Anda di halaman 1dari 16

Makalah Metode Penelitian Pendidikan Islam

OLEH: M .AMIN KUTBI, S.Pd.I

Pendahuluan

Dunia pendidikan saat ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari soal
rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai kepada
persoalan guru, metode, kurikulum dan lain sebagainya.

Dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih terus dilakukan dengan berbagai
upaya. Tetapi upaya yang demikian itu tampaknya perlu dilacak pada akar permasalahannya
yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Kita ketahui bahwa secara umum filsafat berupaya
menjelaskan inti dari segala yang ada, dan karena itu filsafat dikenal sebagai induk segala ilmu.

Filsafat pendidikan Islam secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang terdapat
dalam dunia pendidikan. Misalnya berkaitan dengan masalah metode pendidikan seperti yang
akan kita bahas dalam makalah ini. Untuk itu perlu untuk kita ketahui apa yang dimaksud dengan
metode pendidikan Islam dan fungsinya serta metode-metode apa saja yang terdapat dalam dunia
pendidikan.

Tujuan dari makalah ini agar kita mengetahui dan memikirkan bagaimana menggunakan
metode pendidikan ketika terjun dalam masyarakat. Baik secara langsung maupun tidak
langsung. Karena dengan mengetahuinya kita setidaknya sudah bisa mengantisipasi segala
problem yang akan kita hadapi saat berada dalam masyarakat khususnya dalam hal pendidikan.

A. Pengertian Metode Pendidikan Islam

Dalam bab ini kita akan membahas tentang pengertian Metode Pendidikan Islam. Dimana setiap
kata akan kita bahas satu persatu yaitu: metode, Pendidikan, Pendidikan Islam, Metode
Pendidikan, Dan metode Pendidikan Islam. Tujuannya agar pembaca lebih memahami secara
mendalam tentang Metode Pendidikan Islam ini.

1. Pengertian Metode

Kata metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri dari kata "meta" yang
berarti melalui, dan kata "hodos" yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang
dilalui.[1] Runes, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis
menerangkan bahwa metode adalah (1) Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu
tujuan. (2) Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari
suatu materi tertentu. (3) Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu
prosedur.[2] Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk
menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan.[3]Ada lagi
pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai
tujuan.[4] Jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai cara
untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau
tersistematisasikannya suatu pemikiran.

Dalam bahasa Arab metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang digunakan
kata al-thariqah, Manhaj, dan al-Wasilah. Al-thariqah berarti jalan, Manhaj berarti sistem,
dan al-Wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan demikian, kata arab yang dekat dengan
arti metode adalah Al-thariqah. Kata-kata serupa ini banyak dijumpai dalam al-Qur'an menurut
Muhammad Fuad Abd al-Baqi didalam al-Qur'an kata al-Thariqahdiulang sebanyak sembilan
kali. Kata ini terkadang dihubungkan dengan objeknya yang dituju oleh al-Thariqahseperti
neraka, sehingga jalan menuju neraka (Q.S 4:169) terkadang dihubungkan dengan sifat dari jalan
tersebut, seperti al-Thariqah al-Mustaqimah yang diartikan jalan yang lurus (Q.S. 46:30).[5]

Mohammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti
memberi paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata
pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas,
dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu. Kemudian Prof. Abd al-
Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk
menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Adapun Adgar Bruce Wesley mendefinisikan metode
sebagai kegiatan yang terarah bagi guru yang menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar,
hingga pengajaran menjadi berkesan.[6]

Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai sifat ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan
monopragmatis. Polipragmatis, bilamana metode itu mengandung kegunaan yang serba
ganda (multipurpoce). Misalnya, suatu metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu
dapat dipergunakan untuk merusak, dan pada situasi dan kondisi yang lain dapat dipergunakan
untuk memperbaiki dan membangun. Contohnya, penggunaan video cassete recorder (VRC)
untuk merekam semua jenis film, baik fornografis maupun yang moralis, yang hal itu bila
dipergunakan sebagai media pembelajaran, maka sasarannya dapat merusak disamping dapat
memperbaiki atau membangun. Monopragmatis adalah alat yang hanya dapat dipergunakan
untuk mencapai satu macam tujuan. Misalnya, laboratorium ilmu alam, hanya dapat
dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang ilmu alam, tidak dapat dipergunakan untuk
eksperimen bidang ilmu lain.[7]
2. Pengertian Pendidikan Islam

Setelah kita membahas tentang metode, selanjutnya kita akan membahas tentang
pendidikan Islam. Tetapi terlebih dahulu kita akan membahas tentang pendidikan. Banyak para
pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara berbeda-beda tetapi pada intinya sama.

