Anda di halaman 1dari 24

Glaukoma Marvin (406172011)

BAB 1
PENDAHULUAN

Penuaan merupakan suatu proses kehidupan yang tidak dapat dihindari, biasanya
dinilai berdasarkan usia kronologik sehingga ditentukan bahwa seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dikatakan sebagai ‘lansia’.1 Pada lansia terjadi proses
degeneratif dimana organ-organ tubuh mengalami penurunan fungsi sehingga
berdampak terhadap kesehatan dan kualitas hidupnya. Salah satu masalah
kesehatan yang kerap dialami lansia adalah penurunan penglihatan. Penurunan
penglihatan dapat menyebabkan kemunduran sosial dan fungsional, kebutuhan
terhadap alat bantu, depresi, jatuh, dan meningkatkan mortalitas.2,3

Glaukoma adalah salah satu penyebab utama penurunan penglihatan pada


lansia, selain gangguan refraksi, katarak, dan degeneratif makula.2,3 Diketahui
bahwa glaukoma merupakan suatu neuropati optik kronik yang dikarakterisasi
oleh degenerasi progresif sel-sel ganglion retina. Degenerasi dari sel-sel saraf ini
menyebabkan pencekungan (cupping) diskus optikus dan penyempitan lapang
pandang. Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit
mata lainnya, disebut glaukoma primer, sedangkan glaukoma sekunder disertai
oleh penyakit mata lainnya. Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan
intraokular, glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup.4,5

Berdasarkan sebuah studi meta analisis dan ulasan sistematik oleh Tham,
et al didapatkan bahwa prevalensi glaukoma secara global adalah 3,54%, dengan
prevalensi glaukoma sudut terbuka primer adalah 3,05% dan glaukoma sudut
tertutup primer adalah 0,50%. Selain itu juga diketahui bahwa prevalensi
glaukoma sudut terbuka primer meningkat seiring pertambahan usia.6 Sebuah
peneitian meta analisis dan ulasan sistematik pada subjek Asia berusia 40-80
tahun mendapatkan hasil prevalensi sebesar 3,54% subjek mengalami glaukoma
pada tahun 2013, dengan kejadian meningkat dengan bertambahnya usia. Angka
kejadian glaukoma tertinggi di Asia Timur (25,20 juta), diikuti oleh Asia Selatan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 1
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

(17,06 juta) dan Asia Tenggara (6,92 juta).7 Menurut hasil Riskesdas tahun 2007,
responden yang pernah didiagnosis glaukoma oleh tenaga kesehatan sebesar
0,46%, tertinggi di DKI Jakarta (1,85%).8

Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk


membahas lebih lanjut mengenai glaukoma pada lansia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 2
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Sudut Filtrasi9,10,11


Sudut filtrasi terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran descement dan
membran Bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam
mengelilingi kanal schlemn dan trabekula sampai ke bilik mata depan. Akhir
dari membran descement disebut garis schwalbe. Limbus ini terdiri dari 2
lapisan yaitu epitel dan stroma. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf
dan cabang akhir dari arteri siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut
filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang
mengelilingi kanalis Schlemm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral
spur (insersi dari m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum Pektinatum Rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.

Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya


diliputi oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang,
sehingga bila ada darah di dalam kanalis Schlemn, dapat terlihat dari luar.
Kanalis ini berbentuk sirkumferensial dan dihubungkan oleh septa – septa.
Bagian dalam kanalis dilapisi oleh sel – sel endotel berbentuk kumparan yang
mengandung vakuol – vakuol besar, dan di bagian luar dilapisi oleh sel – sel
datar halus yang mengandung ujung dari kanalis – kanalis kolektor. Bagian
selanjutnya yang berperan adalah kanalis kolektor. Kanalis ini akan
meninggalkan kanalis sklem dan berhubungan dengan vena episklera.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 3
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

Aqueous Humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata. Diproduksi oleh korpus siliare dan bervariasi diurnal.

