Anda di halaman 1dari 17

BAHAN BAKAR UTAMA

Disusun oleh :

Reza Dhony Wijaya

201610120311183

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
1. Bahan Bakar Fosil
1.1. Batu Bara
1.1.1. Pengertian

Batubara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya seperti arang kayu, tetapi panas
yang dihasilkan lebih besar. Batubara adalah bahan bakar fosil, dari tumbuh-tumbuhan yang
mengalami perubahan kimia akibat tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun waktu lama.
Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan
diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga
membentuk lapisan batubara. Komposisi penyusun batubara terdiri dari campuran
hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga mengandung senyawa
dari oksigen, nitrogen, dan belerang.
Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang
diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber
daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi
geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya
ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan
layak. Keyakinan geologi yang dimaksud adalah tingkat kepercayaan tentang keberadaan
batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi geologi yang meliputi
ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan batu bara, sebaran, struktur,
ketebalan tanah penutup, kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan tingkat penyelidikan.
Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya akan sumber daya energi dalam bentuk
batubara. Sumber daya batubara di Indonesia diperkirakan sebesar 36 milyar ton, tersebar di
Sumatra 67.83%, di Kalimantan 31.64%, sisanya terdapat di pulau Jawa, Sulawesi, dan Irian
Jaya. (Soejoko dan Abdurahman dalam Sukandarrumidi 2009).
Secara umum batubara digolongkan menjadi 5 tingkatan (dari tingkatan paling tinggi
sampai tingkatan paling rendah) yaitu: anthracite, bituminious coal, sub bitiminious coal,
lignite, dan peat (gambut). Penggolongan tersebut menekankan pada kandungan relaif antar
unsur C dan H2O yang terdapat dalam batubara. Pada anthracite, kandungan C lebih tinggi
dibanding dengan kandungan H2O. Pada bituminous dan pada gambut kandungan unsur C
relatif lebih rendah dari H2O (Bateman dalam Sukandarrumidi 2009).
1.1.2. Penambangan dan Pengolahan Batubara

Penambangan batubara dilakukan dengan dua metode, yaitu tambang bawah tanah dan
tambang terbuka. Pemilihan metode penambangan ini berdasarkan pada unsur geologi dari
endapan batubara dan pertimbangan ekonomisnya.
Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah sering kali memiliki kandungan
campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur, dan berbentuk pecahan dengan
berbagai ukuran, padahal pengguna batubara membutuhkan batubara dengan mutu yang
konsisten. Oleh karena itu, dilakukan pengolahan batubara yang mengarah pada penanganan
batubara untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan pengguna akhir
tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan tujuan
penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau
mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan
campuran yang terdapat pada batubara.

1.1.3. Manfaat Batu Bara Bagi Manusia


Sejak dahulu, batu bara telah ditambang dari perut bumi dan dirasakan manfaatnya oleh
manusia. Inilah penggunaan batu bara yang umum:
 Sebagai bahan produksi baja dan besi
 Sebagai bahan bakar pembangkit listrik
 Sebagai bahan bakar cair
 Sebagai bahan bakar produksi semen
 Untuk pembuatan karbon aktif
 Sebagai penyerap dalam daur ulang minyak pelumas bekas.
Selain itu, manfaat batu bara juga dirasakan di pabrik-pabrik pembuatan kertas, pengolahan
alumina, industri kimia, dan industri farmasi. Hasil sampingan batu bara juga bisa diproduksi
menjadi beberapa macam produk kimia. Batu bara juga menjadi bahan penting dalam
produksi produk berikut:
 Serat karbon, berfungsi sebagai bahan pengeras yang ringan dan kuat. Biasanya
digunakan pada sepeda gunung, raket tenis, dan bahan konstruksi.
 Metal silikon, berfungsi untuk membuat silan dan silikon. Jika diolah lebih jauh lagi,
ini digunakan untuk membuat bahan kedap air, pelumas, kosmetik, pasta gigi, resin,
dan sampo.
 Karbon teraktivasi, sering kali dimanfaatkan dalam pembersih udara, mesin pencuci
darah, dan saringan air.

