Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KOMPRES HANGAT DALAM MENURUNKAN SKALA

NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI NYERI REMATIK DI


PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG
TAHUN 2012

Oleh

MERY FANADA
WIDYAISWARA MUDA
BADAN DIKLAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

ABSTRAK

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar
sendi. Awitan penyakit ditandai oleh gejala umum inflamasi, poliartritis simetris, kekakuan di pagi hari
selama lebih dari satu jam, arthritis erosif, dan deformitas. Pengobatan penderita rematik dapat
dilakukan dengan metode farmakologi ataupun nonfarmakologi. Salah satu pengobatan dengan cara
nonfarmakologi adalah kompres hangat. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada klien
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu yang
memerlukannya.
Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan desain pre and post test only.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala
nyeri pada lansia yang mengalami nyeri rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang
tahun 2012. Sampel penelitian ini berjumlah 20 responden, dan dilakukan pengukuran skala nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat. pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala
nyeri pada penderita rematik akan dianalisis dengan menggunakan uji T Dependen. Hasil penelitian
berdasarkan uji T Dependen diperoleh nilai significancy 0,000 (ρ value < 0,05) menunjukkan adanya
perbedaan skala nyeri yang signifikan antara sebelum dikompres hangat dengan sesudah dikompres
hangat. diperoleh mean sebelum dikompres hangat 2.45 dengan standar deviasi 0.510, sedangkan pada
skala nyeri sesudah dikompres hangat didapatkan mean 0.20 dengan standar deviasi 0.410. sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada lansia yang
mengalami nyeri rematik.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
hendaknya mensosialisasikan terapi kompres hangat kepada para lansia penghuni panti agar lebih
mengenal dan dapat melakukan terapi ini secara mandiri.
Kata kunci : Rematik, Nyeri, Kompres Hangat.

ABSTRACT

Rheumatic is a disease affecting the joints And bone or supporting tissue around a joint.
Awitan disease characterized by a inflammatory symptom, poliartritis symmetrical, stiffness in the
morning for more than an hour, Arthritis erosive and deformity. The treatment of patients with
rheumatism can be conducted by Pharmacology or non pharmacology methods. One of the treatments
that used non pharmacology method is warm compresses. Warm compresses give a sense of warm to
the patient by using Liquids or instrument which gives a warm in a part of body.
This research is an pre experimental research by using pre as well as post test. The objectives
of this research are to find out the effect of warm compresses in decreasing the scale of pain in elderly
who suffered a rheumatic pain at tresnawerdateratai social parlor, Palembang 2012. The total sample is
20 respondents. And the measurement is done before and after the usage of warm compresses. The
effect of warm compresses in decreasing the scale of pain is tested by using independent t test. And the
significant of the test is 0,000 (ρ value is < 0,05) it shows that there are the significant difference
before the usage of warm compresses and after the usage of warm compresses. The total mean before
treatment is 2,45, the standard deviation is 0,510. After the treatment it can be shown that the total
mean is 0.20 and standard deviation is 0,410. And we can conclude that there is an effect of using
warm compresses in lowering the pain scale of rheumatic to elderly at tresnawerdateratai social parlor,
Palembang 2012.
Based on this research the writer suggested for tresnawerdaterataisocoal parlor to socialize the
warm compresses to the elderly so that they can use the warm compresses by themselves.
Keyword : Rheumatic, Pain, Warm Compresses

