Reumatik Lansia
Reumatik Lansia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tentang penyakit atau keluhan yang umum diderita adalah penyakit reumatik,
dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara
berkembang. Jumlah lansia di seluruh dunia dapat mencapai jumlah 1 miliar orang
masalah baru bagi dunia kesehatan, untuk hal ini maka World Health
1
seseorang memiliki usia yang lebih panjang dan tetap produktif. Sedangkan
berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus
Pada tahun 2010 jumlah lansia mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah
penduduk. Hal ini menjadikan Indonesia termasuk lima besar negara dengan
jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. Di tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa
(hampir 10% jumlah penduduk). Penduduk lansia ini diproyeksikan menjadi 28,8
juta jiwa (11,34 %) dari total penduduk Indonesia pada tahun 2020, atau menurut
proyeksi BAPPENAS, jumlah penduduk lansia 60 tahun akan menjadi dua kali
penduduk sebanyak 2.499.500 jiwa. Untuk jumlah lansia tahun 2010 sebanyak
129.000 jiwa dan diproyeksikan pada tahun 2015 ini sebanyak 157.500 jiwa (BPS,
Sosial RI tahun 2012 di Sulawesi Tanggara mencapai 27.407 jiwa yang tersebar di
masyarakat kita menjadi lebih tinggi lagi. Karena lansia merupakan kelompok
2
survey pada tahun 2010, reumatik menempati urutan pertama masalah
20 tahun sejak tahun 1986 sampai saat ini. Tapi nyatanya, masih banyak yang
belum dapat kita ketahui tentang penyebab dan proses terjadinya reumatik
reumatik yang telah diketahui antara lain ; degeneratif/usia tua (di atas 40 tahun),
kandungan asam urat yang tinggi/gout (pola makan), aktivitas, psikologis dan
salah satu penyakit terbanyak yang diderita lansia, yaitu pada tahun 2010
terjadinya reumatik pada lansia di Rumah Sakit Kariadi Semarang tahun 2012,
1,09 – 7,75), kebiasaan aktivitas fisik berat (nilai p = 0,006; OR adjusted = 2,25;
95% CI = 1,09 – 6,67) dan kebiasaan bekerja dengan beban > 17,5 kg (nilai p =
0,008, OR adjusted = 2,19 dan 95% CI = 1,05 – 6,65). Faktor-faktor yang tidak
terbukti sebagai faktor risiko OA lutut adalah jenis kelamin perempuan, kebiasaan
pada tahun 2013 jumlah penderita reumatik di Kota Kendari menempati urutan ke
Puskesmas yang barada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Kendari (Profil
Provinsi Sulawesi Tenggara, tercatat lansia sebanyak 95 orang yang terdiri dari
Obstipasi, Gangguan Usus, Abses Kaki, Sakit Pinggang, Nyeri Dada dan
pakaian, mandi, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya, makan
dan minum, BAK dan BAB, personal toilet mereka membutuhkan bantuan dan
pengawasan dari petugas panti dan sesama lansia (Profil Panti Sosial Tresna
Dari data diatas dapat dilihat bahwa penyakit rematik menjadi jumlah
penyakit tertinggi dari jenis penyakit yang dialami lansia. Dari wawancara yang
dilakukan pada tanggal 3 Juni 2015 kepada 10 orang lansia yang mengalami
lansia mengatakan pernah mengalami benturan pada lututnya dan 4 orang lainnya
memiliki riwayat reumatik dan memiliki pantangan makanan tertentu yang dapat
Penyakit Reumatik Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
1. Apakah ada resiko antara faktor aktifitas fisik dengan penyakit reumatik
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Provinsi Sulawesi
2. Apakah ada resiko antara faktor riwayat trauma dengan penyakit reumatik
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Provinsi Sulawesi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
reumatik pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Provinsi
5
2. Tujuan khusus
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Panti Sosial Tresna Werdha
terutama reumatik.