1.1.4. Jenis Jenis Batubara


Dalam usaha untuk mempermudah pengenalan jenis batubara, berikut ditunjukkan sifat sifat
batubara untuk masing-masing jenis sebagai berikut:
a) Jenis anthracite

Warna hitam, sangat mengkilat, kandungan karbon sangat tinggi, nilai kalor sangat
tinggi, kandungan air sangat rendah, kandungan abu sangat rendah, kandungan sulfur
sangat sedikit. Jenis batubara ini apabila dibakar hampur seluruhnya habis terbakar
tanpa timbul nyala, nilai kalor berkisar pada 8300 kkal/kg.
b) Jenis bituminous/sub bituminous coal

Warna hitam mengkilat, kandungan karbon dan nilai kalor relatif tinggi (dibawah
anthracite), kandungan air sedikit kandungan abu sedikit, kandungan sulfur sedikit.
Apabila dibakar akan menghasilkan nilai kalor antara 7000-8000 kkal/kg.
c) Jenis Lignite

Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon rendah dan nilai kalor rendah apabila
dibakar akan menghasilkan nilai kalor 1500-4500 kkal/kg. Kandungan air tinggi,
kandungan abu dan sulfur banyak. Pada batubara ini dikenal dengan istilah long
flaming coal dan short flamming coal. Long flamming coal merupakan batubara
dengan volatile matter tinggi, apabila batubara dalam keadaan serbuk dibakar, maka
akan terurai dengan segera sehingga menghasilkan periode nyala pendek, panas yang
dihasilkan sebagian untuk membakar volatile matter yang jumlahnya cukup banyak,
akibatnya suhu yang dihasilkan menjadi relatif rendah. Sedangkan short flamming
coal , merupakan batubara dengan kandungan volatile matter rendah sehingga
apabila batubara dalam keadaan serbuk dibakar, akan terurai segera dan
menghasilkan periode nyal panjang. Suhu yang dihasilkan pun menjadi relatif tinggi
d) Jenis Gambut

Warna coklat kemerahan, kandungan karbon dan nilai kalornya rendah, kandungan
air tinggi. Apabila dibakar batubara ini akan menghasilkan nilai kalor sebesar 1700-
3000 kkal/kg.
1.1.5. Reaksi Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan komposisi utama
terdiri dari cellulosa. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses pembatubaraan
atau coalification. Faktor fisika dan kimia yang terdapat di alam akan mengubah cellulosa
menjadi lignit, subbitumina,bitumina,atau antrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
5(C 6 H 1 0 O 5 ) C 2 0 H 2 2 O 4 +3CH 4 +8H 2 O+6CO 2 +CO
Celllulosa lignit gas metan
Keterangan:
 Cellulosa merupakan senyawa pembetuk batubara.
 Unsur C pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah unsur C
pada bitumina, semakin banyak unsur C pada lignit maka kualitasnya akan semakin
baik.
 Unsur H pada lignit jumlahnya relatif lebih banyak dibandingkan jumlah unsur H
pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit kualitasnya akan rendah.
 Senyawa gas metan pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
bitumina, semakin banyak CH4 lignit semakin baik kualitasnya.
1.2. Minyak Bumi
1.2.1. Pengertian

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menggunakan sumber energi sebagai bahan
bakar di antaranya: batu bara, bensin, minyak tanah, minyak diesel, solar LPG, lilin dsb.
Bahan-bahan tersebut diperoleh dari minyak bumi.
Berdasarkan teori, minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan jasad renik
(mikroorganisme) yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Dimana
dua ratus juta yang lalu bumi lebih panas dibandingkan sekarang. Laut yang didiami jasad
renik berkulit keras sangat banyak jumlahnya jika jasad renik itu mati, kemudian membusuk
sehingga jumlahnya makin lama makin menumpuk, kemudian tertutup oleh sedimen,
endapan dari sungai, atau batuan-batuan yang berasal dari pergeseran bumi. Di sini kemudian
terjadi pembusukan oleh bakteri anaerob, dan akibat pada tekanan tinggi sedimen, maka
setelah berjuta-juta tahun terbentuklah minyak bumi dan gas alam tersebut.
Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak
bumi digunakan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable).
Pada umumnya minyak bumi tampak hitam legam, pekat serta kurang menarik seperti pada
contoh ini. Minyak bumi baru dapat digunakan sebagai bahan bakar minyak (BBM) maupun
sebagai produk-produk lain setelah melalui proses pengolahan.
Pada umunya minyak bumi terperangkap dalam bebatuan yang tidak berpori dalam
pergerakannya ke atas. Hal ini menjelaskan mengapa minyak bumi juga di sebut Petroleum.
(Petroleum berasal dari bahasa Latin ‘petrus’ artinya batu dan ‘oleum’ artinya minyak).
Untuk memperoleh minyak bumi atau petroleum ini, dilakukan pengeboran.
Komponen minyak bumi (minyak mentah) antara lain 84% Karbon, 14% Hidrogen, dan 1-
3% Belerang.