Perubahan tubuh terjadi sejak awal


1. PENDAHULUAN kehidupan hingga usia lanjut pada semua
organ dan jaringan tubuh. Keadaan itu tampak
1.1 Latar Belakang pula pada semua sistem muskuloskletal dan
Dampak kemajuan Ilmu Pengetahuan dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan
Teknologi (IPTEK), terutama bidang kemungkinan timbulnya beberapa golongan
kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan rematik (Darmojo, 2006). Dilihat dari data
seperti antibiotik yang mampu “menyerap” Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan
berbagai penyakit infeksi, berhasil Amerika melaporkan bahwa terdapat sekitar
menurunkan angka kematian bayi dan anak, 35 juta pasien rematik (Purwoastuti, 2009).
memperlambat kematian, memperbaiki gizi Gejala menuanya struktur penduduk juga
dan sanitasi sehingga kualitas dan umur terjadi di Indonesia. Penduduk lansia di
harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah Indonesia menunjukkan peningkatan yang
penduduk lanjut usia semakin bertambah absolut maupun relatif. Kalau pada tahun 1990
banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan jumlahnya hanya sekitar 10 juta maka pada
pesat (Nugroho, 2008). tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan
Saat ini di seluruh dunia, jumlah orang meningkat menjadi sekitar 29 juta, dengan
lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 Juta peningkatan dari 5,5% menjadi 11,4% dari
jiwa orang dengan usia rata-rata 60 tahun dan total populasi (Bustan, 2007). Rematik juga
diperkirakan pada tahun 2025 angka akan banyak menyerang lansia yang ada di
mencapai 1,2 milyar orang (Nugroho, 2008). Indonesia. Pada tahun 2006, Zeng Q.Y
Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik mendapatkan data berdasarkan penelitiannya
di negara maju maupun negara yang sedang bahwa prevalensi nyeri rematik di Indonesia
berkembang (Bustan, 2007). Di negara maju, mencapai 23,6-31,3% (Purwoastuti, 2009).
pertambahan populasi atau penduduk lanjut Dari data salah satu panti jompo di kota
usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20, Palembang, didapatkan bahwa jumlah lansia
tidak heran bila masyarakat di negara maju yang berada di Panti Tresna Werdha Teratai
mudah siap menghadapi pertambahan Palembang pada tahun 2011 adalah 67 orang.
populasi lanjut usia dengan aneka Pada tahun 2012 jumlah dua bulan terakhir 65
tantangannya yang sama, fenomena ini jelas orang yang terdiri dari 27 orang laki-laki dan
mendatangkan jumlah konsekuensi, antara lain 38 orang perempuan. Jumlah lansia yang
timbulnya masalah fisik, mental, serta menderita rematik sekitar 49% dari jumlah
kebutuhan pelayanan kesehatan dan lansia yang ada (Panti Tresna Werdha Teratai,
keperawatan, terutama kelainan degeneratif 2012).
(Nugroho, 2008). Dari hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di panti Tresna Werdha
Teratai Palembang, di ketahui bahwa lansia 1.3 Pertanyaan Peneliti
yang mengalami nyeri rematik tidak Bagaimana pengaruh kompres hangat
mendapatkan pengobatan khusus dan dalam menurunkan skala nyeri pada lansia
cenderung membiarkan nyeri yang diderita. yang mengalami nyeri rematik di Panti Sosial
Keterbatasan kemampuan fisik dan kurangnya Tresna Teratai Werdha Palembang tahun
pengetahuan menyebabkan lansia cenderung 2012?
membiarkan rasa nyeri yang dialami.
Penanganan penderita rematik 1.4 Tujuan Penelitian
difokuskan pada cara mengontrol rasa sakit, 1.4.1 Tujuan Umum
mengurangi kerusakan sendi, dan Tujuan umum penelitian ini adalah
meningkatkan atau mempertahankan fungsi untuk mengetahui pengaruh kompres hangat
dan kualitas hidup. Menurut American Collage dalam menurunkan skala nyeri pada lansia
Rheumatology, penanganan untuk rematik yang mengalami nyeri rematik di Panti Sosial
dapat meliputi terapi farmakologis (obat- Tresna Werdha Teratai Palembang tahun
obatan), nonfarmakologis dan tindakan operasi 2012.
(Purwoastuti, 2009).
Tindakan nonfarmakologis untuk 1.4.2 Tujuan Khusus
penderita nyeri rematik diantaranya adalah Tujuan khusus pada penelitian ini adalah
kompres, baik itu kompres dingin dan kompres a. Untuk mengetahui gambaran
hangat. Kompres dingin dan kompres hangat karakteristik responden (umur,
dapat menghilangkan nyeri (Potter, 2005). pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan) di
Menurut penelitian yang dilakukan Ana Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Wisdanora tahun 2012, dari 14 responden Palembang tahun 2012.
yang dibagi menjadi dua kelompok yakni 7 b. Untuk mengetahui skala nyeri pada
responden dalam kelompok kontrol yang tidak Lansia yang mengalami nyeri rematik
dilakukan intervensi dan 7 responden dalam sebelum mendapat terapi kompres hangat
kelompok intervensi yang diberikan kompres di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
dingin menghasilkan kesimpulan bahwa Palembang tahun 2012.
penurunan nyeri dengan menggunakan c. Untuk mengetahui skala nyeri pada
kompres dingin tidak berpengaruh. Sedangkan Lansia yang mengalami nyeri rematik
