rata-rata sebesar 5,1
jam/hari.Sebagai data tambahan tahun 2007 sampai tahun 2016 digunakan data meteorologi yang
berasal dari www.weblakes.com yang dapat memprediksi karakteristik iklim pada koordinat
yang terdapat di lokasi studi. Data suhu dan kelembaban relatif rata-rata per jam dari tahun 2007
sampai 2016 diperlihatkan pada Gambar 2-2dan Gambar 2-3.Secara umum gambar menunjukkan
bahwa suhu dan kelembaban relatif berbanding terbalik, dimana pada saat suhunya tinggi,
kelembaban cenderung menurun, demikian pula sebaliknya pada saat suhunya rendah,
kelembaban cenderung tinggi.
2.1.1. Hidrosenografi
Hidroseanografi adalah yaitu pasang surut, arus dan gelombang. Pengukuran pasang
surut didapat dengan tipe pasang surut semi diurnal dengan pasang tertinggi 260 cm dan surut
terendah 19 cm dengan pengamatan selama 4 hari dan interval selama 15 menit. Pengukuran
arus laut dilakukan dengan interval Selma 30 detik.

a. BathimetrI

Menurut data survei bathimetri unit PLTU Lontar (3x315MW). Survei bathimetri telah
dilakukan dalam cakupan area 400 hektar. Dasar laut di dekat lokasi proyek datar dan dangkal.
Kedalaman ‐1 m MSL terletak pada ± 250 m dan kedalaman ‐6 m adalah sekitar 2.500 m dari
garis pantai. Berdasarkan survei Batimetri (oleh LEMTEK‐UI, 2013) kedalaman elevasi ‐ 7,6 m
terdapat di sekitar area dermaga/jetty bongkar muat batubara, kedalaman ‐4 m di sekitar mulut
intake dan kedalaman ‐1 m sekitar outlet discharge.

b. Arus

Pengukuran arus dilakukan untuk mengetahui trend dari kecepatan dan arah aliran pada
lokasi kegiatan. Pengukuran arus dilakukan pada kedalaman 0.2d, 0.6d dan 0.8d di bawah
permukaan laut (d = kedalaman air laut lokasi) Pengukuran kecepatan arus dan arah aliran

dilakukan setiap jam selama 3 x 24 Jam di 2 lokasi. Lokasi pengamatan Arus dilakukan
pada 2 statsiun (Sta), di daerah intake dan daerah outlet (discharge),

Peralatan yang digunakan adalah Current Meter CM‐2 s / n 6568. Current Meter CM‐2
adalah jenis perangkat analog tipe AOTT dilengkapi dengan kecepatan memantau membaca
dan arah arus, dan kemudian dicatat dalam catatan lapangan (Buku Ukur ), kemudian
dievaluasi untuk menentukan nilai maksimum dan kecenderungan kecepatan dan arah arus
laut. Hasil pengukuran kecepatan aliran dianalisis dengan metode transformasi.

2.1.2. Gelombang
LautGelombang laut di wilayah pesisir PLTU Lontar (3 x 315MW) dipengaruhi oleh angin dan
hasil refraksi‐difraksi gelombang dari Laut Jawa dan Selat Sunda.

Gelombang dapat terjadi karena angin, pasang surut, gangguan buatan seperti gerakan
kapal dan gempa bumi. Dalam perencanaan pelabuhan gelombang yang digunakan
adalah gelombang yang terjadi karena angin dan pasang surut.

Pengaruh gelombang terhadap perencanaan pelabuhan antara lain

 Besar kecilnya gelombang sangat menentukan dimensi dan kedalamam bangunan


pemecah gelombang
 Gelombang menimbulkan gaya tambahan yang harus diterima oleh kapal dan
bangunan pelabuhan.

Besaran dari gelombang laut tergantung dari beberapa faktor, yaitu:

 Kecepatan angin Lamanya angin bertiup


 Kedalama laut dan luasnya perairan
2.1.3. Pasang

SurutDari hasil analisa pasang surut dengan metoda admiralty (Desember 2012‐Januari
2013, Lemtek‐UI 2013), diperoleh :

