Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara yaitu suatu tempat yang di dalamnya di diami oleh banyak
orang yang mempunyai tujuan hidup yang bermacam-macam dan berbeda-
beda antara satu orang dengan orang yang lain. Suatu tempat dapat disebut
dengan negara jika mempunyai 3 unsur terpenting yang harus ada didalamnya
yaitu: Wilayah, Pemerintah dan Rakyat. Ketiga unsur tersebut harus ada
dalam suatu negara. Jika salah satu dari unsur tersebut tidak ada maka tempat
tersebut tidak dapat dinamakan negara. Ketiga unsur tersebut saling
melengkapi dalam suatu negara.
Unsur yang lainnya yang juga harus dimiliki oleh suatu negara adalah
pengakuan dari negara lain. Pengakuan dari negara lain harus dimiliki oleh
suatu negara supaya keberadaan negara tersebut anggap telah berdaulat oleh
negara-negara lain. Setelah suatu negara terbentuk maka negara tersebut
berhak membentuk undang-undang atau konstitusi. Konstitusi di Indonesia
sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia,
konstitusi telah ada yang berfungsi mengatur kehidupan bermasyarakat yang
disebut dengan adat istiadat yang ada karena kesepakatan dari suatu
masyarakat yang terlahir dan dipakai sebagai pengatur kehidupan
bermasyarakat.
Adat istiadat mempunyai suatu hukum yang dinamakan hukum adat.
Pada jaman dahulu walaupun belum ada undang-undang seperti halnya
sekarang, tetapi kehidupan masyarakat sudah diatur dengan adat istiadat dan
yang melanggar adat istiadat akan dikenakan suatu hukum yang telah
masyarakat setempat sepakati yaitu hukum adat. Seperti halnya adat istiadat,
konstitusi juga mengatur kehidupan suatu negara supaya tertatanya kehidupan
dalam negara.

1
Jika dalam adat istiadat, pelanggar adat istiadat dikenai hukum adat
maka dalam konstitusi, pelanggar konstitusi dikenai hukuman yang telah
diatur dalam undang-undang. Maka untuk mengatur kehidupan negara dan
unsur-unsur didalamnya, konstitusi sangat dibutuhkan keberadaannya. Suatu
negara tanpa konstitusi atau undang-undang seperti halnya mobil yang tanpa
stir yang tidak dapat diatur geraknya yang jika dibiarkan akan menabrak,
seperti halnya suatu negara yang tanpa kostitusi maka semua hal dalam negara
tidak dapat diatur pergerakannya yang jika dibiarkan mengakibatkan negara
akan kacau, runtuh dan berdampak buruk dengan hilang keberadannya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu negara ?
2. Apa tujuan dari sebuah negara ?
3. Apa saja unsur-unsur dari negara ?
4. Apa saja teori tentang terbentuknya negara ?
5. Apa saja bentuk-bentuk negara ?
6. Apa itu konstitusi ?
7. Bagaimana sejarah perkembangan konstitusi ?
8. Apa tujuan dari konstitusi ?
9. Apa saja klasifikasi konstitusi ?
10. Apa hubungan negara dengan konstitusi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu negara
2. Untuk mengetahui tujuan dari negara
3. Untuk mengetahui unsur-unsur negara
4. Untuk mengetahui teori terbentuknya negara
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk negara
6. Untuk mengetahui apa itu konstitusi
7. Untuk mengetahui sejarah perkembangan konstitusi
8. Untuk mengetahui tujuan konstitusi
9. Untuk megetahui klasifikasi konstitusi
10. Untuk mengetahui hubungan negara dengan konstitusi

3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Negara
Istilah Negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state (Inggris),
staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara terminologi Negara
diartikan sebagai organisasi tertinggi diantara satu kelompok masyarakat yang
memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan, dan
mempunyai pemerintah yang berdaulat. Pengertian ini mengandung
mengandung nilai konstitutif yang pada galibnya dimiliki oleh suatu negara
berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
negara identik dengan hak dan wewenang.

