Disusun oleh :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan studi kasus dengan judul “Melakukan
Perawatan Payudara ”.
Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kebidanan.Di dalam sub bab makalah ini sudah ada uraian & teori pendukung yang menjelaskan
tentang asuhan kebidanan. Bagian lampiran di sajikan secara sistematis dan di sertai dengan
gambar-gambar yang relevan,sehingga mempermudah untuk memahami maksud dari isi makalah
ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap wanita pasti menginginkan bentuk payudara yang ideal dan menarik, maka
tidak jarang kita mendengar beberapa wanita memilih untuk tidak menyusui buah
hatinya dikarenakan kekhawatiran payudara akan menjadi kendor. Tidak hanya itu, keinginan
seorang ibu untuk menyusui buah hatinya kerap kali terhambat oleh ketidak nyamanan yang
timbul saat proses menyusui, seperti misalnya akibat gangguan kecil seperti bayi sulit menghisap
ASI, payudara lecet dan lain-lain. Kondisi-kondisi tersebut kerap menyurutkan niat bunda untuk
memberikan ASI pada si kecil. Dan hal tersebut sangatlah disayangkan, karena ASI merupakan
gabungan nutrisi penting dengan proporsi ideal dan bentuk yang paling mudah diserap oleh bayi,
yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang bayi.
Beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk menjaga kesehatan payudara saat
menyusui, sehingga bunda bisa memberikan ASI pada bayi tanpa perlu merasa cemas. Perawatan
payudara yang perlu dilakukan berupa pemijatan payudara untuk memperbaiki sirkulasi darah,
merawat puting payudara agar bersih dan tidak mudah lecet, serta memperlancar produksi ASI.
1.3 Tujuan
4
3. Untuk mengetahui apa saja masalah dalam pemberian ASI.
4. Untuk mengetahui apa itu breast care
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik memerah ASI
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara Merawat Payudara
6
3. Waktu Perawatan Payudara
Perawatan payudara pada masa nifas hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari
setelah bayi lahir (Tanpa adanya keluhan) dan dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi.
5. Persiapan Alat
Alat yang diperlukan untuk perawatan payudara antara lain :
a. Handuk untuk mengeringkan payudara yang basah
b. Kapasdigunakan untuk mengompres putting susu
c. Minyak kelapa atau baby oil sebagai pelicin
d. Waskom yang berisi air hangat untuk kompres hangat
e. Waskom yang bersisi air dingin untuk kompres dingin
f. Waslap digunakan untuk merangsang erektilitas putting susu
7
1) Gerakan hoffman :
a) Menggunakan keduaibu jari dengan cara meregangkan kulit payudara ke
kanan dan ke kiri, atas danbawah sambil mencoba menarik putting susu.
Lakukan 5-10 kali.
e. Perawatan Payudara
1) Kompres kedua putting menggunakan minyak kelapa atau baby oil selama kurang
lebih 2-5 menit.
2) Oleskan minyak kelapa atau baby oil ke payudara atau kedua telapak tangan.
Letakkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara, kemudian telapak tangan
ditarik ke atas melingkari payudara. Lakukan gerakan ini kurang lebih 20 kali
dengan tujuan untuk menjaga kekenyalan dan kekencangan payudara.a
3) Sangga payudara kanan dengan tangan kanan kemudian urut payudara dari
pangkal payudara ke arah putting memakai genggaman tangan menyeluruh atau
ruas-ruas jari. Lakukan gerakan ini kurang lebih 20 kali.
4) Sangga payudara kanan dengan tangan kanan, kemudian sisi ulnar tangan kiri
mengurut payudara ke arah putting susu. Lakukan gerakan ini kurang lebih 20
kali.
5) Membasuh payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian dan
berulang-ulang, lalu keringkan dengan handuk. Selanjutnya putting susu
8
dirangsang dengan menggunakan waslap atau handuk kering dengan cara
digerakkan ke atas dan ke bawah beberapa kali.
6) Menggunakan bra yang dapat menyangga dan ukuran yang sesuai dengan
pertumbuhan payudara.
