TUGAS KELOMPOK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Eirene Merson Ramu (301302192140020)
Emelia Tukan (301302192140022)
Fransiska Nona (301302192190032)
Muhamad Miftakul Huda (30130219210004)
Rosa Regina Mokoginta (301302192200042)
Yulia Talahatu (301302192190035)
JAMBATAN BULAN
TIMIKA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyaji tidak lepas dari bantuan pihak lain, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami.
Akhirnya pengkaji berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Timika, 3 Oktober 2019
Penyusun
Penyelesaian korupsi masih tebang pilih dan pelaksanaan hukumnya masih belum
maksimal. Masih banyak koruptor yang berkeliaran di Indonesia, dan para koruptor tersebut
sekarang cukup pandai untuk mengelabuhi para penegak hukum dengan menyuap agar
terhindar dari tanggungjawab akibat tindakannya. Dalam makalah ini akan di bahas mengenai
apa itu korupsi, siapa saja pihak-pihak yang melakukan korupsi, apa sebab-akibat terjadinya
korupsi yang di lakukan oleh para pejabat Indonesia dan contoh kasus korupsi, Ini merupakan
sedikit gambaran bahwasannya tindak pidana korupsi di Indonesia telah membudidaya,
belum mampu diberantas sampai akar-akarnya dan hingga menjadikan Indonesia salah satu
negara terkorup sampai saat ini.
5. Contoh dan analisis kasus korupsi yaitu Kasus Korupsi Miranda Goeltom.
5. Untuk mengetahui salah satu contoh kasus Korupsi beserta analisisnya, Yakni Kasus
Korupsi Miranda Goeltom.
Pengertian korupsi telah banyak diungkapkan oleh beberapa ahli hukum, antara lain
diuraikan secara cukup lengkap oleh Andi Hamzah (1991) yang menyatakan:
Bahwa korupsi berasal dari bahasa latin corruption (diambil dari “Rechtsgeleerd
Handwoordenboek”, Fockema Andreae,1951) atau corruptus (diambil dari “Webster Student
Dictionary”, 1960). Selanjutnya disebutkan bahwa corruption itu berasal pula dari kata latin
yaitu com yang berarti bersama-sama dan rumpereyang berarti pecah dan jebol. Dari bahasa
latin inilah turun ke banyak bahasa di Eropa seperti Inggris :corruption, corrupt, Perancis :
corruption, dan Belanda corruptie (korruptie) yang kemudian turun ke bahasa Indonesia :
“korupsi”.[2]
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-
unsur sebagai berikut:
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka harus diketahui apa saja pokok permasalahan dan
faktor-faktor yang menyebabkan seorang pejabat publik atau aparat pemerintah melakukan
korupsi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi, diantaranya
sebagai berikut[4] :
1. Rendahnya iman dan moral yang dimiliki seorang pemegang kekuasaan publik sehingga
mudah terpengaruh dan tergoda untuk melakukan praktik korupsi.
3. Lemahnya pengawasan dan kontrol terhadap kinerja aparat negara sehingga memberikan
peluang korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
4. Gaji yang relatif rendah, faktor inilah yang sering menjadi alasan utama seseorang
melakukan korupsi, karena ia menganggap bahwa gaji yang ia dapat belum cukup untuk
mendapatkan kehidupan yang berkecukupan. Selain itu, tingkat pendapatan juga dianggap
tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan semakin
kompleks.
5. Rendahnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam hal kontrol kinerja aparat
pemerintahan serta kebijakan-kebijakan yang diambil, sehingga rentan penyelewengan
kekuasaan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
7. Tidak adanya rasa nasionalisme dalam diri pejabat publik, keserakahan para pelaku korupsi
dan lain lain.
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga-
lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang menyebutkan peran KPK sebagai
trigger mechanism, yang berarti mendorong atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan
korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.
Adapun tugas KPK adalah koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK); supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan TPK; melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap TPK; melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; dan melakukan monitor
terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam pelaksanaannya tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proposionalitas. KPK
bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala
kepada presiden, DPR, dan BPK. KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima
orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota.
Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang berasal dari unsur
pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun
dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan,
pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial
Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas bidang Pencegahan,
Penindakan, Informasi dan Data, serta Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.
Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang deputi. KPK juga dibantu Sekretariat
Jenderal yang dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden Republik Indonesia, namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK. Ketentuan
mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan
masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam aktivitas dan langkah-langkah yang
Lantas bagaimana bisa Miranda Goeltom bisa bersalah? Seperti Apa kasusnya ? Berikut
adalah kronologis yang bisa menjelaskan tentang kasus korupsi suap Miranda Goeltom
terkait Pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 yang melibatkan
Nunun Nurbaeti dan sejumlah anggota DPR komisi IX.
Pengungkapan kasus suap pada pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, lewat fit
and proper test oleh Komisi IX DPR RI, 8 Juni 2004, sejatinya bukan murni prestasi penyidik
KPK. Adanya permainan uang Rp 24 miliar terdiri atas 480 lembar cek pada pemilihan
Miranda Swaray Goeltom itu atas 'keluguan' anggota DPR Agus Condro Prayitno dari Fraksi
PDIP.
Entah karena gugup menghadapi penyidik KPK, dalam dua kali pemeriksaan, 4 dan 8 Juli
2008 untuk bersaksi atas kasus aliran dana BI Rp 100 miliar ke DPR dengan tersangka
Hamka Yandhu, saat itu Agus keceplosan turut menerima uang Rp 500 juta. Atas
keluguannya, Agus Condro sendiri dinyatakan bersalah dan diganjar penjara 15 bulan.
Belakangan hari, uang yang diberikan kepada anggota DPR untuk suap memilih Miranda
diduga berasal dari Nunun Nurbaetie. Berikut kronologis kasus suap cek perjalanan kepada
DPR dalam pemilihan Miranda Goeltom[8] :
1. 7 Juni 2004
Nunun Nurbaetie melakukan pertemuan dengan Hamka Yandhu di kantornya di Jalan Riau,
Menteng, sebelum fit and proper test calon DGS BI. Dalam pertemuan tersebut, Nunun dan
Hamka membicarakan rencana pemberian TC (travel cheque), sebagai tanda terima kasih.
2. 8 Juni 2004
Arie membagikan cek yang telah disiapkan dalam kantong kertas berwarna merah, kuning,
hijau dan putih. Pembagian tersebut dimulai kepada Fraksi PDI Perjuangan yang diwakili
oleh Dudhie Makmun Murod di Restoran Bebek Bali. Lalu Arie menuju ke Hotel Atlet
Century, Senayan, usai menemui Dudhie, disana ia menyerahkan cek dalam kantong hijau
senilai Rp1,25 miliar untuk Fraksi PPP melalui Endin Soefihara. Setelah itu Arie langsung
kembali ke kantornya di Jalan Riau, Menteng, Jakarta Pusat, untuk meneruskan pembagian
cek pelawat. Selepas maghrib, Hamka datang mengambil bungkusan berwarna kuning senilai
Rp7,8 miliar di kantornya lalu dilanjutkan dengan kedatangan Udju Djuhaeri bersama 3
orang temannya dari Fraksi TNI/Polri, yaitu Sulistiyadi, Suyitno dan Darsup Yusuf pada
pukul 18.30 WIB. Arie pun menyerahkan cek senilai Rp2 miliar kepada Fraksi TNI/Polri.
Setelah itu, Arie langsung menelepon terdakwa Nunun untuk melaporkan rampungnya
penyaluran cek tersebut.
Pada saat pembagian cek tersebut, di Gedung DPR sedang berlangsung fit and proper
pemilihan DGS BI. Pada malam harinya akhirnya Komisi XI DPR memutuskan Miranda
terpilih sebagai DGS BI mengalahkan Hartadi A. Sarwono dan Budi Rochadi. Uji kelayakan
dan kepatutan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia dimenangkan Miranda Swaray
Goeltom dengan meraih 41 suara, sedangkan pesaingnya Budi Rochadi (12 suara), dan
Hartadi A Sarwono (1 suara). Dua suara lagi abstain.
Mantan anggota Fraksi PDI Perjuangan Agus Condro Prayitno mengungkapkan skandal
korupsi dalam pemilihan Miranda.