Pengertian Negara menurut beberapa ahli :


a) Roger H. soltau: “Ngara adalah alat (agency) atau wewnang (authority)
yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas
nama masyarakat.”
b) Max weber: “Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
wilayah.”
c) Robert M. Maclver: “Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan
penertiban di dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistim hukum
yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut
diberikan kekuasaan memaksa.”
d) George Jellinek: “Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok
manusia yang telah berkediaman di suatu wilayah tertentu.”
e) R. Djopkosoetono: “Negara adalah organisasi manusia yang berbeda di
wilayah suatu pemerintahan yang sama.”
f) J.H.A Logeman: ”Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang
mempunyai tujuan melalui kekuasaannya untuk mengatur dan

4
menyelengarakan sesuatu ( berkaitan dengan jabatan, fungsi lembaga
kenegaraan atau lapangan kerja ) dalam masyarakat.”

Jadi, sebagai pengertian umum dapat dikatakan bahwa Negara adalah


suatu daerah territorial yang yang rakyatnya di perintah (governed) oleh
sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganegaranya
ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan
(kontrol) monopolistik dari kekuasaan yang sah. (Budiarto. 1978: 39-40)

2. Tujuan Negara
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang
mendiaminya, Negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan
sebuah negara dapat bermacam-macam, antara lain:
a) Bertujuan untuk memperluas kekuasaan
b) Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum
c) Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum

Dalam tradisi Barat, pemikiran tentang terbentuknya sebuah negara memiliki


tujuan tertentu sesuai model negara tersebut. Dalam konsep dan ajaran Plato
tujuan adanya negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai
perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial. Berbeda dengan Plato,
menurut ajaran dan konsep teokratis Thomas Aquinas dan Agustinas,tujuan
Negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram
dengan taat kepada dan dibawah piumpinan Tuhan. Pemimpin Negara
menjalankan menjalankan kekuasaannya hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan
yang diberikan kepadanya.

Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan Negara
adalah agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari
sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing. Paradigm ini didasarkan

5
pada konsep sosiohistoris bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT.
dengan watak dan kecendrungan berkumpul dan bermasyarakat, yang
membawa konsekuensi antara individu-individu satu sama lain saling
membutuhkan bantuan. Sedangkan menurut Ibnu Khaldun, tujuan Negara
adalah untuk mengusahakan maslahatan agama dan dunia yang bermuara pada
kepentingan akhirat.

Dalam konteks negara Indonesia, tujuan Negara adalah untuk memajukan


kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan
keadilan sosial sebagaimana tertuang dalam pembukaan dan penjelasan UUD
1945. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan suatu
Negara yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu
masyarakat adil dan makmur.

3. Unsur-Unsur Negara
Suatu negara harus memiliki tiga unsur penting, yaitu rakyat, wilayah, dan
pemerintah. Ketiga unsur ini oleh Mahfud M.D disebut sebagai unsur
konstitutif. Tiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur lainnya seperti adanya
konstitusi dan pengakuan dunia Internasional yang oleh Mahfud disebut
dengan unsur deklaratif. Untuk lebih jelas memahami unsur-unsur pokok
dalam negara ini, berikut akan dijelaskan masing-masing unsur tersebut.
a) Rakyat
Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah sekumpulan
manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu. Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu
negara tanpa rakyat. Hal ini mengingat rakyat atau warga negara adalah
substratum personel negara. Kualitas suatu negara sedikit banyak juga
ditentukan oleh kuantitas penduduknya. Tidak mengherankan bahwa apa
yang disebut "Negara-Negara Besar" umumnya mempunyai penduduk

6
yang relatif lebih banyak daripada negara lainnya. Misalnya, Amerika
Serikat, Jepang, dan RRC. Namun, besarnya jumlah penduduk bukan
merupakan satu-satunya faktor yang menjadikan sesuatu negara menjadi
negara besar. Faktor lain, seperti pendapatan per kapita dan kemajuan
teknologi turut menentukan pula kebesaran suatu negara.