Hasil Infant Feeding Survey tahun 2005 (Bolling et al.,2007, Renfrew, 2005 cit Pollard, 2015)
bahwa sembilan dari sepuluh ibu berhenti menyusui lebih awal dari yang mereka kehendaki,
hanya tujuh dari sepuluh ibu yang mampu meletakkan bayinya pada payudara dalam beberapa
hari pertama dan sepertiga dari jumlah ibu mengalami masalah di rumah sakit atau pada
beberapa hari pertama. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam
mendorong para ibu untuk menyusui diketahui sebagai faktor yang berkontribusi besar terhadap
rendahnya angka inisiasi dan durasi menyusui, yang mengakibatkan tidak konsisten dan tidak
akuratnya informasi yang diberikan. Hal ini penting menjadi perhatian para bidan, karena bidan
adalah salah satu tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan pada saat persalinan dan bayi
baru lahir serta memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui.
9
1. Posisi dalam menyusui Para ibu harus mengerti perlunya posisi yang nyaman dan
mempertahankannya ketika menyusui untuk menghindari perlekatan pada payudara yang tidak
baik yang akan berakibat pada pengeluaran ASI yang tidak efektif dan menimbulkan trauma.
Beberapa hal yang perlu diajarkan pada ibu untuk membantu mereka dalam mencapai posisi
yang baik agar dicapai perlekatan pada payudara dan mempertahankannya secara efektif
(UNICEF, 2008) adalah sebagai berikut.
a. Ibu harus mengambil posisi yang dapat dipertahankannya. Bila ibu tidak nyaman,
penyusuan akan berlangsung singkat dan bayi tidak akan mendapat manfaat susu yang
kaya lemak di akhir penyusuan. Posisi yang tidak nyaman ini juga akan mendorong
terbentuknya fil dan sebagai akibatnya akan mengurangi suplai susu.
b. Kepala dan leher harus berada pada satu garis lurus. Posisi ini memungkinkan bayi
untuk membuka mulutnya dengan lebar, dengan lidah pada dasar mulut untuk
menyauk/mengangkat payudara ke atas. Usahakan agar kepala dan leher jangan terpilin
karena hal ini juga akan melindungi jalan napas dan akan membantu refleks mengisap-
menelan-bernapas.
10
membiarkan hidung bebas. Dengan menekankan kepala bayi pada payudara juga akan
menimbulkan penolakan payudara (Pollard, 2015).
d. Dekatkan bayi Bawalah bayi ke arah payudara dan bukan sebaliknya karena dapat
merusak bentuk payudara.
e. Hidung harus menghadap ke arah puting Hal demikian akan mendorong bayi untuk
mengangkat kepalanya ke arah belakang dan akan memandu pencarian payudara dengan
dagunya. Dengan posisi demikian, lidah juga akan tetap berada di dasar mulut sehingga
puting susu berada pada pertemuan antara langit-langit keras dan lunak.
f. Dekati bayi ke payudara dengan dagu terlebih dahulu Dagu akan melekukkan payudara
ke dalam dan bayi akan menyauk payudara masuk ke dalam mulutnya, untuk perlekatan
yang benar seperti tampak pada Gambar 4.7.
Pada beberapa hari pertama penyusuan, seorang ibu membutuhkan dukungan untuk menemukan
posisi yang nyaman baginya. Jelaskan kepada ibu untuk memastikan bahwa pakaian yang
dikenakannya sebaiknya yang nyaman dan tidak mengganggu proses menyusui. Banyak ibu yang
merasa haus ketika menyusui, maka baik apabila disediakan minum. Untuk mempertahankan
kenyamanan posisi, dapat dosokong dengan bantal, untuk menyokong bagian belakang tubuhnya
atau bangku kecil untuk penyangga kaki. Bila perineumnya terasa sakit dimungkinkan karena
adanya jahitan, maka ibu mungkin membutuhkan bantal untuk duduk. Bila ibu dalam posisi
berbaring dapat digunakan bantal untuk menyokong punggung atau kepalanya agar dapat
membuat posisi lebih nyaman.
