Tanah Ultisol
Kata Ultisol berasal dari bahasa latin “ultimus” yang berarti terakhir atau
pada kasus-kasus ultisol, tanah yang mengalami pelapukan terbanyak dan hal
aluminium yang tinggi (Foth, 1995). Menurut Soil Survey Staff (2014)
menyebutkan bahwa tanah ultisol mempunyai horizon argilik atau horizon kandik,
dengan kejenuhan basa (jumlah kation) kurang dari 35 % pada horizon tanah yang
lebih rendah.
tanah, kejenuhan Al-dd yang tinggi, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa-
basa yang rendah serta kadar mineral lapuknya yang sangat rendah. Hal ini
dikarenakan tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada
daerah-daerah beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi.
Sehingga tanah mengalami proses pencucian yang sangat intensif (Munir, 1995).
Sedangkan sifat kimia yang terdapat pada tanah ultisol yakni kemasaman
(pH) kurang dari 5,5, kandungan bahan organik rendah sampai sedang, kejenuhan
basa kurang dari 35%, serta kapasitas tukar kation kurang dari 24 me/100 gram
liat. Tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-
daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi (seperti
halnya di Indonesia), ini berarti ultisol merupakan tanah yang telah mengalami
proses pencucian sangat intensif, hal ini yang menyebabkan ultisol mempunyai
kejenuhan basa rendah. Selain itu, ultisol juga memiliki kandungan Al-dd yang
Kapasitas tukar kation pada tanah ultisol tergolong rendah yaitu berkisar 6,10 –
tersedia menjadi tidak tersedia. Pada tanah masam kelarutan logam seperti Al, Fe,
menyebabkan unsur hara makro seperti Fosfor (P) menjadi tidak tersedia bagi
umumnya rendah sampai sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5 - 10). Selain
rendah dan K-potensial yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan
atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd
pertumbuhan buruk dan produksi rendah Tanah mineral masam ultisol yang
didalamnya terdapat mineral liat kaolinit, yang tersusun atas ion Al dan Si,
sehingga dengan berjalannya terus proses mineralisasi maka ion Al3+ akan
(Hutagaol, 2003).
Peran Al dapat ditukar pada tanah ultisol sangat penting, karena pada
tanah - tanah tersebut sering ditemukan kejenuhan Al nisbi yang tinggi. Dari hasil
dari pada tanah - tanah yang lain, bahkan bisa mencapai lebih dari 85 %. Di dalam
tanah-tanah yang mempunyai pH lebih besar dari 6,0 kandungan Al-dd dan
Bahan Organik
ulang atau dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik yang
Proses mineralisasi bahan organik yang terus bejalan menyebabkan jumlah bahan
akan menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil
yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka akan semakin banyak
terpenting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis dan dapat membuat
unsur hara dari bentuk tak tersedia menjadi bentuk lebih tersedia untuk
berbagai unsur hara terutama unsur hara makro N, P, K, serta unsur hara mikro
serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al
tanah, semakin tinggi jumlah asam-asam organik tanah yang dihasilkan dari
sekitar 48%-58% dari berat total bahan organik. Bahan organik berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman dan bobot kering tanaman karena bahan organik yang
jumlah karbon berhubungan dengan nutrisi lain di dalam tanah, sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien bagi tanaman
(Hanafiah, 2009).
memperbaiki sifat-sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Pupuk organik yang
unsur-unsur hara makro dan mikro lainnya. Penambahan bahan organik seperti
kompos kedalam tanah juga akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
semak di pinggir jalan, tebing, dan sekitar lahan pertanian. Tanaman ini telah
menyebar hampir di seluruh dunia, dan sudah dimanfaatkan sebagai kompos oleh
(Hartatik, 2007).
tanah dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan unsur hara, serapan air tanah
(Jama, 2000).
yang diberikan tithonia. Tanah yang diberikan pupuk TSP berhasil hanya 250-300
kg/Ha lebih tinggi daripada kontrol. Sedangkan pada tanah yang diaplikasikan
tithonia atau lantana, menghasilkan jagung lebih dari 1.000 kg/Ha lebih tinggi
daripada kontrol. Kesimpulan unggul yang lain yaitu setelah diterapkan, sisa atau
perkebunan, yang hanya sebesar 0,15 - 0,20% fosfor (Wanjau, dkk, 2002).
Kulit buah durian merupakan bahan organik yang sangat mudah diperoleh
Produksi yang tinggi pada buah durian juga menghasilkan limbah kulit durian
yang tinggi. Hal ini apabila tidak dipergunakan atau dimanfaatkan maka
pupuk organik yang diharapkan berguna bagi tanaman, dan dapat memperbaiki
Pertanian, pada tahun 2014 adalah sebesar 147.503 ton dan cenderung meningkat
sepanjang tahun. Dari buah durian ini diperoleh kulit durian sebesar 62,4% dan
disebabkan oleh kandungan basa basa kompos yang sangat tinggi sehingga
menyebabkan peningkatan pH yang sangat jelas. Peningkatan basa basa ini juga
kompos kulit buah durian dan kompos kulit buah kakao juga menyebabkan Al-dd
durian pada 3 taraf (0 g, 3,75 g, dan 7,5 g) dan kapur dolomit. Hasilnya
kosong kelapa sawit. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik
akan menghasilkan 220 kg TKKS, 670 kg limbah cair, 120 kg serat mesocarp, 70
kg cangkang, dan 30 kg palm kernel cake. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
0.22% P2O5, 0.30% MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm
Cu, dan 51 ppm Zn. Setiap ton TKKS mengandung unsur hara yang setara dengan
Kompos tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan oleh pabrik kelapa
sawit merupakan sumber hara yang potensial yang berfungsi sebagai bahan
pembenah tanah karena tingginya kandungan karbon yang terdapat dalam bahan
organik. Selain itu, kompos dari tandan kosong kelapa sawit juga memiliki pH
kemasaman tanah. Kompos TKKS mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang
yang sangat lama karena sifat kimia dan fisika tersebut yang berkaitan dengan
sebesar 45,95%, 22,84%, dan 16,45% dasar kering. Penambahan bahan organik
berupa kompos tandan kosong kelapa sawit kedalam tanah rata-rata kandungan
berbagai dosis tanpa maupun dengan tambahan pupuk organik secara nyata
KTK dan kejenuhan basa. Sedangkan kadar Al tertukar dalam tanah dengan
aplikasi tandan kosong kelapa sawit ini mengalami penurunan. Hal ini
sifat kimia tanah dan dapat menekan Al bebas (Al-dd). Tandan kosong kelapa
sawit sebagai sumber bahan organik dapat mengikat Al sehingga berbentuk ikatan
Pupuk kandang ayam adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran
ternak ayam yang memiliki kandungan unsur hara P2O5 (%) paling banyak
dibandingkan pupuk kandang lainnya. Kandungan unsure hara P2O5 pada hewan
(unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserapnya dari dalam tanah. Selain itu,
pupuk kandang ternyata mempunyai pengaruh yang positif terhadap sifat fisik dan
kimia tanah, mendorong kehidupan (perkembangan) jasad renik. Dengan kata lain
hara mikro yang semua membentuk pupuk, menyediakan unsur atau zat makanan
memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan pupuk alam lainnya maupun pupuk
buatan. Walaupun cara kerjanya kalau dibandingkan dengan cara kerja pupuk
buatan dapat dikatakan lambat karena harus mengalami proses perubahan terlebih
dahulu sebelum dapat diserap oleh tanaman (Sastrosupadi dan Santoso, 2005).
hewan ternak besar dengan kadar hara tiap tonnya yaitu 65,8 kg N /ton , 13,7 kg
P/ton dan 12,8 kg K/ton. Sedangkan hewan ternak besar dengan bobot kotoran
yang sama mengandung 22 kg N/ ton, 2,6 kg P/ton dan 13,7 kg K/ton. Hal ini
pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk
kandang yang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari
pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urin) bercampur dengan
bagian padat.
perlakuan interaksi pemberian pupuk kandang ayam berbeda sangat nyata dalam
meningkatkan serapan P, berat kering atas tanaman, berat kering bawah tanaman.