1.2.2. Pengolahan Minyak Bumi


Minyak bumi di temukan bersama sama dengan gas alam. Minyak Bumi yang telah di
pisahkan dari gas alam di sebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dapat di
bedakan menjadi:
 Minyak Mentah Ringan (light crude oil) yang mengandung kadar logam dan
belerang rendah, bewarna terang dan bersifat encer (viskositas rendah)
 Minyak Mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar logam dan belerang
tinggi, memiliki viskositas tinggi sehingga harus di panaskan agar meleleh
Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana dan
sebagian kecil alkena, alkuna, sikloalkana, aromatic, dan senyawa anorganik. Meskipun
kompleks, namun terdapat cara mudah untuk memisahkan komponen – komponennya, yakni
berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya. Proses ini di sebut distilasi bertingkat.
Selanjutnya untuk mendapatkan produk akhir sesuai yang diinginkan, maka sebagian hasil
dari distilasi bertingkat perlu diolah lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan
perngotor dalam fraksi, dan pencampuran fraksi.

1. Distilasi Bertingkat
Dalam proses distilasi bertingkat, minyak mentah tidak di pisahkan menjadi
komponen – komponen murni, melainkan ke dalam fraksi – fraksi, yakni kelompok–
kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu. Hal ini di karenakan jenis
komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer – isomer hidrokarbon mempunyai
titik didih yang berdekatan.
Proses distilasi bertingkat ini di jelaskan sebagai berikut:
 Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan
tinggi sampai suhu 600ºC. Uap minyak mentah yang dihasilkan kemudian
di alirkan ke bagian bawah menara distilasi
 Dalam Menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat
– pelat (tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang di lengkapi dengan
tutup gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat.
 Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin . Sebagian
uap akan mencapai ketinggian di mana uap tersebut akan terkondensasi
membentuk zat cair. Zat cair yang di peroleh dalam suatu kisaran suhu
tertentu ini disebut fraksi
 Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan
terkondensasi di bagian bawah menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-
senyawa dengan titik didih rendah terkondensasi di bagian atas menara
Sebagian fraksi dari menara distilasi selanjutnya di alirkan ke bagian kilang
minyak untuk proses konversi
Untuk setip barel minyak mentah, kilang minyak dapat menghasilkan sekitar 57%
bensin; 38% bahan baker diesel; bahan bakar jet; kerosin dan minyak baker; 4%
LPG; dan sisanya residu padat.
2. Proses konversi
Proses konversi adalah penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon, yang
bertujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan kuantitas dan kualitas sesuai
permintaan pasar. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan fraksi bensin yang
tinggi, maka sebagian fraksi rantai panjang perlu diubah / dikonversi menjadi fraksi
rantai pendek. Demikian pula, sebagian besar fraksi rantai lurus harus di konversi
menjadi rantai bercabang / alisiklik / aromatic dibandingkan rantai lurus.
Beberapa jenis proses konversi dalam kilang minyak adalah:
 Perekahan (cracking)
Perekahan adalah pemecahan molekul besar menjadi molekul-molekul
kecil. Contohnya, perekahan fraksi minyak ringan / beratmenjadi fraksi gas,
bensin, kerosin, dan minyak solar/diesel.
 Reforming
Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai
bercabang / alisiklik / aromatic. Sebagai Contoh, komponen rantai lurus (C3-
C6) dari fraksi bensin diubah menjadi aromatic.
 Alkilasi
Alkilasi adalah penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul
besar.Contohnya penggabungan molekul propena dan butena menjadi
komponen fraksi bensin.
 Coking
Coking adalah proses perekahan fraksi residu padat menjadi minyak baker
dan hidrokarbon intermediate (produk antara). Dalam proses ini, dihasilkan
kokas (coke). (Kokas di gunakan di industri aluminium sebagai electrode
untuk ekstraksi logam Al).
3. Pemisahan pengotor dalam Fraksi
Fraksi-fraksi mengandung berbagai pengotor antara lain senyawa organic yang
mengandung S,N,O;air;logam;dan garam anorganik. Pengotor dapat di pisahkan
dengan cara melewatkan fraksi melalui:
 Menara asam sulfat, yang berfungsi untuk memisahkan hidrokarbon tidak
jenuh, senyawa nitrogen, senyawa oksigen, dan residu padat seperti aspal.
 Menara absorpsi, yang mengandung agen pengering untuk memisahkan air.
 Scrubber, yang berfugsi untuk memisahkan belerang / senyyawa belerang.
4. Pencampuran Fraksi
Pencampuran fraksi dilakukan untuk mendapatkan produk akhir sesuai yang di
inginkan. Sebagai contoh:
 Fraksi bensin di campur dengan hidrokarbon rantai bercabang / alisiklik /
aromatic dan berbagai aditif untuk mendapatkan kualitas tertentu.
 Fraksi minyak pelumas di campur dengan berbagai hidrokarbon dan aditif
untuk mendapatkan kualitas tertentu
 Fraksi nafta dengan berbagai kualitas (grade) untuk industri petrokimia.
Selanjutnya produk-produk ini siap di pasarkan ke berbagai tempat, seperti
pengisisan bahan baker dan industri petrokimia