untuk kompres hangat sendiri, banyak sesudah mendapat terapi kompres hangat
referensi yang mengatakan bahwa kompres di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
hangat dapat menurunkan nyeri pada rematik, Palembang tahun 2012.
tapi menurut peneliti belum ada yang meneliti d. Untuk mengetahui perbedaan skala nyeri
secara ilmiah khususnya di Panti Tresna lansia yang mengalami nyeri rematik
Werdha Teratai Palembang. sebelum dan sesudah mendapat kompres
Berdasarkan fakta diatas, peneliti tertarik hangat di Panti Sosial Tresna Werdha
untuk meneliti bagaimana pengaruh kompres Palembang Teratai tahun 2012.
hangat dalam menurunkan skala nyeri pada
lansia (Lanjut Usia) yang mengalami nyeri 1.5 ` Manfaat Penelitian
rematik. 1.5.1 Bagi Peneliti
Merupakan salah satu penerapan
1.2 Rumusan Masalah ilmu pengetahuan yang telah didapat selama
Belum diketahuinya pengaruh kompres ini khususnya dibidang Keperawatan Gerontik.
hangat dalam menurunkan skala nyeri pada 1.5.2 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha
lansia yang mengalami nyeri rematik di Panti Teratai Palembang
Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang Penelitian ini dapat digunakan
tahun 2012. sebagai informasi dan sumbangan pemikiran
yang diharapkan dapat membantu
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian 2.2.3 Faktor Penyebab Rematik
Penelitian ini termasuk dalam lingkup Adapun faktor risiko penyebab
kajian ilmu keperawatan gerontik. Penelitian rematik dapat dikelompokkan menjadi dua,
ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha yakni faktor usia dan jenis kelamin serta faktor
Teratai Palembang. Sasaran subjek sebagai genetik.
responden dalam penelitian ini adalah lansia Semakin tinggi usia semakin tinggi
yang mengalami nyeri rematik. Penelitian ini resiko untuk rematik. Wanita lebih rawan
dilaksanakan pada tanggal 04 Mei 2012 s/d 22 terkena pengapuran. Faktor keturunan juga
Mei 2012. Penelitian ini dilakukan dengan dapat menimbulkan rematik jenis tertentu
menggunakan desain penelitian pre- seperti Rheumatoid Artritis serta Systemic
eksperimental dengan rancangan pre and post Lupus Erythematosus (SLE) (Purwoastuti,
test only design. 2009).
Menurut Corwin (2009), penyebab
2. TINJAUAN PUSTAKA Arthtitis Rematoid adalah bakteri,
mikroplasma, atau virus yang menginfeksi
2.1 Pengertian Menua sendi atau mirip sendi secara antigenik.
Menua atau menjadi tua adalah suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan 2.2.4 Patofisiologi
manusia ( Nugroho, 2008). Menurut Corwin (2009), Arthritis
rematoid merupakan penyakit autoimun yang
2.2 Rematik terjadi pada individu rentan setelah respons
2.2.1 Pengertian Rematik imun terhadap agen pemicu yang tidak
Rematik atau dikenal dengan arthritis diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri,
berasal dari dua kata yaitu arth artinya sendi, mikroplasma, atau virus yang menginfeksi
dan itis artinya radang, jadi arthritis artinya sendi atau mirip sendi secara antigenik.
radang sendi. Arthritis merupakan istilah Biasanya respons antibodi awal terhadap
umum yang meliputi sekelompok penyakit mikroorganisme diperantarai oleh IgG.
yang menyerang persendian. Semua penyakit Walaupun respons ini berhasil menghancurkan
sendi ini menyebabkan rasa nyeri, kaku dan mikroorganisme, individu yang menglami
bengkak Arthritis rematoid mulai membentuk antibodi
lain, biasanya IgM atau IgG. Antibodi yang
2.2.2 Tanda dan Gejala ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini
a. Kekakuan pada pagi hari di persendian disebut faktor rheumatoid (FR). FR menetap di
dan sekitarnya, selama 1 jam sebelum kapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi
perbaikan maksimal. kronis dan kerusakan jaringan. Arthritis
b. Rasa nyeri dan pembengkakan pada rematoid diperkirakan terjadi karena
persendian sekurang-kurangnya tiga predisposisi genetik terhadap penyakit
sendi secara bersamaan. autoimun dan menyebabkan siklus inflamasi
c. Pembengkakan pada kedua belah sendi dan kerusakan sendi.
yang sama.
d. Benjolan di bawah kulit pada penonjolan 2.3 Rematik Pada Lansia
tulang 2.3.1 Pengertian
e. Pada pemeriksaan darah terdapat titer Rematik sering tampak pada lansia.
abnormal faktor-rematoid kurang dari Karena salah satu faktor timbulnya rematik
5%. adalah usia, semakin tinggi usia maka semakin
f. Pada pemeriksaan radiologis pada tinggi resiko terjadinya rematik (Darmojo,
pergelangan tangan yang lurus 2006).
menunjukkan adanya erosi yang
beralokasi pada sendi atau daerah yang 2.3.2 Gangguan Rematik Pada Lansia
berdekatan dengan sendi.
Beberapa rematik yang terjadi pada 2.5.2 Tujuan Kompres Hangat
lansia adalah Osteoartritis, Osteoporosis, a. Memperlancar sirkulasi darah
Tendinitis, Bursitis, fibromyalgia, Low Back b. Mengurangi rasa sakit
Pain, Artropati Kristal, Gout, Arthritis c. Merangsang peristaltik usus
Rematoid, Polimyalgia Rheumatik, Arthritis d. Memperlancar pengeluaran getah radang
karena keganasan (Bjelle 1994 dalam (cairan eksudat)
Darmojo, 2006). e. Memberikan rasa hangat dan nyaman