2.2. Humor Aqueous


Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor
akueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueus itu sendiri
adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior mata,
yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen pada kornea dan lensa.
Volumenya adalah sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya, yang
bervariasi diurnal, adalah 1,5-2 µL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi
dari pada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan plasma kecuali bahwa
cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi dan
protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.11,12

2.3. Definisi Glaukoma


Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan
oleh TIO (tekanan intraokular) yang tinggi ditandai oleh pencekungan “cupping”
diskus optikus, kelainan lapang pandang dan berkurangnya serabut saraf optik.
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan
tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. TIO dianggap normal bila < 20

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 4
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan


tekanan air raksa.9,13

2.4. Fisiologi Humor Aqueous


Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor
aqueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueus adalah
suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata. Volumenya
adalah sekitar 250 μL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi daripada
plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini
memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein,
urea dan glukosa yang lebih rendah. Humor akueus diproduksi oleh korpus
siliaris. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma prosessus siliaris
dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosessus sekretorius epitel siliaris. Setelah
masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke kamera
anterior lalu ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini,
terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen dengan darah di iris.
Peradangan atau trauma intraokuler dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi
protein. Hal ini disebut humor akueus plasmoid dan sangat mirip dengan serum
darah.14
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik
yang dibungkus oleh sel-sel traabekula yang membentuk suatu saringan dengan
ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor akueus
juga meningkat. Aliran humor akueus ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada
pembentukan saluran- saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen
dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus)
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor akueus keluar
dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran
uveoskleral).10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 5
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

2.5. Klasifikasi dan Etiologi


Klasifikasi glaukoma dapat dibagi menjadi seperti berikut:
1. Glaukoma primer, penyebabnya tidak diketahui, terdiri dari:
a. Glaukoma sudut tertutup (close angle glaucoma, acute congestive
glaucoma).
b. Glaukoma sudut terbuka (Glaucoma simpleks, open angle
glaucoma, chronic simple glaucoma).
2. Glaukoma sekunder, timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
terdiri dari:
a. Glaukoma sudut terbuka, dapat dibedakan sesuai posisinya:
 Pretrabekular: dimana outflow dari humor akueus
terhadang oleh membran yang menutupi trabekulum.
 Trabekular: terjadinya hambatan akibat tersumbatnya celah
– celah di trabekula.
 Post trabekula: trabekulanya normal tapi outflow dari
akueus tidak normal karena adanya peningkatan tekanan
episklera.
b. Glaukoma sudut tertutup
3. Glaukoma kongenital:
a. Primer atau infantile
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut, keadaan terakhir suatu glaukoma yaitu dengan
kebutaan total dan bola mata terasa nyeri.10

2.6. Patofisiologi
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sendok teh humor akueus yang
menyuplai makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa serta membawa produk
sisa keluar dari mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm. Pada
keadaan normal, tekanan intraokuler ditentukan oleh derajat produksi cairan mata
oleh epitel badan siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata.
Pada glaukoma, tekanan intraokular berperan penting oleh karena itu dinamika

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 6
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

tekanannya diperlukan sekali. Dinamika ini saling berhubungan antara tekanan,


tegangan dan regangan.
1. Tekanan
Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata berupa
dinding korneasklera). Hal ini akan menyebabkan rusaknya neuron apabila
penekan pada sklera tidak benar.
2. Tegangan
Tegangn mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan. Tegangan
yang rendah dan ketebalan yang relatif besar dibandingkan faktor yang
sama pada papil optik ketimbang sklera. Mata yang tekanan intraokularnya
berangsur-angsur naik dapat mengalami robekan dibawah otot rektus
lateral.
3. Regangan
Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi humor
akueus oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar humor
akueus melalui sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik
mata depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan vena episklera. Penutupan sudut secara akut terjadi saat iris bombe
terbentuk dan mengakibatkan oklusi sudut bilik mata depan oleh iris perifer.
Tekanan intraokular dianggap normal bila < 20 mmHg pada pemeriksaan dengan
tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut
hipertensi okuli dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25
mmHg pasien dapat dipastikan mengalami glaukoma (tonometer Schiotz).10,15,16
Mekanisme utama penurunan pengelihatan pada glaukoma adalah atrofi
sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian
dalam retina dan berkurangnya akson disaraf optikus. Iris dan korpus siliar juga
menjadi atrofi dan prosesus siliaris memperlihatkan adanya degenerasi hialin.
Selain itu, diskus optikus akan menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan
optikus, diduga disebabkan oleh: gangguan pendarahan pada papil yang
menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik, diduga
gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 7
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

intraokluer yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi
cekungan pada papil saraf optik. Serabut atau sel saraf ini sangat tipis dengan
diameter kira – kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata naik serabut saraf ini
akan tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel saraf tersebut akan
mengakibatkan hilangnya pengelihatan yang permanen.10,15

