Disusun oleh :
201610120311183
FAKULTAS TEKNIK
2019
1. Bahan Bakar Fosil
1.1. Batu Bara
1.1.1. Pengertian
Batubara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya seperti arang kayu, tetapi panas
yang dihasilkan lebih besar. Batubara adalah bahan bakar fosil, dari tumbuh-tumbuhan yang
mengalami perubahan kimia akibat tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama.
Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan
diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga
membentuk lapisan batubara. Komposisi penyusun batubara terdiri dari campuran
hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga mengandung senyawa
dari oksigen, nitrogen, dan belerang.
Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang
diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber
daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi
geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya
ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan
layak. Keyakinan geologi yang dimaksud adalah tingkat kepercayaan tentang keberadaan
batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi geologi yang meliputi
ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan batu bara, sebaran, struktur,
ketebalan tanah penutup, kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan tingkat penyelidikan.
Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya akan sumber daya energi dalam bentuk
batubara. Sumber daya batubara di Indonesia diperkirakan sebesar 36 milyar ton, tersebar di
Sumatra 67.83%, di Kalimantan 31.64%, sisanya terdapat di pulau Jawa, Sulawesi, dan Irian
Jaya. (Soejoko dan Abdurahman dalam Sukandarrumidi 2009).
Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 tingkatan (dari tingkatan paling tinggi
sampai tingkatan paling rendah) yaitu: anthracite, bituminious coal, sub bitiminious coal,
lignite, dan peat (gambut). Penggolongan tersebut menekankan pada kandungan relaif antar
unsur C dan H2O yang terdapat dalam batubara. Pada anthracite, kandungan C lebih tinggi
dibanding dengan kandungan H2O. Pada bituminous dan pada gambut kandungan unsur C
relatif lebih rendah dari H2O (Bateman dalam Sukandarrumidi 2009).
1.1.2. Penambangan dan Pengolahan Batubara
Penambangan batubara dilakukan dengan dua metode, yaitu tambang bawah tanah dan
tambang terbuka. Pemilihan metode penambangan ini berdasarkan pada unsur geologi dari
endapan batubara dan pertimbangan ekonomisnya.
Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah sering kali memiliki kandungan
campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur, dan berbentuk pecahan dengan
berbagai ukuran, padahal pengguna batubara membutuhkan batubara dengan mutu yang
konsisten. Oleh karena itu, dilakukan pengolahan batubara yang mengarah pada penanganan
batubara untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan pengguna akhir
tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan tujuan
penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau
mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan
campuran yang terdapat pada batubara.
Warna hitam, sangat mengkilat, kandungan karbon sangat tinggi, nilai kalor sangat
tinggi, kandungan air sangat rendah, kandungan abu sangat rendah, kandungan sulfur
sangat sedikit. Jenis batubara ini apabila dibakar hampur seluruhnya habis terbakar
tanpa timbul nyala, nilai kalor berkisar pada 8300 kkal/kg.
b) Jenis bituminous/sub bituminous coal
Warna hitam mengkilat, kandungan karbon dan nilai kalor relatif tinggi (dibawah
anthracite), kandungan air sedikit kandungan abu sedikit, kandungan sulfur sedikit.
Apabila dibakar akan menghasilkan nilai kalor antara 7000-8000 kkal/kg.
c) Jenis Lignite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon rendah dan nilai kalor rendah apabila
dibakar akan menghasilkan nilai kalor 1500-4500 kkal/kg. Kandungan air tinggi,
kandungan abu dan sulfur banyak. Pada batubara ini dikenal dengan istilah long
flaming coal dan short flamming coal. Long flamming coal merupakan batubara
dengan volatile matter tinggi, apabila batubara dalam keadaan serbuk dibakar, maka
akan terurai dengan segera sehingga menghasilkan periode nyala pendek, panas yang
dihasilkan sebagian untuk membakar volatile matter yang jumlahnya cukup banyak,
akibatnya suhu yang dihasilkan menjadi relatif rendah. Sedangkan short flamming
coal , merupakan batubara dengan kandungan volatile matter rendah sehingga
apabila batubara dalam keadaan serbuk dibakar, akan terurai segera dan
menghasilkan periode nyal panjang. Suhu yang dihasilkan pun menjadi relatif tinggi
d) Jenis Gambut
Warna coklat kemerahan, kandungan karbon dan nilai kalornya rendah, kandungan
air tinggi. Apabila dibakar batubara ini akan menghasilkan nilai kalor sebesar 1700-
3000 kkal/kg.