4. 9 September 2008
(PPATK) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan melaporkan temuan 480 lembar
travelers cheque BII (cek pelawat) senilai Rp 24 miliar yang ditujukan kepada 41 anggota
DPR. Para anggota DPR mencairkan dana dengan cara bermacam-macam, antara lain
menyuruh sopir atau ajudan.
5. 25 September 2008
KPK pertama kali memanggil Nunun, tapi Nunun mangkir dengan alasan sakit.
6. 9 Juni 2009
7. 24 Maret 2010
KPK meminta Ditjen Imigrasi mencekal Nunun, namun ternyata ia telah pergi ke Singapura
sehari sebelumnya.
8. 1 April 2010
Nunun dikatakan sakit 'pelupa berat' oleh dokter ketika dipanggil sebagai saksi untuk Dudhie
Makmun Murod.
9. 17 Mei 2010
Pengadian Tipikor memvonis mantan anggota DPR dari Partai Golkar Hamka Yandhu 2
tahun 6 bulan penjara terkait kasus suap pemilihan Deputi Senior Gubernur BI. Hamka
dikenakan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan. Hari yang sama, Dudhie divonis 2 tahun,
Endhin Soefihara (15 bulan), Udju Juhaeri (2 tahun).
KPK menahan 24 tersangka kasus cek pelawat. Sehingga jumlah tersangka sebanyak 26
orang
Mantan Menteri Perindustrian yang juga politikus Partai Golkar Fahmi Idris mendatangi
KPK. Dia mengabarkan Nunun berada di Bangkok, Thailand.
Ketua KPK Busyro Muqoddas dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR
menyatakan Nunun sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Foto Nunun tengah berbelanja di luar negeri (diduga di Singapura) beredar di media
Nunun Nurbaetie tiba di Jakarta, dan dijebloskan ke Rutan Perempuan Pondok Bambu
Jakarta Timur, Minggu
Sesuai kronologi, kasus korupsi diatas adalah tindak pidana suap yang dilakukan kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara, yang mana Miranda Goeltom yang merupakan
calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia melakukan tindak pidana suap kepada
sejumlah anggota dari beberapa fraksi di komisi IX DPR RI periode 1999-2004 berupa
pemberian “Travel Cheque BII”. Dimana tujuan Miranda Goeltom memberikan Travel
Cheque tersebut adalah untuk memenangkan Miranda Goeltom dalam Fit and Proper Test
pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2004 di Komisi IX DPR RI.
· Berdasarkan tindakan Miranda Goeltoem tersebut, berarti telah terjadi tindak pidana
korupsi suap. Dimana perbuatan terdakwa diancam pidana sebagaimana diatur dalam :
1. Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :
“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 ( lima puluh juta rupiah ) dan paling
banyak Rp. 250.000.000,00 ( dua ratus lima puluh juta rupiah ) setiap orang yang memberi
sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya”.
“Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi
hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut dipidana dengan
· Berdasarkan unsur-unsur :
Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :
Penjelasan : dalam kasus ini, Miranda Goeltom terbukti secara sah dan meyakinkan,
melakukan perbuatan memberikan sesuatu kepada sejumlah anggota fraksi di komisi IX DPR
RI.
2. Obyeknya : sesuatu,
Penjelasan : dalam kasus ini, sesuatu yang diberikan oleh Miranda Goeltom adalah berupa
480 lembar travelers cheque BII (cek pelawat) senilai Rp 24 miliar.
Penjelasan : dalam kasus ini, yang dimaksud penyelenggara negara adalah sejumlah anggota
fraksi PDI-P, GOLKAR dan PPP komisi IX DPR RI periode 1999-2004 dan fraksi
TNI/POLRI selaku pegawai negeri.
4. Karena berhubungan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya.
Penjelasan : dalam kasus ini, sejumlah anggota fraksi PDI-P, GOLKAR dan PPP komisi IX
DPR RI periode 1999-2004 dan TNI/POLRI selaku pegawai negeri menerima suap berupa
Travelers Cheque agar memilih dan memenangkan Miranda Goeltom sebagai Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia, padahal tindakan tersebut bertentangan dengan
kewajibannya sebagai penyelenggara negara dan pegawai negeri.