Menurut hukum internasional, tiap-tiap negara berhak untuk menetapkan


sendiri siapa yang akan menjadi warga negaranya. Ada dua asas yang
dipakai dalam pembentukan kewarganegaraan, yaitu asas ius soli dan asas
ius sanguinis. Asas ius soli (law of the soil), menentukan warga negaranya
berdasarkan tempat tinggal. Artinya, siapa pun yang bertempat tinggal di
suatu negara adalah warga negara tersebut. Asas ius sanguinis (law of the
blood) menentukan warga negara berdasarkan pertalian darah, dalam arti
siapa pun seorang anak kandung (yang sedarah seketurunan) dilahirkan
oleh seorang warga negara tertentu, maka anak tersebut juga dianggap
warga negara yang bersangkutan.

b) Pemerintahan
Pemerintah merupakan salah satu unsur konstitusi negara. Sekalipun telah
ada sekelompok individu yang mendiami suatu wilayah, tetapi belum juga
dapat diwujudkan suatu negara, jika tidak ada segelintir orang yang
berwenang mengatur dan menyusun kehidupan bersama. Pemerintah
adalah organisasi yang mengatur dan memimpin negara.
Tanpa pemerintahan tidak mungkin negara itu berjalan secara baik.
Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan,
mengadakan perdamaian, dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan
yang bertentangan. Oleh karena itu, sungguh mustahil ada masyarakat
tanpa pemerintahan. Pemerintah yang menetapkan, menyatakan, dan
menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi

7
politik yang disebut negara. Pemerintah merupakan badan untuk mengatur
urusan sehari-hari, yang menjalankan kepentingan-kepentingan bersama.

Pemerintah melaksanakan tujuan-tujuan negara dan menjalankan fungsi-


fungsi kesejahteraan bersama. Untuk dapat menjalankan fungsi-fungsinya
dengan baik dan efektif, pemerintah menggunakan atribut hukum dari
negara, yakni kedaulatan. Pada pemerintahlah kedaulatan sebagai atribut
negara diwujudkan. Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. .
c) Wilayah
Jika penduduk adalah substratum personil suatu negara, maka wilayah
adalah landasan materiil atau landasan fisik suatu negara. Tidak dapat
dibayangkan suatu negara tanpa landasan fisik. Sekelompok manusia
dengan pemerintahan tidak dapat disebut negara,apabila tidak menetap
pada suatu wilayah tertentu. Bangsa-bangsa yang nomaden tidak mungkin
mendirikan negara, sekalipun sudah mengakui segelintir orang-orang
sebagai penguasa. Luas wilayah negara ditentukan oleh perbatasan-
perbatasan. Negara menjalankan yurisdiksi teritorial atas orang dan benda
yang berada di dalam batas-batas wilayah itu, kecuali beberapa golongan
orang dan benda yang dibebaskan dari yurisdiksi itu. Misalnya perwakilan
diplomatik negara asing dengan hartanya.

Wilayah yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah bukan hanya


wilayah geografis atau wilayah dalam arti sempit, melainkan wilayah
dalam arti hukum atau wilayah dalam arti yang luas. Wilayah hukum atau
wilayah dalam arti luas ini merupakan wilayah dilaksanakannya yurisdiksi
negara. Wilayah ini meliputi wilayah daratan dan udara di atasnya, serta
laut di sekitar pantai negara itu, yaitu apa yang disebut laut teritorial.
Batas-batas wilayah dalam arti luas ini berarti negara berwenang untuk
menjalankan kedaulatan teritorialnya. Sekelompok manusia dengan

8
pemerintahannya tidak dapat menciptakan negara tanpa adanya suatu
wilayah.

Pada tahun 1772, 1793, dan 1795 kerajaan Polandia merupakan kerajaan
besar di Eropa Tengah. Namun, kedudukan dan wilayahnya pernah
dimasukkan berturut-turut ke dalam wilayah kekuasaan Rusia, Prusia, dan
Austria. Dengan demikian, lenyaplah Polandia sebagai negara.
Selanjutnya dalam tahun 1919 sesudah Perang Dunia I, Polandia
direhabilitasi sebagai negara. Dua puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun
1940, negara Polandia diduduki dan dimasukkan kembali ke dalam
wilayah Jerman dan Rusia. Tatkala Jerman dikalahkan dalam Perang
Dunia II (1945), Polandia kembali menjadi negara yang berdaulat dan
menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (1946).

