Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam nutrisi, diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang
atau organisme tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal
individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu. Walaupun manusia pada
dasarnya adalah omnivora, suatu kelompok masyarakat biasanya memiliki
preferensi atau pantangan terhadap beberapa jenis makanan.
Berbeda dalam penyebutan di beberapa negara, dalam bahasa Indonesia,
kata diet lebih sering ditujukan untuk menyebut suatu upaya menurunkan berat
badan atau mengatur asupan nutrisi tertentu.
Setiap jenis makanan yang kita konsumsi mengandung beberapa zat gizi.
Kandungan zat gizi dari masing- masing makanan akan berbeda satu dengan yang
lain sesuai komposisi di dalamnya. Secara klasik hanya di hubungi dengan
kesehatan yaitu untuk menyediakan energi,membangun,dan memelihara jaringan
tubuh,serta mengatur proses!proses kehidupan dalam tubuh
B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan DIIT pada gangguan
system perkemihan.
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendeskripsikan penatalaksanaan
DIIT pada gangguan system perkemihan.
b. Mahasiswa mampu menerapkan penatalaksanaan DIIT pada gangguan
system perkemihan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makanan yang Dapat Membebani Saluran Kemih


Infeksi pada saluran kemih terjadi akibat adanya bakteri, sehingga akan
timbul rasa nyeri saat buang air kecil, bahkan bisa disertai dengan nyeri di perut.
Meski konsumsi antibiotik dapat mengatasi gangguan ini, akan lebih baik bila kita
juga melakukan tindak pencegahan dengan mengurangi konsumsi makanan dan
minuman yang bisa memberi beban berlebihan bagi kandung kemih, serta
memperburuk gejala infeksi. Ada enam jenis makanan dan minuman yang disorot
oleh National Kidney Foundation yaitu:1
1. Kopi
Kandungan kafein di dalam kopi dapat menstimulasi otot kandung
kemih. Selain itu, kopi juga minuman yang bersifat diuretik, sehingga dapat
membuat Anda sering buang air kecil. Selain kopi, minuman lain yang perlu
dicermati adalah teh, kola, cokelat, dan minuman energi.
2. Minuman beralkohol
Kebiasaan minum bir, wine, atau jenis alkohol lain tidak hanya
berpengaruh buruk pada lambung, namun juga memberi beban berlebihan pada
kandung kemih. Hindari konsumsi minuman ini saat Anda sedang mengalami
infeksi saluran kemih dan minum banyak air putih untuk membantu
mengeluarkan bakteri dari tubuh dan memulihkan infeksi.
3. Minuman yang rasanya asam dan jus
Minuman dengan rasa jeruk atau lemon dapat mengiritasi kandung
kemih. Begitu juga dengan jus tomat, nanas, atau anggur, karena sifatnya yang
asam. Sifat asam ini dapat memperburuk gejala infeksi pada saluran kemih.
Hindari juga konsumsi jus yang terbuat dari buah apel, persik, plum, dan
stroberi.
4. Makanan yang pedas
Banyak orang merasa tidak nyaman pada kandung kemih setelah
menyantap makanan yang pedas. Jenis makanan ini ternyata bisa menyebabkan
iritasi pada kandung kemih dan memperburuk gejala infeksi saluran kemih yang
sedang dialami. Sebaiknya, masaklah makanan Anda tanpa cabai, lada, atau saus
sambal. Hindari juga menyantap bawang bombay mentah-mentah, lebih baik
dimasak dulu agar efeknya tidak terlalu buruk bagi kandung kemih.
5. Pemanis buatan
Banyak orang menggunakannya ketika ingin mengurangi asupan kalori.
Namun, menurut penelitian, pemanis buatan dapat memperburuk gejala infeksi
pada orang yang mengidap interstitial cystitis kronis. Belum ada bukti bahwa
pemanis buatan juga bisa mengiritasi kandung kemih pada orang yang
mengalami infeksi saluran kemih. Namun, mencegah akan selalu lebih baik.
6. Minuman bersoda
Mereka yang mengidap radang kronis pada kandung kemih, perlu
menghindari minuman jenis ini, termasuk minuman soda tanpa tambahan rasa.
Jadi, sebaiknya diganti dengan lebih banyak minum air putih.