Beberapa ahli pendidikan di Barat yang memberikan arti pendidikan sebagai proses
antara lain: Menurut Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana
semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi
oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang
secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri
mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.

Menurut William Mc Gucken, SJ, seorang tokoh pendidikan Katolik berpendapat bahwa
pendidikan diartikan oleh ahli Scholaktik, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari
kemampuan-kemampuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang
diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan Penciptanya sebagai tujuan akhir.[8]

Menurut Prof. Sugarda Purbakawaca, dalam "Ensiklopedi Pendidikan"nya, memberikan


pengertian pendidikan, sebagai berikut: "Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan
dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya
serta ketrampilannya (orang menamakan ini juga "mengalihkan" kebudayaan, dalam bahasa
Belanda: Cultuurover dracht) kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani."[9]

Setelah membahas Pendidikan selanjutnya kita akan memaparkan tentang pendidikan Islam.
Berikut ini adalah beberapa pengertian Pendidikan Islam secara terminologi yang diformulasikan
oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah:

a. Menurut al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah


tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam
sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai
suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.

b. Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya


mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan
berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut,
diharapkan bisa membentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang
berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.

c. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau


pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta
didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil)

d. Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh
seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[10]

Dari batasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan
dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

3. Metode Pendidikan Islam

Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar diatas tentang pengertian Metode
dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan. Seperti
yang dikemukakan oleh al-Syaibaniy yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan
oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri
perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta
didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada
tingkah laku mereka.[11]

Ahmad Tafsir secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara
yang digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa
metode Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau
mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.[12]

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat
membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang
sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain itu metode
pendidikan Islam dapat diartikan sebagai cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan
ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

B. FUNGSI METODE PENDIDIKAN ISLAM

Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara
yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut[13].
Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan
menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini
segera dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada
objek sasara dengan cara yang sesuai perkembangan objek tersebut.

Dalam al-Qur'an metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada
tujuan penciptaan-Nya sebagai khalifah di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan dimana
manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang
keduanya dapat digunakan sebagai saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat
suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat
disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi,
sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan. Banyaknya metode
yang ditawarkan para ahli lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling
sesuai dengan perkembangan jiwa si anak dalam menerima pelajaran.

Pada kenyataannya, metode merupakan sesuatu yang sangat penting dalalm terciptanya
sebuah pendidikan yang ideal. Dengan metode-metode seorang pendidik akan bisa
menyampaikan ilmunya kepada peserta didik. Tetapi jika pendidik tidak memiliki metode dalam
penyampaian materi pendidikan, maka peserta didik akan kesulitan dalam memahami materi
yang disampaikan. Metode bisa dikatakan adalah sebagai jembatan yang menghubungkan
pendidik dengan anak didik kepada tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya kepribadian. Bila
dikaitkan dengan Islam kepribadian ini lebih mengarah pada kepribadian muslim, yang
mencerminkan nilai-nilai keislaman.

Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi
pendidikan. Karena dengan metode seorang pendidik akan lebih mudah dalam memberikan
materi. Dan peserta didik akan mudah dalam memahami apa yang disampaikan oleh pendidik.

C. ASAS-ASAS UMUM METODE PENDIDIKAN ISLAM

Sesungguhnya metode pendidkan Islam memiliki asas-asas dimana ia tegak berdiri dan
memperoleh unsur, tujuan, dan prinsip-prinsip. Asas-asas tersebut pada prinsipnya tidak banyak
berbeda dengan asas-asas tujuan dan kurikulum pendidikan Islam. Konsep ini menggambarkan
bahwa seluruh komponen yang terkait dalam proses pendidikan Islam adalah merupakan satu
kesatuan yang membentuk suatu sistem. Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam itu
menurut al-Syaibany[14], adalah:

1. Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang


diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
2. Asas-Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani
dan tingkat perkembangan usia peserta didik.
3. Asas Psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan
psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, bakat
dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual.
4. Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia
seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan dan tuntutan kehidupan
yang senantiasa maju dan berkembang.