Satu contoh yang dapat menjelaskan pentingnya wilayah bagi suatu


kesatuan politik antara lain negara Vatikan. Sampai pada tahun 1860,
Tahta Suci (Holy See, papacy) adalah negara karena menguasai sebagian
wilayah Italia dari pantai barat sampai ke bagian timur jazirah Italia.
Ketika pada tahun 1800-1861 Italia menjadi kerajaan yang dipersatukan,
maka Tahta Suci digabungkan ke dalam wilayah kerajaan baru itu, kecuali
wilayah sekitar kota Roma yang tetap dikuasainya.
Pada tahun 1870, wilayah sekitar Roma itu pun dilepaskan dari kekuasaan
Tahta Suci. Dengan cara itu, tahta Suci sebagai sebuah negara lenyap.
Selanjutnya pada tahun 1929, dengan Traktat Leteran dicapai persetujuan
antara Mussolini dan Paus tentang hubungan antara gereja dan negara.
Dengan Traktat Lateran itu negara Vatikan diciptakan kembali dengan
luas wilayah 109 ha di tengah-tengah kota roma.

Contoh lainnya adalah Israel. Sekalipun sudah lama diterima adanya


"Bangsa Yahudi" dergan persamaan agama dan kebudayaan yang utuh

9
sepanjang abad, namun negara lsael baru timbul pada tahun 1948. Hal itu
terjadi ketika bangsa Israel dapat menguasai danmenempati sebagian
wilayah Palestina dan memproklamirkan diri berdirinya Republik Israel
pada bulan Mei 1948. Dari contoh di atas, jelas kiranya bahwa suatu
kesatuan politik agar bisa menjadi negara harus memenuhi syarat fisik
berupa wilayah, yang luasnya ditentukan oleh perbatasan-perbatasannya.
Batas-batas wilayah negara termasuk luasnya, biasanya ditentukan dalam
suatu perjanjian. Perjanjian dibuat antara dua negara atau lebih. Perjanjian
itu disebut perjanjian antarnegara (perjanjian internasional). Perjanjian
internasional yang dibuat antara dua negara disebut bilateral, sedangkan
perjanjian yang dibuat oleh banyak negara disebut multilateral.

d) Pengakuan Internasional (secara de facto maupun de jure)


Unsur pengakuan negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya
negara. Hal ini bersifat deklaratif, bukan konstitutif, sehingga tidak
bersifat mutlak. Ada dua macam pengakuan suatu negara:
1. De facto
Pengakuan atas fakta adanya negara. Pengakuan tersebut
didasarkan adanya fakta bahwa suatu masyarakat politik telah
memenuhi tiga unsur utama negara (rakyat,pemerintah yang
berdaulat,wilayah)

10
2. De Jure
Pengakuan akan sahnya suatu negara atas dasar pertimbangan
yuridis menurut hukum. Dengan pengakuan de jure, maka suatu
negara mendapat hak-haknya disamping kewajiban sebagai
anggota keluargabangsa sedunia. Hak dan kewajiban yang
dimaksud adalah hak dan kewajiban untuk bertindak dan
diberlakukan sebagai suatu negara yang berdaulat penuh diantara
negara-negara lain.

4. Teori Terbentuknya Negara

1) Teori Kontral Sosial ( Social Contract )


Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat beranggapan bahwa
negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat dalam tradisi
sosial masyarakat. Teori ini meletakkan negara untuk tidak berpotensi
menjadi negara tirani, karena keberlangsungannya bersandar pada kontrak-
kontrak sosial antara warga negara dengan lembaga negara.

Beberapa penganut pemikiran ini antara lain

a. Thomas Hobbes (1588-1679)


Menurut Hobbes kehidupan manusia terpisah dalam 2 keadaan yaitu
keadaan selama belum ada negara dan keadaan alamiah (status
naturalis atau state of nature). Bagi Hobbes keadaan alamiah sama
sekali bukan keadaan yg aman dan sejahtera, keadaan alamiah
merupakan keadaan yang kacau, tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan
tanpa ikatan” sosial antar individu didalamnya. Karenanya, menurut
Hobbes, dibutuhkan kontrak-kontrak atau perjanjian bersama individu-
individu yg tadinya hidup dalam keadaan alamiah berjanji akan
menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada
seseorang atau sebuah badan yang disebut negara.

