MATERNITAS
OLEH
` KELOMPOK 19
1. Khairin Wanda Aurelia
2. Nadia Fitr ianingtyas
TAHUN 2019/2020
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan asuhan keperawatan ibu dan
anak khususnya melalui intervensi Kangoro Mother Care (KMC) Atau
Perawatan Metode Kanguru pada bayi baru lahir rendah (BBLR).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Paling tidak berasal dari keluarga terdekat seperti ibu, suami dan mertua. Selama
dalam perawatan, dukungan dari staf perawatan sangat diperlukan agar ibu dan
keluarga mau dan menerima metode ini.
Lamanya bayi dalam posisi Kanguru kalau mungkin 24 jam terus menerus.
Kalau ibu tidak sempat bisa fungsinya sementara diganti oleh keluarga lain. Bayi
yang dirawat di NICU mengingat keadaan bayi, maka metode Kanguru dilakukan
secara bertahap, paling tidak selama 1 jam (agar tidak mengganggu waktu
istirahatnya bayi) sebelum terus menerus selama 24 jam.
Metode ini dihentikan penggunaannya apabila bayi sudah tidak menghendaki lagi
yaitu umur kehamilannya sekitar 37 minggu atau berat badannya 2500 gram. Pada
usia tersebut biasanya bayi mulai gelisah, rewel kalau diletakkan pada posisi
Kanguru.
2. Persiapan bayi
a. Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan
hangat
b. Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama penggunaan
metode ini.
c. Posisi bayi vertikal ditengah payudara atau sedikit ke samping kanan/kiri
sesuai dengan kenyamanan bayi serta ibu. Usahakan kulit bayi kontak
langsung dengan kulit ibunya terus menerus.
d. Saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu
e. Setelah bayi dimasukkan ke dalam baju, ikat kain selendang di sekeliling
atau mengelilingi ibu dan bayi.
Prinsip metode ini adalah menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam
inkubator dengan meniru kanguru. Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang
mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal
(36,50C - 37,50C). Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung kulit bayi
dengan secara terus-menerus. Bayi yang dapat bertahan dengan cara ini adalah
yang keadaan umumnya baik, suhu tubuhnya stabil (36,50C - 37,50C), dan
mampu menetek. Metode ini dihentikan jika bayi telah mencapai bobot badan
minimal 2500 g dan suhu tubuh optimal 370C, dan bayi bisa menetek kuat.
6
badan lahir rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram bukan bayi prematur (WHO. 1961)
2.2.2 Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut:
2.2.2.1 Klasifikasi berdasarkan Berat badan:
a. Bayi berat badan sangat rendah,yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1000 gram.
b. Bayi berat badan lahir sangat rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang 1.500 gram
c. Bayi berat badan lahir cukup rendah ,yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan 1501-2500 gram
2. Bayi Dismatur Dismaturitas adalah Bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan yang seharusnya untuk masa kehamilan.yaitu berat badan di
bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uteri, biasa disebut dengan
bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK/AGA)
a) Tanda-tanda Bayi Dismatur
- Panjang badan lebih dari 45 cm, berat badan lebih dari 2.500 gram
- Kulit kering dan keriput
- Rambut panjang dan banyak
- Hiperbilirubinemi
2.2.3 Etiologi
Menurut penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi:
a. Faktor ibu
1) Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
(toksemia gravidarum, perdarahan ante partum, trauma fisik dan
psikologis, atau penyakit lain seperti : nephritis akut, diabetes mellitus,
infeksi akut) atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi
prematuritas.
2) Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan pada multi gravidarum, yang jarak antar kelahirannya terlalu
dekat.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
b. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda, umumnya akan mengakibatkan lahir bati BBLR.
(FKUI. Hal : 1052)
2.2.8 Komplikasi
a. Aspirasi mekonium, yang diikuti pneumothorax, disebabkan oleh distress pada
persalinan.
14
b. Pada bayi KMK mempunyai hubungan yang tinggi yang mungkin disebabkan
hipoksia kronik di dalam uterus, pada keadaan ini harus dilakukan partial
plasma dengan segera, bila tidak akan timbul gejala kejang hipotoni.
c. Hipoglikemi, karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningkat
metabolisme.
d. Aspiksia, perdarahan paru pasif, hipotermia, catat bawaan akibat kelainan
kromosom.