2.4 Nyeri Rematik 2.5.3 Indikasi


2.4.1 Pengertian Nyeri a. Klien dengan perut kembung
Nyeri adalah suatu sensasi yang b. Klien yang kedinginan
disebabkan karena rusaknya jaringan, bisa c. Klien yang mengalami radang sendi
dikulit sampai jaringan yang paling dalam. d. Klien dengan kekejangan otot
2.4.2 Klasifikasi Nyeri e. Klien yang mengalami inflamasi
Menurut Darmojo (2006), f. Klien yang mengalami abses atau
berdasarkan pada sifatnya nyeri dibagi hematoma
menjadi dua, yaitu:
a. Nyeri tajam merupakan perasaan yang 3. KERANGKA KONSEP DAN
menyengat, rangsangannya sangat cepat HIPOTESIS
dijalarkan ke pusat. Biasanya terdapat di
kulit dan tidak terus menerus. 3.1 Kerangka Konsep
b. Nyeri tumpul merupakan rasa sakit di Variabel bebas dalam penelitian ini
kulit sampai jaringan yang lebih dalam, adalah skala nyeri lansia yang mengalami
terasa menyebab dan lambat di jalarkan nyeri rematik sebelum dikompres hangat dan
ke pusat dan sifatnya terus menerus. variabel terikatnya adalah skala nyeri lansia
yang mengalami nyeri rematik sesudah
2.4.3 Manajemen Nyeri dikompres hangat. Untuk lebih jelasnya
a. Sentuhan Terapeutik digambarkan dalam bentuk skema kerangka
b. Akupresur konsep sebagai berikut:
c. Relaksasi dan Teknik Imajinasi
d. Bimbingan Antisipasi Bagan 3.1 Kerangka Konsep
e. Distraksi Variabel Bebas Variabel Terikat
f. Hipnosis
g. Stimulasi Kutaneus
Kompres
Stimulasi kutaneus adalah Hangat
stimulasi kulit yang dilakukan untuk
menghilangkan nyeri. Massase, mandi Skala
air hangat, kompres dingin atau
Skala
kompres hangat merupakan langkah- nyeri nyeri
langkah sederhana dalam upaya sebelum sesudah
menurunkan persepsi nyeri
dikompres dikompres
.
2.5 Kompres Hangat Perawat
2.5.1 Pengertian
Mengompres dengan air berarti
memberikan rasa hangat pada klien dengan Keterangan : Diteliti
menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh Tidak diteliti
tertentu yang memerlukannya (Poltekkes
Kemenkes Maluku, 2011).
3.3 Hipotesis rematik, terdiri dari 12 responden perempuan
Ha:a. Adanya gambaran karakteristik dan 8 responden laki-laki dengan kisaran umur
responden (umur, pendidikan, jenis mulai dari 60 tahun sampai 80 tahun.
kelamin, pekerjaan)
b. Adanya skala nyeri pada lansia yang 4.2.2 Sampel
mengalami nyeri rematik sebelum Sampel pada penelitian ini adalah
mendapat terapi kompres hangat. lansia dengan nyeri rematik di Panti Sosial
c. Adanya skala nyeri pada lansia yang Tresna Werdha Teratai Palembang yang
mengalami nyeri rematik sesudah ditetapkan secara non probability sampling
mendapat terapi kompres hangat. (purposive sampling) yaitu suatu pengambilan
d. Adanya perbedaan skala nyeri lansia sampel didasarkan pada suatu pertimbangan
yang mengalami nyeri rematik tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
sebelum dan sesudah mendapat berdasarkan ciri-ciri atau kriteria inklusi yang
kompres hangat. telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2002). Sampel
pada penelitian adalah 20 responden.

