Anda di halaman 1dari 4

KRITERIA ANEMIA PADA ANAK (JURNAL UNIMUS)

BATAS NORMAL KADAR Hb

kelompok umur Hemoglobin (gr/dl)


Anak usia sekolah laki-laki 5-11 tahun 11,5
dan perempuan 12-14 tahun 12,0

Sumber : (WHO, 2001 dalam Supariasa 2002).

DERAJAT ANEMIA PADA ANAK


Derajat anemia untuk menentukan seorang anak mengalami anemia atau tidak dapat
ditentukan oleh jumlah kadar Hb yang terdapat dalam tubuh. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai dalah sebagai berikut :
a. Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr / dl
b. Ringan Hb 8 gr / dl – 9,9 gr / dl
c. Sedang Hb 6 gr / dl – 7,9 gr / dl
d. Berat Hb < 6 gr / dl

(Sumber : WHO, 2002,. dalam Wiwik , 2008).

TANDA GEJALA ANEMIA PADA ANAK


Tanda gejala yang sering dijumpai pada anak selain dilihat dari beratnya anemia, berbagai
faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala : 1) kecepatan kejadian anemia, 2) durasinya
misalnya kronisitas, 3) kebutuhan metabolisme pasien yang bersangkutan, 4) adanya
kelainan lain atau kecacatan dan 5) komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang
mengakibatkan anemia (Smeltzer, 2002).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA ANAK USIA SEKOLAH


Anak usia sekolah menderita anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terdapat
faktor - faktor yang menyebabkan anemia antara lain:
1. Faktor langsung
Menurut Price (2006) faktor langsung disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang
berlebihan, kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah akibat mengidap
penyakit infeksi malaria dan kecacingan .
Kemudian menurut Mazrizal (2007) faktor langsung yang sering dijumpai pada anak usia
sekolah yaitu dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit
kronis dan kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit kecacingan. Di negara
berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar
untuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setaip
harinya .
2. Faktor tidak langsung
Selain faktor langsung diatas terdapat faktor tidak langsung yang menyebabkan anemia
antara lain seperti faktor pengetahuan yaitu seperti status pendidikan, selanjutnya
disebabkan oleh keadaan lingkungan , kurangnya asupan kebutuhan zat besi yang
dikarenakan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat ( Khumaidi 1989 dalam Mazrizal
2007 )
Adapun faktor tidak langsung yang mempengaruhi kejadian anemia pada anak usia sekolah
antara lain :
1. Tingkat Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan
kualitas makanan, sehingga rendahnya pendapatan akan mempengaruhi rendahnya daya
beli. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena
orang tua itu dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.
Pendapatan atau penghasilan yang kecil tidak dapat memberi cukup makan pada anggota
keluarga, sehingga kebutuhan keluarga tidak tercukupi ( Depkes RI, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan ( Notoatmodjo, 2005 ).

3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan keluarga
terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti penyuluhan
kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan
rumah sakit ( Depkes, 2005).
4. Asupan Zat Protein
Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran
cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan
melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sebagai alat angkut, protein ini dapat bertindak
secara khusus, misalnya protein pengikat retinol yang hanya mengangkut vitamin A. atau
dapat mengangkut beberapa jenis zat gizi seperti besi sebagai transferin (Almatsier, 2010).
Protein sebagai alat angkut dan penyimpanan terhadap hemoglobin yaitu mengangkut
oksigen dalam eritrosit sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion besi
diangkut dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hati sebagai kompleks
dengan ferritin (Winarno, 2002).
Terutama protein hewani, walaupun tidak semua, juga dapat mendorong
penyerapan besi nonhem. Protein seluler yang berasal dari daging sapi, kambing, domba,
hati, dan ayam menunjang penyerapan besi nonhem. Namun protein yang berasal dari susu
sapi, keju dan telur tidak dapat meningkatkan penyerapan besi nonhem. Faktor yang
menyebabkan kenaikan penyerapan besi lebih dikenal sebagai MFP (meat, fish, poultry)
factor (Wirakusumah, 1999 dalam Almatsier 2010).
Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan . Kandungan zat besi dalam makanan
berbeda – beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan besi adalah makanan yang
berasal dari hewani ( seperti ikan , daging, hati, ayam). Makanan nabati ( seperti sayuran
hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bias diserap dengan baik
oleh usus ( Gibney, 2008).
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi
bahan makananan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi,
kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.
Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah
maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi
makanan yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan
(Masrizal, 2007). Asupan zat protein pada anak dapat dilihat dengan memantau asupan
makan selama 3 x 24 jam (Almatsier, 2010)

5. Penyerapan Zat Protein


Hasil pencernaan protein terutama berupa asam amino dan ini segera diserap dalam
waktu lima menit setelah makan . Absorbsi terutama terjadi dalam usus halus berupa empat
sistem absorbs aktif yang membutuhkan energi, yaitu masing – masing untuk asam amino
netral, asam amino asam dan basa, serta untuk prolin dan hidroksiprolin. Absorpsi ini
menggunakan mekanisme transport natrium seperti halnya pada absorpsi glukosa. Asam
amino yang diabsorbsi memasuki sirkulasi darah melalui vena porta dan dibawa kehati.
Sebagian asam amino digunakan oleh hati, dan sebagian lagi melalui sirkulasi darah dibawa
ke sel – sel jaringan. Kadang – kadang protein yang belum dicerna dapat memasuki mukosa
usus halus dan muncul dalam darah. Hal ini sering terjadi pada protein susu dan protein
telur yang dapat menimbulkan gejala alergi ( immunological sensitive protein ) yang
berpengaruh dalam penghambat maupun penyerapan zat gizi terutama zat besi (Almatsier,
2010)

6. Kebutuhan Zat Besi


Kebutuhan zat besi pada anak usia sekolah dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik dan
aktifitas fisik. Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti
pada bayi, anak-anak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat
pada kasus-kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit (Masrizal, 2007).
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengatahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang yang
bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas dan sikap serta perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
Dalam penelitian ini difokuskan pada faktor langsung dan faktor tidak langsung
karena yang paling berperan dalam mempengaruhi kejadian anemia pada anak usia sekolah.
Adapun faktor – faktor yang diteliti meliputi tingkat pendapatan perkapita keluarga, tingkat
pengetahuan anak usia sekolah dan asupan protein serta penyakit infeksi kecacingan.

Sumber
Handayani, Wiwik dan Haribowo, A.S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Rahman. Anemia pada Anak Usia Sekolah. Digital Library Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai