Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS INDONESIA

Interpretasi Penampang Seismik Gelombang S dengan Pengolahan


Komponen Radial Data Multikomponen pada Lapangan “F”

SKRIPSI

FITRIA

1006703351

PEMINATAN GEOFISIKA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPOK

2014
Ringkasan Tugas Akhir / Skripsi

Nama, NPM : Fitria, 1006703351


Pembimbing : Dr.rer.nat Abdul Haris
Judul (Indonesia) : Interpretasi Penampang Seismik Gelombang S dengan
Pengolahan Komponen Radial Data Multikomponen pada
Lapangan “F”
Judul (Inggris) : Interpretation of S-Wave Seismic Section by Radial
Component Processing of Multi-component Seismic Data
on F Field

ABSTRAK

Telah dilakukan pengolahan data multikomponen seismik pada komponen radial


untuk menganalisis kualitas data yang dihasilkan oleh S-Wave. Data seismik yang
digunakan pada penelitian ini adalah data seismik multi komponen pada Zona
Transisi yaitu data Ocean Bottom Cable. Pengukuran multikomponen seismik
dengan menggunakan tiga komponen (X, Y, Z) dari geophone beserta satu
komponen dari hydrophone akan merekam Wavefield seismik lebih lengkap dari
pada pengukuran secara konvensional.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hasil pengolahan data multikomponen
seismik pada komponen radial yaitu komponen Y pada Geophone. Pengolahan
data pada komponen radial dilakukan dari reformat sampai dengan geometri.
Untuk mendapatkan penampang seismik dari gelombang S tidak bias digunakan
pengolahan data menggunakan alur kerja secara konvensional. ACP (Asymptotic
Conversion Point) adalah salah satu proses pengolahan data gelomang S yang
paling penting.
ACP berhasil menentukan nilai Vp/Vs pada data multikomponen seismik ini.
Sehingga dapat digunakan untuk melakukan CCP (Commont Conversion Point)
Binning. Sehingga menghasilkan data yang lebih bersih dari noise-noise yang
menunjukkan adanya berbedaan litologi dibawah permukaan bumi, hal ini
ditandai oleh perbedaan kecepatan perambatan gelombang pada TWT yang sama.

Kata kunci: Seismik Multikomponen, Ocean Bottom Cable, S-wave

1
ABSTRACT

We have processed seismic multi-component data especially on radial component


to analyze data qualities of Fracture S-Wave. In this study, the seismic data are
multi-component seismic data on the transition zone. Multi-component seismik
measurements using three components (X, Y, and Z) of geophones and
hydrophones component, they will record seismik wave field more complete than
the conventional measurements.
This study do to analyze the results of multicomponent seismic data processing in
that is the radial component of the Y component Geophone. The processed on
radial component conducted from reformat to geometry. To get a section of the S
wave seismic refraction is not use conventional workflow. ACP (Asymptotic
Conversion Point) is the most important one of the S- Wave data processing.
ACP succeeded in determined the Vp/Vs value of multicomponent seismic data.
So it can be used to perform the CCP (commont Conversion Point) binning. So as
to produce data was cleaner than noises that were shows different lithology of
subsurface; it is characterized by wave velocity different in the layer at the same
TWT.
Key words: Multi-component seismic, Ocean Bottom Cable, S-wave