4. METODE PENELITIAN 4.2.3 Kriteria


Sampel pada penelitian ini adalah
4.1 Desain Penelitian seluruh lansia rematik yang memenuhi kriteria
Desain penelitian ini adalah pre- inklusi sebagai berikut:
eksperimental dengan rancangan pre and post a. Meliputi usia lansia yakni 60 tahun
test only design. Penelitian ini memberikan keatas (Nugroho, 2008)
intervensi kepada responden yang akan b. Bersedia untuk dijadikan responden
dilakukan tindakan perlakuan dan c. Lansia rematik yang mengalami nyeri
membandingkan sebelum dan sesudah rematik
dilakukan intervensi.
Peneliti memberikan intervensi kepada 4.3 Tempat Penelitian
kelompok yang akan dilakukan tindakan Tempat penelitian di Panti Sosial Tresna
kompres hangat. Perlakuan dan Werdha Teratai Palembang tahun 2012.
membandingkan sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan kompres hangat. 4.4 Waktu Penelitian
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
berikut: 04 Mei 2012 s/d 22 Mei 2012.
x
Q1 Q2 4.5 Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian responden
Keterangan : akan menandatangani format persetujuan
Q1 :Sebelum dilakukan tindakan sebagai responden dalam penelitian ini, hal ini
kompres hangat dilakukan sebelum peneliti menyerahkan
Q2 : Setelah dilakukan tindakan kompres kuesioner.
hangat
x : Tindakan kompres hangat 4.6 Pengukuran Dan Pengamatan
Variabel
Pengukuran dan pengamatan variabel
4.2 Populasi dan Sampel dilakukan dengan cara penilaian dengan
4.2.1 Populasi menggunakan pertanyaan dari kuesioner
Populasi dalam penelitian ini adalah tentang skala nyeri rematik sebelum dilakukan
seluruh lansia yang mengalami nyeri rematik kompres hangat, dan setelah dilakukan
di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai kompres hangat.
Palembang tahun 2012. Dari 65 orang lansia
terdapat 32 orang lansia yang mengalami nyeri 4.7 Teknik Analisa Data
5. HASIL PENELITIAN
4.7.1 Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan dengan 5.1 Analisis Univariat
analisis distribusi frekuensi dan hasil statistik
deskriptif dari variabel yang diteliti meliputi a. Tingkat Nyeri Rematik Sebelum
mean, median, standart deviasi, nilai minimal Dilakukan Kompres Hangat
dan maksimal. Pada penelitian ini analisa
univariat dilakukan meliputi variabel Tabel 5.1
independen skala nyeri sebelum dan sesudah Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri
dilakukan terapi kompres hangat Rematik Sebelum Dilakukan Kompres
Hangat di Panti Sosial Tresna Werdha
4.7.2 Analisa Bivariat Teratai Palembang Tahun 2012
Analisa bivariat dilakukan untuk
melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah Hasil
mendapatkan perlakuan, analisis bivariat Ukur 95%
dilakukan dengan cara : Uji T Dependen. Variabel Mean SD Skala CI
Nyeri
Uji dilakukan untuk mengidentifikasi
hubungan variabel bebas dan varibel terikat. 2.21-
Nyeri 2.45 0.510 2-3
Untuk membedakan nyeri rematik sebelum 2.69
Sebelum
dilakukan terapi kompres hangat dengan
setelah dilakukan terapi kompres hangat. Uji Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat
statistik menggunakan uji T dependent dengan bahwa distribusi frekuensi tingkat nyeri
tingkat kemaknaan 95% (α 0,05). rematik sebelum dilakukan kompres hangat
didapatkan nilai rata-rata 2.45, diyakini pada
(95% CI : 2.21 – 2.69) dengan standar deviasi
0.510, nyeri rematik sebelum dilakukan
kompres hangat didapat hasil ukur skala nyeri
paling tinggi adalah 3 dan paling rendah
adalah 2.

b. Tingkat Nyeri Rematik Sesudah


Dilakukan Kompres Hangat

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri
Rematik Sesudah Dilakukan Kompres
Hangat di Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai Palembang Tahun 2012
Hasil
Ukur 95% d. Jenis kelamin responden dengan rematik
Variabel Mean SD yang mendapatkan tindakan kompres
Skala CI
Nyeri hangat

Tabel 5.4
Nyeri 0.01-
0.20 0.410 0-1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Sesudah 0.39
Responden Dengan Rematik Yang
Mendapatkan Tindakan Kompres Hangat
di Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang Tahun 2012
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat
bahwa distribusi frekuensi tingkat nyeri Persentase
sesudah dilakukan kompres hangat didapatkan Variabel Frekuensi
(%)
nilai rata-rata 0.20, diyakini pada (95% CI :
0.01-0.39) dengan standar deviasi 0.410, nyeri Jenis
rematik sebelum dilakukan kompres hangat Kelamin
didapat hasil ukur skala nyeri paling tinggi Perempuan
adalah 1 dan paling rendah adalah 0. 12 60
Laki-laki 8 40