b. Bagi penulis, penelitian ini pada hakikatnya adalah merupakan proses
pengetahuan
b. Sebagai bahan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan gerontik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mental serta agama, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
7
memperoleh pemeliharaan kesehatan yang baik, tambahan makanan yang
gizi lanjut usia. Pemberian makanan oleh petugas panti kepada lanjut
terkait.
d. Pemberian bimbingan keterampilan untuk pengisian waktu luang, oleh
proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang
ditemukan keluhan nyeri, kaku, atau pembengkakan pada otot serta sendi
8
Semua gangguan pada daerah tulang, sendi, dan otot disebut rematik yang
dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang, jaringan ikat dan otot).
Dari sekitar lebih dari seratusan penyakit reumatik sebagian besar tidak
2010).
Reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
ada ratusan jenisnya. Rematik jenis peradangan yang di sebabkan oleh asam
penyakit ini.
mengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.
Rematik/pegal linu pada pasien kembar lebih sering dijumpai pada kembar
umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan
9
Dengan demikian timbul dugaan kuat bahwa penyakit ini sangat
antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja. Agen infeksius yang
3. Patofisiologi
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet
untuk gerakan. Membran Sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan
keanekaragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus.
10
yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukkan
proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang
4. Klasifikasi Reumatik
Reumatik dapat dikelompokan dalam beberapa golongan, yaitu:
a. Arthritis Rematoid ( AR )
Penyakit ini terjadi karena sistem imun menyerang lapisan atau
badan, dan kurang darah atau anemia. Serta menyerang organ paru,
serum.
b. Gout
Biasanya penyakit ini timbulnya secara mendadak dan biasanya di
jempol kaki atau pada sendi lainnya. Gout disebabkan oleh gangguan
meningkat dan kristal asam urat terbentuk dalam sendi atau tempat
yang menjadi bantal tulang. Penyakit ini sering juga disebut arthritis
jenis ini lebih sering menyerang jari-jari tangan dan tulang belakang.
penyakit ini dapat sembuh total atau tetap ada sepanjang hidup mereka.
f. Ankilosing Spondilitis
Penyakit ini biasanya pada pria berumur 16-35 tahun dan kebanyakan
terkena dapat menjadi rapuh atau menyatu secara perlahan dari atas ke
Khusus pada wanita, umumnya ringan dan sulit didiagnosa. Penyakit ini
bertendensi genetik.
5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari penyakit reumatik adalah :
12
b. Pada umumnya terjadi pada sendi penopang beban tubuh, seperti
(perubahan bentuk)
e. Rasa sakit bertambah hebat terutama pada sendi pinggul, lutut, dan jari-
jari
(cracking).
g. Gerakan terbatas
6. Diagnosis
sebagai berikut :
nyeri, tidur/ istirahat yang tidak memadai, nutrisi yang tidak memadai,
13
e. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan dan
terapi.
7. Penatalaksanaan
a. Konsep pengobatan
b. Terapi non-farmakologi
kegemukan.
berulang.
14
4) Penggunaan alat bantu sendi dan alat bantu berjalan.
sendi.
Reumatik
Penyebab reumatik sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
memberikan kontribusi terjadinya penyakit ini antara lain faktor usia, makanan,
aktivitas fisik, hormon, riwayat trauma, psikologis, dan radikal bebas (Bangun,
reumatik.
Dengan bertambahnya usia, cairan dalam sendi yang berfungsi
melumasi setiap gerakan mulai menipis dan mengental. Hal ini menyebabkan
15
Setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang
tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga. Bagi para lansia aktivitas fisik
mempertahankan kualitas hidup mereka agar tetap sehat (Soni P., 2010).
Ada beberapa aktivits fisik yang dapat dilakukan lansia untuk
dapat membantu jantung, otot, paru-paru, otot, dan sirkulasi darah tetap
16
Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang didapatkan dari
membantu kerja otot tubuh dalam menahan suatu beban yang diterima,
(tulang keropos).
c. Kelenturan
Kelenturan merupakan komponen yang sangat penting ketika
lansia.
d. Keseimbangan
Keseimbangan pada lansia harus diperhatikan karena gangguan
terjatuh.