Penjelasan : dalam kasus ini, Miranda Goeltom terbukti secara sah dan meyakinkan,
melakukan perbuatan memberikan sesuatu kepada sejumlah anggota fraksi TNI/POLRI.
Penjelasan : dalam kasus ini, hadiah yang diberikan oleh Miranda Goeltom adalah amplop
putih yang masing-masing amplop berisi 10 (sepuluh) lembar TC BII dengan nilai
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah) per lembarnya sehingga jumlah keseluruhannya
senilai Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar Rupiah).
Penjelasan : dalam kasus ini, sejumlah anggota fraksi TNI/POLRI memiliki kedudukan dalam
komisi IX DPR RI dalam melakukan fit and proper test dan memilih Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia.
· Dalam sidang pada Kamis (27/9/2012), Miranda Swaray Goeltom divonis dengan
pidana penjara selama tiga tahun dan denda Rp 100 juta. Sebab, dinyatakan terbukti bersalah
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama.
· Ketua Majelis Hakim membacakan putusan dalam sidang di pengadilan tipikor, Jakarta
dengan "Memutuskan, menyatakan terdakwa Miranda Swaray Gultom bersalah melakukan
tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana dalam dakwan pertama, Pasal 5 ayat
1 huruf b UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP," Dalam pertimbangannya, Majelis
Hakim mengatakan bahwa Miranda terbukti memberikan sesuatu, berupa cek pelawat.
Sehingga, dirinya terpilih sebagai DGS BI periode 2004-2009 dari hasil pemungutan suara di
Komisi IX DPR RI pada tanggal 8 Juni 2004.
A. Kesimpulan
· Dari kasus Korupsi yang menyangkut Miranda Goeltom dan beberapa anggota DPR RI
tersebut, menunjukkan korupsi dinegeri ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan dengan
berbagai cara. Kasus ini menambah daftar panjang para koruptor dari kalangan pejabat
negara. Dimana seharusnya mereka sebagai pihak yang berperan memajukan bangsa,
pembawa aspirasi rakyat, dan memperjuangkan hak-hak rakyat justru melakukan tindakan
korupsi yang merugikan kepentingan rakyat dan negara Indonesia. Semoga dari kasus ini bisa
menjadi pelajaran bagi seluruh lapisan rakyat Indonesia, dan antisipasi penegak hukum untuk
selalu mewaspadai berbagai cara untuk melancarkan tindak korupsi yang dapat dilakukan
oleh siapa saja.
· Korupsi adalah musuh nomor satu dan terbesar yang harus dihadapi bangsa ini,
Korupsi memiliki dampak negatif besar bagi bangsa dan rakyat Indonesia yang
mengakibatkan kemiskinan, kesengsaraan dan kehancuran bangsa apabila tidak dicegah dan
diberantas. Penanggulangan kasus-kasus korupsi baik dengan peraturan perundang-undangan
dan peran KPK tidaklah mudah, untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak seluruh
lapisan masyarakat yang tentunya dilandasi dengan kesadaran hukum setiap warga negara
untuk mencegah dan memberantas korupsi, baik posisinya sebagai warga sipil maupun
pejabat negara, yang tentunya semua itu berpulang pada individu masing-masing yang
berketuhanan Yang Maha Esa. Dengan melibatkan seluruh peran lapisan masyarakat, maka
peluang berkembangnya korupsi dapat dipersempit, tentunya dengan tindakan penegakan
hukum yang efektif untuk memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana korupsi.
Literatur :
· Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum cetakan ke-enam, Bandung, PT Citra Aditya Bakti,
2006
Undang-Undang :
Putusan :
Internet :
· www.mahkamahagung.go.id
· http//www.kpk.go.id
· www.detiknews.com
· www.google.com
· http://www.antaranews.com/berita/216548/aulia-pohan-dapat-remisi
·
http://nasional.kompas.com/read/2009/06/17/12480932/aulia.pohan.divonis.4.tahun.6.bulan.p
enjara
· http://muvid.wordpress.com/2008/01/21/hdfaskfh/
· http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum
· http://www.tribunnews.com/nasional/2011/12/12/bermula-dari-keluguan-agus-tjondro