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 8
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

2.7. Proses Degeneratif terjadinya Glaukoma pada Lansia


Semua orang berusia lanjut akan mengalami perubahan pada pengelihatan
yang berhubungan dengan usia. Penurunan transmisi dari okular media,
peningkatan penyebaran cara pada kornea, lensa, badan vitreus dan retina serta
penurunan ukuran pupil yang berhubungan dengan perubahan anatomis karena
usia.
Pada glaukoma terjadinya peningkatan tekanan intraokular disebabkan
karena adannya kelainan pada aliran cairan akueus dari COA. Peningkatan TIO
ini dapat menyebabkan degenerasi dari diskus optikus sehingga terjadi kerusakan
pada akson sel ganglion retina dan merusak saraf pengelihatan, kehilangan lapang
pandang dan gangguan pengelihatan yang berat. Jika tidak diterapi atau diabaikan,
akan menyebabkan terjadinya kehilangan pengelihatan perifer dan bisa mengarah
ke kebutaan.17 Tekanan intraokular bervariasi tiap saat (bervariasi diurnal), denyut
jantung, tekanan darah dan respirasi. Tekanan intraokular cenderung lebih tinggi
saat pagi hari dan lebih rendah saat sore dan malam hari. Ini dikarenakan produksi
dari humor akueusnya yang bervariasi.19

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 9
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

2.8.Manifestasi Klinis
Glaukoma disebut sebagai “pencuri pengelihatan” karena berkembang
tanpa ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita
glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya
nanti diketahui disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan
pengelihatannya. Glaukoma primer kronis dan berjalan lambat sering tidak
diketahui kapan mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar.
Misalnya mata sebelah terasa berat, sakit kepala sebelah, kadang – kadang
pengelihatan kabur. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan
kacamata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya. Kadang-kadang
tajam pengelihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah
memberat.9,10
1. Penurunan tajam pengelihatan mendadak
2. Mata merah, berair, dan fotofobia
3. Tampak halo saat melihat cahaya
4. Nyeri yang luar biasa, mual dan muntah
5. Peningkatan TIO, terkadang >50 mmHg
6. Adanya injeksi siliar dan konjungtiva hiperemis
7. Edema epitel kornea dan kornea keruh

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 10
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

8. Pupil terdilatasi, oval vertikal, tidak reaktif


9. Mata kontralateral menunjukkan sudut bilik mata depan dangkal
(gonioskopi)18

2.9. Pemeriksaan Penunjang


Untuk mendiagnosis glaukoma dilakukan sejumlah pemeriksaan yang
rutin dilakukan pada seseorang yang mengeluh rasa nyeri di mata, pengelihatan
dan gejala prodromal lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dan
dengan lebih dari 1 metode akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya
dilakukan 1x pemeriksaan. Pemeriksaannya meliputi:
1. Tajam pengelihatan
Pemeriksaan ketajaman pengelihatan bukan merupakan cara yang khusus
untuk glaukoma, namun tetap penting karena ketajaman pengelihatan yang
baik belum berarti tidak glaukoma. Pada pasien glaukoma, visus akan
turun mulai dari perifer. Visus sentral baik terutama pada glaukoma sudut
terbuka. Sedangkan pada stadium lanjut, visus sentral akan menurun.
2. Tonometri
Tonometri adalah pemeriksaan tekanan bola mata. Terdapat beberapa alat
tonometer seperti alat tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.
 Tonometri Schiotz
Merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola
mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat
daya tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometri
indentasi Schiotz. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan
alat di atas permukaan kornea, sedangkan mata lainnya berfiksasi
pada 1 titik.11

