BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Menghitung karakteristik dari pompa sentrifugal
Menghitung efisiensi dari dari pompa single pump dan paralel pump
b. Paralel
d. Axial
Axial flow impeller disebut juga propeller dimana dapat dipasang
secara tetap atau dapat diubah-ubah ketika pompa dibuka maupun diubah-
ubah pada saat pompa tersebut dioperasikan. Pompa dengan impeller ini
digunakan untuk memompa cairan dengan kapasitas yang besar tetapi total
head yang dicapai relatif rendah. Contoh penggunaan pompa axial impeller
ini adalah untuk pompa penanggulangan banjir, pompa irigasi, pompa air
pendingin pembangkit tenaga listrik dan lain-lain.
e. Radial
Untuk membantu bentuk sudu-sudu tersebut maka pada setiap radial
impeller dilengkapi dengan cover plate pada bagian belakang dan juga
kadang-kadang pada bagian depannnya. Cover plate ini juga secara
otomatis menimbulkan kerugian akibat gesekan dengan cairan. Untuk
memperbaiki dalam hal ini meningkatkan efesiensi atau menurunkan nilai
NSPH, impeller harus dibuat beberapa sudu.
f. Mixed Flow
Type impleller ini dapat dikatakan sama dengan radial impeller
hanya berbeda pada arah alirannya saja. Biasanya impeller ini dipergunakan
untuk memompakan cairan dengan kapasitas besar dengan total head yang
relatif rendah dibandingkan dengan radial impeller tapi lebih tinggi dari
axial impeller. Impeller ini dapat berbentuk terbuka dan tertutup.
Daya Hidrolis
Daya hidrolis adalah daya yang diperlukan oleh pompa untuk
mengangkat sejumlah zat cair pada ketinggian tertentu. Daya hidrolis
dapat dicari dengan persamaan berikut :
6. Head
Head adalah energi mekanik yang terkandung dalam satu satuan berat zat
cair yang mengalir. Secara umum head dirumuskan sebagai:
Keterangan:
P : tekanan zat cair (N/m2)
v : rata-rata kecepatan aliran zat cair (m/s)
Head total adalah gabungan antara static head (Hs), pressure head
(Hp), velocity head (Hv) dan ditambah losses karena friction (Hf) pada
suction dan discharge pump.
Penurunan satuan :
Dimana :
Z1 : ketinggian permukaan cairan pada tanki suction (m)
Z2 : ketinggian permukaan cairan pada tanki discharge (m)
Penurunan satuan :
Dimana :
P1-P2 : beda tekanan pada permukaan antara dua tangki yang
diukur(N/m2 )
R : berat jenis cairan (kg/m3 )
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Dimana :
v1 : kecepatan rata-rata aliran dititik 1, suction (m/s)
v2 : kecepatan rata-rata aliran dititik 2, discharge (m/s)
d. Head Losses
Merupakan head yang diperlukan untuk mengatasi kerugian gesekan pada
pipa (head loss minor) serta head yang diperlukan untuk mengatasi
kerugian karena panjang pipa (head loss major).
Head Loss Major
Head loss major adalah kerugian yang diakibatkan karena adanya
gesekan dalam pipa. Secara matematis dirumuskan dengan:
Dimana :
λ: koefisien kerugian gesekan
L : panjang pipa (m)
D : diameter pipa (m)
Dimana :
f : koefisien kerugian karena perlengkapan pipa
v : rata-rata kecepatan aliran zat cair (m/s)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Susunan Paralel
Susunan paralel dapat digunakan bila diperlukan kapasitas yang besar yang
tidak dapat
dihandle oleh satu pompa saja, atau bila diperlukan pompa cadangan yang akan
dipergunakan bila pompa utama rusak/diperbaiki.
Penyusunan pompa secara paralel dapat digambarkan sebagai berikut :
Agar unjuk kerja pompa yang disusun seri/parael optimal, maka sebaiknya
digunakan
Gambar 1.11. Operasi Seri dan Paralel dari pompa‐pompa dengan karakteristik
yang sama
berpindah ke (B). Disini terlihat bahwa kapasitas dititik (B) tidak sama dengan
dua kali lipat kapasitas dititik (A), karena ada perubahan (kenaikan) head sistem.
