Anda di halaman 1dari 7

Dra. Tri Umari, M.

Si

BIMBINGAN KONSELING
“LAYANAN KONSELING PERORANGAN”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5 (LIMA)
Nama : Deriani Ritonga
Lamria Sri Manurung
Oktabella Regina

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2016
LAYANAN KONSELING PERORANGAN
A. Pengertian Layanan Konseling Individual (Perorangan)
Konseling adalah suaru proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seseorang
yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas
profesional yang telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien
memecahkan kesulitanya.
Menurut Willis S. Sofyan (2007:18) konseling individual yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan
pengentasan masalah pribadi yang di derita konseli.
Menurut Hellen (2005:84) konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien.
Konseling merupakan “ jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara menyeluruh. Hal
ini berarti apabila layanan konseling telah memberikan jasanya, maka masalah konseli akan
teratasi secara efektif dan upaya-upaya bimbingan lainya tinggal mengikuti atau berperan
sebagai pendamping. Implikasi lain pengertian “ jantung hati” aialah apabila seorang
konselor telah menguasai dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, dan bagaimana konseling itu.
Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Karena jika
menguasai teknik konseling individual berarti akan mudah menjalankan proses konseling
yang lain. Proses konseling individu berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena
pada konseling individu konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dengan cara
berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka secara langsung untuk
menghasilkan peningkatan - peningkatan pada diri klien, baik cara berpikir, berperasaan,
sikap, dan perilaku.

B. Tujuan dan Fungsi Layanan Konseling Individual (Perorangan)


Menurut Prayitno (2005:52) tujuan umum konseling individu adalah membantu klien
menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style serta mengurangi penilaian
negatif terhadap dirinya sendiri serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu
dalam mengoreksi presepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah
laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
Dalam kerangka tujuan umum itu, tujuan khusus layanan konseling individu dapat dirinci
dan secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling yang secara menyeluruh
diembannya, antara lain:
1. Melalui layanan konseling individu klien memahami seluk-beluk masalah yang
dialami secara mendalam dan komprehensif, serta positif dan dinamis.
2. Pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan
demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dialami klien itu (fungsi
pengentasan). Pengentasan masalah merupakan fokus yang sangat khas, kongkrit dan
langsung ditangani dalam layanan konseling individu.
3. Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai unsur positif yang ada
pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah klien
dapat dicapai). Bahkan, secara tidak langsung, layanan konseling individu sering kali
menjadikan pengembangan atau pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif klien
sebagai fokus dan sasaran layanan.
4. Pengembangan atau pemeliharan potensi dan unsur-unsur positif yang ada pada diri
klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah, akan merupakan kekuatan bagi tercegah
menjalarnya masalah yang sekarang sedang dialami itu, serta (diharapkan) tercegah
pula masalah-masalah baru yang mungkin timbul.
5. Apabila masalah yang dialami klien menyangkut dilanggarnya hak-hak klien sehingga
klien teraniaya dalam kadar tertentu, layanan konseling individu dapat menangani
sasaran yang bersifat advokasi. Melalui layanan konseling individu klien memiliki
kemampuan untuk membela diri sendiri menghadapi keteraniayaan itu.
Lebih lanjut Prayitno mengemukakan fungsi layanan konseling individu dalam 5 hal,
yakni, fungsi pemahaman, fungsi pengentasan, fungsi mengembangan atau pemeliharaan,
fungsi pencegahan, dan fungsi advokasi. Namun, fungsi utama bimbingan oleh layanan
konseling perorangan ialah fungsi pengentasan. Sebagaimana yang kita ketahui, fungsi
pengentasan adalah fungsi untuk membantu siswa yang sedang menghadapi masalah atau
telah mengalami masalah.

C. Materi Layanan Konseling Individual (Perorangan)


Materi yang dapat diangkat melalui layanan konseling perorangan ada berbagai macam,
yang pada dasarnya tidak terbatas. Layanan ini dilaksanakn untuk segenap masalah secara
perorangan (dalam segenap bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, social, belajar dan
karir) diantaranya adalah :
1. Kemampuan mengambil keputusan pengarahan diri
2. Pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan fisik dan
psikis yang terjadi pada diri sendiri.
3. Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
4. Pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah.

D. Penyelenggaraan Layanan Konseling Individual (Perorangan)


1. Penyelenggara
Layanan konseling individual menghendaki tenaga yang professional yang sudah
mendapat latihan dalam pelaksanaan konseling. Berarti, layanan konseling perorangan
tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak ahli. Namun, dalam pelaksanaannya juga
memerlukan dukungan dari pihak lain demi kesuksessannya, seperti wali kelas, guru
bidang studi, kepala sekolah dan personil lainnya.