 Sifat pasang surut di perairan Lontar, Tangerang, Propinsi Banten adalah pasang surut
Harian Tunggal
 Duduk Tengah (MSL) terhadap 0 (nol) palem sebesar 99 cm
 Kedudukan Air Rendah Perbani (LWS) adalah 49 cm dibawah Duduk Tengah (MSL)
 Besarnya Muka Surutan ( Zo ) = 59 cm
 Kedudukan Air Tinggi Perbani (HWS) adalah 56 cm diatas Duduk Tengah (MSL).
2.1.4. Abrasi
Abarasi adalah pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Abrasi biasanya juga disebut erosi pantai, kerusakan garis pantai akibat abrasi ini
dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam di Pantai tersebut. Kerusakan garis pantai akibat
abrasi dipicu oleh tergangunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi
disebabkan oleh gejala alami, tetapi sering disebut manusia sebagai penyebab utama abrasi.
Salah satu cara untuk mencega terjadinya abrsi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Hutan mangrove sangat bermanfaat agar tidak terjadi pengikisan pantai. Pegikisan pantai dapat
berakibat daratan sekitarnya tergenang air.
2.2. Komponen biologi
1. BiotaAkuatika
 Plankton
Organisma plankton merupakan organisma perairan yang mempunyai peran sangat
besar terhadap kondisi suatu perairan. Peran tersebut tidak saja berkaitan dengan
fungsinya sebagai strata atau tropik dasar dari jaring makanan di perairan, tetapi juga
mempunyai peran terhadap perubahan lingkungan.
 Hasil analisis indeks diversitas Shanon‐Wiener (H’) phytoplankton laut pada
Triwulan‐1 Tahun 2014 berkisar antara 4,56 – 4,88 (Tabel2.25a), berdasarkan
kriteria Zar (1996) diversitas phytoplankton laut termasuk dalam kategori tinggi
(H’> 3,0), dengan ekuitabilitas (E) atau kemerataan komunitas yang stabil
(E>0,75).
 Hasil analisis indeks diversitas Shanon‐Wiener (H’) zooplankton laut pada pada
Triwulan‐1 Tahun 2014, berkisar antara H = 3,44 – 3,65 (Tabel2.5a), berdasarkan
kriteria Zar (1996), termasuk dalam kisaran H’ tinggi dengan ekuitabilitas (E) atau
kemerataan komunitas yang stabil (E>0,75).
 Tambak: hasil analisis indeks diversitas Shanon‐Wiener (H’) phytoplankton tambak
pada Triwulan‐1 Tahun 2014 berkisar antara 4,26 – 4,43 (Tabel2.5b), berdasarkan
kriteria Zar (1996) diversitas phytoplankton tambak termasuk dalam kategori tinggi
(H’> 3,0), dengan ekuitabilitas (E) atau kemerataan komunitas yang stabil (E>0,75).
 Hasil analisis indeks diversitas Shanon‐Wiener (H’) zooplankton tambak
pada pada triwulan‐4 Tahun 2013, berkisar antara H = 2,66 – 3,2 (Tabel
2.5b), berdasarkan kriteria Zar (1996), termasuk dalam kisaran H’ tinggi
dengan ekuitabilitas (E) atau kemerataan komunitas yang stabil (E>0,75).
 Benthos
 Laut: hasil analisis indeks diversit Shanon‐Wiener(H’)bentholaut pada
Triwulan‐1 Tahun 2014 berkisarantara 2,66–3,12berdasarkan criteria
Zar(1996)diversitas benthos termasuk dalam kategori sedang‐tinggi
 Tambak:
Hasil analisis indeks diversitas Shanon‐Wiener (H’) benthos pada
Triwulan‐1 Tahun 2014 berkisar antara 1,30 –2,25 berdasarkan kriteria
Zar (1996) diversitas benthos termasuk dalam kategori sedang‐tinggi
 Biota
Laut Jenis‐jenis biota laut lain yang kerap dijumpai di perairan sekitar PLTU,antara
lain: ubur‐ubur(Aureliaspp.),jenis‐jenis kepiting bakau dan ikan gelodok Ikan gelodok
dapat dijadikan sebagai indicator kualitatif terhadap kondisi pencemaran substrat
berlumpur pada wilayah pasang surut. Jenis‐jenis ikan yang kerap diperoleh para
pemancing di sekitar jetty, antara lain ikan kakap putih.
2. Biota Darat
a. Flora/Vegetasi
Jenis flora yang dapat dijumpai antara lain jenis vegetasi/tumbuha alami
dan tanaman budidaya, baik tanaman ekonomis (tanaman buah‐buahan)
 Jenia alami disekitar PLTU, umumnya adalah tanaman pantai disekita
tambak,antara lain:api‐api(Avicenia spp.);tanjang (Rhizophoraspp.),ki jaran
(lannea grandis) jamuju (acanthus ilicifolius), bluntas ( plucea indica ), krokot
(portulaca indica), alang-alang (imperata cylendaria).
 Tanaman penghijauan tepi jalan akses PLTU: trembesi (Samaneasaman),
ketapang Senegal (Terminalia senegalensis), pucuk merah (Syzygium
oleina), bintaro (Cerbera odollam), lamtoro (Leucaena leucocephala)
 Taman di sekitar kantor dan masjid dan RTH di tapak PLTU: Ketapang senegal
(Terminalia senegalensis), pucuk merah (Syzygium oleina),bintaro (Cerbera
odollam), cemara angin (Casuarina equisetifolia), cemara gembel (Cupressus
papuana), kelapa (Cosos nucifera), papaya (Carica papaya), mangga(Mangifera
indica), sukun (Artocarpus communis), jarak pagar (Jathropha curcas), korma
(Phoenix dactylifera), palem merah (Cyrtostachys lakka) ,palem waregu
(Rhapis excelsa), palem putrid (Veitchia merillii), dll.
 Tanaman hias berbunga: pisang hias (Heliconia spp.),melati(Jasminum
samlac),soka (Ixora sp.), kamboja jepang (Adenium sp.), kaca piring (Gardenia
spectabilis). Tanaman hias lainnya: walisanga (Schefflera actynophylla), drasena
(Dracaena spp.), pohon pangkas (Duranta repens), monstera (Monstera viridis).
 Tanaman penutup/ground cover: rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput
jepang (Zoysia matrella), kacang‐hias (Arachis pintoi).
b. Fauna
Jenis fauna/satwa liar yang kerap dijumpai di tapak PLTU dan sekitarnya,antara lain:
 Jenis‐jenisserangga: Jenis‐jenis capung; ordo:Odonata)yang merupakan
indikator air bersih, dan Jenis‐jenis kupu‐kupu sebagaiserangga penyerbuk
(pollinator).
 Jenis‐jenisreptilia, antara lain: ular bakau (Homalopsis sp),bunglon (Calotes
jubatus), kadal rumput (Mabouya multifasciata), biawa biawak
(Varanus salvator).
 Secara keseluruhan dijumpai sekitar 21 jenis burung, dengan jenis‐jenis
burung dilindungi PP No. 7/199 sekitar 9 jenis antara lain: cangak
abu (Ardea cinérea), elang rawa (Circus sp.), elang bondol
(Haliastur indus), kipasan (Rhipidura javanica) dan jenis‐jenis sesap madu
sebagai polinator/penyerbuk: Anthreptes spp., Nectarinia spp. Jenis
burung lainnya: burung gereja(Passer montanus dan bondol jawa
(Lonchura leucogastroides). Indeks diversitas burung/aves mencapai H’=
2,92.
c. kebudayaan dan proses social
Rencana pembangunan PLTU Lontar Unit #4 (300 – 400 MW) terletak di Desa Lontar
Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Lokasi kegiatan berbatasan dengan
jenis kegiatan lain yang berbeda, antara lain: tambak, sawah dan kegiatan bagan nelayan. Hal
tersebut merupakan factor-faktor yang turut mempengaruhi jenis dan intensitas dampak yang
ditimbulkan.
2.3. Ruang Lahan dan Tata guna Lahan
Didalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terdapat terminologi struktur
ruang dan pola ruang (PP No 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional).
Struktur ruang mencakup susunan pusat-pusat permukiman serta sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hierarkisme memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukkan
ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukkan ruang untuk fungsi budaya. Kawasan lindung dimaknai sebagai wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan.
Salah satu peta yang harus ada dalam Peraturan Daerah (Perda) RTRW adalah peta pola
ruang yang berisikan deliniasi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penetapan kawasan
lindung mengacu pada Keputusan Presiden (Keppres) No. 32 tahun 1990 tentang Kawasan
Lindung.