Penderita reumatik harus mampu menyeimbangkan kehidupannya
sendi dan juga seseorang yang tidak melakukan aktivitas aliran cairan sendi
secara teratur setelah bangun pagi, seperti berjalan kaki, senam pernapasan
17
dan sejenisnya, dan dilakukan secara rutin. Olahraga aerobik saja tidak
cukup, perlu diikuti dengan latihan kekuatan, dan akan lebih sempurna lagi
itu, berolahraga jalan kaki dan jogging juga sangat baik untuk kebugaran
tubuh dan relatif aman bagi para lansia karena menghindari risiko cedera
agar latihan dilakukan secara bertahap, baik intensitas, lama, dan frekuensi.
Latihan olahraga untuk para lansia juga harus dilakukan dengan takaran
yang berlebihan dan juga pada sikap atau posisi badan yang salah saat
sumber luar. Trauma diartikan sebagai luka emosi dan fisik yang disebabkan
trauma pada daerah persendian memiliki risiko 5 – 6 kali lipat lebih tinggi
sebagai pekerja keras ataupun atlit keras. Penggunaan sikap atau posisi
posisi pekerjaan yang sering membungkuk, para kuli, petani dan yang
bekerja ditambang. Pekerjaan sebagai atlit tidak jarang sering terjadi riwayat
trauma, terutama bagi mereka mantan atlit tinju, pemain tennis, lari maraton,
juga berisiko terkena reumatik ; gerakan kejut (misalnya tiba-tiba jatuh atau
terhentak), Sikap tubuh atau posisi yang salah, trauma terkilir, benturan saat
olahraga
lantaran aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa pula mengundang rematik.
kelenturan dan elastisitas sendi yakni kartilago dan juga sinovial pada sendi
kartilago inilah yang menyebabkan intensitas nyeri yang sering atau menetap
pada sendi.
19
4. Faktor Hormon
Hormon adalah molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-
Begitu juga faktor kegemukan memberikan beban berlebih pada tulang. Berat
timbulnya reumatik baik pada wanita maupun pada pria. Hal ini akan
5. Faktor Makanan
Tidak semua jenis reumatik dipengaruhi oleh faktor makanan. Reumatik
lansia. Dimana makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi akan
memicu kenaikan asam urat dalam darah. Purin merupakan salah satu zat
alami yang terkandung dalam tubuh. Purin merupakan salah satu penyusun
kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal
sendi yang berfungsi melumasi setiap gerakan mulai menipis dan mengental.
terasa nyeri sendi, terutama pada saat bergerak pada sendi pinggul,lutut, dan
21
jari-jari, nampak kemerahan, inflamasi, nyeri dan dapat terjadi deformitas
(perubahan bentuk).
Tabel 1 Jenis Makanan dan Kadar Purin
menangani tuntutan fisik menjadi faktor timbulnya reumatik. Rasa nyeri yang
menjadi gejala khas reumatik akan bertambah buruk jika terjadi stress,
depresi, dan gelisah. Stress digunakan sebagai label untuk gejala psikologis
sendiri. Sehingga pada lansia yang mempunyai stress tingkat tinggi atau
22
mekanisme koping yang kurang juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit
reumatik.
7. Faktor Radikal Bebas
Dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal
bebas (free radicak). Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali
reaktif, merusak sel – sel hidup (sitotoksik), menurunkan kinerja zat – zat
dalam tubuh seperti enzim dan hormone serta merusak pembuluh darah dan
bebas antara lain sinar matahari, zat kimia, zat pengawet, pewarna dan
pengobatan dengan sinar ultra violet dalam jangka panjang. Radikal bebas
yang timbul karena pencemaran dan bahan kimia dalam makanan menjadi
racun yang menurunkan daya tahan tubuh. Akibatnya, hal ini memperburuk
1. Definisi Lansia
23
Menurut Undang-Undang RI No.3 Tahun 1986 Bab I Pasal I ayat 2
tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2005). Menurut Prof Dr.