2
1. PENDAHULUAN gelombang S, sehingga menjadi tiga
komponen (3C) atau disebut dengan
Metode seismik yang sering
Multikomponen Seismik. Pada saat energi
digunakan adalah Metode seismik refleksi
seismik gelombang P menjalar ke dalam
yang banyak diaplikasikan dalam
permukaan bumi, maka terjadi konversi
melakukan eksplorasi minyak dan gas
gelombang akibat energi seismik tersebut
bumi, karena dalam menggambarkan
mengenai interface seismik. Sebagian
struktur perlapisan dibawah permukaan
energi dikonversi ke dalam gelombang S
bumi, Metode ini mempunyai ketepatan
dan dipantulkan kembali serta ditangkap
dan resolusi yang tinggi dibanding dengan
oleh geophone di permukaan. Jika source
metode-metode yang lain.
yang digunakan berupa gelombang P dan
Metode seismik multikomponen mode gelombang yang ditangkap oleh
meliputi analisis gelombang P dan juga receiver berupa gelombang P maka
menganalisis gelombang yang terkonversi dinamai P-P, sedangkan jika yang
(Converted Wave) yaitu gelombang P ditangkap oleh receiver berupa konversi
menjadi S dalam refleksi. Converted Wave gelombangnya yaitu gelombang S, maka
telah berhasil digunakan untuk eksplorasi dinamai P-S (Dang and Leendert, 2010).
hidrokarbon, penyerapan CO2, pemetaan
Converted wave menunjukkan
kesalahan, dan studi hidrotermal.
bahwa gelombang terkonversi dengan
Sebagaimana gelombang P, refleksi
kondisi tertentu di Bumi. Gelombang P
gelombang S akan berbeda pada interface
merambat ke bawah permukaan bumi dan
yang berbeda, Converted Wave dapat
merefleksikan kembali ke atas sebagai
memberikan penentuan yang lebih baik
gelombang S, yang umumnya
untuk sifat jenis batuan, dan saturasi fluida
dilambangkan sebagai gelombang PS atau
dalam reservoir hidrokarbon (MacLeod et
C-wave. Dalam disertasi ini, PS-
al, 1999;.. Stewart et al, 2003; Wei dan Li,
gelombang yang digunakan untuk
2003).
mewakili P-S Converted Wave. Modeling
Pada awalnya eksplorasi seismik
dan bidang pengukuran menunjukkan
yang dilakukan hanya satu komponen saja
bahwa refleksi P-to-S primer umumnya
(1C) yaitu gelombang P baik di darat
memiliki amplitudo yang jauh lebih tinggi
(onshore) maupun di laut (offshore).
daripada konversi ditransmisikan atau
Dengan perkembangan teknologi,
beberapa lainnya (Rodriguez, 2000).
geophone (receiver) dirancang untuk bisa
merekam gelombang P dan kedua tipe
2. TINJAUAN TEORITIS

61 Universitas Indonesia
Akuisisi multikomponen pada laut
Survei seismik pada permukaan biasanya terdiri dari dua kapal, satu
konvensional hanya merekam gelombang bertindak sebagai source dan yang lain
yang terkompresi, atau P-Wave. Namun sebagai penyebaran kabel dan perekam.
pada survei multicomponent seismic akan Sebuah kabel perekaman dasar laut
merekam keduanya yaitu gelombang P dan diperlukan karena S-wave tidak dapat
gelombang geser, atau Fracture S-Wave. melakukan perjalanan melalui air.
Hal ini didapatkan dengan merekam Pengolahan data Multicomponent Seismic
kembali semua komponen Wavefield. ini hampir sama dengan pengolahan data
masing-masing sensor dalam kabel darat (land). Perbedaan utama adalah
rekaman multikomponen terdiri dari tiga posisi source yang harus dipindahkan ke
ortogonal geophone yang berorientasi bawah dasar permukaan laut.
untuk akuisisi darat, ditambah hydrophone
Komponen X (crossline), Y (inline) dan
untuk akuisisi laut. Gelombang P yang
Z (vertical) adalah tiga komponen dari
terdeteksi terutama oleh Z-komponen
Geophone (gambar 2.2) untuk mengukur
geophone dan hydrophone, sedangkan S-
pergerakan partikel secara vertikal (atas-
wave yang terdeteksi terutama oleh
bawah) dan dua arah horizontal (timur-
komponen X dan Y pada Geophone
barat dan utara-selatan) seperti pada
(WesternGeco).
gambar 2.3.