Beberapa ibu mungkin perlu mendapat bantuan dan dukungan pada hari-hari pertama menyusui,
terutama bila mereka belum pernah mempunyai pengalaman menyusui sebelumnya. Di RS pada
ibu yang postpartum SC, membutuhkan petunjuk dan bimbingan tentang posisi yang paling
nyaman saat menyusui dan mencegah bayi berbaring pada bagian luka operasi. Ibu-ibu yang
mempunyai anak kembar membutuhkan bantuan tambahan untuk menentukan posisi bayi-
bayinya. Beberapa ibu sangat terbantu apabila payudaranya disangga. Ini dapat dilakukan dengan
menempatkan jari-jari membentuk sudut yang tepat terhadap jari-jari lainnya (shaping) atau
secara sederhana ibu jari dan jari telunjuk serta jari lainnya membentuk huruf C. Para ibu harus
11
diberi penjelasan untuk tidak merubah bentuk (shaping) payudara karena dapat menghambat
aliran ASI.
Gambar 4.7. Perlekatan yang Benar dan yang Salah (Sumber: Perinasia, 2004)
Berikut beberapa contoh posisi-posisi ibu yang umum dalam menyusui dapat dilihat pada
Gambar 4.8. a. Posisi mendekap atau menggendong (cradle hold atau cradle position) Posisi ini
adalah posisi yang paling umum, dimana ibu duduk tegak. Leher dan bahu bayi disangga oleh
lengan bawah ibu atau menekuk pada siku. Harus diperhatikan agar pergerakan kepala bayi
jangan terhalang. b. Posisi menggendong silang (cross cradle hold) Hampir sama dengan posisi
mendekap atau menggendong tetapi bayi disokong oleh lengan bawah dan leher serta bahu
disokong oleh tangan ibu c. Posisi dibawah tangan (underarm hold) Merupakan posisi yang
cocok khususnya untuk menghindari penekanan pada luka operasi SC. Ibu tegak menggendong
bayi di samping, menyelipkan tubuh bayi ke bawah lengan (mengapit bayi) dengan kaki bayi
mengarah ke punggung ibu. d. Baring menyamping/bersisian (lying down)
Posisi ini sangat berguna bila ibu lelah atau menderita sakit pada perineum. Bayi menghadap
payudara, tubuh sejajar, hidung ke arah puting.
12
(Sumber: McKesson Health Solutions LLC, 2002) Gambar 4.8. Berbagai Macam Posisi
Menyusui
2. Perlekatan pada payudara Reflek rooting dan sucking akan distimulasi oleh sentuhan halus
payudara. Segera setelah bayi mengarah ke puting dan menyentuhnya dengan bibir bawah, maka
refleks membuka mulut akan dirangsang (Both dan Frischknect, 2008). Bayi akan membuka
mulut lebar-lebar dengan lidah pada dasar mulut. Bila mulut tidak dibuka cukup lebar atau bila
lidah berada di langit-langit mulut, maka bayi tidak dapat melekat pada payudara secara efektif,
yang mengakibatkan bayi mengisap puting. Pelekatan yang tidak baik dapat menjadi awal
timbulnya berbagai masalah dalam menyusui. Bidan harus mengajari ibu tentang tanda-tanda
pelekatan yang efektif untuk menjamin proses menyusui yang efektif, yang meliputi (UNICEF,
2008) sebagai berikut:
a. Mulut terbuka lebar, lidah di dasar mulut, menyauk payudara mengisi mulut dengan
penuh.
b. Dagu melekukkan payudara ke dalam.
c. Bibir bawah menjulur keluar dan bibir atas berada dalam posisi netral.
d. Pipi penuh.
e. Terdengar suara menelan.
f. Terlihat susu pada sudut-sudut mulut.
g. Areola lebih banyak terlihat di atas bibir atas dibandingkan dengan bibir bawah.