B. Diet Rendah Garam Diberikan Kepada Pasien Glomerulonephritis (Sholihah,
ina)
1. Tujuan diet
a. Memberikan makanan yang adekuat yang tidak memberatkan fungsi ginjal.
b. Meningkatkan status gizi.
c. Mencegah terjadinya komplikasi.
d. Memprbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
2. Prinsip diet
a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhannya yaitu 25-35 %
b. Protein cukup, yaitu 15% dari kebutuhan energi total .
c. Lemak cukup, yaitu 20% dari kebutuhan energi total.
d. Kerbohidrat sesuai dengan sisa perhitungan energi, protein dan lemak yaitu
60 % dari kebutuhan.
e. Cairan sesuai dengan kebutuhan, yaitu vol urin tampung ditambah 500 ml.
f. Rendah garam/ Natrium, yaitu 600-800 mg/hari atau ½ sdt garam karena ada
edema.
g. Rendah Kalium, yaitu 1600-2800 mg/hari.
h. Makanan diberikan dalam bentuk dicerna, porsi kecil tapi sering
3. Bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi dan tidak dianjurkan
Bahan Dianjurkan Dibatasi Tidak dianjurkan
makanan
karbohidrat Nasi, mie, Roti, biscuit, dan kue-
bihun, kentang, kue yang dibuat
tepung- menggunakan garam
tepungan, dapur dan soda
singkong,
ubi,dan
makaroni
Protein Daging sapi, Jeroan, keju, sarden,
hewani ayam, ikan, bahan makanan yang
telur, susu diawetkan seperti ikan
asin, dendeng, abon,
daging asap, ikan
kaleng, telur asin.
Protein Tempe, tahu,
nabati kacang, oncom,
kedelai
Sayuran Paprika merah, Bayam, daun melinjo,
kubis dan daun papaya, daun
kecambah singkong, daun talas,
daun katuk, daun
kelor, jantung pisang,
buah melinjo,
sawi,pete, jengkol
Buah- Apel, papaya, Stroberi, anggur, dan
buahan pear, jeruk, dan pisang
semangka
Lain-lain Minyak jagung, Santan kental, Minuman yang
minyak kacang minyak kelapa mengandung soda,
tanah, minyak sawit soda kue, kopi, the,
kedelai, cokelat, ragi, kecap
margarine dan asin.
mentega rendah
garam

4. Cara mengatur diet


a. Makanan diberikan porsi kecil tapi sering.
b. Cairan lebih baik dibuat dalam bentuk minuman.
c. Masakan lebih baik dibuat tidak berkuah seperti ditumis, dipanggang,
dikukus, atau dibakar.
d. Karena membatasi garam, gunakan lebih banyak bumbu seperti gula, asam,
dan lainnya untuk menambah rasa.
5. Hal- hal yang perlu diperhatikan
a. Bila ada edeme perlu mengurangi garam dan menghindari bahan makanan
sumber natrium dan makanan yang diawetkan
b. Jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan cairan yang keluar. Ingat,
cairan yang berlebihan akan membebani kerja ginjal yang fungsinya sudah
berkurang.