11
b. John Locke (1632-1704)
Berbeda dengan Hobbes John Locke melihat keadaan alamiah adalah
keadaan yang damai, penuh komitmen, saling menolong antar individu
di dalam sebuah kelompok masyarakat. Namun demikian, menurut
Locke, penyelenggara negara atau pimpinan negara harus dibatasi
melalui suatu kontrak sosial. Dasar pemikiran kontrak sosial antar
negara dan warga negara dalam pandangan Locke ini merupakan suatu
peringatan bahwa kekuasaan pemimpin (penguasa) tidak pernah
mutlak, tetapi selalu terbatas. Hal ini disebabkan karena dalam
melalukan perjanjian individu-individu warga negara tersebut tidak
menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka. Menurut Locke,
terdapat hak-hak alamiah yang merupakan hal-hak asasi warga negara
yang tidak dapat dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu.

c. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)


Berbeda dengan Hobbes dan Locke, menurut Rousseau keberadaan
suatu negara bersandar pada perjanjian warga negara untuk
mengikatkankan diri dengan suatu pemerintah yang dilakukan melalui
organisasi politik. Menurutnya pemerintah tidak memiliki dasar
kontraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang dibentuk
melalui kontrak. Pemerintah sebagai pimpinan organisasi negara
dibentuk dan ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-
wakil dari warga negara. Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya
melalui kemauan umumnya. Pemerintah tidak lebih dari sebuah
komisi atau pekerja yang melaksanakan mandat bersama tersebut.
Melalui pandangan ini, Rousseau dikenal sebagai peletak dasar bentuk
negara dan kedaulatannya berada di tangan rakyat melalui perwakilan
organisasi politik mereka.

12
2) Teori Ketuhanan (Teokrasi)
Teori ini dikenal dengan istilah Doktrin Teokratis. Teori ini memiliki
pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal dari Tuhan.
Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertakhta sebagai penguasa. Para raja
mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan
kekuasannya hanyakepada Tuhan, bukan kepada manusia. Praktik kekuasaan
model ini ditentang oleh kalangan monarchomach (penentang raja). Menurut
mereka raja tiran dapat diturunkan dari mahkotanya, bahkan dapat dibunuh.
Mereka beranggapan bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.

3) Teori Kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena
adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori, ini kekuatan
menjadi pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah negara. Melalui
proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas
kelompok tertentu dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan kata
lain, terbentuknya suatu negara karena pertarungan kekuatan di mana sang
pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah negara.

5. Bentuk-Bentuk Negara

a) Negara Kesatuan
Adalah negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu pemerintah pusat
yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanannya, negara kesatuan ini terbagi menjadi 2 macam sistem
pemerintahannya : Sentral dan Otonomi.
1. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem
pemerintahan yang langsung dipimpin oleh pemerintah pusat,
sementara pemerintah daerah di bawahnya melaksanakan
kebijakan pemerintah pusat. Model pemerintahan Orde Baru di

13
bawah pemerintahan Presiden Soeharto adalah salah satu contoh
sistem pemerintahan model ini.
2. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah
diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan
pemerintah di wilayahnya sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah
otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan negara
Malaysia dan pemerintahan pasca Orde Baru di Indonesia dengan
sistem otonomi khusus dapat dimasukkan ke dalam mode ini.

b) Negara Serikat
Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang
terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada
mulanya negara-negara bagian tersebut merupakan negara yang merdeka,
berdaulat, dan berdiri sendiri. Setelah menggabungkan diri dengan serikat,
dengan sendirinya negara tersebut melepas sebagian dari kekuasaannya
dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Selain dua di atas, ada tiga kelompok bentuk negara lainnya :

c) Monarki
Model pemerintahan ini dikepalai Raja atau Ratu. Ada dua jenis monarki
yaitu monarki absolute adalah model pemerintahan dengan kekuasaan
tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu. Termasuk dalam kategori ini
adalah Arab Saudi. Yang kedua yaitu monarki konstitusional adalah
bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala pemerintahannya (perdana
menteri) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara. Praktik
monarki konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktikan di
beberapa negara, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan Inggris. Dalam
model monarki konstitusional ini, kedudukan raja hanya sebatas simbol
negara.

