TINJAUAN PUSTAKA
Air Asam Tambang merupakan salah satu isu lingkungan yang berpotensi
terjadi di kegiatan penambangan baik batubara maupun bijih. Air asam tambang
terbentuk karena adanya mineral sulfida yang tersingkap akibat kegiatan
penggalian dan penimbunan batuan penutup. Mineral sulfida tersebut kontak dan
teroksidasi oleh oksidator utama yakni oksigen dan membentuk produk-produk
oksidasi. Produk-produk oksidasi tersebut kemudian terlindi oleh adanya air (air
hujan). Hal ini menyebabkan peningkatan keasaman di badan air penerima yang
ditandai dengan rendahnya nilai pH. Selain peningkatan keasaman, pembentukan
air asam tambang juga menyebabkan peningkatan terhadap konsentrasi logam-
logam terlarut di badan air penerima. (Abfertiawan, 2016)
Mineral Formula
Pyirite FeS2
Chalcolite Cu2S
Cuvellite CuS
Chalcopyrite CuFeS2
Molybdenite MoS2
Millerite NiS
Galena PbS
Sphalerite ZnS
Arsenopyrite FeAsS
(Abfertiawan, 2016)
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion
OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-
7 pada kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam
akan mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+
membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan
konsentrasinya.
(Anonim, 2019)
(Effendi, 2003).
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan
parameter parameter tertentu berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
(Pasal 1 Kepmen Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas
air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
(Anonim, 2019).