Koesoemato Setyo Negoro (Darmojo, 2009) lanjut usia (geriatric age) adalah
Lanjut usia (Lansia) adalah proses menjadi lebih tua dengan umur
mental, dan sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia adalah
degeneratif yang umum di derita lansia adalah hipertensi, reumatik, asam urat,
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh
“Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah
24
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari serta
menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut
usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan : (1)
perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan
bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati, (3)
meliputi:
a. Perubahan-perubahan Fisik
1) Sel.
ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme
5-10%.
2) Sistem Persarafan.
25
Perubahan yang terjadi pada system persarafan berupa: berat
3) Sistem Pendengaran.
(Nugroho, 2005):
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
meningkatnya keratin.
ketegangan jiwa/stres.
4) Sistem Penglihatan.
26
sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak,
atau hijau.
5) Sistem Kardiovaskuler.
(Nugroho, 2005):
darah perifer.
27
keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
7) Sistem Respirasi
8) Sistem Gastrointestinal.
disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera
manis, asin, asam, dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun,
9) Sistem Reproduksi.
10)Sistem Perkemihan.
28
Perubahan yang terjadi pada system perkemihan berupa: nefron
menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot
vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
penurunan.
kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung
b. Perubahan-Perubahan Psikologis
29
Pada lansia, dapat terjaid perubahan pada aspek psikologis atau
c. Perubahan-Perubahan Psikososial
pekerjaan/kegiatan.
biaya pengobatan.
30
10)Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap
diri dari kegiatan sosial. Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut
(Nugroho, 2005)
penampilan pada wajah, tangan, dan kulit, perubahan bagian dalam tubuh
31
fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada penurunan aktifitas
(Jumriah, 2011).
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor fisik, faktor psikis dan
faktor lingkungan, faktor fisik, setiap orang yang 60 tahun atau disebut lansia
kekuatan fisik dan sistem imun yang dimiliki si lansia tersebut dan bagaimana
kebiasaan hidup ketika si lansia itu dulunya masih muda contohnya seseorang
yang ketika ia masih muda dan dia menerapkan perilaku hidup yang bersih
dan sehat (PHBS) seperti : rajin berolahraga, makan makanan yang bergizi,
minum minuman yang beralkohol, tidak melakukan free sex, dll. tentunya
kekuatan fisiknya akan sedikit mengalami penurunan dan dia masih akan
bahkan aktifitas lainnya. Hal tersebut akan bertolak belakang dengan lansia
32
yang ketika masa mudanya tidak menerapkan PHBS atau perilaku hidup
bersih dan sehat. PHBS yang kita lakukan ketika masih muda akan
yang sehat, bergizi, dan bervitamin dapat memberikan manfaat yang sangat
besar bagi tubuh. Seperti dapat menjaga sistem kerja motorik, terhindar dari
berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane & Ouslander sering disebut
berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), Incontinence (beser buang air kecil
tidur), Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), dan Impotence
BAB III
KERANGKA KONSEP
33
A. Dasar Pikir Penelitian
angka kejadian dan kesakitan cukup tinggi dan akibat jangka panjang yang
Secara teori belum ditemukan secara pasti penyebab utama dari reumatik,
seperti aktivitas dan riwayat trauma mempunyai korelasi yang nyata dengan
insiden reumatik. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin mencoba
mencari hubungan faktor aktifitas fisik dan riwayat trauma dengan penyakit
Faktor Resiko 34
Genetik
Infkesi
Autoimun
Aktifitas Fisik Penyakit Reumatik
Riwayat Trauma Pada Lansia
Umur
Psikologis
Radikal Bebas
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah aktifitas fisik dan
riwayat trauma
2. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah penyakit reumatik
pada lansia
adalah penyakit radang sendi atau yang lebih dikenal dengan reumatik yang
dialami lansia pada umur > 60 tahun dalam penelitian ini, dimana kriteria
35
Tidak Menderita : Bila responden dalam penelitian ini tidak mengalami
reumatik
2. Aktifitas fisik
Faktor Aktivitas fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan
yang dilakukan oleh lansia di Panti Werdha Minaula setiap hari. Pengukuran
atau bobot dimana setiap pertanyaan mempunyai skor 1 dan 0, dimana pada
R
I= (Sugiono, 2010)
K
Dimana :
I = Interval
100
I=
2
I = 50%
36
Dengan demikian kriteria objektifnya adalah :
Tidak Beresiko : Bila responden memperoleh nilai > 50% dari pertanyaan
yang diajukan
yang diajukan
3. Riwayat Trauma
Kriteria Objektif:
olahraga.