Gambar 2. 2 Common Shot Gather 4C


Gambar 2. 1 Multi-component Seismik hidrophone dan 3 Geophone (Smit, et al.,
Overview (WesternGeco) 2006)

4
Gambar 2. 3 Gambaran arah pergerakan
partikel komponen Geophone (Smit et al,
2006)
Gambar 2.4 (kanan) Output seismik
multikomponen pada P-wave dan (kiri) S-wave
Komponen geophone vertikal (Jianhua, 2004)
(warna hijau) memiliki kemampuan
Pada Gambar 2.4 terlihat
mencatat gelombang P lebih baik
penampang seismik P-P mengalami data
dibanding gelombang S, sedangkan
yang nampak kabur akibat kehadiran gas
komponen horizontal (warna merah dan
chimney, sedangkan pada penampang
biru) akan merekam gelombang S lebih
seismik P-S menunjukkan reflektor yang
baik dibanding merekam gelombang P.
lebih jelas karena gelombang S tidak
Dimana gelombang S itu sendiri
terpengaruh dengan fluida dalam kasus ini.
merupakan gelombang yang terkonversi
Oleh karena itu, dengan adanya
dari gelombang P akibat menghantam
penampang seismik P-S akan membantu
reflektor, selanjutnya disebut dengan (P-S),
dalam interpretasi struktur yang lebih
sementara gelombang P yang terefleksikan
akurat. Kedua data seismik P-P dan P-S ini
disebut dengan (P-P).
jika di inversi (joint inversion) dapat
P-S sekitar dua kali lebih besar
digunakan dalam karakterisasi reservoir
dibandingkan TWT pada P-P karena
yang lebih baik.
kecepatan gelombang S lebih lambat
daripada kecepatan gelombang P. Seismik Sebelum dilakukan pengolahan data
P-S mempunyai tingkat resolusi vertikal selanjutnya, hal lain yang penting yang
sedikit lebih baik daripada seismik P-P harus dilakukan adalah pembalikan
yang diakibatkan faktor kecepatan yang polaritas untuk komponen horizontal, baik
lebih rendah serta bandwidth yang lebih bernilai positif ataupun negatif. Hal
lebar (Chopra and Stewart, 2010). tersebut dilakukan untuk membenarkan
penyebaran yang terbalik. Untuk survei 3-

5
D koreksi pembalikan polaritas mungkin Dengan X adalah total offset (jarak
rumit, dan harus dilakukan selama source - receiver), XACP adalah jarak dari
reorientasi komponen horisontal, dengan sumber ke titik konversi dan  adalah
menganalisis Direct Wave (Rodriguez, nilai rata-rata ke reflektor dimana yang
2000). awalnya hiperbola menjadi hampir
asimtotik. Untuk interface yang dangkal
Asymptotic Conversion Point
pendekatan ini tidak cocok.
Untuk converted wave mempunyai Jarak dari sumber ke ACP tergantung pada
penjalaran gelombang yang asimetris  , beberapa nilai telah diuji untuk
sebagaimana di dalam hukum Snellius melakukan Asymptotic Binning. Dan nilai
dijelaskan : yang cocok untuk process ini.

Sin Sin
 (2.1)
Vp Vs

Dengan θ dan φ adalah sudut


datang dan sudut pantul masing-masing
pada gelombang P dan S (Stewart et al,
2002.). Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5, diperoleh dari Stewart et al.,
(2002), titik konversi di beberapa
kedalaman dapat disesuaikan dengan
hiperbola, dalam hal binning didefinisikan
oleh asimptotnya. Oleh karena itu titik
kedalaman umum (CDP) untuk gelombang
dikonversi bernama Asymptotic
Convercion Point (ACP). Seperti yang
Gambar 2.5 (atas) Ray path
diungkapkan oleh Hardage (2000), jarak gelombang dari PP dan PS.. (bawah) Lokasi
titik PS-konversi pada reflektor pada
dari sumber ke titik konversi asimptotik
kedalaman yang berbeda. MP menunjukkan
(ACP) dapat dinyatakan sebagai titik tengah antara sumber dan penerima, CP
menunjukkan titik konversi gelombang PS dan
ACP menunjukkan titik konversi asimtotik,
x ditentukan oleh asimtot hiperbola ( Stewart et
X ACP  al., 2002).
 1 (2.2)
1    
 