Hal ini dikarenakan pupuk kandang ayam dapat memperbesar ketersedian P tanah
tersebut menghasilkan ion yang dapat memutuskan ikatan antara P dengan unsur
nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang lainnya serta kandungan P
dan K yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang lainnya. Lebih lanjut
dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena
bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat. Berikut kandungannya lebih
Reaksi Tanah
Reaksi tanah tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa
menjadi faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah. Reaksi tanah (pH) sangat
berhubungan dengan proses-proses yang sangat erat kaitannya dengan siklus hara,
penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor
basanya tercuci sehingga tanah bereaksi masam dan memiliki kejenuhan Al yang
disebabkan P terfiksasi liat, Al dan Fe membentuk Al-P dan Fe-P yang sukar larut
Peran Al dapat ditukar pada tanah ultisol, oxisol dan alfisol sangat penting,
karena pada tanah - tanah tersebut sering ditemukan kejenuhan Al nisbi yang
yang lebih tinggi daripada tanah - tanah yang lain,bahkan bisa mencapai lebih dari
85%. Didalam tanah, Al-dd akan mengendap pada pH antara 5,5 sampai 6,0,
sehingga pada tanah - tanah yang mempunyai pH lebih besar dari 6,0 kandungan
(Munir, 1996).
Bahan organik sangat berperan dalam memperbaiki sifat kimia dan juga
dalam pembebasan P-fiksasi oleh senyawa Al dan Fe. Asam - asam organik yang
dilepaskan mampu mengikat ion logam seperti Al dan ion Fe di dalam tanah,
tanah. Senyawa - senyawa termasuk asam humat dan fulvat mampu membentuk
Hidrogen (H) merupakan bagian penting setiap asam. Pada tanah asam,
Hidrogen bergabung dipermukaan partikel halus liat dan humus, disebut koloid.
keasaman. Koloid tidak membentuk larutan asli didalam air, seperti gula dan
air lumpur. Bila bergabung dengan H, koloid dapat bersifat tak terlarut
yang dibebaskan dari bahan organik sangat ditentukan oleh keseimbangan antara
adanya proses atau reaksi mineralisasi atau adanya penambahan N anorganik hasil
tergantung pada sifat fisik, kimia bahan organik, kondisi lingkungan dan
oleh tingginya rasio C/N bahan organik dengan immobilisasi N mikrobia yang
dari bahan organik yang dirombak sehingga keberadaan N tersedia tanah menjadi
kekurangan nitrogen.
Unsur hara N tidak diperoleh dari hasil pelapukan batuan, melainkan sumber
utama N berasal dari hasil dekomposisi bahan organik. Selain unsur N, hampir
semua unsur hara seperti P, K, Ca dan S serta unsur hara mikro diperoleh dari
Fosfor (P) tersedia dalam tanah terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-,
HPO42-, dan PO43-, dan umumnya diserap tanaman dalam bentuk ion ortofosfat
primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO42-). Bentuk yang paling
dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung pada pH tanah. Pada
pH tanah yang rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion ortofosfat primer, dan
pada pH yang lebih tinggi ion ortofosfat sekunder yang lebih banyak diserap
mikroorganisme yang tersusun dalam asam nukleat dan fosfolipid. Bentuk fosfor
anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut, (Rao, 1994). Fungsi dari fosfor bagi
unsur N, P, K juga mengandung unsur hara lainnya yang sangat dibutuhkan oleh
asam organik dan CO2. Gas CO2 larut dalam air membentuk asam karbonat yang
tanaman. Juga menghasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, asam oksalat,
asam tartarat, asam malat, dan asam melanolat. Asam-asam organik tersebut dapat
K-Tukar Tanah
ujung daun paling tua (bawah), meluas sepanjang pinggir, disertai khlorotik
K-total yang tinggi. Meskipun K dipegang kompleks jerapan tanah, namun sedikit
yang dapat dipertukarkan. Dengan demikian, proporsi terbesar adalah tidak larut
atau relatif tidak tersedia. Kalium tersedia hanya 1 hingga 2 persen dari total
sedikit demi sedikit larut dalam air tanah, asam karbonat, atau asam-asam lain.
liat Kaolinit dan Ilit, silikat, dan K-hidroksida (Sutarta et al, 2001).
penggunaan K yaitu mengatur cara dan waktu pemberian pupuk yang tepat. Hal
ini merupakan alasan mengapa K diberikan lebih dari satu kali (split application)
Tanah ultisol merupakan tanah yang memiliki nilai K-dd yang berkisar
sedang, berdasarkan hasil analisis tanah RISPA (Riset dan Penelitian) tahun 1975
pada tanah ultisol Simalingkar B mempunyai kriteria N (%) = 0,15 (agak rendah),