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 11
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

 Tonometer aplanasi
Pengukuran ini lebih canggih dan lebih dapat dipercaya dikerjakan
dengan Goldman atau dengan tonometer tentengan Draeger.
Tonometer ini masih merupakan gold standar untuk mengukur
tekanan bola mata.18
 Tanpa alat
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata
dengan cepat yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa
memakai alat khusus (tonometer). Dengan menekan bola mata
dengan jari pemeriksa maka dapat diperkirakan besarnya tekanan
bola mata. Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya
yang dapat menyatakan tekanan mata N+1 sampai N+3 atau N-1
sampai N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih
rendah dari pada normal.11
3. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik mata
dengan goniolens. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 12
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

keadaan patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal – hal yang
terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi
dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka
atau tertutup dan dapat menjelaskan penyebab suatu glaukoma sekunder.11
4. Oftalmoskopi11
Pemeriksaan dengan menggunakan oftalmoskop, berguna untuk melihat
saraf optik di dalam mata dan dapat ditentukan apakah tekanan bola mata
telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat secara langsung.
Warna serta bentuk dari mangkok saraf optik juga dapat menggambarkan
ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma. Kelainan yang dapat dilihat
seperti:
a. Kelainan papil saraf optik
 Saraf optik pucat atau atrofi
 Saraf optik bergaung
b. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna
hijau
c. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar
5. Pemeriksaan lapang pandang
Lapang pandang pada glaukoma akan berkurang karena peningkatan
tekanan intra okular akan merusak papil saraf optikus. Gangguan lapang
pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30° lapang pandang bagian
tengah. Nilai normal lapang pandang perifer yang diperiksa dengan
perimeter atau campimeter yaitu superior 55°, nasal 60°, inferior 70°,
temporal 90°. Sedangkan bagian sentral diperiksa dengan layar Byerrum
dengan nilai normal 30°. Pada glaukoma yang sudah lanjut, lapang
pandang perifer juga memberikan kelainan berupa penyempitan yang
dimulai dari bagian nasal atas. Kemudian akan bersatu dengan kelainan
yang ada ditengah yang dapat menimbulkan tunnel vision, seolah – olah
melihat melalui teropong untuk kemudian menjadi buta.

2.10. Diagnosis Banding


Beberapa penyakit yang mirip dengan glaukoma adalah:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 13
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

1. Iridosiklitis akut
2. Konjungtivitis akut
3. Keratitis
4. Skleritis
5. Katarak senilis
6. Glaukoma sudut tertutup kronik
7. Cluster headache
8. Migraine

2.11. Tatalaksana

Sasaran utama pengobatan glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan


intraokuler sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan lapangan pandang dan
ketajaman penglihatan lebih lanjut yang berujung pada kebutaan dengan cara
mengontrol tekanan intraokuler supaya berada dalam batasan normal.
Penatalaksanaan glaukoma terdiri dari tiga macam, yaitu medikamentosa,
pembedahan dan laser. Pembedahan dan laser dilakukan jika obat-obatan tidak
mampu mengontrol tekanan intraokuler.

1. Medikamentosa
Berdasarkan tujuan farmakoterapinya, obat anti glaukoma dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu: untuk supresi produksi humor akueus,
meningkatkan aliran keluar humor akueus, menurunkan volume korpus
vitreus.

a). Supresi produksi humor akueus


 Antagonis adrenergik ß
Obat: Timolol Maleat 0,25-0,5%. Efek samping: pada penggunaan
adrenergik sering terjadi reaksi alergi, pandangan kabur, sakit kepala,
rasa terbakar di mata, takikardia dan aritmia.

 Agonis adrenergik α
Obat: Epinefrin 0,5%-2%. Bekerja untuk mengurangi produksi cairan
aquos dan meningkatkan drainase. Efek samping: rasa terbakar di

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 14
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

tempat meneteskan obat topikal, midriasis, hipertensi, malaise, sakit


kepala, mulut dan hidung terasa kering.