   
3. METODE PENELITIAN

6
Analisis sinyal multicomponent seismic
Penelitian mengenai pengolahan
Analisis data dilakukan untuk
data Multicomponent seismic ini dilakukan
mengetahui kondisi dan kualitas data,
pada komponen radial yaitu komponen Y
sehingga kita tahu langkah dan solusi yang
pada geophone. Tujuan penelitian ini
harus dikerjakan pada saat pengolahan.
adalah untuk mengolah data pada S-Wave
Berikut adalah data SEG-y yang dilakukan
sehingga dihasilkan penampang seismik
pengolahan agar rasio sinyal terhadap
yang lebih bersih dari noise dan dapat
noise lebih tinggi. Data ini berupa file seg
diinterpretasikan. Pengolahan data
y yang disimpan dengan nama
dilakukan dari tahapan reformat sampai
“File01.segy”.
dengan geometri. Namun dalam
Setelah geometri diterapkan,
melakukan penelitian untuk mengolah data
komponen vertikal dan horizontal dalam
S-Wave ini ada beberapa metode yang
satu rawdata dipisah. Komponen radial
digunakan, dimana metode ini tidak
diproses untuk menafsirkan converted
digunakan pada pengolahan data P-wave,
wave. Komponen radial adalah ketika
diantaranya adalah ACP (Asymptotic
sumber gelombang P namun yang
Conversion Point).
tertangkap oleh geophone adalah
ACP (Asymptotic Conversion
geolmbang S. Untuk pengolahan PS-Wave,
Point) adalah titik konversi di beberapa
hanya komponen radial yang digunakan.
kedalaman yang disesuaikan dengan
Komponen radial pada data ini adalah
hiperbola, dalam hal binning didefinisikan
komponen Y (R-Type 13) pada Geophone.
oleh asimptotnya. ACP akan mengekstrak
nilai γ yaitu nilai rata-rata Vp/Vs yang
turun terhadap reflector. Nilai ini akan
digunakan untuk melakukan CCP
(Common Conversion Point) Binning.
Data seismik yang digunakan adalah data
Ocean Bottom Cable, namun untuk
pengolahan data P-S Wave data yang
digunakan hanya data Komponen Y pada
Geophone saja.
Gambar 4.1 Komponan Y pada geophone

4. HASIL DAN DISKUSI

7
Trace Editing dan Noise Attenuation

Gambar 4. 3 Spektrum analisis setelah


dilakukan geometri
Gambar 4. 1 Data setelah dilakukan trace Sinyal seismik pada komponen Y
muting
geophone berkisar pada frekuensi dari 6
Pada tahapan trace editing ini
Hz- 200 Hz. Namun frekuensi yang
memiliki dua pilihan apakah akan
dominan berada sekitar 20 Hz- 90 Hz.
dilakukan penghapusan terhadap trace
Diatas 90 Hz merupakan frekuensi noise.
yang bermasalah (kill) atau mematikan
bagian dari satu atau beberapa trace saja Dari hasil geometri hasil yan