Sementara dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas pendidikan Islam dapat


diformulasikan kepada:[15]

1. Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian


peserta didik kearah bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2. Asas Aktivitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
ambil bagian secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan.
3. Asas Apersepsi, mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta didik
sehingga mereka memperoleh perubahan pada tingkah laku, pembendaharaan
konsep, dan kekayaan akan informasi.
4. Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar
dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk
aslinya maupun tiruan.
5. Asas Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau
keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan
sikap
6. Asas Korelasi, menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan
pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat.
7. Asas Konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah
tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksankan tujuan pendidikan
serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.
8. Asas Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual peserta didik.
9. Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang membangkitkan
semangat kerjasama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta
didik dan masyarakat, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna.
10. Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap
kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai umpan balik pendidik dalam
memperbaiki cara mengajar.
11. Asas Kebebasan, yaitu memberikan keleluasan keinginan dan tindakan
bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal
yang positif.
12. Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada
pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan.
13. Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap
lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga
secara fisik, sosial dan sebagainya.
14. Asas Pusat-Pusat Minat, yaitu memperhatikan kecenderungan jiwa yang
tetap ke jurusan suatu yang berharga bagi seseorang.
15. Asas Ketauladanan, yaitu memberikan contoh yang terbaik untuk ditiru
dan ditauladani peserta didik.
16. Asas Kebiasaan, yaitu mambiasakan hal-hal positif dalam diri peserta
didik sebagai upaya praktis dalam pembinaan mereka.

Metode pendidikan Islam harus digali, didayagunakan, dan dikembangkan dengan


mengacu pada asas-asas sebagaimana yang dikemukakan diatas. Melalui aplikasi nilai-nilai
Islam dalam proses penyampaian seluruh materi pendidikan Islam, diharapkan proses itu dapat
diterima, difahami, dihayati, dan diyakini sehingga pada gilirannya memotivasi peserta didik
untuk mengamalkannya dalam bentuk nyata.

D. JENIS-JENIS METODE PENDIDIKAN ISLAM

Menurut para ahli pendidikan, metode pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan sangat
banyak. Hal ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan, yaitu
membentuk anak didik menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan berikut ini akan beberapa
metode pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:

1. Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany[16]

Dalam bukunya, Syaibany memaparkan beberapa metode pendidikan, yaitu:

a Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif.


Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta
dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan. Metode ini mulai
dengan membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai kepada undang-undang
umum.

Metode ini dapat digunakan pada berbagai ilmu yang mejadi tumpuan perhatian
pendidikan Islam. Misalnya, nahu, saraf, fiqhi, hitungan, teknik, fisika, kimia dan dalam
berbagai ilmu yang lain. Dan metode ini telah digunakan oleh pendidik-pendidik dan
cerdik pandai Islam. Orang-orang Islamlah yang mula-mula menggunakan dan
memantapkan metode ini sebelum munculnya Roger Bacon, dan sesudah itu Francis
Bacon yang selalu dianggap orang sebagai pencipta metode tersebut.

b Metode Perbandingan

Metode ini berbeda dengan metode induktif, dimana perpindahan menurut


metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian
yang kecil, dimana disebutkan prinsip umum dahulu, kemudian diberi contoh-contoh dan
perincian-perincian yang menjelaskan dari prinsip-prinsip umum tersebut. Metode
perbandingan dapat digunakan pada pengajaran sains dan pelajaran-pelajaran yang
mengandung prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan fakta-fakta umum yang dibawahnya
termasuk bagian-bagian dan masalah cabang. Dapat juga dipakai dalam mengajarkan
bahasa, baik sastra atau nahu, sejarah, saraf dan lain-lain.

Pendidik-pendidik dan para ulama-ulama Islam sudah banyak menggunakan


metode perbandingan dalam pengajaran, perbincangan dan dalam usaha membuktikan
kebenaran fikiran dan kepercayaan mereka pada karya-karyanya. Terutama sesudah
mereka berhubungan dengan logika Aristoteles, yang pertama kali merupakan logika
perbandingan.