14
d) Oligarki
Model pemerintahan ini adalah pemerintahan yang dijalankan oleh
beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

e) Demokrasi
Pemerintahan model demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang
bersandar pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada
pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum
(pemilu).

6. Definisi Konstitusi
Konstitusi berarti pembentukan, yang berasal dari kata kerja “Constituer”
(Prancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, yang mengandung
arti awal atau permulaan dari segala peraturan perundang-undangan tentang
negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-
undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia
menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-Undang Dasar.

Dulu konstitusi digunakan sebagai petunjuk hukum penting biasanya biasanya


dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum
kanon untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus.
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang
berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintah negara,
namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam arti tidak
semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Tetapi menurut para ahli ilmu
hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk
kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan,
dan distibusi maupun alokasi konstitusi bagi organisasi pemerintah negara
yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya,

15
terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti
konstitusi ekonomi.

Kontitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang suatu


negara. Ada dua jenis konstitusi, yaitu konstitusi tertuis (Written
Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Yang
diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (Geschreven Recht) yang temuat
dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis” (Ongeschreven Recht)
yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of Nation”,
Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai
konstitusi tertulis, kecuali inggris dan kanada. Dibeberapa negara terdapat
dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara tersebut tidak
disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul “The Law and The
Constitution”, Ivor Jenning menyebutkan didalam dokumen konstitusi tertulis
yang dianut oleh negara-negara tertentu mengartur tentang :
1. Adanya wewenang dan tata cara bekerja disuatu lembaga kenegaraan.
2. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui
dan dilindungi oleh pemerintah.

Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan


tidak semua warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya negara inggris.
Dokumen-dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga dan
beberapa hak asasi yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen
lainnya tidak sama. Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan
sangat pendek. Kntitusi yang terpanjang yaitu dinegara India yang
mempunyai 394 pasal. Kemudian Amerika Latin seperti Uruguay mempunyai
332 pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba mempunyai 286 pasal, Panama
mempunyai 271 pasal, Peru mempunyai 236 pasal, Brazil dan Colombia 286
pasal, selanjutnya di Asia Burma mempunyai 234 pasal, di Eropa Belanda
mempunyai 210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol yang mempunyai

16
36 pasal, Indonesia mempunyai 37 pasal, Laos mempunyai 44 pasal,
Guatemala mempunyai 45 pasal, Ethiopia mempunyai 55, Ceylon mempunyai
91 pasal dan Finlandia mempunyai 95 pasal.
Dari pengertian diatas, konstitusi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan kekuasaan kepada
penguasa
2. Dokumen tentang pembagian tugas dan wewenangnya dari system politik
yang diterapkan
3. Deskripsi yang menyangkut masalah hak asasi manusia

Secara Umum Terdapat Dua Macam Konstitusi Yaitu:


a. Konstitusi tertulis dan adalah aturan–aturan pokok dasar negara ,
bangunan negara dan tata negara, Misalnya UUD 1945.
b. Konstitusi tidak tertulis. Misalnya berupa kebiasaan ketatanegaraan yang
sering timbul.

Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan dapat disimpulkan bahwa jenis


kekuasaan negara yang diatur dalam suatu konstitusi itu umumnya terbagi atas
enam pilar dan masing-masing kekuasaan itu diurus oleh suatu badan atau
lemabaga tersendiri yaitu:
a) Kekuasaan membuat undang-undang (legislatif).
b) Melaksanakan undang-undang (eksekutif).
c) Kekuasaan kehakiman (yudikatif).
d) Kekuasaan kepolisian.
e) Kekuasaan kejaksaan.
f) Kekuasaan memeriksa keuangan negara.

17
7. Sejarah Perkembangan Konstitusi
Konstitusi sebagai suatu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal sejak
zaaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hukum. Kota Athena
pernah mempunyai tidak kurang sebelas konstitusi, Aristoteles sendiri
berhasil mengoleksi sebanyak 158 buah konstitusi dari beberapa Negara. Pada
masa itu pemahaman tentang “konstitusi” hanyalah merupakan suatu
kumpulan dari peraturan serta adat kebiasaan semata-mata.