Studi Amdal, salah satunya mengkaji kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan pola ruang
yang tercantum dalam Perda RTRW. Lokasi rencana kegiatan seharusnya tidak bercokol
dalam kawasan lindung. Lokasi rencana kegiatan semestinya berada pada kawasan
budidaya.
2.4 komponen kesehatan masyarakat
Komponen kesehatan masyarakat meliputi sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan
masyarakat. Untuk melakukan pendugaan diperlukan memahami mengenai sifatdan dinamika
dari lingkungan tersebut. Untuk memahami sifat dan dinamika ini diperlukan pemahaman
mengenai komponen- komponen lingkungan dan hubungan timbale balik antara komponen
tersebut.
2.5. Metode pengumpulan data rona lingkungan

Pengumpulan data pada rona lingkungan menggunakan banyak cara tergantung dari jenis
komponenya yaitu :
 Biografik kimia, meliputi : komponen-komponen lingkungan tersebut diketahui dengan
melakukan survey lapangan, yaitu dengan suatu strategi pengambilan sampling yang
tepat, kemudian diananlisa sesuai dengan komponen lingkungan masing- masing .
 Social budaya dan ekonomi, meliputi : komponen lingkungan ini didapatkan dengan
melakukan penyebaran questioner, wawancara lansung kepada masyarakat, pemuka
setempat dan data skunder pada beberapa desa dan kecamatan disekitar lokasi proyek.
Dari data survey lapangan , data skunder dan hasil analis laboraturium pada masing-
masing komponen lingkungan akan didapat kondisi lingkungan pada saat itu atau
sebelum proyek didirikan

2.6. Manfaat Rona Lingkungan

Manfaat dari rona lingkungan yaitu untuk pendugaan keadaan lingkungan tanpa proyek
dan keadaan lingkungan dengan proyek dan menjaga keadaan lingkungan masa yang akan dating
tanpa proyek.

DAFTAR PUSTAKA
Marzali, A. 2002, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
Bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Salim, E. 1987, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, Jakarta.
Soeratmo, 1990, Analisis Dampak Lingkungan, Gajah Mada University, Yogyakarta.
Anonim. Rona Lingkungan Hidup, www.wikipedia.com/amdal/50-pengertian-rona-
lingkungan.htm

Anda mungkin juga menyukai