 Inhibitor karbonik anhidrase (CAI)


Obat: Asetazolamide 250mg. Bekerja mengurangi produksi cairan
aquos sebesar 40-60% dengan menghambat kerja enzim karbonik
anhidrase di korpus siliaris. Obat ini bisa diberikan per oral ataupun
intravenous. Efek samping: paresethesia di lengan dan tungkai,
dispepsia, gangguan ingatan, depresi, batu ginjal, dan polakisuria.
Inhibitor karbonik anhidrase diturunkan dari golongan sulfa, sehingga
bisa juga menyebabkan anemia aplastik walaupun hal ini jarang
terjadi.

b). Meningkatkan aliran keluar humor akueus


 Parasimpatomimetik
Pilokarpin 2-4% dan Eserin ¼ – ½%. Obat yang digunakan merupakan
golongan agonis kolinergik. Bekerja pada anyaman trabekular dengan
meningkatkan kontraksi otot siliaris sehingga pupil mengalami miosis.
Karena efek inilah maka obat parasimpatomimetik sering juga disebut
obat miotik. Kontriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan
glaukoma sudut tertutup. Efek samping: diare, kram perut,
hipersalivasi, enuresis dan bisa juga reaksi alergi.

c). Meningkatkan aliran keluar cairan aquos


Obat-obat hiperosmotik, seperti gliserin, menyebabkan darah menjadi
hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreus dan terjadi
penciutan korpus vitreus. Efek samping: sakit pinggang, sakit kepala,
gangguan mental. Pada pasien DM, obat ini bisa menyebabkan
hiperglikemia atau bahkan ketoasidosis.

Obat yang biasa dipakai untuk glaukoma sudut tertutup adalah:

a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, setiap menit 1 tetes selama 5


menit. Kemudian diteruskan setiap jam.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 15
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

b. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 2 tablet. Kemudian


disusul dengan 1 tablet tiap 4 jam.
c. Hiperosmotik: gliserin 50%, 1-1,5 gr/kg yang diberikan per oral.
Dengan pengobatan seperti di atas, tekanan dapat turun sampai di bawah
25 mmHg dalam waktu 24 jam. Bila tekanan intraokuler sudah turun, operasi
harus dilakukan dalam 2-4 hari kemudian. Pengobatan glaukoma sudut terbuka
diberikan semaksimal mungkin sehingga tercapai tekanan intraokuler normal,
ekstravasasi tidak bertambah dan lapangan pandang tidak memburuk. Namun,
obat yang diberikan haruslah yang mudah diperoleh dan mempunyai efek samping
yang minimal.

Obat yang bisa dipakai untuk glaukoma sudut terbuka adalah :

a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, 1 tetes, 3-6 kali sehari atau eserin


0,25-0,5%, 1 tetes, 3-6 kali sehari
b. Agonis-α: epinefrin 0,5-2%, 1 tetes, 2 kali sehari
c. ß-blocker: timolol maleat 0,25-0,5%, 1 tetes, 1-2 kali sehari
d. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 1 tablet, 4 kali sehari
Obat-obat ini biasanya diberikan secara tunggal atau bila perlu dapat
dikombinasi. Bila dengan pengobatan tersebut tekanan intraokuler terkontrol
dengan baik, maka penderita harus menggunakan obat tersebut seumur hidup.
Kalau tidak berhasil, frekuensi penetesan atau dosis obat dapat ditingkatkan.9,10,19

2. Tindakan pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos
di dalam sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut
teknik filtrasi. Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan
medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan
pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal,
terapi medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya
menjadi lebih sedikit.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 16
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

a). Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik ini, bagian
kecil trabekula yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari
konjungtiva sehingga terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini akan
meningkatkan aliran keluar cairan aquos sehingga dapat menurunkan
tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada
tahun pertama, sekitar 70-90%
Sayangnya di kemudian hari lubang drainase tersebut dapat
menutup kembali sebagai akibat sistem penyembuhan terhadap luka
sehingga tekanan intraokuler akan meningkat. Oleh karena itu, terkadang
diperlukan obat seperti mitomycin-C and 5-fluorourasil untuk
memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa saja dilakukan
beberapa kali pada mata yang sama.