1.2.3. Kegunaan Minyak Bumi


Kegunaan fraksi – fraksi yang diperoleh dari minyak bumi terkait dengan sifat fisisnya
seperti titik didih dan viskositas, dan juga sifat kimianya, yaitu:
a. Gas
Umumnya gas terdiri dari campuran metana, etana, propane atau isobutana, campuran gas
ini kemudian dicairkan pada tekanan tinggi dan diperdagangkan dengan nama LPG
(Liquipied Petroleum Gas). Gas yang terdapat dalam LPG umumnya campuran propane,
butana, dan isobutana. LPG biasanya dikemas dalam botol-botol baja yang beratnya 15
kg,dan dipakai sebagai bahan bakar rumah tangga.
b. Bensin
Bensin diperoleh sebagai hasil destilasi pada suhu 70-140. Bensin banyak digunakan
sebagai bahan bakar mobil dan motor
c. Napta
Napta dikenal sebagai bensin berat, dan diperoleh sebagai hasil destilasi yang mempunyai
trayek titik didih antara 140-180.
Napta digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa kimia yang lain
misalnya: etilena dan senyawa aromatik yang sering digunakan untuk zat aditif pada
bensin.
d. Kerosin
Kerosin mempunyai trayek didih antara 180-250. dalam kehiduan sehari-hari, kerosin
diperdagangkan dengan nama minyak tanah.
e. Minyak Diesel
Minyak diesel mempunyai trayek titik didih 25-350°C minyak diesel dipergunakan sebagai
bahan bakar pada motor-motor diesel.
f. Fraksi yang menghasilkan minyak pelumas
Paraffin cair dan padat, teristimewa terdapat di Sumatera dan Kalimantan, paraffin
dipergunakan sebagai bahan bakar
g. Residu
Residu yaitu zat-zat yang masih tertinggal dalam ketel. Menghasilkan petroleumasfalt yang
dipakai pada konstruksi jalan

1.3. Gas alam

1.3.1. Pengertian
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4. Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana
diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari
fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat
pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
1.3.2. Komposisi Kimia
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10),
selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber
utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas
ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon
dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya
berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal
dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan
100 juta ton per tahun secara berturut-turut).
Komponen %
Metana (CH4) 80-95 %
Etana (C2H6) 5-15 %
Propana (C3H8) and Butane (C4H10)
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga
terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas
yang harus dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour
gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan
akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut
didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan
thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri
sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan
tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level
yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan
ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer.
Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat
mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan
ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara
adalah antara 5% hingga 15%.
Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan
karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat
menimbulkan ledakan. Pembakaran satu meter kubik gas alam komersial menghasilkan 38
MJ (10.6 kWh).