c. Umur Responden dengan rematik yang N 20 100


mendapat tindakan kompres hangat
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat
Tabel 5.3 bahwa responden terbanyak ialah perempuan
Distribusi Umur Responden Dengan sebanyak 12 responden (60%).
Rematik Yang Mendapat Tindakan
Kompres Hangat di Panti Sosial Tresna e. Pendidikan responden dengan rematik
Werdha Teratai Palembang yang mendapat tindakan kompres hangat
Tahun 2012
Tabel 5.5
Persentase Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
Variabel Frekuensi Dengan Rematik Yang Mendapatkan
(%)
Tindakan Kompres Hangat di Panti Sosial
Umur Tresna Werdha Teratai Palembang Tahun
(dalam 2012
tahun)
16 80
60-70 Persentase
4 20 Variabel Frekuensi
71-80 (%)
Pendidikan
N 20 100
Tidak
Sekolah 13 65
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat
Pendidikan
distribusi umur responden yang mendapatkan 7 35
Rendah
tindakan kompres hangat menunjukkan bahwa
kisaran umur responden yang paling tinggi N 20 100
adalah umur 60-70 tahun (80%). Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat
bahwa tingkat pendidikan responden
terbanyak ialah tidak sekolah sebanyak 13
responden (65%)
f. Pekerjaan responden dengan rematik Tingkat Sig
Mea
yang mendapat tindakan kompres hangat Nyeri SD SE (2- N
n
Rematik tailed)
Tabel 5.6 Sebelum
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden dilakukan 2.4 0.51 0.11
Dengan Rematik Yang Mandapat Tindakan kompres 5 0 4
Kompres Hangat di Panti Sosial Tresna 0.00
hangat 20
Werdha Teratai Palembang Tahun 2012 0
Sesudah
dilakukan 0.2 0.41 0.09
Persentase kompres 0 0 2
Variabel Frekuensi
(%) hangat
Pekerjaan
Dari hasil uji statistik T dependen
Tidak Bekerja 17 85 didapatkan mean tingkat nyeri rematik
Bekerja 3 15 sebelum dilakukan kompres hangat adalah
2.45, dengan standar deviasi 0.510. Pada saat
N 20 100 sesudah dilakukan kompres hangat tingkat
nyeri rematik didapatkan mean 0.20 dengan
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat standar deviasi 0.410. Maka dapat dilihat
bahwa gambaran status pekerjaan resopnden perbedaan nilai mean antara sebelum dan
diketahui banyak yang tidak bekerja yakni sesudah dilakukan kompres hangat adalah
sebanyak 17 responden (85%). 2.250 dengan standar deviasi 0.550. Dan dari
uji statistik T dependen didapatkan nilai p
5.2 Analisis Bivariat Variabel Penelitian value 0.000 maka dapat disimpulkan ada
Analisis bivariat dilakukan untuk perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri
melihat perbedaan antara sebelum dan sesudah pada lansia yang mengalami rematik sebelum
dilakukan kompres hangat. dilakukan kompres hangat degan tingkat nyeri
rematik sesudah dilakukan kompres hangat.
UJI T Dependen
Perbedaan tingkat nyeri pada Lansia 6. PEMBAHASAN
dengan rematik sebelum dan sesudah dilkukan
kompres hangat: 6.1 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari banyaknya
Tabel 5.7 keterbatasan yang dialami selama penelitian
Perbedaan rata-rata antara variabel nyeri dilaksanakan, sehingga dapat mempengaruhi
rematik sebelum dan sesudah dilakukan hasil penelitian ini. Adapun keterbatasan yang
kompres hangat dipanti sosial tresna peneliti alami, yaitu:
werdha teratai palembang a. Sampel penelitian ini adalah 32
Tahun 2012 responden, tapi pada penelitian
dilapangan hanya 20 responden yang
memenuhi kriteria inklusi. 12 responden
lainnnya tidak memenuhi kriterian
inklusi yang telah detetapkan,
diantaranya tidak bersedia menjadi
responden dan umur < 60 tahun.
b. Karena jam penelitian ditentukan oleh
pihak Panti Sosial Tresna Werdha
Teratai Palembang sehingga waktu yang
diharapkan tidak bisa dilakukan.
c. Alat ukur yang digunakan adalah 6.2.3Perbedaan Tingkat Nyeri Rematik
kuesioner skala nyeri FPRS yang Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah
pengukuran nyerinya mengobservasi Dilakukan Kompres Hangat
ekspresi wajah. Pada penelitian ini yang Berdasarkan hasil analisis bivariat
diteliti adalah para lansia yang ekspresi didapatkan nilai rata-rata tingkat nyeri rematik
wajahnya lebih sulit untuk diobservasi.. sebelum dilakukan kompres hangat adalah
2.45, dengan standar deviasi 0.510, sedangkan
6.2 Analisis Hasil Penelitian tingkat nyeri rematik sesudah dilakukan
6.2.1 Tingkat Nyeri Rematik Pada kompres hangat didapat nilai rata-rata lebih
Pengukuran Sebelum Dilakukan Kompres rendah yaitu 0.20, dengan standar deviasi
Hangat 0.410. Berdasarkan uji statistik T test
Berdasarkan hasil analisa pada dependen didapatkan nilai signifikan 0.000 (ρ
penelitian yang telah dilakukan dari 20 < 0.05), maka dapat disimpulkan ada
responden menunjukkan bahwa skala nyeri perbedaan yang signifikan antara pengukuran
rematik sebelum dilakukan kompres hangat tingkat nyeri sebelum dilakukan kompres
ialah lebih menyakitkan sebanyak 11 hangat dengan pengukuran tingkat nyeri
responden (55%), dan lebih menyakitkan lagi sesudah dilakukan kompres hangat.
sebanyak 9 responden (45%). Berdasarkan hasil penelitian peneliti
Berdasarkan penelitian diatas dapat berpendapat bahwa pada pengukuran sebelum
ditarik kesimpulan bahwa gejala yang sering dan sesudah dilakukan tindakan kompres
muncul pada penyakit rematik adalah nyeri hangat pada tingkat nyeri mengalami
dengan skala lebih menyakitkan lagi dengan penurunan, dimana diperoleh tingkat nyeri dari
ciri-ciri responden malas berkomunikasi lebih menyakitkan lagi menjadi tidak
walaupun hanya sekedar menjawab menyakitkan, dengan sikap responden sebelum
pertanyaan, ekpresi nyeri dengan meringis dilakukan kompres hangat yang malas
tampak jelas sambil dahi bekerut keras, berkomunikasi walaupun hanya sekedar
responden terkadang tidak dapat mengikuti menjawab pertanyaan, ekpresi nyeri dengan
perintah tapi masih respon teerhadap tindakan, meringis tampak jelas sambil dahi berkerut