15
BAB 3
KAJIAN RISET PERAWATAN METODE KANGURU PADA
BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR
Hasil-hasil riset yang dikaji dalam makalah ini ada 7 hasil riset, dari hasil
riset tersebut mayoritas menggunakan pre eksperimen dengan teknik sampling
non randomized kontrol.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Suawibah,dkk,2009, dengan judul
efektifitas metode kanguru dengan inkubator terhadap peningkatan berat badan
bayi lahir rendah, penelitian ini mempunyai tujuan menguji efektifitas metode
perawatan kanguru dengan metode konvensional perawatan incubator terhadap
peningkatan berat badan bayi baru lahir penelitian dilakukan pada 44 bayi baru
lahir rendah didapatkan hasil kategori ibu usia 20-35 tahun, usia kehamilan saat
partus 37 minggu, bayi laki lebih banyak daripada bayi perempuan. Ada
perbedaan kenaikan BB yang signifikan pada perawatan dengan metyode kanguru
hari ke lima yaitu 77.28 gr dan pd hari ke sepuluh 150.91 gr. Hasil uji analisis
independen T-Test mendapatkan hasil þ=0,001. Dapat disimpulkan bahwa metode
kanguru lebih efektif daripada metode perawatan konvensional inkubator.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Triyowati (2007),
yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan berat badan bayi BBLR pada
kelompok (perawatan bayi lekat tinggi dibandingkan yang mendapatkan
perawatan konvensional) secara statistik bermakna þ=0,03 dengan menggunakan
T-Test
Penelitian lain oleh Ali, et all, (2009), menyimpulkan bahwa metode
kanguru dapat meningkatkan berat badan bayi. Peningkatan berat badan bayi yang
mendapatkan perlakuan dengan metode kanguru meningkat 19,3 gr perhari,
sedangkan pada bayi yang mendapatkan perlakuan dengan metode konvensional
meningkat 10,44 gr per hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Deswita, 2010 peneliti dengan judul
pengaruh perawatan metode kanguru terhadap suhu tubuh, denyut jantung,
saturasi oksigen dan kepercayaan diri ibu dalam perawatan BBLR di RSAB
Harapan Kita dan RSUP Fatmawati. Penelitian ini menggunakan metode one
15
16
group pre test post tes design , jumlah sample yang digunakan 9 BBLR dari
RSAB Harapan Kita dan 17 BBLR dari RSUP Fatmawati, hasil penelitan
dilakuakn uji analisis bivariat dengan wilcoxon match pairt menunjukan hasil
rata-rata keseluruhan suhu tubuh bayi sebelum dilakukan perawatan metode
kanguru adalah 36,7°C dan sesudahnya 36,9°C terdapat perbedaan yang bermakna
þ value =0,000 pada α=0,05. Hasil rata-rata keseluruhan frekuensi denyut jantung
bayi sebelum perlakuan yaitu 153x/mnt dan sesudahnya 155x/mnt, hasil analisis
menunjukan perbedaan yang bermakna dengan þ value=0,006 pada α=0,05. Hasil
rata-rata saturasi oksigen bayi sebelum perlakuan yaitu 96% dan sesudah
dilakukan perawatan adalah 96 %, hasil analisis menunjukan hasil þ value = 0,00
pada α = 0,05.
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristina
yuliani, dkk, tentang efektifitas perawtan metode kanguru terhadap stabilitas
denyut jantung. Penelitian ini menggunakan metode observational analitik study
dengan pendekatan one group pre test post tes design with time series dengan
sampling purposif sampling dan jumlah sample yang digunakan sejumlah 40
BBLR. Hasil menunjukanbahwa rata-rata hasil denyut jantung sebelum perlakuan
10 % tidak stabil dan sesudah perlakuan 100% stabil, sedangkan rata-rata
140,71x/mnt. Hasil analisis dengan menggunakan T-sample pairt test dengan
α=0,05 dan hasil þ value= 0,00.
Berdasarkan hasil kajian research diatas dapat disimpulkan bahwa metode
perawatan kanguru pada BBLR lebih efektif untuk menstabilkan suhu tubuh,
saturasi oksigen, frekuensi denyut jantung dan peningkatan berat badan BBLR
dibandingkan metode perawatan yang lainnya
17
BAB 4
IMPLIKASI KEPERAWATAN KMC (Kangaroo Mother Care)
17
18
BAB 5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. Perawatan pada
BBLR ini harus dilakukan dengan cara tepat dan bermanfaat bagi bayi. Untuk
inilah perlu dilakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk bayi yang
memiliki resiko infeksi ini. Untuk inilah diperlukan metode yang tepat dalam
melakukan perawatan pada bayi BBLR ini, metode ini dikenal dengan Kangaroo
Mother Care (KMC) atau Perawatan metode Kanguru. Metode ini dapat
meningkatkan hubungan emosi ibu – anak serta dapat mengurangi kejadian
infeksi pada bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan kejadian kematian bayi
baru lahir.
Hal ini diperkuat melalui hasil penelitian dengan metode perawatan kanguru
pada BBLR yang menunjukkan hasil yang lebih efektif untuk menstabilkan suhu
tubuh, saturasi oksigen, frekuensi denyut jantung dan peningkatan berat badan
BBLR dibandingkan metode perawatan yang lainnya.
5.2 Saran
Hendaknya metode perawatan BBLR dilakukan melalui penerapan
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan metode Kanguru pada bayi untuk
meningkatkan kualitas hidup bayi dan menjadikan asuhan keperawatan menjadi
lebih berkualitas.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Arief Manjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi Ketiga, Jakarta.Media
Aesculapius Jakarta.EGC
http://akperpantirapih.blogspot.com/2009/01/pengertian-metode-kanguru.html
http://www.riyawan.com/2013/05/asuhan-keperawatan-pada-bayi-dengan-
bblr.html#.VFiHwxb5nUw
http://catatanbidanmaria.blogspot.com/2010/07/kanguru-mother-care-kmc-atau-
perawatan.html
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/10/bayi-berat-lahir-
rendah-bblr/
Tessier R., Cristo M., Velez S., Giron M., Nadeau L., Calumeb Z., Ruiz-Paláez
Z., Charpak N. 2003. Kangaroo Mother Care: A method for protecting high-
risk low-birth-weight and premature infants against developmental delay.
Infant Behavior & Development Journal Vol. 26 page 384–397