2. Bahan Bakar Nuklir


2.1. Pengertian
Sepertinya sebagian besar orang berpikir bahwa nuklir itu sesuatu yang mengerikan dan
berbahaya, identik dengan bom dan dampak radiasi yang ditimbulkannya. Bagi kebanyakan orang,
nuklir dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik dan berbahaya. Jika kita bersikap terbuka dan
mencoba untuk mengenal nuklir lebih dalam lagi, ternyata kita dapat menemukan “kebaikan-
kebaikan” yang dapat diberikan nuklir bagi kesejahteraan hidup manusia. Dengan berlandaskan
asumsi bahwa nuklir dapat bermanfaat bagi manusia, para peneliti dan orang-orang yang bergelut
di bidang nuklir telah banyak memberikan kontribusi bagi kemajuan pengembangan teknologi
nuklir.
Nuklir adalah zat yang bisa melepaskan oksigen dari udara atau zat yang dapat memecah
partikel benda lain nya. Fusi nuklir adalah sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan
Bom Hidrogen meledak. Dikenal dua reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi nuklir dan reaksi fisi nuklir.
Reaksi fusi nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan
menghasilkan energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi nuklir adalah reaksi
pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru
yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi
sinar alfa, beta dan gamma yang sangat berbahaya bagi manusia.

2.2. Fisi Nuklir


Nuklir adalah sebutan untuk bentuk energi yang dihasilkan melalui reaksi inti, baik itu
reaksi fisi (pemisahan) maupun reaksi fusi (penggabungan). Sumber energi nuklir yang paling
sering digunakan untuk PLTN adalah sebuah unsur radioaktif yang bernama Uranium. Bagaimana
caranya sebuah unsur radioaktif mampu menghasilkan panas yang besar? Tentu saja bukan dengan
dibakar. Namun melalui reaksi pemisahan inti (reaksi fisi). Seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut
reaksi pemisahan inti (reaksi fisi).

Atom uranium (U-235) (digambarkan dengan warna hitam merah di sebelah kiri) memiliki
inti yang tidak stabil ketika ada neutron (warna hitam di paling kiri) yang ditembakkan pada inti
atom tersebut, maka inti atom uranium akan membelah menjadi dua buah inti atom, yakni atom
Barium (Ba-141) dan atom Kripton (Kr-92) serta tiga neutron (warna hitam di kanan).
Karena massa atom sebelum pembelahan lebih besar dari pada massa atom setelah
pembelahan, maka selisih massa (disebut defek massa) tersebut berubah menjadi energi panas
yang besarnya sekitar 200 MeV (Mega elektron volt), ini baru satu buah inti atom (Januar, 2012).
Satu gram uranium saja tentu memiliki banyak inti, sehingga panas yang dihasilkan pun luar biasa
besar.
2.3. Fusi Nuklir

Dalam fisika, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah proses di mana dua inti atom
bergabung, membentuk inti atom yang lebih besar dan melepaskan energi. Fusi nuklir adalah
sumber energi yang menyebabkan bintang bersinar, dan senjata nuklir meledak. Proses ini
membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan inti nuklir, bahkan elemen yang paling
ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti atom yang ringan, yang membentuk inti atom yang lebih berat
dan netron bebas, akan menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan
untuk menggabungkan mereka maka sebuah reaksi eksotermik yang dapat menciptakan reaksi
yang terjadi sendirinya.
Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi kimia, karena
energi pengikat yang mengelem kedua inti atom jauh lebih besar dari energi yang menahan
elektron ke inti atom. Contoh: energi ionisasi yang diperoleh dari penambahan elektron ke
hidrogen adalah 13.6 elektron volt lebih kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh
reaksi Deuterium- Tritium (D-T) fusion seperti pada gambar di atas Reaksi D-T Fusion.