b). Iridektomi perifer

Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer
dengan insisi di daerah limbus. Pada tempat insisi ini, iris dipegang
dengan pinset dan ditarik keluar. Iris yang keluar digunting sehingga akan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 17
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

didapatkan celah untuk mengalirnya cairan aquos secara langsung tanpa


harus melalui pupil dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Teknik
ini biasanya dilakukan pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif dan
aman, namun waktu pulihnya lama.

c). Sklerotomi dari Scheie

Pada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di


bilik mata depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini
dilakukan pembuatan flep konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan
dibuat insisi korneoskleral ke dalam bilik mata depan. Untuk
mempertahankan insisi ini tetap terbuka, dilakukan kauterisasi di tepi luka
insisi. Kemudian flep konjungtiva ini ditutup. Dengan operasi ini
diharapkan terjadinya filtrasi cairan aquos melalui luka korneoskleral ke
subkonjungtiva.
d). Cryotherapy surgery
Pada glaukoma absolut badan siliar berfungsi normal memproduksi
cairan akuos, tapi arus keluar terhambat untuk satu alasan atau yang lain.
Sehingga tekanan intraokular yang tinggi menyebabkan rasa sakit kepada
pasien dan menyebabkan mata buta yang menyakitkan.
Karena itu, dilakukan dengan cara menghancurkan badan siliar
dengan cyclocryotherapy mengarah pada mengurangi pembentukan cairan
akuos, menurunkan tekanan intraokular dan memperbaiki rasa sakit..
Caranya terlebih dahulu menginjeksikan obat anestesi dibawah
permukaan retrobulbar dan injeksi 2% Xylocain, melingkar dan
mencembung dari retina (cryo-probe) dengan diameter 4 mm, dilakukan
langsung pada permukaan konjungtiva utuh, pusat ujung menjadi 4 mm
dari limbus, selama 1 menit pada suhu sekitar-60 ° sampai -65 °, secara
langsung di atas tubuh ciliary. Dalam semua kasus, probe diaplikasikan
sedemikian rupa sehingga margin es-kawah menyentuh satu sama lain
pada setiap aplikasi, dan aplikasi yang diberikan di sekeliling limbus,
kecuali dalam dua belas pertama matanya di mana ia diterapkan di bagian
atas saja.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 18
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

Setelah cryosurgery mata yang empuk selama 24 jam, dengan


menggunakan salep mata chloromphenical yang kemudian dilanjutkan 4
kali sehari. Tidak ada obat anti-inflamasi digunakan baik secara lokal atau
sistemik. Hanya analgesik diberikan.
Pasca-operasi tekanan intraokular diperiksa setelah 24 jam, pada
hari ke 7, hari ke 14, 6 minggu dan 3 bulan setelah operasi. Keunggulan
melakukan cyclocryotherapy karena memiliki keunggulan cyclodiathermy
suhu subfreezing kurang merusak struktur lain mata, dapat dengan aman
diulang beberapa kali, dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.

3. Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata
kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke
mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang
meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk
sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan adalah :

a). Laser Iridektomy


Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman
dan efektif untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat
celah kecil di iris perifer dan mengangkat sebagian iris yang menyebabkan
sempitnya sudut bilik mata depan. Beberapa keadaan yang tidak
memungkinkan dilakukannya laser iridektomy, diantaranya kekeruhan
kornea, sudut bilik mata depan yang sangat sempit dengan jaringan iris
yang sangat dekat dengan endotel kornea, penderita yang pernah menjalani
operasi ini sebelumnya namun gagal dan pada penderita yang tidak bisa
diajak bekerja sama.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 19
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

Pada umumnya komplikasi yang terjadi pada laser iridektomi


meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina,
pendarahan, gangguan visus dan tekanan intra okular meningkat.
Kerusakan lensa dihindari dengan cara menghentikan prosedur dan segera
penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer

b). Laser Peripheral Iridotomy (LPI)


Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat
lubang kecil di iris perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut
bilik mata depan akan terbuka.

c). Laser Trabeculoplasty


Dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Sinar laser (biasanya
argon) ditembakkan ke anyaman trabekula sehingga sebagian anyaman
mengkerut. Kerutan ini dapat mempermudah aliran keluar cairan aquos.
Pada beberapa kasus, terapi medikamentosa tetap diperlukan. Tingkat
keberhasilan dengan Argon laser trabeculoplasty mencapai 75%. Karena