C. Aspek Gizi pada Kanker Prostat
Nutrisi merupakan bagian yang penting pada pelaksanaan kanker, baik pada
pasien yang sedang menjalani terapi, pemulihan dari terapi, pada keadaan remisi
maupun untuk mencegah kekambuhan. Status nutrisi pada pasien kanker diketahui
berhubungan dengan respon terapi, prognosis dan kualitas hidup.3
Penelitian di rumah sakit menunjukkan bahwa pada saat pasien pertama kali
didiagnosis kanker terdapat 50 persen pasien mengalami penurunan berat badan
dan status gizi kurang. Pada kanker stadium lanjut pasien sering jatuh kedalam
kondisi kurang energi protein (KEP) yang dikenal dengan kaheksia yang dapat
dicegah dengan pemberian asupan gizi yang adekuat baik jumlah maupun
komposisi dan cara pemberian yang tepat.4,5
Tujuan terapi nutrisi pada pasien kanker prostat adalah untuk mencegah
defisiensi nutrient, mempertahankan lean body mass, meminimalkan efek samping
terapi terhadap status nutrisi dan memaksimalkan kualitas hidup.6
Secara umum, para penyintas kanker, termasuk kanker prostat sebaiknya
memiliki BB yang sehat (ideal) dan menerapkan pola makan sehat (terutama
berbasis tanaman), tinggi buah, sayur dan bijibijian, serta rendah lemak, daging
merah, dan alkohol. Para penyintas perlu diberikan edukasi dan terapi gizi secara
berkala, sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Para penyintas kanker juga
dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan masing-masing.7
Tatalaksana Nutrisi Umum pada Kanker.7
1. Kebutuhan nutrisi umum pada pasien kanker
a. Kebutuhan energy
Idealnya, perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker
ditentukan dengan kalorimetri indirek, namun, apabila tidak tersedia,
penentuan kebutuhan energi pada pasien kanker dapat dilakukan dengan
formula standar, misalnya rumus Harris-Benedict yang ditambahkan dengan
faktor stres dan aktivitas, tergantung dari kondisi dan terapi yang diperoleh
pasien saat itu. Perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker juga dapat
dilakukan dengan rumus rule of thumb:
 Pasien ambulatory : 30-35 kkal/kg BB/hari
 Pasien bedridden : 20-25 kkal/kg BB/hari
 Pasien obesitas : menggunakan berat badan ideal
Pemenuhan energi dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan toleransi
pasien.
b. Makronutrien
 Kebutuhan protein : 1.2-2,0 g/kg BB/hari, pemberian protein
perlu disesuaikan dengan fungsi ginjal dan hati.
 Kebutuhan lemak : 25-30% dari kalori total 35–50% dari energi
total (pada pasien kanker stadium lanjut yang mengalami
penurunan BB)
 Kebutuhan karbohidrat : Sisa dari perhitungan protein dan lemak
c. Mikronutrien
ESPEN menyatakan bahwa suplementasi vitamin dan mineral dapat
diberikan sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG).
d. Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar:
 Usia kurang dari 55 tahun : 30−40 mL/kgBB/hari
 Usia 55−65 tahun : 30 mL/kgBB/hari
 Usia lebih dari 65 tahun : 25 mL/kgBB/hari
e. Nutrien spesifik
 Branched-chain amino acids (BCAA) : Pernah diteliti manfaatnya
untuk memperbaiki selera makan pada pasien kanker yang
mengalami anoreksia.
 Asam lemak omega-3 : Suplementasi asam lemak omega-3 secara
enteral terbukti mampu mempertahankan BB dan memperlambat
kecepatan penurunan BB, meskipun tidak menambah BB pasien.
f. Pemilihan Jalur Nutrisi

D. Gizi untuk Kakner Kandung Kemih


1. Anjuran untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang
adekuat.
2. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas. Hal ini untuk
mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang dapat menyebabkan
penurunan nafsu makan.
3. Makan banyak sayur segar dan buah. Diduga kandungan karotenoid.
4. Memberikan makanan kesukaan pada pasien kanker kandung kemih yang telah
dimodifikasi.
5. Vitamin B12 diduga dapat menurunkan resiko kanker.
6. Mengurangi makanan daging olahan.
Namun dari beberapa penelitian diet pada penderita kandung kemih
belum dapat disimpulkan.8
E. Aspek Gizi pada Gagal Ginjal
Diit (DRP) Retriksi Protein merupakan diit yang bisa digunakan bagi
penderita gagal ginjal yang dapat memperlambat kemunduran fungsi ginjal pada
penderita-penderita yang sudah mengalami gangguan ginjal. Hal ini sangat
diperhatikan karena dapat memperlambat penderita masuk kedalam tahap Gagal
Ginjal Terminal (GGT).9
Konsep dasar diit rendah protein adalah memberikan protein dalam jumlah
terbatas bersana dengan jumlah energy yang cukup. Dalam DRP ini ada beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian:10
 Protein yang diberikan tidak boleh terlalu kurang atau terlalu tinggi. Hal ini
dapat dinilai antara lain dengan pengukuran asupan nitrogen agar stabil
keadaannya, terdapat korelasi antara rasio ureum/kreatinin serum dengan
asupan nitrogen. Walaupun cara ini cukup akurat dan mudah ada beberapa
keadaan yang membuat kesalahan perhitungan yaitu antara lain pada
keadaan katabolic, dieresis kurang dari 1500 ml (produksi ureum meninggi.