2.4. Energi Nuklir sebagai Sumber Energi


Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu
pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Di sini akan
dibahas salah satu mekanisme produksi energi nuklir, yaitu reaksi fisi nuklir. Sebuah inti berat
yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih
ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut pembelahan inti atau fisi nuklir.
Contoh reaksi fisi adalah uranium. Reaksi fisi uranium menghasilkan neutron selain dua buah inti
atom yang lebih ringan. Neutron ini dapat menumbuk (diserap) kembali oleh inti uranium untuk
membentuk reaksi fisi berikutnya.
Dibandingkan dibentuk dalam bentuk bom nuklir, pelepasan energi yang dihasilkan
melalui reaksi fisi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna. Untuk itu, reaksi berantai
yang terjadi dalam reaksi fisi harus dibuat lebih terkendali. Usaha ini bisa dilakukan di dalam
sebuah reaktor nuklir. Reaksi berantai terkendali dapat diusahakan berlangsung di dalam reaktor
yang terjamin keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang
lebih berguna, misalnya untuk penelitian dan untuk membangkitkan listrik. Di dalam reaksi fisi
yang terkendali, jumlah neutron dibatasi sehingga hanya satu neutron saja yang akan diserap untuk
pembelahan inti berikutnya. Dengan mekanisme ini, diperoleh reaksi berantai terkendali yang
energi yang dihasilkannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna.
Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan mengalami fusi nuklir.
Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium U. elemen bahan bakar dapat
berbentuk batang yang ditempatkan di dalam teras reaktor. Neutron-neutron yang dihasilkan
dalam fisi uranium berada dalam kelajuan yang cukup tinggi. Adapun, neutron yang
memungkinkan terjadinya fisi nuklir adalah neutron lambat sehingga diperlukan material yang
dapat memperlambat kelajuan neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh moderator neutron yang
umumnya berupa air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai moderator yang berfungsi
memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan kehilangan sebagian energinya saat
bertumbukan dengan molekul-molekul air.
Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat
membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung di sekeliling reaktor
nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor tidak menyebar ke lingkungan di sekitar
reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh perisai beton yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton
diketahui sangat efektif menyerap sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai
bahan perisai. Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir terkendali di dalam reaktor nuklir dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Instalasi pembangkitan energi listrik semacam ini
dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)
Salah satu bentuk reaktor nuklir adalah reaktor air bertekanan (pressurized water
reactor/PWR). Energi yang dihasilkan di dalam reaktor nuklir berupa kalor atau panas yang
dihasilkan oleh batang-batang bahan bakar. Kalor atau panas dialirkan keluar dari teras reaktor
bersama air menuju alat penukar panas (heat exchanger). Di sini uap panas dipisahkan dari air dan
dialirkan menuju turbin untuk menggerakkan turbin menghasilkan listrik, sedangkan air
didinginkan dan dipompa kembali menuju reaktor. Uap air dingin yang mengalir keluar setelah
melewati turbin dipompa kembali ke dalam reaktor.