1.1.5. Reaksi Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan komposisi utama
terdiri dari cellulosa. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses pembatubaraan
atau coalification. Faktor fisika dan kimia yang terdapat di alam akan mengubah cellulosa
menjadi lignit, subbitumina,bitumina,atau antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
5(C 6 H 1 0 O 5 ) C 2 0 H 2 2 O 4 +3CH 4 +8H 2 O+6CO 2 +CO
Celllulosa lignit gas metan
Keterangan:
Cellulosa merupakan senyawa pembetuk batubara.
Unsur C pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah unsur C
pada bitumina, semakin banyak unsur C pada lignit maka kualitasnya akan semakin
baik.
Unsur H pada lignit jumlahnya relatif lebih banyak dibandingkan jumlah unsur H
pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit kualitasnya akan rendah.
Senyawa gas metan pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
bitumina, semakin banyak CH4 lignit semakin baik kualitasnya.
1.2. Minyak Bumi
1.2.1. Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menggunakan sumber energi sebagai bahan
bakar di antaranya: batu bara, bensin, minyak tanah, minyak diesel, solar LPG, lilin dsb.
Bahan-bahan tersebut diperoleh dari minyak bumi.
Berdasarkan teori, minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan jasad renik
(mikroorganisme) yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Dimana
dua ratus juta yang lalu bumi lebih panas dibandingkan sekarang. Laut yang didiami jasad
renik berkulit keras sangat banyak jumlahnya jika jasad renik itu mati, kemudian membusuk
sehingga jumlahnya makin lama makin menumpuk, kemudian tertutup oleh sedimen,
endapan dari sungai, atau batuan-batuan yang berasal dari pergeseran bumi. Di sini kemudian
terjadi pembusukan oleh bakteri anaerob, dan akibat pada tekanan tinggi sedimen, maka
setelah berjuta-juta tahun terbentuklah minyak bumi dan gas alam tersebut.
Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak
bumi digunakan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable).
Pada umumnya minyak bumi tampak hitam legam, pekat serta kurang menarik seperti pada
contoh ini. Minyak bumi baru dapat digunakan sebagai bahan bakar minyak (BBM) maupun
sebagai produk-produk lain setelah melalui proses pengolahan.
Pada umunya minyak bumi terperangkap dalam bebatuan yang tidak berpori dalam
pergerakannya ke atas. Hal ini menjelaskan mengapa minyak bumi juga di sebut Petroleum.
(Petroleum berasal dari bahasa Latin ‘petrus’ artinya batu dan ‘oleum’ artinya minyak).
Untuk memperoleh minyak bumi atau petroleum ini, dilakukan pengeboran.
Komponen minyak bumi (minyak mentah) antara lain 84% Karbon, 14% Hidrogen, dan 1-
3% Belerang.
1. Distilasi Bertingkat
Dalam proses distilasi bertingkat, minyak mentah tidak di pisahkan menjadi
komponen – komponen murni, melainkan ke dalam fraksi – fraksi, yakni kelompok–
kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu. Hal ini di karenakan jenis
komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer – isomer hidrokarbon mempunyai
titik didih yang berdekatan.
Proses distilasi bertingkat ini di jelaskan sebagai berikut:
Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan
tinggi sampai suhu 600ºC. Uap minyak mentah yang dihasilkan kemudian
di alirkan ke bagian bawah menara distilasi
Dalam Menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat
– pelat (tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang di lengkapi dengan
tutup gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat.
Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin . Sebagian
uap akan mencapai ketinggian di mana uap tersebut akan terkondensasi
membentuk zat cair. Zat cair yang di peroleh dalam suatu kisaran suhu
tertentu ini disebut fraksi
Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan
terkondensasi di bagian bawah menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-
senyawa dengan titik didih rendah terkondensasi di bagian atas menara
Sebagian fraksi dari menara distilasi selanjutnya di alirkan ke bagian kilang
minyak untuk proses konversi
Untuk setip barel minyak mentah, kilang minyak dapat menghasilkan sekitar 57%
bensin; 38% bahan baker diesel; bahan bakar jet; kerosin dan minyak baker; 4%
LPG; dan sisanya residu padat.