 Harus diperhatikan kecukupan kalori, zat-zat nutrisi lainnya agar tidak
mengganggu metabolism aktivitas atau pertumbuhan. Penurunan berat
badan, atau bahkan malnutrisi yang dapat terjadi karena dit ini harus
dicegah. Sering di perlukan penambahan vitamin.
 Diet harus dapat diterima atau disesuaikan dengan selera penderita.
1. Tujuan diet.10
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal.
b. Menurunkan kadar ureum dan creatinine darah.
c. Mencegah/mengurangi retensi garam/air di dalam tubuh.
2. Syarat diet
a. Banyak protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal. Ini dapat diketahui
dari ”nilai uji penjernihan creatinine” (Creatinine clearance test = CCT atau
GFR)
b. Lemak terbatas diutamakan penggunaan lemak tak jenuh
c. Kalium dibatasi pada kegagalan faal ginjal glomerulus, bila jumlah urin
kurang dari 400 ml/hari.
d. Natrium diabatasi pada gegalan faal ginjal dengan hipertensi berat,
hiperkalemia, udema, uliguria/anuria.
e. Kalori adekuat, agar protein tubuh tidak dipecah untuk energi.
f. Banyak cairan adalah banyak urin maksimal sehari ditambah banyak cairan
yang keluar melalui keringat dan pernapasan (+ 500 ml/hari)
F. Aspek Gizi Dari Penyakit Sindrom Nefrotik
1. Tujuan Diet Sindroma Nefrotik.
Tujuan diet sindroma nefrotik adalah untuk:11
a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.
b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.
d. Mengontrol hipertensi.
e. Mengatasi anoreksia.
2. Syarat-syarat diet sindroma nefrotik
a. Energy cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, yaitu
35 kkal/kg BB per hari.
b. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB atau 0,8 g/kg BB ditambah jumlah protein
yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai
biologic tinggi.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total. Perbandingan
lemak jenuh, lemak jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1.
d. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energy. Utamakan penggunaan
karbohidrat kompleks.
e. Natrium dibatasi, yaitu1-4 g sehari tergantung berat ringannya edema.
f. Kolesterol dibatas < 300 mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan
trigliserida darah.
g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin
ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernapasan.
3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian untuk Sindroma Nefrotik
Pengobatan dengan obat-obatan termasuk kortikosteroid yang membantu
menurunkan proteinuria dan diuretic. Jika ditemukan edema massif diberikan
albumin rendah garam untuk menarik cairan ke dalam ruang intravascular
sehingga dapat diekskresikan. Jika hiperkolertrolemia atau hiperlipidemia sangat
hebat, maka diberikan obat-obatan untuk menurunkannya. Obat ini meliputi
asam empedu yang mengikat resin, asam nikotinat, penghambat HMGCoA
reduktase (lovastatin) dan asam fibrat.11
Karena gejala penyakit bersifat sangat individual, diet disusun secara
individual pula dengan menyatakan banyak protein dan natrium yang
dibutuhkan di dalam diet. Tujuan penatalaksanaan gizi adalah mengganti
kehilangan protein dan memperbaiki kadar albumin serum dan mengurangi
edema.
Jenis diet dari sindroma nefrotik yaitu diet Tinggi Protein Rendah Garam
(TPRG) I/II/ III. Diet TPRG adalah suatu diet dimana dalam kandungan
makanan yang diberikan pada pasien banyak mengandung protein dan sedikit
kandungan garamnya.12
Bentuk makanan diet tinggi protein rendah garam (DTPRG) yang
disajikan dapat berupa makanan yang biasa atau makanan lunak tergantung dari
keadaan penderita.
