2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan ( Notoatmodjo, 2005 ).
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan keluarga
terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti penyuluhan
kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan
rumah sakit ( Depkes, 2005).
4. Asupan Zat Protein
Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran
cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan
melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagai alat angkut, protein ini dapat bertindak
secara khusus, misalnya protein pengikat retinol yang hanya mengangkut vitamin A. atau
dapat mengangkut beberapa jenis zat gizi seperti besi sebagai transferin (Almatsier, 2010).
Protein sebagai alat angkut dan penyimpanan terhadap hemoglobin yaitu mengangkut
oksigen dalam eritrosit sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion besi
diangkut dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hati sebagai kompleks
dengan ferritin (Winarno, 2002).
Terutama protein hewani, walaupun tidak semua, juga dapat mendorong
penyerapan besi nonhem. Protein seluler yang berasal dari daging sapi, kambing, domba,
hati, dan ayam menunjang penyerapan besi nonhem. Namun protein yang berasal dari susu
sapi, keju dan telur tidak dapat meningkatkan penyerapan besi nonhem. Faktor yang
menyebabkan kenaikan penyerapan besi lebih dikenal sebagai MFP (meat, fish, poultry)
factor (Wirakusumah, 1999 dalam Almatsier 2010).
Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan . Kandungan zat besi dalam makanan
berbeda – beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan besi adalah makanan yang
berasal dari hewani ( seperti ikan , daging, hati, ayam). Makanan nabati ( seperti sayuran
hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bias diserap dengan baik
oleh usus ( Gibney, 2008).
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi
bahan makananan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi,
kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.
Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah
maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi
makanan yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan
(Masrizal, 2007). Asupan zat protein pada anak dapat dilihat dengan memantau asupan
makan selama 3 x 24 jam (Almatsier, 2010)
Sumber
Handayani, Wiwik dan Haribowo, A.S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Rahman. Anemia pada Anak Usia Sekolah. Digital Library Universitas Muhammadiyah
Semarang.