2. Teknik
Pengembangan proses layanan konseling individu oleh konselor dilandasi oleh dan sangat
pengaruhi oleh suasana penerimaan, posisi duduk, dan hasil penstrukturan. Lebih lanjut,
Konselor menggunakan berbagai teknik untuk mengembangkan proses konseling individu
yang efektif dalam mencapai tujuan layanan. Teknik-teknik tersebut meliputi:
1. Kontak mata
2. Kontak psikologi
3. Ajakan untuk berbicara
4. Tiga M (mendengar dengan cermat, memahami secara tepat, merespon secara tepat
dan positif)
5. Keruntutan
6. Pertanyaan terbuka
7. Dorongan minimal
8. Refleksi (isi dan perasaan)
9. Penyimpulan
10. Penafsiran
11. Konfrontasi
12. Ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain
13. Peneguhan hasrat
14. “Penfrustrasian” klien
15. Strategi “tidak memaafkan klien”
16. Suasana diam
17. Transferensi dan kontra-transferensi
18. Teknik eksperiensial
19. Interprestasi pengalaman masa lampau
20. Asosiasi bebas
21. Sentuhan jasmaniah
22. Penilaian
23. Pelaporan
Penerapan teknik-teknik tersebut di atas dilakukan secara eklektik, dalam arti tidak harus
berurutan satu persatu yang satu mendahului yang lain, melainkan terpilih dan terpadu
mengacu kepada kebutuhan proses interaksi efektif sesuai dengan objek yang direncanakan
dan susana proses pembentukan yang berkembang. Kontak psikologis dibina sejak awal-awal
proses layanan yang di dalamnya ada ajakan untuk berbicara, selanjutnya berkembanglah
interaksi intensif antara klien dan Konselor melalui pertanyaan terbuka, refleksi,
penyimpulan, penafsiran, yang kadang-kadang (sesuai dengan keperluan) diselingi
konfrontasi, ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain, dan peneguhan hasrat. Dalam pada
itu, kontak mata, tiga-m, keruntutan dan dorongan minimal selalu mewarnai dan menyertai
seluruh dinamika interaksi.
Teknik “menfrukstrasikan” dan strategi “tiada maaf” hanya digunakan secara benar-benar
terpilih untuk membangkitkan dan menyadarkan klien akan tantangan yang harus ia hadapi
serta meninggikan motivasi dan semangat dalam memasuki dan menggapai kesempatan yang
terbuka. Kedua teknik ini, dan juga teknik konfrontasi, seringkali diikuti oleh “suansana
diam”.
Teknik berkenaan dengan transferensi dan kontra-tranferensi dapat dimunculkan dalam
proses layanan dengan kontak psikolgis yang benar-benar intens. Intensitas proses layanan
dapat ditempuh lebih jauh melalui teknik-teknik eksperimensial, analisis pengalaman masa
lampau, dan asosiasi bebas. Teknik-teknik yang disebut terakhir ini hanya dilakukan untuk
keperluan pendalaman yang khas sesuai dengan permasalahan klien. Untuk pendalaman yang
dimaksudkan itu, dan untuk memberikan nuansa yang lebih bersifat afektif, sentuhan
jasmaniah dapat dilakukan. Proses layanan konseling individu diakhiri dengan kegiatan
penilaian dan pelaporan. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap kali sesi layanan konseling
individu, khususnya untuk kegiatan penilaian segera.
Dalam layanan konseling individual teknik khusus digunakan untuk membina
kemampuan pada diri klien terutama yang mengarah pada kehidupannya sehari-hari. Jenis-
jenis teknik khusus itu adalah:
1. Pemberian informasi
2. Pemberian contoh
3. Pemberian contoh pribadi
4. Perumusan tujuan
5. Latihan penanganan
6. Kesadaran tubuh
7. Desentisasi dan sensitasi
8. Kursi kosong permainan peran
9. Latihan keluguan
10. Latihan seksual
11. Analisis transaksional
12. Analisis gaya hidup
13. Kontrak.
Secara menyeluruh dan umum, proses konseling individual dari kegiatan paling awal
sampai kegiatan akhir, terentang dalam lima tahap, yaitu : (1) tahap pengantaran
(introduction), (2) tahap penjajakan (insvestigation), (3) tahap penafsiran (interpretation) (4)
tahap pembinaan (intervention), dan (5) tahap penilaian (inspection). Dalam keseluruhan
proses layanan konseling perorangan, konselor harus menyadari posisi dan peran yang sedang
dilakukannya.
1. Pengantaran
Proses pengantaran mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan
segenap pengertian, tujuan, dan prinsip dasar yang menyertainya. Proses pengantaran
ini ditempuh melalui kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, permisif, tidak
menyalahkan, penuh pemahaman, dan penstrukran yang jelas. Apabila proses awal ini
efektif, klien akan termotivasi untuk menjalani proses konseling selanjutnya dengan
hasil yang lebih menjanjikan.
2. Penjajakan
Proses penjajakan dapat diibaratkan sebagai membuka dan memasuki ruang