Sejalan dengan perjalanan waktu, pada masa kekaisaran Roma pengertian


konstitusi (constitutionnes) mengalami perubahan makna, ia merupakan suatu
kumpulan ketentuan serta peraturan yang dibuat oleh para kaisar, pernyataan
dan pendapat ahli hukum, negarawan, serta adat kebiasaan setempat selain
undang-undang. Konstitusi roma memiliki pengaruh cukup besar sampai
Abad pertengahan yang memberikan inspirasi bagi tumbuhnya paham
Demokrasi Perwakilan dan Nasionalisme. Dua paham inilah yang merupakan
cikal bakal munculnya paham konstitusionalisme modern.

Selanjutnya pada abad VII (zaman klasik) lahirlah piagam madinah atau
konstitusi madinah. Piagam madinah yang dibentuk pada awal masa klasik
islam (622 M) merupakan aturan pokok tata kehidupan bersama di Madinah
yang dihuni oleh bermacam kelompok dan golongan: Yahudi, Kristen, Islam,
dan lainnya. Konstitusi Madinah berisikan tentang hak bebas berkeyakinan,
kebebasan berpendapat, kewajiban dalam hidup bermasyarakat, dan mengatur
kepentingan umum dalam kehidupan social yang majemuk. Konstitusi
Maadinah merupakan satu bentuk konstitusi pertama didunia yang telah
memuat materi sebagaimana layaknya konstitusi modern dan telah
mendahului konstitusi-konstitusi lainnya di dalam meletakkan dasar
pengakuan terhadap hak asasi manusia.

Pada paruh kedua abad XVII, kaum bangsawan inggris yang menang dalam
revolusi istana (The Glorious Revolution) telah mengakhiri absolutism

18
kekuasaan raja dan menggantikannya dengan system parlemen sebagai
pemegang kedaulatan. Akhir dari revolusi ini adalah deklarasi kemerdekaan
12 negara koloni inggris pada 1776, dengan menetapkan konstitusi sebagai
dasar Negara yang berdaulat.
Pada tahun 1789 meletus revolusi di Prancis, ditandai oleh ketegangan-
ketegangan di masyarakat dan keterganggunya stabilitas keamanan Negara.
Kekacauan social di Prancis memunculkan perlunya konstitusi. Maka, pada
tanggal 14 September 1791 dicatat sebagai peristiwa diterimanya konstitusi
Eropa pertma oleh Louis XVI. Sejak peristiwa inilah sebagian besar Negara-
negara didunia, baik monarki maupun republic, Negara kesatuan maupun
federal, sama-sama mendasarkan prinsip ketatanegaraannya pada sandaran
konstitusi. Di Prancis muncul buku karya J. J. Rousseau, Du Contract Social,
yang mengatakan bahwa manusia terlahir dalam keadaan bebas dan sederajat
dalam hak-haknya, sedangkan hukum merupakan ekspresi dari kehendak
umum (rakyat). Pandangan Rousseau ini sangat menjiwai hak-hak dan
kemerdekaan rakyat (De Declaratioan des Droit d I’Homme et du Citoyen).
Deklarasi inilah yang mengilhami pembentukan konstitusi Prancis (1791),
khusunya yang menyangkut hak-hak asasi manusia. Setelah peristiwa ini,
maka muncul kontitusi dalam bentuk tertulis yang dipelopori oleh Amerika.

Konstitusi tertulis model Amerika tersebut kemudian diikuti oleh berbagai


Negara di Eropa, seperti Spanyol (1812), Norwegia (1814), Belanda (1815).
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa konstitusi pada waktu itu belum menjadi
hukum dasar yang penting. Konstitusi sebagai UUD, atau sering disebut
dengan “konstitusi modern” baru muncul bersamaan dengan perkembangan
system demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan muncul sebagai
pemenuhan kebutuhan rakyat akan lembaga perwakilan (legislative).
Lembaga ini dibutuhkan sebagai pembuat undang-undang untuk mengurangi
dan membatasi dominasi para raja. Alasan ini lah yang menempatkan

19
konstitusi tertulis sebagai hukum dasar yang posisinya lebih tinggi dari pada
raja.

8. Tujuan Konstitusi

Secara garis besar, tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-


wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan
menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan,
hakikat dari konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di
pihak lain.