dapat menunjukkan lokasi nyeri dan tidak keras, responden terkadang tidak dapat
dapat mendeskripsikannya. mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri dan
6.2.2 Tingkat Nyeri Rematik Pada tidak dapat mendeskripsikannya, sedangkan
Pengukuran Sesudah Dilakukan Kompres skala nyeri tidak menyakitkan sesudah
Hangat dilakukan kompres hangat dengan sikap
Berdasarkan hasil analisa pada penelitian responden yang masih mampu berkomunikasi
yang telah dilakukan dari 20 responden aktif, tersenym, bercanda, dan ceria.
menunjukkan bahwa skala nyeri rematik `
sesudah dilakukan kompres hangat ialah tidak 7. KESIMPULAN DAN SARAN
menyakitkan sebanyak 16 responden (80%),
dan sedikit menyakitkan sebanyak 4 responden 7.1 Kesimpulan
(20%). Dari hasil penelitian dan pembahasan
Dari penelitian dapat dilihat bahwa pada pada bab sebelumnya, maka dapat
pengukuran tingkat nyeri sesudah dilakukan disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
kompres hangat mengalami penurunan, a. Karakteristik responden rematik diketahui
sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan yang tidak sekolah yaitu 35% dan
kompres hangat yang dilakukan dapat berpendidikan rendah yaitu 65%, yang tidak
menurunkan tingkat nyeri pada rematik. bekerja lebih banyak dibandingkan dengan
yang bekerja yaitu 85%, dan umur responden
semua ≥ 60 tahun, serta karakteristik jenis
kelamin laki-laki 40% dan perempuan 60%.
b. Tingkat nyeri rematik pada lansia sebelum berbeda, cakupan responden yang lebih luas,
dilakukan kompres hangat sebanyak 20 dan lokasi penelitian yang berbeda, serta
responden dengan nilai rata-rata 2.45, yaitu media pengompresan yang berbeda.
nyeri lebih menyakitkan dengan skala nyeri 2
sebanyak 11 responden (55%) kemudian nyeri DAFTAR PUSTAKA
lebih menyakitkan lagi dengan skala nyeri 3
sebanyak 9 responden (45%). Brunner & Suddarth. 2002
c. Tingkat nyeri rematik pada lansia sesudah Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
dilakukan kompres hangat sebanyak 20 Brunner & Suddarth. EGC. Jakarta
responden dengan nilai rata-rata 0.20, yaitu
tidak nyeri dengan skala nyeri 0 sebanyak 16 Bustan, M.N. 2007
responden (80%) kemudian nyeri sedikit Penyakit Tidak Menular. Edisi revisi.
menyakitkan dengan skala nyeri 2 sebanyak 4 Rineka Cipta. Jakarta
responden (20%).
d. Berdasarkan uji statistik menunjukkan (ρ Corwin, Elizabeth J. 2009
value = 0.000, α = 0.05), maka didapatkan ada Patofisiologi: buku saku. EGC. Jakarta
perbedaan yang signifikan antara pengukran
tingkat nyeri sebelum dilakukan kompres Darmojo, R.B & Martono, H.H. 2006
hangat dengan pengukuran nyeri sesudah Geriatri. Edisi ke-3. Fakultas Kedokteran
dilakukan kompres hangat. Sehingga dapat Universitas Indonesia. Jakarta
disimpulkan bahwa tindakan kompres hangat
yang dilakukan sesuai dengan aturan dapat Davies, K. 2007
menurunkan tingkat nyeri pada lansia yang Nyeri Tulang dan Otot.Erlangga.
mengalami nyeri rematik.
Handoyo, D. 2008
7.2 Saran Pengaruh Pemberian Kompres Hangat
Adapun saran yang dapat diberikan Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Pasca
peneliti terkait dengan penelitian ini adalah Bedah Sesar Dengan Spinal Anesthesia Di
sebagai berikut : Rumah Sakit Pku Muhammadiyah
Surakarta.
7.2.1 Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (online)(http://www.google.com)
Teratai
a. Diharapkan untuk para lansia agar dapat Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008
menggunakan tindakan kompres hangat Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
sebagai pengobatan non farmakologi untuk Salemba Medika. Jakarta
mengatasi nyeri rematik sesuai dengan cara
yang telah diajarkan secara mandiri.
b. Diharapkan kepada pihak panti untuk dapat Hidayat, A. Aziz Alimul . 2008
memberikan penyuluhan tentang tindakan non Riset Keperawatan dan Tekinik Penulisan
farmakologi terutama kompres hangat kepada Ilmiah. Salemba Medika. Jakarta
para lansia yang ada dipanti yang belum
mengtahui manfaat dan cara yang tepat . 2009
memberikan kompres hangat pada area yang Metode Penelitian Keperawatan dan
dirasakan nyeri. Teknik Analisis Data. Salemba Medika.
Jakarta
7.2.3 Bagi Peniliti Selanjutnya Lukman & Ningsih, N. 2009
Diharapkan dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
penelitian lebih lanjut tentang tindakan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Salemba
kompres hangat sebagai upaya pencegahan Medika. Jakarta
dan pengobatan nyeri rematik dengan
menggunakan rancangan penelitian yang Mahmud, M.H. 2007
Terapi Air. QultumMedia. Jakarta
Rahma,O. 2010
Narastri, 2006 Hubungan Sikap Caring Perawat
Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga
Intensitas Nyeri Rematik di Panti Sosial Pasien Kritis di Instalasi Rawat Intensif
Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta. (ICU) RSMH Palembang Tahun 2010.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Program Studi Ilmu Keperawatan STIK
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Bina Husada.
Yogyakarta. (Online)(isjd.pdii.lipi.go.id,
diakses 4 juni 2012) Sari, P.S. 2011
Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam
Notoatmojo, S. 2002 Untuk Mengurangi Nyeri Dismenore Pada
Metode Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Remaja Putri di SMA Muhamadiyah2
Rineka Cipta. Jakarta Palembang. Program Studi Ilmu
Keperawatan STIK Bina Husada.
Nugroho,W. 2008
Keperawatan Gerontik & Geriatrik. EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2002
Jakarta Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. EGC. Jakarta
Nursalam. 2003
Konsep & Penerapan Metodologi Takasihaeng, Jan. 2002
Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Hidup Sehat di Usia Lanjut. Kompas
Medika. Jakarta Medika Nusantara. Jakarta