Jika sistem mempunyai kurva karakteristik seperti R2 maka laju aliran akan sama
untuk susunan seri maupun paralel. Namun jika karakteristik sistem adalah seperti
R1 dan R3 maka akan diperlukan pompa dalam susunan paralel atau seri. Susunan
paralel pada umumnya untuk laju aliran besar, dan susunan seri untuk head yang
tinggi pada operasi. Untuk susunan seri, karena pompa kedua menghisap zat cair
bertekanan dari pertama, maka perlu perhatian khusus dalam hal kekuatan
konstruksi dan kerapatan terhadap kebocoran dari rumah pompa.
beroperasi dititik (D) dengan kapasitas Q1 dan pompa (2) beroperasi dititik (E)
dengan kapasitas aliran Q2. Laju aliran total Q = Q1 + Q2. Apabila kurva head‐
kapasitas sistem naik lebih curam dari pada R2, maka pompa (1) tidak dapat lagi
menghasilkan aliran keluar karena head yang dimiliki tidak tinggi untuk melawan
head sistem. Bahkan jika head sistem lebih tinggi dari pada head ini pompa, aliran
akan membalik masuk kedalam pompa (1). Untuk mencegah aliran balik ini
pompa perlu dilengkapi dengan katup cegah (check valve) pada pipa keluarnya.
Kondisi operasi seperti ini pada umumnya tidak dikehendaki. Jadi untuk operasi
paralel sebaiknya dipakai pompa-pompa dengan head tertutup (shut‐off head)
yang tidak terlalu berbeda.
BAB II
METODOLOGI
Hydraulic bench
Pompa FI-27
Penjepit selang
Selang
Stopwatch
Sambungan pipa tee
Discharge Manifold
Orifice Plate
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Hd parallel = 0.24 m
Hd seri = 0,02 m
Hd single = 0.17 m
3.3 Pembahasan
Pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah mengalirkan air pada
alat Hydraulic Bench dengan menggunakan pompa yang disusun secara tunggal,
seri, dan paralel. Parameter yang dijadikan variasi untuk mengetahui karakteristik
pompa adalah discharge control valve head (Hm) yang terbaca pada indicator
pressure pada valve 0. Variasi nilai hm yang digunakan adalah 0, 2, 4, 6, 8, 10
mH2O. Variasi nilai hm ini didapat dari pengaturan putaran valve 0 hingga
menghasilkan laju alir yang diinginkan. Hubungan antara laju alir dan Hm dapat
dilihat dari grafik dibawah ini:
Grafik Q vs Hm
0,003
0,0025
0,002
Q (L/menit)
paralel
0,0015
seri
0,001
p1
0,0005 p2
0
0 2 4 6 8 10 12
Hm
Proses pengaliran air dijalankan dengan system operasi seri, parallel dan
single pump. Pada setiap system operasi pengaliran air dicatat nilai daya input dari
pompa dengan menggunakan watt meter. Dari praktikum ini didapat data head
input (hi) dan head output (ho) untuk setiap system operasi sehingga daya output
(Wo) dan overall efisiensi dari pompa untuk setiap system operasi dapat
ditentukan. Dari data head input (hi) dan head output (ho) didapat data total head.
Pengaruh total head terhadap laju alir pada setiap system operasi (single pump1,
single pump 2, seri dan paralel) dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
20
18
16
14
12
paralel
10
H
Seri
8
P1
6
4 P2
2
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003
Q
Setelah menentukan nilai total head (H), maka dapat ditentukan nilai daya
output (Wo) yang merupakan energi yang diberikan oleh pompa untuk
mengalirkan fluida pada laju alir tertentu tiap satuan waktu. Dari diperolehnya
nilai Wo maka dapat ditentukan nilai overall efisiensi sehingga kemudian dapat
dibuat grafik hubungan antara H dengan overall efisiensi yang dpat dilihat di
bawah ini :
20
18
16
14
12
paralel
H (m)
10
seri
8
single pump 1
6
4 single pump 2
2
0
0 5 10 15 20 25 30
overall effisiensi (%)
Dari grafik diatas dapat dillihat bahwa sistem parallel memiliki efisiensi
yang lebih besar dibandingkan dengan seri dan single pump pada nilai Hm yang
sama.
Dari grafik diatas dapat diartikan bahwa single pump memiliki efisiensi
yang lebih besar dibandingkan dengan paralel pump dan seri pump pada nilai
head yang sama. Sedangakn single pump (pump 1) memiliki efisiensi terkecil
karena total head, daya, dan laju alir yang dihasilkan oleh pompa 1 paling kecil.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
untuk nilai hm (head discharge control valve) yang sama maka:
o parallel pump akan menghasilkan total head dan laju alir
yang lebih besar dibandingkan dengan single pump dan seri
pump.
o Dan single pump 2 menghasilkan total head dan laju alir
yang tidak jauh berbeda dibanding single pump 2.
Untuk seri pump, hanya dengan sedikit menigkatkan laju alir maka
nilai total head yag akan dihasilkan akan menurun secara
signifikan. Artinya pada seri pump terjadi perubahan signifikan
total head yang dibutuhkan terhadap laju alir.
Efisiensi pompa terbesar dihasilkan oleh pompa paralel (single
pump) yaitu sekitar 26.42%