(mute). Proses ini digunakan untuk diharapkan adalah kecocokan antara data

menipiskan ground roll dan amplitudo dengan kondisi pengukuran dilapangan,

anomali. hal ini akan terlihat pada informasi


dibawah.
Hasil geometry

Gambar 4.4 Hasil setelah dilakukan geometri


Gambar 4. 2 Penampang PS-Wave setelah
dilakukan geometri

8
4.4 Hasil Trace Header Math 4.5 Hasil Asymptotic
Coversion Point

Gambar 4.6 hasil setelah dilakukan Trace


Header Math Gambar 4. 6 Hasil setelah dilakukan
Asymptotic Coversion Point
Trace header match akan Asymptotic conversion point
mencocokkan data lapangan dengan data berhasil mengekstrak nilai Vp/Vs yang
observer report. Pada observer report, turun terhadap reflector yaitu 2. Nilai ini
komponen Y geophone diinformasikan akan menjadi input untuk melakukan
dengan geo_comp=1. Dengan melakukan binning pada titik konversi.
sedikit perhitungan matematis maka hasil
Data yang digunakan pada saat
setelah THM cocok dengan observer
melakukan ACP adalah data yang sudah di
report seperti informasi diatas.
geometry namun belum dilakukan
Setelah dilakukan THM maka pembersihan dari noise-noise.
selanjutnya dilakukan Bandpass Filter
pada frekuensi 5-9 Hz dan 80-90 Hz.

Gambar 4. 7 Spektrum setelah dilakukan


Gambar 4. 5 Hasil stack setelah dilakukan
ACP
THM dan bandpass filter

9
Sehingga spektrum frekuensi ACP 4.7 Hasil Velocity analysis 1
akan sama dengan data geometri. Yaitu Pada saat melakukan Velocity
berkisar dari frekuensi sangat rendah 5 Hz analysis maka pertama kali perlu dibuat
sampai frekuensi sangat tinggi yaitu 200 Super gather, dengan velocity awal berupa
Hz. Velocity precompute yang telah disedia kan
oleh perangkat lunak Promax.
4.6 Hasil Preprocessing
Tahapan ini mengolah data tetapi Dalam melakukan analisa

masih tahap preprocessing, yaitu persiapan kecepatan pertama perlu juga dilakukan

sebelum melakukan prosesing yang terlebih dahulu velocity manipulation,

sebenarnya. Tahapan yang dilakukan pada dengan memberikan perkiraan kecepatan

perprocessing ini ada 4 diantaranya awal pada perlapisan.

melakukan Bandpass Filter, True Pada gambar editor analisa


Amplitude Recovery, Designature dan kecepatan diatas dapat ditentukan besarnya
Surface Consisten. Hal ini dilakukan untuk nilai kecepatan, besarnya nilai kecepatan
koreksi sinyal. ditandai dengan warna yang semakin

Frekuensi setelah dilakukan mendekati warna merah atau dengan skala

Preprocessing dominan pada 8- 90 Hz. Ini biru menuju merah menandakan kecepatan

setelah dilakukan bandpass filter, true semakin tinggi. Pada waktu sekitar 3000

ampliture Recovery, designature dan ns kecepatan berkisar pada 1600 m/s.

surface consisten. Sedangkan pada waktu sekitar 4000 ns


nilai kecepatan naik secara drastis menjadi
2300 m/s.

1600 m/s
2300 m/s

Gambar 4. 8 Spectrum Frekuensi setelah


dilakukan preprosesing Gambar 4.9 Viewer editor setelah melakukan
analisis kecepatan