c Metode Kuliah

Metode kuliah adalah metode yang menyatakan bahwa mengajar menyiapkan


pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-perkara penting yang ingin
dibicarakannya. Ia memulai kuliahnya dengan mengutarakan sepintas lalu tentang
perkara-perkara penting yang ingin dibicarakan. Kemudian menjelaskan dengan
terperinci tentang perkara-perkara yang disimpulkannya pada permulaan kuliahnya.
Pelajar-pelajar mengikuti dengan mendengar dan mencatat apa yang difahami dari kuliah
itu, untuk dipelajari sekali lagi dengan cara masing-masing.
Pendidik-pendidik Islam mengenal metode ini, sebagaimana juga mereka telah
mengenal dua metode sebelumnya. Mereka menggunakannya dalam pengajaran,
bimbingan, dan dakwah kepada jalan Allah. Mereka telah meletakkan dasar-dasar,
prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang menjamin kejayaannya sebagai metode mengajar
dakwah.

d Metode Dialog dan Perbincangan

Metode Dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog, perbincangan


melalui tanya jawab untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikeritik dan
dibantah lagi. Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode dialog yang dianggap
oleh pendidik-pendidik modern berasal dari filosof Yunani Socrates, kemudian mereka
kembangkan sesuai dengan tabiat agama dan ahlaknya. Dan atas itulah didasarkan
metode perdebatan yang betul-betul merupakan salah satu ciri-ciri khas pendidikan
Islam.

e Metode Lingkaran

Pada metode ini, yang terus menerus dipergunakan pada yayasan-yayasan


pendidikan dalam dunia Islam semenjak bermulanya dakwah Islamiyah. Pelajar-pelajar
mengelilingi guru-gurunya dalam setengah bulatan untuk mendengarkan syarahnya.
Kalau guru itu duduk, ia duduk bersandar pada sebuah tiang di Mesjid menghadap kiblat.
Sebagian ulama mengkhususkan tiang-tiang tertentu yang dijadikan majlisnya sepanjang
hidupnya. Kalau seorang guru telah memilih tempat tertentu untuk tempat pengajarannya
maka biasanya beliaulah mendapat keutamaan untuk menempati tempat tersebut

Guru-guru yang memasuki halaqah pelajaran harus telah berwudu' dan berbau
harum dan dalam bentuk pakaian yang baik dan dengan khusu' kepada Allah, terutama
pada pelajaran tafsir dan hadits. Guru memulai pelajaran dengan membaca Bismillah,
dengan memuji kepada Allah dan mengucapkan salawat kepada Nabi SAW. Kemudian
barulah dia memulai pelajarannya. Sehingga bila ia selesai ditutupnya dengan membaca
al-Fatihah kemudian murid-muridnya disuruh untuk membaca pelajaran yang akan
datang.

f Metode Riwayat

Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh pendidik
Islam. Hadits, bahasa dan sastera Arab termasuk ilmu-ilmu Islam, dan segi-segi
pemikiran Islam yang paling banyak menggunakan metode ini. Tentang hadits Nabi,
sahabat-sahabat Nabi SAW meriwayatkan apa yang didengarnya dari beliau tentang
hukum-hukum petunjuk, atau pekerjaan-pekerjaan dan keadaan disaksikan dan
dilaksanakan.

g Metode Mendengar

Metode ini dilakukan dengan cara mendengarkan sesuatu. Metode ini banyak
digunakan pada abad pertama dakwah Islamiyah, karena pada saat itu tulisan dan
pembacaan belum tersebar luas dimasyarakat. Dan juga karena para ahli pada abad itu
tidak senang menulis apa yang diriwayatkannya sebab kawatir kalau tulisan itu akan
serupa dengan al-Qur’an.

h Metode Membaca

Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan


meriwayatkan karya ilmiah yang biasanya bukan karya guru sendiri. Menurut metode ini
murid membacakan apa yang dihafalnya kepada gurunya atau orang lain membacanya
sedang dia mendengar.

Metode ini tersebar setelah pintu ijtihad didunia Islam telah tertutup, dan
pengajaran terbatas hanya pada mengikuti buku-buku tertentu yang berkisar dari situ ke
situ saja, tidak boleh melampuinya. Segala usaha hanya tertumpu pada membaca,
manghafal dan mengulang-ulang kata-kata orang dahulu.

i Metode Imla’

Metode Imla’ adalah metode mencatat apa yang didengarnya. Misalnya seorang
guru membacakan sebuah naskah kemudian murid-muridnya mencatat setiap kata yang
didengarnya. Metode ini pernah digunakan pada saat memberikan imla’ dalam hadits
seperti yang dilakukan oleh Al-Sayuti pada tahun 873 H. dan metode ini juga digunakan
pada pelajaran bahasa Arab.