2.5. Dampak dari Penggunaan Energi Nuklir


2.5.1. Dampak Positif
Pertimbangan pemanfaatan energi nuklir sebagai pembangkit listrik (PLTN) adalah
penghematan penggunaan sumberdaya nasional, mengurangi ketergantungan terhadap
minyak bumi, batubara dan gas bumi, mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan,
serta meningkatkan ketahanan dan kemandirian pasokan energi untuk mendukung
pembangunan nasional jangka panjang.
Tenaga nuklir juga dimanfaatkan pada bidang-bidang lainnya seperti bidang pertanian,
peternakan, hidrologi, industri, kesehatan, penggunaan zat radioaktif dan sinar-X untuk
radiografi, logging, gauging, analisa bahan, kaos lampu, perunut (tracer) dan lain-lain. Dalam
bidang penelitian terutama banyak dilakukan oleh BATAN mulai dari skala kecil sampai
dengan skala besar. Pemanfaatan dalam bidang kesehatan dapat dilihat seperti untuk
diagnosa, kedokteran nuklir, penggunaan untuk terapi dimana radiasi digunakan untuk
membunuh sel-sel kanker.Bagi Indonesia, nuklir sebagai sumber energi terbarukan,
Pembangkit listrik berbasis nuklir dianggap lebih ramah lingkungan daripada pembangkit
listrik berbasis bahan bakar minyak. Emisi karbon dioksida pembangkit energi nuklir lebih
rendah daripada batu bara, minyak bumi, gas alam, bahkan hidroenergi dan pembangkit
energi surya. Ketiga, alasan ekonomis. Harga listrik yang dihasilkan nantinya akan lebih
murah karena biaya produksi bisa ditekan. Sebagai perbandingan, 1 kg uranium sebagai
bahan baku nuklir, setara dengan 1.000 – 3.000 ton batu bara (Elsan Januar, 2012).
Beberapa Kelebihan dari energi nuklir, yaitu: Bahan bakarnya tidak mahal, mudah untuk
dipindahkan (dengan sistem keamanan yang ketat), energinya sangat tinggi, dan tidak
mempunyai efek rumah kaca dan hujan asam.
2.5.2. Dampak Negatif
Meskipun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir banyak manfaatnya, akan tetapi jika suatu
saat terjadi kebocoran reactor nuklir akan berakibat fatal. Seperti yang terjadi di Chernobyl,
Ukraina pada April 1986. Radiasi ledakan itu meledak dan telontar 1500 meter ke udara,
yang membuat radiasi paparan sampai jauh ke Eropa. Selain memicu evakuasi ribuan warga
dari sekitar lokasi kejadian, dampak kesehatan masih dirasakan para korban hingga bertahun-
tahun kemudian misalnya kanker, gangguan kardiovaskular dan bahkan kematian. Bahkan
sampai saat ini daerah tersebut dibiarkan tanpa berpenghuni.
Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat
membahayakan lingkungan di sekitar reaktor.
Beberapa Kelemahan dari penggunaan energi nuklir seperti: Butuh biaya yang besar untuk
sistem penyimpanannya disebabkan dari bahaya radiasi energi nuklir itu sendiri, masalah
kepemilikan energi nuklir disebabkan karena bahayanya massal dan produk buangannya
yang sangat radioaktif, Nuklir sebagai senjata pemusnah.

3. Bahan Bakar Sinar Matahari


3.1. Pengertian
Energi surya adalah energi yang berupa sinar dan panas dari matahari (radiasi energi dalam
bentuk panas dan cahaya yang dipancarkan oleh matahari). Didapat dengan mengubah energi
panas surya melalui perlatan tertentu menjadi sumberdaya dalam bentuk lain. Energi surya
menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap, angin, biogas, batubara, dan minyak
bumi. Energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas
surya, fotovoltaik surya, listrik panas surya, arsitektur surya, dan fotosintesis buatan. Tanpa energi
yang datang dari matahari, planet kita tidak akan mampu mendukung kehidupan dan energy surya
adalah bentuk energi paling berlimpah yang tersedia di planet kita.
Jika dilihat pada proses penyerapan, pengubahan, dan penyaluran energi surya, teknologi
energi surya secara umum dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni teknologi pemanfaatan
pasif dan teknologi pemanfaatan aktif. Contoh pemanfaatan energi surya secara aktif adalah
penggunaan panel fotovoltaik dan panel penyerap panas. Contoh pemanfaatan energi surya secara
pasif meliputi mengarahkan bangunan ke arah matahari, memilih bangunan dengan massa termal
atau kemampuan dispersi cahaya yang baik, dan merancang ruangan dengan sirkulasi udara alami.
Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh
Pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya
yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di
Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk
kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia
(KBI) sekitar 4,5 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 10%, dan dikawasan Timur
Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian,
potensi energi surya rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar
9%.
Energi surya memiliki potensi besar dan sudah banyak teknologi surya yang berkembang
dengan sangat cepat. Namun, meskipun pertumbuhan industri energi surya global berlangsung
dengan cepat, masih dibutuhkan banyak waktu sebelum energi surya menjadi pesaing yang nyata
untuk bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama. Hal ini karena sektor energi surya masih
kalah dalam hal paritas biaya dibandingkan bahan bakar fosil. Energi surya adalah sumber energi
terbarukan yang paling penting (energi angin pada dasarnya juga berasal dari energi surya), dan
hanya energi panas bumi dan pasang surut yang tidak memperoleh energi mereka dari matahari.
Banyak orang menggunakan istilah energi surya dan tenaga surya sebagai sinonim meskipun hal
ini mengandung kesalahan karena tenaga surya mengacu pada konversi sinar matahari menjadi
listrik (dalam banyak kasus menggunakan photovoltaic). Pemanfaatan energi surya memiliki
potensi masa depan yang sangat besar, tidak hanya dalam menyediakan listrik dan panas tetapi
juga untuk digunakan pada proses industri serta pengembangan kendaraan surya. Meskipun energi
surya adalah bentuk energi paling berlimpah yang tersedia di planet bumi, energi surya tetap
bukanlah sumber energi yang sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk pada kalahnya paritas biaya
dibandingkan bahan bakar fosil tetapi juga karena masalah intermitten (tidak kontinyu). Seperti
yang kita ketahaui, energi surya tidak tersedia pada malam hari dan karenanya membutuhkan
solusi penyimpanan energi yang memadai untuk menutup kekurangan ini.