2. Proses konversi
Proses konversi adalah penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon, yang
bertujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan kuantitas dan kualitas sesuai
permintaan pasar. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan fraksi bensin yang
tinggi, maka sebagian fraksi rantai panjang perlu diubah / dikonversi menjadi fraksi
rantai pendek. Demikian pula, sebagian besar fraksi rantai lurus harus di konversi
menjadi rantai bercabang / alisiklik / aromatic dibandingkan rantai lurus.
Beberapa jenis proses konversi dalam kilang minyak adalah:
Perekahan (cracking)
Perekahan adalah pemecahan molekul besar menjadi molekul-molekul
kecil. Contohnya, perekahan fraksi minyak ringan / beratmenjadi fraksi gas,
bensin, kerosin, dan minyak solar/diesel.
Reforming
Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai
bercabang / alisiklik / aromatic. Sebagai Contoh, komponen rantai lurus (C3-
C6) dari fraksi bensin diubah menjadi aromatic.
Alkilasi
Alkilasi adalah penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul
besar.Contohnya penggabungan molekul propena dan butena menjadi
komponen fraksi bensin.
Coking
Coking adalah proses perekahan fraksi residu padat menjadi minyak baker
dan hidrokarbon intermediate (produk antara). Dalam proses ini, dihasilkan
kokas (coke). (Kokas di gunakan di industri aluminium sebagai electrode
untuk ekstraksi logam Al).
3. Pemisahan pengotor dalam Fraksi
Fraksi-fraksi mengandung berbagai pengotor antara lain senyawa organic yang
mengandung S,N,O;air;logam;dan garam anorganik. Pengotor dapat di pisahkan
dengan cara melewatkan fraksi melalui:
Menara asam sulfat, yang berfungsi untuk memisahkan hidrokarbon tidak
jenuh, senyawa nitrogen, senyawa oksigen, dan residu padat seperti aspal.
Menara absorpsi, yang mengandung agen pengering untuk memisahkan air.
Scrubber, yang berfugsi untuk memisahkan belerang / senyyawa belerang.
4. Pencampuran Fraksi
Pencampuran fraksi dilakukan untuk mendapatkan produk akhir sesuai yang di
inginkan. Sebagai contoh:
Fraksi bensin di campur dengan hidrokarbon rantai bercabang / alisiklik /
aromatic dan berbagai aditif untuk mendapatkan kualitas tertentu.
Fraksi minyak pelumas di campur dengan berbagai hidrokarbon dan aditif
untuk mendapatkan kualitas tertentu
Fraksi nafta dengan berbagai kualitas (grade) untuk industri petrokimia.
Selanjutnya produk-produk ini siap di pasarkan ke berbagai tempat, seperti
pengisisan bahan baker dan industri petrokimia
1.3.1. Pengertian
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4. Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana
diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari
fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat
pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
1.3.2. Komposisi Kimia
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10),
selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber
utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas
ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon
dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya
berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal
dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan
100 juta ton per tahun secara berturut-turut).
Komponen %
Metana (CH4) 80-95 %
Etana (C2H6) 5-15 %
Propana (C3H8) and Butane (C4H10)
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga
terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas
yang harus dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour
gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan
akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut
didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan
thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri
sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan
tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level
yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan
ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer.
Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat
mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan
ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara
adalah antara 5% hingga 15%.
Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan
karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat
menimbulkan ledakan. Pembakaran satu meter kubik gas alam komersial menghasilkan 38
MJ (10.6 kWh).
Atom uranium (U-235) (digambarkan dengan warna hitam merah di sebelah kiri) memiliki
inti yang tidak stabil ketika ada neutron (warna hitam di paling kiri) yang ditembakkan pada inti
atom tersebut, maka inti atom uranium akan membelah menjadi dua buah inti atom, yakni atom
Barium (Ba-141) dan atom Kripton (Kr-92) serta tiga neutron (warna hitam di kanan).