Tidak berisiko : bila pasien tidak pernah mengalami trauma seperti jatuh
E. Hipotesis Penelitian
1. Aktifitas Fisik
2. Riwayat Trauma
Ho Faktor Risiko
: Tidak + resiko antara faktor riwayat trauma dengan penyakit
ada
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
rancangan Case Control Study dimana faktor resiko ditelusuri dengan efek
Faktor Risiko +
Lansia yang mengalami reumatik
(kasus)
Faktor Risiko -
Matching Populasi
(Umur) (sampel)
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 23 Juni sampai 30 Juni 2015.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti
lansia yang tercatat dan tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
orang.
2. Sampel
a. Jumlah Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara
2006).
Dengan demikian peneliti mengambil sampel dengan jumlah sama
38 orang responden.
b. Teknik Penarikan Sampel
Sampel diambil dengan teknik Total Sampling dimana cara
(Notoatmodjo, 2010).
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara
langsung kepada responden dalam hal ini adalah lansia di Panti Sosial
seperti bagian pencatatan (status pasien, buku pelaporan dan Profil Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula) serta hal yang terkait yang berhubungan
penelitian.
40
b. Pelaksanan Penelitian
Pelaksana penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri.
c. Informed Concent
Setiap responden diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan
menjadi reponden.
d. Prosedur Pelaksanaan
Setelah responden ditetapkan sesuai dengan kriteria sampel,
1. Pengolahan Data
Data primer yang di kumpulkan dalam penelitian di olah adalah sebagai
berikut :
a. Coding
Memberikan kode jawaban dengan angka atau simbol tertentu untuk
41
ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data dalam bentuk distribusi
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini di gunakan untuk mengetahui frekuensi,
X =
Keterangan :
X = presentase variabel teliti
F =jumlah sampel berdasrkan kriteria penelitian
n = jumlah sampel
k = konstanta (100%) (Candra, 2008)
b. Analisis Bivariat
pengaruh faktor resiko terhadap faktor efek dengan menggunakan Uji Odds
42
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Keterangan :
Nilai OR di anggap bermakna jika nilai Lower limit dan Upper limit
Dimana :
43
F. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan, setelah data di olah dan di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi serta tabel analisis pengaruh antara variabel, yang di sertai dengan
narasi.
G. Etika Penelitian
responden penelitian.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak
kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.
44
BAB V
Konawe Selatan dengan luas area ± 3000 m 2. Adapun batas wilayah Panti
di Panti Werdha ini masih minim. Hal ini dibuktikan bahwa tidak semua Wisma
dalam maupun di luar tiap wisma, kemudian kondisi lantai yang licin, termasuk
cedera atau jatuh masih sangat besar akan dialami oleh lansia.