Perlekatan yang efektif atau benar seperti terlihat pada Gambar 4.7, penting agar proses
menyusui berhasil dengan sukses dan para bidan harus mengembangkan ketrampilan dalam
menilai dan memberikan saran pada para ibu. Ini adalah persoalan yang dijumpai dalam budaya
13
susu botol, ketika banyak ibu mungkin belum pernah menyaksikan pemberian ASI yang sukses
sebelumnya, dan kurangnya dukungan dari keluarga serta teman-teman. Perlekatan yang tidak
baik atau tidak efektif pada payudara dapat menimbulkan luka atau puting lecet. Perlekatan pada
payudara yang tidak sempurna ini akan berakibat pada pengeluaran ASI yang tidak efektif dan
stasis ASI yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan payudara, sumbatan duktus,
peradangan payudara (mastitis) dan kemungkinan abses (UNICEF, 2008). Karena pengeluaran
ASI tidak efektif, maka terjadi kenaikan FIL yang berakibat pada turunnya produksi ASI. Bentuk
sel-sel laktosit akan berubah sehingga mencegah pengikatan prolaktin pada sel-sel tersebut dan
dengan demikian produksi ASI akan melambat dan pada akhirnya berhenti berproduksi. Suplai
ASI yang tidak baik mengakibatkan bayi tidak puas, menyusu untuk waktu yang lama atau
menjadi frustasi menolak untuk mendekat payudara dan gelisah. Bayi tidak mau mengosongkan
payudara untuk mendaptkan ASI yang mengandung lemak lebih banyak dan akan mengalami
nyeri perut (colic) dan tinjnya akan keluar secara eksplosif, berarir dan berbusa. Pada akhirnya
keadaan ini mengakibatkan kenaikan berat badan yang tidak memadai dan gagal untuk
bertumbuh kembang dengan baik. Banyak ibu menganggap ini sebagai ketidakmampuan dalam
memproduksi cukup ASI untuk memuaskan bayi (UNICEF, 2008 cit Pollard, 2015). Salah satu
tanda perlekatan yang baik adalah bahwa puting harus tetap berbentuk bulat dan tidak berubah
(UNICEF, 2008). Sukar untuk memberi batasan tentang lamanya menyusui karena bersifat
individual bagi tiap bayi. Pada akhir penyusuan bayi akan menjadi lebih santai dan akan
melepaskan payudara, puting harus terlihat bulat dan sehat. Pada beberapa minggu pertama,
biasanya bayi menyusu 8-12 kali sehari.
Tanda-tanda pelekatan yang tidak efektif dalam pola menyusui adalah sebagai berikut. a. Bila
bayi terus mengisap dengan cepat dan tidak menunjukkan tanda-tanda pengisapan dengan irama
lambat, maka keadaan ini dapat merupakan tanda-tanda pengisapan dengan irama lambat, maka
keadaan ini dapat merupakan tanda adanya pelekatan yang tidak baik. b. Menyusu dengan sangat
lama dan sering atau menyusu dengan waktu sangat pendek. c. Kolik dan tinja encer serta
berbusa. d. Menolak payudara (UNICEF, 2008).
14
2.3 Masalah dalam Pemberian ASI
1. Puting susu lecet Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena
putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
Pada keadaan puting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
a. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
b. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain,
seperti krim, salep dan lain-lain.
c. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam
dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
d. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
e. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun.
2. Payudara bengkak Bedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI dengan payudara
bengkak. Pada payudara penuh, rasa berat pada payudara, payudara panas dan keras. Bila
diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak, payudara udem, sakit,
puting kenceng, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa atau diisap ASI tidak
keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI yang
meningkat, terlambat menyusukan dini, pelekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI
dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah hal ini
diperlukan:
a. Menyusui dini.
b. Pelekatan yang baik.
c. Menyusui on demand, bayi harus lebih sering disusui.
15
Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar
ketegangan menurun, dan untuk merangsang refleks oxytocin, maka dilakukan:
3. Mastitis atau abses payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
erah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa
ada masa padat (lump), dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas
1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan
ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga
karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI
yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang
menggantung. Ada dua jenis mastitis, yatu mastitis yang terjadi karena milk stasis adalah non
infection mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri (infective mastitis). Lecet pada puting dan
trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut (Perinasia, 2004).
Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin
memerlukan tindakan bedah.
16
2.4 Breast Care
Breast Care adalah massage yang dilakukan ke payudara Ibu agar saluran ASI yang tersumbat
dapat terbuka dan lancar. Pada hari kedua atau ketiga setelah melahirkan, biasanya payudara
akan kencang karena produksi ASI mulai banyak, tetapi saluran masih tersumbat. Ini yang terjadi
pada saya, pada saat ASI mulai banyak, payudara saya sakit sekali dan sangat kencang tetapi ASI
yang keluar sedikit, sehingga dokter menyarankan untuk Breast Care.
Pijatan yang dilakukan di sana ada beberapa step (mungkin tiap Rumah Sakit berbeda). Tetapi
yang mau akan sharing adalah, Breast Care merupakan massage yang paling sakit dan
mengerikan, karena payudara kita dipijat dan ditekan hingga air susu yang mengeras bisa hancur.
Dan biasanya, Ibu yang mengalami mastitis pasti juga akan disarankan untuk Breast Care. Cara
pijat ini biasanya bisa dilakukan di rumah sebelum kita memberi ASI atau memompa supaya
saluran ASI kita tetap lancar.
Tetapi perlu diingat, jika sedang mengalami Mastitis parah, jangan melakukan Breast
Care karena jika dipijat secara paksa atau tidak hati-hati, bisa menyebabkan pembuluh darah di
payudara pecah dan akibatnya akan semakin parah karena bagian yang radang dan terinfeksi
17
akan menyebar. Bagi Moms yang ingin memperlancar aliran ASI, bisa meminta anjuran dokter
laktasi ataupun perawat di Rumah Sakit mengenai Breast Care.
Waktu Pelaksanaan
Dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari
1. Tempelkan/ kompres putting ibu dengan kapas / kassa yang sudah diberi minyak kelapa (
baby oil ) selama ± 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan
2. Melakukan Perawatan Putting dengan Cara :
a. Jika putting susu normal, lakukan perawatan berikut:
b. Oleskan minyak pada ibu jari telunjuk, lalu letakkan pada kedua putting susu. Lakukan
gerakan memutar kearah dalam sebanyak 30x putaran untuk kedua putting susu.
c. Jika putting susu datar atau masuk ke dalam , lakukan tahap berikut:
18
i. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu, kemudian tekan dan
hentakkan kearah luar menjauhi putting susu secara perlahan.
ii. Letakkan kedua ibu jari diatas dan di bawah putting susu, lalu tekan serta hentakkan
kea rah luar menjauhi putting susu secara perlahan.
4. Selesai pengurutan, kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit,
kemudian ganti dengan kompres waslap dingin selama 1 menit.
5. Keringkan payudara dengan handuk kering dan pakaikan bra.
19
5. Untuk merangsang pengeluaran ASI
Sebagian wanita, memerah dengan tangan (marmet) bisa menjadi alternatif yang lebih nyaman
dibanding dengan pompa ASI.Prosesnya dapat dilakukan di mana saja,dan tanpa membutuhkan
alat atau perangkat khusus.
1. Gunakan container atau wadah yang paling bersih, bisa terbuat dari plastik atau bahan
metal (paling baik karena lemak dari ASI dapat menempel pada sisi wadah dari kaca).
2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduklah dengan santai.Duduk dengan sedikit
mencondongkan badan kedepan. Atau dapat duduk di kursi dengan container atau wadah
di pangkuan anda. Wadah dengan mulut yang lebar seperti mangkok akan lebih mudah.
3. Letakkan sehelai kain yang telah dilembapkan dengan air hangat pada payudara selama 2
menit. Ini dapat membantu pengeluaran susu. Meski ini tidak diperlukan, namun hal ini
sama sekali tidak merugikan.
4. Massage dengan lembut payudara dari dasar payudara kearah puting susu untuk
merangsang reflek oksitosin (let down reflex). Rangsang puting susu dengan ibu jari dan
jari telunjuk anda. Gunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat akan
membantu ASI lebih mudah keluar.