Tujuan konstitusi adalah sebagai tata tertib, terkait dengan:


a. Sebagai lembaga-lembaga negara dengan wewenang dan cara bekerjanya.
b. Hubungan antar lembaga negara
c. Hubungan lembaga negara dengan warga negara (rakyat)
d. Sebagai jaminan hak-hak asasi manusia, serta
e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan perkembangan
zaman.

Menurut Karl Loewenstein, Konstitusi adalah suatu sarana dasar untuk


mengawasi proses-proses kekuasaan. Oleh karena itu setiap konstitusi
senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu :
1. Untuk pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta
menetapkan batas-batas kekuasaannya.

20
Menurut Joeniarto, secara umum konstitusi atau UUD mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Ditinjau dari tujuannya, yakni untuk menjamin hak-hak anggota warga
masyarakatnya, terutama warga negara dari tindakan sewenang-wenang
penguasanya.
2. Ditinjau dari penyelenggaraan pemerintahannya, yakni untuk dijadikan
landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan menurut suatu sistem
ketatanegaraan yang pasti, yang pokok-pokoknya telah digambarkan
dalam aturan-aturan konstitusi/UUD.

9. Klasifikasi Konstitusi

Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
1. Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang
dapat dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau
dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk
memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-
undang biasa untuk
2. Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan
proses yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum,
Amandemen, Referendum dan konvensi.

b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku


1. Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a. Elastic
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.

2. Ciri-ciri konstitusi yang kaku


a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan
undang-undang yang lain.

21
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan
persyaratan yang berat.

c) Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak tinggi


1. Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat
kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas
peraturan perundang-undang yang lain.
2. Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat.

d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan


1. Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian
kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara
bagian.
2. Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur
dalam konstitusi.
e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system
pemerintahan parlementer.
Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan
presidensial dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah
presidensial begitu pula sebaliknya

10. Hubungan Negara dengan Konstitusi


Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk
melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang
penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi)
Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum
dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga
melaksanakan dasar negara.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa negara
adalah organisasi dalam suatu wilayah yang bertujuan mensejahterakan
umum, dimana semua hubungan individu dan sosialnya dalam hidup sehari-
hari diatur dan dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Konstutusi mempunyai pengertian dalam arti luas adalah keseluruhan dari
ketentuan-ketentuan dasar/hukum dasar. Sedangkan dalam arti sempit
memiliki arti piagam dasar atau undang-undang dasar yang merupakan
dokumen lengkap mengenai peraturan dasar Negara.
Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara. Antara negara
dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena melaksanakan
konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara. Konstitusi
mempunyai tujuan yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang sebagai
dasar Negara Indonesia. Sedangkan selain mempunyai tujuan, Konstitusi juga
mempunyai kegunaan sebagai alat mewujudkan cita-cita dari tujuan Negara
yang sesuai dengan kaedah Negara.

B. Saran
Tampak bahwa begitu banyak tujuan, manfaat dan kegunaan konstitusi
bagi suatu Negara khususnya bagi Indonesia untuk mewujudkan suatu cita-
cita luhur bangsa Indonesia maka konstitusi sangat dibutuhkan bagi Negara
Indonesia yang dapat juga sebagai alat pencapai tujuan Negara berdasarkan
pada Dasar Negara yaitu Pancasila.

23
Oleh karena itu, dengan adanya konstitusi maka pengaturan dalam
Negara akan berjalan dengan baik, lancar dan tertata sehingga dinamika
dan proses pemerintahan Negara dapat dibatasi dan dikendalikan serta
dapat mewujudkan kehidupan dalam Negara yang dinamis dan terkendali
untuk kepentingan bersama.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sri rahayu, ani :2017. PENDIDIKAN PANCASILA &


KEWARGANEGARAAN (PPKn). Jakarta : BUMI AKSARA

Hidayat, Komarudin dan Azyumardi Azra: 2008. DEMOKRASI HAK ASASI


MANUSIA DAN MASYARAKAT MADANI. Edisi 3. Jakarta : KENCANA

https://prasinformatic.wordpress.com/2015/11/03/materi-kewarganegaraan-
negara-dan-konstitusi/ (diakses pada 22 September 2018)

25

Anda mungkin juga menyukai