3. Status
Panti Sosial Tresna Werdha diresmikan oleh Menteri Sosial RI Bapak
Saparjo pada tanggal 7 Desember 1981. Pada awal beroperasi Panti Werdha
jumlah ini berkembang terus sehingga pada tahun 1982/1983 mencapai 100
orang lansia/ jompo, keadaan ini bertahan hingga tahun 2015 dan bertambah
46
Jenis kelamin responden dalam penelitian ini disajikan seperti pada
2 Perempuan 20 52.6
Total 38 100
Sumber : Data Primer diolah bulan Juli 2015
2. Analisis Univariat
a. Penyakit Reumatik
47
kasus dalam penelitian ini dan sebanyak sebanyak 19 orang (50.0%) yang
penelitian ini.
b. Aktifitas Fisik
48
c. Riwayat Trauma
kriteria riwayat trauma tidak beresiko yakni sebanyak 20 orang (52.6%) dan
(47.4%).
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan Faktor Aktifitas Fisik dengan Penyakit Reumatik pada
Lansia
Penyakit Reumatik
Total 95% Cl
Aktifitas Kasus Kontrol OR
Fisik
n % n % n % Lower Upper
6.429
49
Tdk
4 10.5 12 31.6 16 42.1
Beresiko
Total 19 50.0 19 50.0 38 100
dan lebih banyak didapatkan responden yang aktifitas fisiknya baik dan
Hasil uji Odds Ratio (OR) dengan nilai Confidence Interval (CI) 95%
kepercayaan Lower Limit (batas bawah) = 1.517 dan Upper Limit (batas
rendah 1.517 dan risiko tertinggi 27.244, dimana responden yang aktifitas
fisiknya kurang beresiko 6.429 kali lebih besar peluangnya untuk menderita
bawah dan batas atas tidak mencakup nilai satu atau diatas satu maka
reumatik pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun
2015.
50
b. Hubungan Faktor Riwayat Trauma dengan Penyakit Reumatik pada
Lansia
Penyakit Reumatik
Total 95% Cl
Riwayat Kasus Kontrol OR
Trauma
n % n % n % Lower Upper
51
reumatik sebanyak 5 (13.2%) orang. Sedangkan pada responden dengan
responden yang riwayat trauma yang tidak beresiko dan tidak menderita
Hasil uji Odds Ratio (OR) dengan nilai Confidence Interval (CI) 95%
kepercayaan Lower Limit (batas bawah) = 1.486 dan Upper Limit (batas
rendah 1486 dan risiko tertinggi 24.764, dimana responden yang memiliki
riwayat trauma beresiko, akan beresiko 6.067 kali lebih besar peluangnya
fisiknya baik. Batas bawah dan batas atas tidak mencakup nilai satu atau
4. Pembahasan
a. Hubungan Faktor Aktifitas Fisik dengan Penyakit Reumatik pada
Lansia
52
seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan, dan berkerja.
Sedangkan pada hasil analisis bivariat diketahui bahwa dari hasil uji
Odds Ratio (OR) dengan nilai Confidence Interval (CI) 95% didapatkan
besarnya nilai Odds Ratio (OR) = 6.429 dengan nilai kepercayaan Lower
Limit (batas bawah) = 1.517 dan Upper Limit (batas atas) = 27.244. Hal ini
reumatik yang dialami lansia dengan risiko rendah 1.517 dan risiko tertinggi
responden yang aktifitas fisiknya baik. Batas bawah dan batas atas tidak
mencakup nilai satu atau diatas satu maka dinyatakan hubungan bermakna
antara faktor aktifitas fisik dengan penyakit reumatik pada lansia di Panti
fisik dengan penyakit reumatik pada lansia disebabkan karena lansia cukup
tubuh semakin terlatih untuk menerima beban yang diterima. Selain itu,
tulang juga menjadi kuat dan dapat mencegah terjadinya osteoporosis. Dari
53
hasil penelitian diketahui bahwa responden mengatakan tidak pernah
mengalami reumatik bila banyak gerak di panti, oleh karena itu responden
juga tiap pagi selalu jalan-jalan pagi dan membuat tubuh menjadi sgar dan
bugar.