10
4.8 Hasil preconditioning 4.9 Hasil Velocity Analysis 2

± 1600 ± 1600
± 2300 ± 2300

Gambar 4.10 Hasil stack setelah dilakukan


preconditioning
Gambar 4.12 viewer editor setelah dilakukan
anlisis kecepatan 2

Harapannya adalah setelah


dilakukan preconditioning akan menjadi
lebih fokus sehingga akan mempermudah
melakukan picking velocity yang kedua
dengan hasil baik. Pada analisa kecepatan
kedua ini tidak terlalu banyak perubahan
dibandingkan dengan analisa kecepatan
pertama. Tugas utama dari analisa
kecepatan kedua adalah untuk
Gambar 4.11 Frekuensi setelah dilakukan memperjelas event-event yang masih
preconditioning
belum jelas. Dengan kecepatan yang
Pada preconditioning dilakukan didapatkan pada analisa kecepatan yang
Bandpass Filter, Coherency Filter beserta kedua ini, terdapat kontras kecepatan pada
Dynamic S-N Ratio sehingga frekuensi waktu ± 2500- 3500, sehingga ini menjadi
dominan pada frekuensi 5-10 Hz dan 70-80 zona target pada saat dilakukan
Hz. Namun ada pelemahan frekuensi pada interpretasi.
prosess ini. Hal ini diakibatkan oleh
adanya penghilangan linear noise. 4.10 Migrasi
Sebelum melakukan migrasi,
velocity yang didapat dari analisa

11
kecepatan harus di smooth terlebih, Frekuensi setelah dilakukan
tujuannya adalah agar migrasi yang stacking dan migrasi menunjukkan
dilakukan tidak terlalu sembrawut. Karena frekuensi dominan data yang telah lebih
migrasi ini adalah post stack sehingga bersih dari noise. Yaitu 10- 90 Hz.
velocity yang ada dismooth sampai sehalus
4.11 Final Converted wave Stack
mungkin, sedangkan jika migrasinya
adalah prestack kita tidak dapat melakukan Meskipun input dataset sudah

banyak smooth karena velocity ini dalam bentuk CDP gather secara vertical

nantinya akan digunakan kembali untuk menggunakan sebuah algoritma, tidak

menstack data. harus CMP gather. Nilai CDP gather akan


menjadi nilai dari ACP (Asymptotic
Conversion Point), proses ini digunakan
untuk mengecek nilai VPVS pada header .

Pada Time ± 2000-3500 menjadi


zona target untuk dilakukan interpetasi,
dimana pada kedalan tersebut terlihat
reflector yang lebih jelas,

Gambar 4.13 Hasil stack setelah dilakukan


migrasi

Gambar 4.14 spektrum frekuensi setelah


dilakukan stacking dan migrasi Gambar 4.15 Hasil Final Stack

12
Terlihat juga masih ada zona-zona
yang terlihat kabur, hal ini disebabkan oleh
adanya pengaruh dari gas Chimney.

4.12 Pembahasan
Untuk menginterpretasi penampang
seismik pada PS ini tidak terlepas dari
penampang seismik pada PP, sehingga
dapat dibandingkan. PS
Pada gambar diatas terlihat bahwa
untuk penampang seismik gelombang P-P
reflector terlihat jelas pada TWT 1000-
1500 terlihat jelas yang memungkinkan
bahwa pada kedalaman tersebut
merupakan lapisan penutup dari reservoar.
PP

Gambar 4. 18 Hasil Final Stack PS (atas) dan


PP (bawah)

Hal ini didukung dengan


penampang dari gelombang P-S dimana
reflector terlihat jelas pada TWT 2000-
3500, hal ini diidentifikasi sebagai fluida
atau gas, karena gelombang S tidak dapat
merambat di fluida dan gas sehingga
gelombang ini tidak terpengaruh oleh gas
dan fluida sehingga reflector terlihat jelas
pada kedalaman tersebut.