3.2. Konversi Energi Surya


3.2.1. Pembangkit Listrik Surya Termal
Dalam pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu
fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan
menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan
energi listrik.
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit ini juga
biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (concentrated solar power
plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung. Cermin parabola
dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti
seorang anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus
tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa
tersebut terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali
diatas 300 derajad fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida panas tersebut dialirkan dalam
pipa menuju ke ruang pembangkitan energi listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air
dan menghasilkan energi listrik.
3.2.2. Mobil Tenaga Surya

Mobil Tenaga Surya ―Solar Car‖ atau tenaga matahari, yaitu tipe kendaraan listrik
yang memakai tenaga matahari untuk sumber dayanya. Daya matahari di tangkap dengan
memakai panel cell surya lalu dipakai untuk menggerakkan motor listrik yang berperan untuk
memutar roda. Supaya bisa dipakai dengan cara stabil maka pada mobil surya dilengkapi
dengan area untuk menyimpan energy (energy storage) biasanya dipakai accu/aki atau
batterai. Dilengkapai dengan alat control pengatur kecepatan maka mobil ini bisa melaju
sesuai sama dengan kecepatan sesuai sama dengan kecepatan yang dirancang.
Penggunaan tenaga surya dalam mobil bertenaga surya yaitu untuk menyerap panas
teriknya sinar matahari. Panas yang dihasilkan dalam solar cell akan dialihkan ke Baterai
Control Regulator (BRC). Untuk menambah arus yang dipakai, bisa menggunakan aki untuk
disalurkan ke baterai. Tenaga yang dihasilkan dalam mobil diolah di power inverter untuk
mengubah dari arus AC ke DC. Dinamo AC yang ditentukan haruslah sebesar 1PK atau 750
watt. Dalam sebuah mobil bertenaga surya bisa dipakaikan 3 baterai yang masng-masing
diberi kekuatan sebesar 100 ampere. Jadi, penggunaan 3 baterai dalam sebuah mobil
bertenaga surya ini bisa mencapai 300 ampere. Sebuah solar cell akan mampu bertahan
menyimpan tenaga sebanyak 6 ampere dalam mobil bertenaga surya. Jika kekuatan baterai
100 ampere, maka mobil ini akan bisa menempuh jarak 100 km dalam 40 km/jam.
Salah satu kekurangan mobil ini yaitu hanya mampu bertahan dimusim kemarau. Jika
musim penghujan datang inilah kekurangan mobil tenaga surya diuji. Tidak adanya sinar
matahari yang cukup membuat mobil ini susah bergerak. Jadi pemakaian mobil tenaga surya
ini sangat terbatas, bisa saja mobil ini melaju tanpa tenaga surya, tetapi belum adanya
perkembangan lebih lanjut dan belum adanya standarisasi dari mobil ini.
Sebagian besar bensin tersusun dari hidrokarbon alifatik yang diperkaya dengan iso-oktana
atau benzena untuk menaikkan nilai oktan. Salah satu bentuk pemanfaatan energi surya yaitu
dengan panel surya. Panel surya adalah perangkat rakitan sel-sel fotovoltaik yang
mengkonversi sinar matahari menjadi listrik. Ketika memproduksi panel surya, produsen
harus memastikan bahwa sel-sel surya saling terhubung secara elektrik antara satu dengan
yang lain pada sistem tersebut. Sel surya juga perlu dilindungi dari kelembaban dan
kerusakan mekanis karena hal ini dapat merusak efisiensi panel surya secara signifikan dan
menurunkan masa pakai dari yang diharapkan. Contoh Lainnya adalah C-MAX Solar Energy
Concept Car

Anda mungkin juga menyukai