Nursalam. 2008 Wisdanora, A. 2010


Konsep dan Penerapan Metodologi Pengaruh Kompres Dingin Kirbat Es
Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid
Medika. Jakarta Arthritis. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Poltekkes Kemenkes Maluku. 2011
Penuntun Keterampilan Kritis II untuk
Mahasiswa D-3 Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta

Potter, Patricia A.2005


Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. EGC. Jakarta

Purwoastuti,E. 2009
Waspadai Gangguan Rematik. Kanisius.
Yogyakarta

Prasetyo, Sigit Nian. 2010


Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Graha Ilmu. Yogyakarta
Price, Sylvia A. 2006
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta
Kode Umur Pendidikan Jenis Pekerjaan Nyeri Nyeri
Responden Terakhir Kelamin sebelum sesudah
dilakukan dilakukan
kompres kompres
hangat hangat
1 68 2 2 2 3 0
2 63 2 1 2 2 0
3 67 2 2 2 3 1
4 70 2 1 2 2 0
5 60 1 1 1 2 0
6 60 2 2 2 3 0
7 68 2 2 2 3 0
8 80 1 2 2 2 0
9 65 2 2 2 3 0
10 65 2 1 2 2 0
11 71 2 2 1 2 0
12 70 1 2 2 3 1
13 60 1 2 2 2 0
14 74 2 1 2 2 0
15 76 2 1 2 2 0
16 70 1 1 1 2 1
17 60 1 2 2 3 0
18 68 2 2 2 3 1
19 65 1 2 2 3 0
20 65 2 1 2 2 0

Lampiran SPSS
UJI T DEPENDENT

Paired Samples Statistics


Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 Nyeri sebelum 2.45 20 .510 .114
dilakukan kompres
hangat
Nyeri sesudah dilakukan .20 20 .410 .092
kompres hangat

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Nyeri sebelum dilakukan 20 .302 .196
kompres hangat & nyeri
sesudah dilakukan kompres
hangat

Paired Samples Test


Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Nyeri sebelum 2.250 .550 .123 1.993 2.507 18.291 19 .000
dilakukan kompres
hangat – nyeri
sesudah dilakukan
kompres hangat
UNIVARIAT

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nyeri sebelum 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
dilakukan
kompres hangat

Descriptives
Statistic Std. Error
nyeri sebelum Mean 2.45 .114
dilakukan 95% Confidence Lower Bound 2.21
kompres Interval for Mean Upper Bound 2.69
hangat
5% Trimmed Mean 2.44
Median 2.00
Variance .261
Std. Deviation .510
Minimum 2
Maximum 3
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness .218 .512
Kurtosis -2.183 .992
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nyeri sesudah 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%
dilakukan
kompres hangat

Descriptives
Statistic Std. Error
Nyeri sesudah Mean .20 .092
dilakukan
95% Confidence Lower Bound .01
kompres
Interval for Mean Upper Bound .39
hangat
5% Trimmed Mean .17
Median .00
Variance .168
Std. Deviation .410
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 1.624 .512
Kurtosis .699 .992

Anda mungkin juga menyukai