Menurut Sheriff (1991), resolusi


adalah kemampuan untuk memisahkan dua

13
fitur yang sama dan berdekatan. Hal ini dilakukan sebelum pengurutan nomer
diungkapkan secara matematis oleh Lord CDP.
Rayleigh yang mendefinisikan batas
3. Pengolahan data multicomponent
resolusi sama dengan 1/4 dari panjang
seismicpada FractureS-Wave perlu
gelombang, dengan kata lain ketebalan
dilakukan Rotasi, karena pada saat
minimum dari bed di mana refleksi dari
penembakan gelombang P dari sumber
atas dan dasar dapat dibedakan dapat
mengalami polarisasi, untuk
ditentukan dengan V/4f, dengan V menjadi
mencocokkansetiap trace dari
kecepatan interval dan f frekuensi.
komponen horizontal pada shot gather.
Pengolahan data pada komponen
4. Hasil stack dari penampang multi
radial ini telah dilakukan beberapa
komponen seismik setelah dilakukan
modifikasi untuk menghasilkan gambaran
preprosesing, velocity analisis,
PS-Wave yang paling memungkinkan dan
preconditioning dan migrasi, terlihat
dapat diinterpretasikan.
kualitas data lebih bersih dari noise dan
5. KESIMPULAN tingkat Signal to Noise Ratio lebih
tinggi.
1. Gelombang S dapat diidentifikasi dari
6. SARAN
pengolahan data multi komponen
seismik, yaitu pada komponen X dan Y 1. Melakukan remapping pada awal
pada Geophone. Sedangkan untuk pengolahan data multi komponen,
gelombang P dapat diidentifikasi dari dianjurkan dilakukan dengan benar dan
komponen Hidrophone dan Z pada teliti, karena sedikit kesalahan pada
Geophone. remap ini akan menghambat untuk
mengerjakan tahapan berikutnya.
2. Dalam melakukan pengolahan
gelombang PS, tidak dapat dilakukan 2. Pendefensian data pada saat tahapan
pengolahan data secara konvensional geometry disarankan juga harus teliti
seperti yang dilkuakan pada pengolahan dan benar, karena hal ini akan
data gelombang PP. dilakukan sedikit berpengaruh pada ualitas data bila
modifikasi pada pengolahan data terjadi kesalahan. Serta ketepatan dalam
gelombang PS yakni proses ACP. Proses melakukan analisis kecepatan.
ACP ini digunakan hanya pada
3. Pengolahan data pada gelombang S ini
gelombang yang terkonversi yang
sudah dapat menggambarkan struktur

14
bawah permukaan, namu akan lebih 4. Interpretasi penampang P-S tidak
baik jika dilanjutkan ke tahap terlepas dari penampang P-P, sehingga
interpretasi, seperti inverse atau Joint perlu dilakukan event registration,
Processing PP dan PS data. karena pada even yang sama terlihat
pada waktu yang berbeda

[7] Hardage, B. A. (2000). Vertical seismic


profiling: Principles. 3rd
ed.:Elsevier.
DAFTAR ACUAN
[8] Jianhua, Geng, Dong Liangguo and Ma
[1] MacLeod, M., R. Hanson, M. Hadley, Zaitian. (2011). Ocean Bottom
K. Reynolds, D. Lumley and T. Nodes Time-lapse Seismic Survey
Probert, (1999). The Alba field for Monitoring Oil and Gas
OBC seismic survey: SEG Production and CO2 Geological
Expanded Abstracts, 18, 725-727. Storage. Shanghai: State Key
Laboratory of Marine Geology.
[2] Dang,Yian and Leendert Padmos. Tongji University.
(2010). Delineating oil-sand
reservoirs with high-resolution
PP/PS processing and joint
inversion in the Junggar Basin,
Northwest China. The Leading
Edge.
[3] Rodriguez, Suarez. (2000). Advanced
Marine Seismic Methods: Ocean-
Bottom and Vertical Cable
Analyses Ph.D. Thesis University
of Calgary Department of Geology
and Geophysics, 150-158.
[4] WesternGeco. Enhancing exploration
results and reducing the risk in
reservoirdevelopment.Multicompon
ent Seismik Overview:
[5] Smit, Frans, Maarten Ligtendag and
PeterWills.(2006).Toward ffordable
Permanent Seismic Reservoir
Monitoring Using the Sparse OBC
Concept. The Leading Edge.
[6] Stewart, R. R., J. E. Gaiser, R. J.
Brown and D. C. Lawton. (2003).
Converted wave seismic
exploration: Applications:
Geophysics, 68, p. 40-53.

15

Anda mungkin juga menyukai