5. Letakkan ibu jari di bagian atas di bagian luar areola ( di jam 12) dan jari telunjuk serta
jari-jari lain di bagian bawah areola (di jam 6) atau membentuk huruf C.
6. Tekan jari-jari anda kebelakang kearah dada kemudian pencet dan tekan payudara anda
diantara jari-jari, dan lepaskan, dorong kearah puting seperti mengikuti gerakan mengisap
bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
7. Hindari menarik atau memeraster lalu keras dan bersabarlah, mungkin akan memakan
waktu yang agak lama pada awalnya.
8. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan anda merasa telah
mengosongkan payudara sebanyak yang anda bisa.
9. Tampung ASI dalam wadah yang sudah disiapkan dan bilaingin memerah kedua
payudara, lakukan bergantian setiap 3-5 menit sampai kedua payudara terasa kosong
20
B. Menggunakan Pompa Manual
1. Letakkan lapisan payudara di atas puting Anda. Pastikan ukurannya sesuai untuk
payudara Anda. Jika ukurannya tidak cocok dengan payudara Anda, lapisan ini
bisa menyebabkan kegagalan memompa, rasa sakit dan iritasi payudara.
2. Tekan pompa. Pegang lapisan payudara dengan satu tangan dan tekan pompa
dengan tangan Anda yang lain. ASI akan mulai masuk kedalam botol.
3. Ganti posisi pegangan pompa jika perlu. Mengganti posisi pegangan pompa bisa
mempengaruhi daya isapnya
4. Tubuh membungkuk kedepan untuk membantu susu keluar dengan lebih
mudah. Gaya gravitasi bisa membantu menarik aliran susu kedalam botol.
5. Terus memompa hingga aliran nya melambat. Saat memompa dengan pompa
manual, waktu yang diperlukan biasanya sekitar kurang lebih 45 menit.
C. MenggunakanPompaElektrikatauBertenagaBaterai
1. Letak kan lapisan payudara di atas puting dengan tepat. Jika Anda memiliki
pompa ganda, letakkan 2 lapisan di atas kedua putingAnda secara bersamaan.
Pompa ganda bisa menghemat banyak waktu bagi ibu yang ingin memompa ASI
dengan cepat atau ibu dengan bayi yang membutuhkan banyak ASI.
2. Nyalakan dan biar kan mesinnya bekerja. Susu akan dipompa secara otomatis dari
payudara Anda kedalam botol
3. Sesuaikan daya isap otomatis sesuai kebutuhan. Jika aliran susu terlihat lambat
atau Anda merasa sakit, ubah daya isapnya. Ubah posisi payudara dan tubuh Anda
secara keseluruhan. Proses memompa seharusnya tidak terasa sakit walaupun
terasa aneh pada awalnya.
4. Tetaplah tenang selama memompa ASI. Hal ini akan mempermudah proses
memompa. Beberapa ibu bisa merasa tidak tenang karena suara mesin pompa.
Tapi jika Anda tetap tenang, Anda akan menghasilkan lebih banyak susu dalam
waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan jika Anda merasa cemas.
21
5. Teruskan hingga aliran susu melambat. Saat menggunakan pompa elektrik atau
pompa bertenaga baterai, Anda bisa selesai dalam waktu antara 15 hingga 20
menit.
22
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang dilakukan pada
ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara dimulai
sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Perawatan
payudara untuk ibu nifas yang menyusui merupakan salah satu upaya dukungan terhadap
pemberian ASI bagi buah hati.
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil,
yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
3) Untuk menonjolkan puting susu
4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6) Untuk memperbanyak produksi ASI
7) Untuk mengetahui adanya kelainan
23
DAFTAR PUSTAKA
https://pijatsemarang.wordpress.com/2013/01/30/pijat-payudara-apa-manfaat-dan-bahayanya/
Astuti, Reni Yuli. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Prawirohardjo,
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
https://id.m.wikihow.com/Memerah-ASI-dengan-Tangan-(Marmet)
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/memerah-asi
24