Persyaratan diet sindroma nefrotik atau ginjal bocor (Diet Tinggi Protein
Rendah Garam) adalah:12
a. Kalori disesuaikan dengan kebutuhan menurut umur dan berat badan.
b. Protein tinggi, 3-4 gr/kg BB/hari.
c. Lemak cukup, tapi rendah kolesterol (dapat diberikan susu non lemak) Diir
penurunan lipid (kolesterol < 200 mg/hari, lemak < 30% dari kalori total,
dan asam lemak tidak jenuh 10% dari jumlah seluruh kalori). Diit vegetarian
yang mengandung kedelai dengan asam amino esensial efektif menurunkan
hiperlipidemia dan disertai pula penurunan proteinuria.
d. Natrium rendah (0,5-1 gr/hari) sesuai beratnya retensi Na dan air
e. Caoan dibatasi selama masih ada sembab dan hiponatremia.
f. Vitamin dan mineral diberikan cukup terutama kalsium dan vitamin D
kecuali natrium.
g. Bumbu penyedap dipilih yang tidak mengandung natrium.
Catatan : masukkan protein 3,5 gr/kg Bb/hari dan cukup kalori akan
menyebabkan sitesis albumin dan balans nitrogen positip maksimal pada
penderita sindroma nefrotik atau ginjal bocor anak.
Tetapi akhir-akhir ini ada pendapat yang menyatakan bahwa Ginjal Bocor
masukan protein 1-2 gr/kgBB/hari diterima lebih mudah dibandingan
dengan diit tinggi protein. Oleh karenanya satu bentuk diit kombinasi dari
protein kualitas tinggi dengan jumlah yang sama dan masukan kalori yang
lebih tinggi 20-50% diatas kebutuhan normal saat istirahat (resting
reuirement) dinilai cukup untuk penderita sindroma nefrotik pada anak.
Tinggi energy diperlukan untuk mencegah pemecahan protein sebagai
sumber energi.
4. Makanan yang boleh diberikan dan tidak boleh diberikan.11
a. Makanan yang boleh diberikan
1) Bahan makanan yang mengandung protein tinggi, seperti : sumber
protein hewani (telur, susu, daging, ikan, hati) dan protein Nabati
(kacang-kacangan dan hasil olahannya).
2) Membatasi penggunaan bahan makanan yang mengandung tinggi
natrium (roti, produk susu, dll)
b. Makanan yang tidak boleh diberikan
1) Makanan yang tinggi natrium seperti : bahan makanan yang diawetkan
dengan sodium dan garam dapur (telur asin, ikan asin, abon, kornet, ikan
kaleng/sarden, udang kering/ebi, dendeng).
2) Jeroan (otak, ginjal, paru), Ham, sosis.
3) Susu full cream, susu skim tepung.
4) Sayuran yang diawetkan dengan garam dapur dan ikatan Na (sawi asin,
acar).
5) Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur.
6) Margarin, keju dan mentega.
7) Roti, biskuit, crakers, dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur
dan soda.
8) Bumbu-bumbu : garam dapur, vetsin, tauco, baking podwer, terasi, petis,
saos tomat, kecap, buillon blok.
G. Diet pada Nefrolitiasis
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi mineral atau garam dalam urin
mencapai nilai untuk terbentuk kristala yang akan mengendap pada tubulus ginjal
atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan kelainan
metabolisme atau pengaruh lingkungan. Kebutuhan cairan bertambah dengan
adanya kenaikkan suhu pada lingkungan dan peningkatan aktivitas. Minimal
separuh cairan yang dikonsumsi adalah air bening.
1. Tujuan Diet
a. Mencegah dan memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal
b. Meningkatkan eksresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan urin
melalui peningkatan asupan cairan.
c. Menghindari diet yang memicu komponen utama batu ginjal.
2. Prinsip Diet
a. Energi diberikan kebutuhan
b. Protein sedang, yaitu 10% - 15% dari kebutuhan energi total
c. Lemak sedang, yaitu 15% - 25% dari kebutuhan energi total
d. Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energi total.
e. Penting sekali asupan cairan tinggi, yaitu 2,5 – 3,5 liter/hari, separuhnya
berasal dari minuman
f. Pembatasan jenis makanan tertentu sesuai jenis batu, bahan Makanan yang
harus di perhatikan:
1) Batu Kalsium
Jenis yang paling umum adalah oksalat yang merupakan produk
limbah metabolisme, dengan diet sebagai berikut:
 Meminum air sedikitnya 2,5-3 liter/hari
 Batasi asupan protein hingga 0,7-0,8 gram/kgBB
 Vitamin C dipertahankan sesuai dengan anjuran RDA yakni 60
mg/hari
 Batasi natrium sampai 1,5 gram/hari
 Kalsium dalam jumlah adekuat sebesar 1000 mg/hari melalui
makanan, minuman atau suplemen
 Batasi asupan diet antara 40-50 mg oksalat/hari
2) Batu Asam Urat
Purin ditemukan pada smeua produk hewani dan pada banyak
biji-bijian dan tumbuhan, dengan diet sebagai berikut:
 Konsumsi air sedikitnya 2,5-3 liter/hari
 Asupan protein dibatasi hingga 0,7-0,8 gram/kgBB
 Batasi natrium sampai 1,5 gram/hari
 Batasi asupan alkohol.