j Metode Hafalan

Metode hafalan adalah salah satu metode yang terpusat pada hafalan. Ulama-
ulama terdahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk mengahafal al-Qur’an dan
al-Hadits. Karena pada saat itu sedikit sekali yang mengerti tentang tulis menulis. Metode
hafalan ini masih digunakan sampai sekarang, karena terbukti bisa meningkatkan
pemikiran.
k Metode Pemahaman

Metode pemahaman adalah memahami suatu wacana yang sedang dikaji. Metode
ini sangat penting dalam pendidikan Islam, karena dengan memahami sebuah tulisan kita
bisa mengerti maksud dibalik tulisan itu. Banyak dari kalangan kita yang hanya membaca
sebuah buku tetapi sulit untuk memahaminya. Karena metode ini memerlukan pemikiran
yang lebih dibandingkan dengan metode yang lainnya.

l Metode Lawatan Untuk Menuntut Ilmu

Metode lawatan adalah berkunjung kesuatu tempat untuk mencari ilmu atau biasa
disebut dengan Studi Banding. Pada saat ini studi banding banyak dipraktekkan dalam
lingkungan pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, bahkan instansi
pemerintah maupun swasta. Hal ini didasarkan pada manfaat yang diperoleh dari metode
ini. Dengan metode ini kita akan mempunyai banyak teman, mendapat ilmu, dan
memperoleh pengalaman yang sebelumnya tidak kita dapatkan ditempat kita belajar.Para
ulama kita pada zaman dahulu banyak yang menggunakan metode ini untuk mencari
ilmu, menyebar luaskan Islam.

2. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah.[17]

Abdurrahman mengemukakan beberapa metode pendidikan, yaitu:

a. Metode ceramah, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara penyampaian pengertian-
pengertian bahan pembelajaran kepada pelajar dengan jalan penerangan atau penuturan
secara lisan. Tujuan yang hendak dicapai dari metode ini adalah untuk memberikan
dorongan psikologis kepada peserta didik.

b. Metode Diskusi, yaitu suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara berdiskusi.
Dalam metode ini pertanyaan yang diajukan mengandung suatu masalah dan tidak bisa
diselesaikan hanya dengan satu jawaban saja. Jawaban yang terdiri dari berbagai
kemungkinan, memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk
sampai pada jawaban akhir yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau
terbaik.

c. tanya jawab dan dialog, yaitu penyampaian pembelajaran dengan guru mengajukan
pertanyaan dan pelajar atau siswa menjawabnya atau berdialog dengan cara saling
bertukar fikiran. Metode ini secara murni tidak diawali dengan ceramah, tetapi murid
sebelumnya sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah buku.
Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi
merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu
metode umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat
membandingkan dan menyusun konsep-konsep.

d. Metode perumpamaan atau Metafora. Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-


makna kongkrit memberi gambaran yang jelas bagi peserta didik. Perumpamaan disini
adalah perumpamaan yang terdapat dalam al-Qur'an. Seperti yang terdapat dalam Surat
Ankabut ayat 41, yang artinya: perumpamaan-perumpamaan orang-orang yang
mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat
rumah, padahal sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau
mereka mengetahuit (Ankabut 41)

e. Metode hukuman, yaitu metode yang dilakukan dengan memberikan hukuman kepada
peserta didik. Hukuman merupakan metode paling buruk dari metode yang lainnya, tetapi
dalam kondisi tertentu harus digunakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah: hukuman adalah
metode kuratif artinya tujuan hukuman untuk memperbaiki peserta didik dan bukan
untuk balas dendam, hukuman baru digunakan apabila metode yang lainnya tidak
berhasil, sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
memperbaiki dirinya, hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik, hendaknya dapat
dimengerti oleh peserta didik, sehingga ia sadar akan kesalahannya.

3. Menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi[18]

Al-Nahwali mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan Metode Qur’an dan


Hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu:

a. Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, adalah percakapan silih berganti antara
dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan
yang dikehendaki oleh pendidik.

Jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam, yaitu: (1) Hiwar Khitabi, merupakan dialog
yang diambil dari dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya. (2) Hiwar Washfi, yaitu
dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya. Seperti
dalam surat Ash-Shaffat ayat 27-28[19] Allah SWT berdialog dengan malaikat tentang
orang-orang zalim. (3) Hiwar Qishashi terdapat dalam al-Qur'an, yang baik bentuk
maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, merupakan bagian dari Uslub kisah dalam Al-
Qur'an. Seperti Syuaib dan kaumnya yang terdapat dalam Surat Hud ayat 84-85.
(4) Hiwar Jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah atau alasan
baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebatilan. Contohnya dalam
al-Qur'an terdapat dalam Surat An-Najm ayat 1-5. (5) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang
digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.

b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi, adalah penyajian bahan pembelajaran yang
menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Kisah
Qur'ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga suatu cara mendidik umat
agar beriman kepada-Nya, dan dalam pendidikan Islam, Kisah sebagai metode
pendidikan yang sangat penting, karena dapat menyentuh hati manusia.

c. Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani, adalah penyajian bahan pembelajaran dengan


mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta
didik dalam memahami konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu
mengambil benda konkrit seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang diumpamakan
dengan sarang laba-laba, dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuh
dengan lidipun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan olehAbdurrahman
Saleh Abdullah.

d. Metode keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak
dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini
dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena
secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak
baik juga ditiru.

e. Metode Pembiasaan, adalah membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu
sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan
peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.

f. Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang
bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu
pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu
yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah
adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam
melakukan perbuatan
g. Metode Targhib dan Tarhib. Metode Targhib adalah penyajian pembelajaran dalam
konteks kebahagian hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan,
kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran
dalam konteks hukuman akibat perbuatan dosa yang dilakukan. Atau ancaman Allah
karena dosa yang dilakukan.

Demikianlah beberapa hal yang dapat kami paparkan dalam makalah ini. Semoga dengan
hadirnya makalah ini bisa membuka wacana berfikir kita dalam mengembangkan pendidikan
kearah yang lebih baik dimasa depan.

Kesimpulan

Dari uraian singkat diatas dapat kami simpulkan beberapa hal, yaitu ternyata dalam dunia
pendidikan memiliki banyak metode pendidikan. Karena dalam pendidikan seorang pendidikan
tidak hanya mengenal satu karakter orang saja tetapi banyak karakter, hal ini menyebabkan
ketika pendidik sedang mengajar akan menghadapi masalah yang berbeda-beda. Disamping itu
metode pendidikan merupakan jembatan yang bisa menghubungkan pendidik dengan peserta
didik, seandainya metode ini tidak ada pendidik akan kesulitan dalam menerapkan kurikulum
dan tujuan yang ingin dicapainya.

Metode pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan, untuk itu setiap pendidik hendaknya
mengetahui tentang metode pendidikan. Bukan saja secara formal tetapi yang tidak formalpun
harus diketahui. Banyak para ahli pendidikan dahulu maupun sekarang memformulasikan
metode pendidikan, tetapi pada kenyataannya memilki satu tujuan yaitu membentuk manusia
yang terdidik.

Mungkin hanya itu yang dapat kami simpulkan dari beberapa uraian diatas. semoga bermanfaat
bagi kita semua, khususnya generasi muda yang akan terjun dimasyarakat tentunya harus
mempunyai bekal yang matang dan baik.

Daftar Pustaka

Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan


Lalunggung, Jakarta:Bulan Bintang, 1979

Arifin, H. M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987

Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IKIP
Yogyakarta, cet. Ke-6, 1990
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan
pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994

Nata, H. Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Noor Syam, Mohammad, Falsafah Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986

Nizar, H. Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan


Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Nawawi, H. Hadari, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Iklas, 1993

Mulkhan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual, Yogyakarta: SI Pers, 1993

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002

Tadjab, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,
1984

Zuhairini, Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara kerkasama dengan Depag,
1992

[1] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), 97.

[2] Mohammad Noor Syam, Falsafah Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),
24.

[3] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
IKIP Yogyakarta, cet. Ke-6, 1990), 85.

[4] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 91.

[5] Ibid. 92.

[6] Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan
pemikirannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), 52-53.

[7] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), 67.

[8] M. Arifin, Ibid, 12-13.

[9] Tadjab, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,
1984), 39.
[10] Samsul Nizar, Ibid, 32.

[11] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan
Lalunggung, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), 553.

[12] Mulkhan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual, (Yogyakarta: SI Pers, 1993).

[13] M. Arifin, Ibid. 61.

[14] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Ibid, 586.

[15] Samsul Nizar, ibid, 68-69.

[16] Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Ibid, 561.

[17] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 168.

[18] Ramayulis, Ibid, 167.

[19] lihat terjemahan al-Qur'an

Diposting oleh Aby Gagah di 00.47

Anda mungkin juga menyukai