fisik sangat penting karena dengan mampu beraktivitas, para lansia dapat
mengakibatkan kekakuan pada otot dan sendi dan juga seseorang yang
tidak melakukan aktivitas aliran cairan sendi akan berkurang dan berakibat
dilakukan secara rutin. Selain itu, berolahraga jalan kaki baik untuk
kebugaran tubuh dan relatif aman bagi para lansia karena menghindari
54
Demikian pula menurut Soni P (2010) bahwa para lansia yang
pada lansia ini. Karena diketahui bahwa responden dalam penelitian ini
merupakan lansia yang berumur > 60 tahun. Dimana saat memasuki masa
mengental. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi kaku dan mulai sakit
lansia yang mengidap reumatik. Meskipun aktifitas fisik lansia cukup bila
makanan yang tidak dibatasi akan sama saja lansia menderita reumatik.
memiliki kandungan kalsium yang cukup namun juga memiliki kadar purin
yang tinggi yang dapat memicu kejadian reumatik ini. Selain itu, ada
55
mentega, makanan laut, kacang-kacangan, daging, tape, jengkol, santan,
lansia. Dimana makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi akan
memicu kenaikan asam urat dalam darah. Purin merupakan salah satu zat
alami yang terkandung dalam tubuh. Purin merupakan salah satu penyusun
Bahan dasar asam urat adalah purin. Apabila jumlah purin dalam
kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
56
peradangan pada persendian. Karena pada masa lansia terjadi penurunan
Cairan dalam sendi yang berfungsi melumasi setiap gerakan mulai menipis
sendi ini akan terasa nyeri sendi, terutama pada saat bergerak pada sendi
ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian penyakit rematik pada lansia
Lansia
Trauma berasal dari kata yunani “tramatos” yang berarti luka dari
sumber luar. Trauma diartikan sebagai luka emosi dan fisik yang
disebabkan oleh keadaan yang mengancam diri. Trauma akut yang terjadi
57
memiliki risiko 5 – 6 kali lipat lebih tinggi untuk menderita reumatik ( Eka P.,
2007 ).
responden (47.4%).
didapatkan pada responden yang riwayat trauma yang tidak beresiko dan
Hasil uji Odds Ratio (OR) dengan nilai Confidence Interval (CI) 95%
kepercayaan Lower Limit (batas bawah) = 1.486 dan Upper Limit (batas
rendah 1486 dan risiko tertinggi 24.764, dimana responden yang memiliki
riwayat trauma beresiko, akan beresiko 6.067 kali lebih besar peluangnya
trauma tidak beresiko. Batas bawah dan batas atas tidak mencakup nilai
58
satu atau diatas satu maka dinyatakan hubungan bermakna antara faktor
berpengaruh pada penyakit reumatik yang dialaminya saat ini. Dari hasil
Selain itu, ada responden juga pernah jatuh hingga terkilir pada
fisik yang terlalu berat, bisa pula mengundang rematik. Adanya Riwayat
sendi yakni kartilago dan juga sinovial pada sendi mengalami penurunan
59
Ditambah lagi responden memasuki masa lansia dimana seluruh
usia, cairan dalam sendi yang berfungsi melumasi setiap gerakan mulai
menipis dan mengental. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi kaku dan
atau penyakit keropos tulang merupakan jenis reumatik yang banyak dirasakan
memperburuk masa tulang yang sudah berkurang karena usia. Hormon estrogen
dalam tulang pada wanita. Begitu juga faktor kegemukan memberikan beban
berlebih pada tulang. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya reumatik baik pada wanita maupun pada
pria. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan sendi (Bangun A.P, 2008).
60
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lutut (Studi Kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang) dengan hasil
7,75).
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Ada resiko antara faktor aktifitas fisik dengan penyakit reumatik pada lansia di
2. Ada resiko antara faktor riwayat trauma dengan penyakit reumatik pada lansia
B. Saran
61
Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi pihak Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari diharapkan dapat
fisik dan dapat membuat lansia ikut berpartisipasi dengan kegiatan tersebut
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan tulisan ini dapat menjadi bahan sebagai
62