Karena massa atom sebelum pembelahan lebih besar dari pada massa atom setelah
pembelahan, maka selisih massa (disebut defek massa) tersebut berubah menjadi energi panas
yang besarnya sekitar 200 MeV (Mega elektron volt), ini baru satu buah inti atom (Januar, 2012).
Satu gram uranium saja tentu memiliki banyak inti, sehingga panas yang dihasilkan pun luar biasa
besar.
2.3. Fusi Nuklir
Dalam fisika, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti atom
bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi. Fusi nuklir adalah
sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan senjata nuklir meledak. Proses ini
membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti nuklir, bahkan elemen yang paling
ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang ringan, yang membentuk inti atom yang lebih berat
dan netron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan
untuk menggabungkan mereka maka sebuah reaksi eksotermik yang dapat menciptakan reaksi
yang terjadi sendirinya.
Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi kimia, karena
energi pengikat yang mengelem kedua inti atom jauh lebih besar dari energi yang menahan
elektron ke inti atom. Contoh: energi ionisasi yang diperoleh dari penambahan elektron ke
hidrogen adalah 13.6 elektron volt lebih kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh
reaksi Deuterium- Tritium (D-T) fusion seperti pada gambar di atas Reaksi D-T Fusion.
Mobil Tenaga Surya ―Solar Car‖ atau tenaga matahari, yaitu tipe kendaraan listrik
yang memakai tenaga matahari untuk sumber dayanya. Daya matahari di tangkap dengan
memakai panel cell surya lalu dipakai untuk menggerakkan motor listrik yang berperan untuk
memutar roda. Supaya bisa dipakai dengan cara stabil maka pada mobil surya dilengkapi
dengan area untuk menyimpan energy (energy storage) biasanya dipakai accu/aki atau
batterai. Dilengkapai dengan alat control pengatur kecepatan maka mobil ini bisa melaju
sesuai sama dengan kecepatan sesuai sama dengan kecepatan yang dirancang.
Penggunaan tenaga surya dalam mobil bertenaga surya yaitu untuk menyerap panas
teriknya sinar matahari. Panas yang dihasilkan dalam solar cell akan dialihkan ke Baterai
Control Regulator (BRC). Untuk menambah arus yang dipakai, bisa menggunakan aki untuk
disalurkan ke baterai. Tenaga yang dihasilkan dalam mobil diolah di power inverter untuk
mengubah dari arus AC ke DC. Dinamo AC yang ditentukan haruslah sebesar 1PK atau 750
watt. Dalam sebuah mobil bertenaga surya bisa dipakaikan 3 baterai yang masng-masing
diberi kekuatan sebesar 100 ampere. Jadi, penggunaan 3 baterai dalam sebuah mobil
bertenaga surya ini bisa mencapai 300 ampere. Sebuah solar cell akan mampu bertahan
menyimpan tenaga sebanyak 6 ampere dalam mobil bertenaga surya. Jika kekuatan baterai
100 ampere, maka mobil ini akan bisa menempuh jarak 100 km dalam 40 km/jam.
Salah satu kekurangan mobil ini yaitu hanya mampu bertahan dimusim kemarau. Jika
musim penghujan datang inilah kekurangan mobil tenaga surya diuji. Tidak adanya sinar
matahari yang cukup membuat mobil ini susah bergerak. Jadi pemakaian mobil tenaga surya
ini sangat terbatas, bisa saja mobil ini melaju tanpa tenaga surya, tetapi belum adanya
perkembangan lebih lanjut dan belum adanya standarisasi dari mobil ini.
Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana
atau benzena untuk menaikkan nilai oktan. Salah satu bentuk pemanfaatan energi surya yaitu
dengan panel surya. Panel surya adalah perangkat rakitan sel-sel fotovoltaik yang
mengkonversi sinar matahari menjadi listrik. Ketika memproduksi panel surya, produsen
harus memastikan bahwa sel-sel surya saling terhubung secara elektrik antara satu dengan
yang lain pada sistem tersebut. Sel surya juga perlu dilindungi dari kelembaban dan
kerusakan mekanis karena hal ini dapat merusak efisiensi panel surya secara signifikan dan
menurunkan masa pakai dari yang diharapkan. Contoh Lainnya adalah C-MAX Solar Energy
Concept Car