sumpek atau hutan belantara yang berisi hal-hal yang bersangkut paut dengan
permasalahan dan perkembangan klien. Sasaran penjajagan adalah hal-hal yang
dikemukakan klien dan hal-hal lain perlu dipahami tentang diri klien. Seluruh sasaran
penjajagan ini adalah berbagai hal yang selama ini terpendam, tersalahartikan
dan/atau terhambat perkembangannya pada diri klien.
3. Penafsiran
Apa yang terungkap melalui panjajagan merupakan berbagai hal yang perlu
diartikan atau dimaknai keterkaitannya dengan masalah klien. Hasil proses penafsiran
ini pada umumnya adalah aspek-aspek realita dan harapan klien dengan bebagai
variasi dinamika psikisnya. Dalam rangka penafsiran ini, upaya diagnosis dan
prognosis, dapat memberikan manfaat yang berarti.
4. Pembinaan (intervensi)
Proses pembinaan ini secara langsung mengacu kepada pengentasan masalah
dan pengembangan diri klien. Dalam tahap ini disepakati strategi dan intervensi yang
dapat memudahkan terjadinya perubahan. Sasaran dan strategi terutama ditentukan
oleh sifat masalah, gaya dan teori yang dianut konselor, serta keinginan klien. Dalam
langkah ini konselor dan klien mendiskusikan alternatif pengentasan masalah dengan
berbagai konsekuensinya, serta menetapkan rencana tindakannya.
5. Penilaian
Upaya pembinaan melalui konseling diharapkan menghasilkan terentaskannya
masalah klien. Ada tiga jenis penilaian yang perlu dilakukan dalam konseling
perorangan, yaitu penialaian segera, penilaian jangka pendek, dan penialaian jangka
panjang. Penialian segera dilaksanakan pada setiap akhir sesi layanan, sedang
penialaian pasca layanan selama satu minggu sampai satu bulan, dan penialian jangka
panjang dilaksanakan setelah beberapa bulan. Fokus penilaian segera diarahkan
kepada diperolehnya informasi dan pemahaman baru (understanding), dicapaianya
keringanan beban perasaan (comfort), dan direncanakannya kegiatan pasca konseling
dalam rangka perwujudan upaya pengentasan masalah klien (action). Penilaian pasca
konseling, baik dalam jangka pendek (beberapa hari) maupun jangka panjang
mengacu kepada pemecahan masalah dan perkembangan klien secara menyeluruh.
Setiap penilaian, baik penilaian segera, jangka pendek, maupun jangka panjang, perlu
diikuti tindaklajutnya demi keberhasilan klien lebih jauh. Tindak lanjut itu dapat
berupa pemeliharaan kondisi, konseling lanjutan, penerapan teknik lain, atau berupa
alih tangan kasus.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat Layanan konseling individual hakikatnya dapat dilaksanakan
kapan saja dan di mana saja, atas kesepakatan konselor-klien, dengan memperhatikan
kenyamanan klien dan terjaminnya asas kerahasiaan. Kondisi tempat layanan perlu mendapat
perhatian tersendiri dari konselor. Selain kursi dan meja secukupnya, ruangan konseling dapat
dilengkapi dengan tempat penyimpanan bahan-bahan seperti dokumen, laporan, dan buku-
buku lain. Peralatan rileksasi dapat ditambahkan. Cahaya dan udara ruangan harus
terpelihara. Dalam hal ini kondisi ruangan tempat layanan diselenggarakan menggambarkan
kesiapan konselor memberikan pelayanan kepada klien. Kapan layanan konseling
perorangan dilaksanakan juga atas kesepakatan kedua pihak. Kepentingan klien diutamankan
tanpa mengabaikan kesempatan dan kondisi konselor. Dalam hal konselor yang memiliki hak
panggil atas klien perlu mengatur pemanggilan terhadap klien sehingga tidak menganggu
kepentingan klien atau sedapat-dapatnya tidak menimbulkan kerugian apapun pada diri klien.
Jadwal ataupun janji untuk bertemu konselor ditepati dengan baik, pengingkarannya
dapat berdampak negatif terhadap proses layanan konseling perorangan. Apabila jadwal atau
janji untuk bertemu itu perlu diubah, maka klien harus diberitahu sebelum waktu yang
dijadwalkan/dijanjikan tiba. Untuk sesi-sesi layanan konseling perorangan yang berlanjut
(sesi kedua, ketiga, dsb) diperlukan ketetapan mengenai waktu dan tempat yang disepakai
dan ditepai oleh kedua belah pihak.
Daftar Pustaka
Hellen.2005. Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.
Prayitno, Erman Amti.1994.Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.Jakarta:Rineka Cipta.
Sofyan, Willis S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung:,CV Alfabeta.
Zientanurjaman. Konseling Individual.
(https://zientanurjaman.wordpress.com/konseling/konseling-individual/ diakses tanggal 5
November 2016 Pukul 17.05 WIB)

Anda mungkin juga menyukai