 Batasi makanan tinggi lemak karena lemak menahan asam urat
dalam ginjal dan anjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat dalam
jumlah yang adekuat karena kabohidrat membantu mengeluarkan
kelebihan asam urat dalam darah.
 Pada pasien obesitas, pengaturan penurunan berat badan harus
dilakukan secara pelan dan bertahap karenan penurunan berat
badan yang dilakukan secara cepat dapat meningkatkan kadar
asam urat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penting bagi kita untuk memilih apa yang kita makan setiap hari. Makanan
yang kita konsumsi tidak hanya berfungsi sebagai pengganjal perut tetapi lebih dari
itu makanan adalah sebagai penghasil energy, untuk pertumbuhan, juga mengatur
metabolisme tubuh. Oleh karena itu sangat perlu bagi masyarakat untuk memahami
perilaku yang baik untuk memilih bahan makanan yang akan dimakan yang sesuai
dengan kebutuhan gizi yang seimbang.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pembaca, namun tidak hanya terfokus pada apa yang tertulis dalam makalah ini
alangkah baiknya untuk mencari referensi yang lain agar ilmu yang didapat lebih
luas lagi dan dapat termotivasi untuk mencari materi ini dari berbagai sumber.
Kemudian kritik dan saran juga kami harapkan demi kesempurnaan penulisan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia Kidney Care Club. 2009. Pemahaman Tentang Penatalaksanaan Diet


Secara Umum Bagi Penderita Penyakit Ginjal Penting Untuk Diketahui, Tak Hanya
Bagi Mereka Yang Telah Menderita Gangguan Ginjal, Namun Baik Bagi Mereka
Yang Bertekad Untuk Menurunkan Resiko Terhadap Gangguan Ginjal.
http://www.ikcc.or.id, 10 Maret 2019, 11.16.
2. Sholihah, ina. Penatalaksanaan Diit Untuk Pasien Infeksi Saluran Kemih (Isk) Dan
Glomerulonefritis Akut (Gna) Di Bangsal Anggrek Rsud Salatiga. Fakultas ilmu
kesehatan universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta; 2015.
3. Marischa Silvia, et al. 2017. “Malnutrisi Pada Pasien Kanker Vol 7 No. 4 ”.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
4. Hartati Budi. 2007. “Upaya Peningkatan Asupan Makan Pada Pasien Kanker”.
Jurnal Gizi Indonesia
5. Kumala Meilani, et al. 2008. “Dukungan Nutrisi Pada Penderita Kanker dalam
Upaya Mencegah Kaheksia”. Majalah Kedokteran FK UKI Vol XXV
6. Haryani Ririn. 2007. “Kecukupan Nutrisi Pada Pasien Kanker”. Indonesian Journal
Of Cancer.
7. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2012. “Panduan Penatalaksanaan
Kanker Prostat”. Kemenkes RI
8. Wu JW, et all. Dietary intake of meat, fruits, vegetables, and selective
micronutrients and risk of bladder cancer in the New England region of the United
States. British journal of cancer. United State : 2012
9. Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC
10. Ahmad S, Susetyowati, Suhardi. 2012. Asupan Protein dan Fosfor, rasio fosfor-
protein, dan Kadar Fosofr Darah pada Pasien Gagal Ginjal Kronis. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia. Vol: 9, Hal: 58-63.
11. Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
12. Wikens KG dan Juneja V. 2007. Medical Nutrition Therapy for Renal Disorder. Di
dalam : Mahan K, Stump SE. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy. 11 th
Edition. Philadelphia; Saundres. Hlm 921-948.

Anda mungkin juga menyukai