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 20
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

adanya proses penyembuhan luka maka kerutan ini hanya akan bertahan
selama 2 tahun.

d). Neodymium: YAG laser cyclophotocoagulation (YAG CP)

Teknik ini digunakan pada glaukoma sudut tertutup. Caranya dengan


merusak sebagian corpus siliar sehingga produksi cairan aquos
berkurang.19,20,21

2.12. Prognosis
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total.
Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata
yang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik.
Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien glaukoma dapat
ditangani dengan baik. 9,10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 21
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

BAB 3
KESIMPULAN

Glaukoma adalah salah satu penyebab utama penurunan penglihatan pada


lansia, selain gangguan refraksi, katarak, dan degeneratif makula.2,3 Diketahui
bahwa glaukoma merupakan suatu neuropati optik kronik yang dikarakterisasi
oleh degenerasi progresif sel-sel ganglion retina. Degenerasi dari sel-sel saraf ini
menyebabkan pencekungan (cupping) diskus optikus dan penyempitan lapang
pandang. Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit
mata lainnya, disebut glaukoma primer, sedangkan glaukoma sekunder disertai
oleh penyakit mata lainnya. Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan
intraokular, glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup. Pada orang berusia lanjut akan mengalami perubahan
pada pengelihatan yang berhubungan dengan usia. Penurunan transmisi dari
okular media, peningkatan penyebaran cara pada kornea, lensa, badan vitreus dan
retina serta penurunan ukuran pupil yang berhubungan dengan perubahan
anatomis karena usia. Glaukoma itu sendiri dapat membuat degenerasi dari diskus
optikus karena tekanan sehingga menyebabkan rusaknya akson retinal ganglion
dan merusak saraf pengelihatan. Gejalanya bisa seperti kehilangan pengelihatan
daerah perifer bahkan sampai buta. Dari pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
pemeriksaan visus terlebih dahulu, lalu pemeriksaan TIO dengan tonometer, atau
juga gonioskopi dan oftalmoskopi untuk melihat daerah diskus optikus. Untuk
mengatasinya dapat dilakukan dengan pemberian obat minum maupun obat tetes
mata untuk menurunkan TIO dan melancarkan maupun menghambat
pembentukan cairan akueus. Selain itu dapat juga dengan melalui proses
pembedahan atau laser. Untuk prognosis dari glaukoma itu sendiri, apabila tidak
ditangani lebih cepat maka dapat menyebabkan kebutaan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 22
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

DAFTAR PUSTAKA
1. Analisis lansia di indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. 2017; 1-6
2. Green C, Goodfellow J, Kubie J. Eye care in the elderly. Australian
Family Physician. 2014; 43(7): 447-450
3. Eichenbaum JW. Geriatric vision loss due to cataracts, macular
degeneration, and glaucoma. Mount Sinai Journal of Medicine. 2012;
79(2): 276-294
4. Salmon JF. Glaukoma. In: Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors. Vaugh &
asbury optalmologi umum. Edisi 17. 2008; 202-228
5. Weinreb RN, Aung T, Medeiros FA. The pathophysiology and treatment
of glaucoma: a review. JAMA. 2014; 311(18): 1901-1911
6. Tham YC, Li X, Wong TY, et al. Global prevalence of glaucoma and
projections of glaucoma burden through 2040. American Academy of
Ophthalmology. 2014; 121(11): 2081-2090
7. Chan EW, Li X, Tham YC, et al. Glaucoma in asia: regional prevalence
variatons and future projections. BR J Ophthalmol. 2016; 100: 78-85
8. Infodantin. Kementrian Kesehatan Indonesia. 2015; 1-8
9. Ilyas, S. (2005). Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.1
10. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In:
Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14
ed. Jakarta. Widya Medika. 1996
11. Friedmand NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Ophtalmology.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2002
12. Yulia, Glaucoma, Available at: http://fkuii.org/tiki-
index.php?=Glaukoma2, 2006.
13. Ilyas S., Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit FKUI. Edisi ke IV, Jakarta. 2000.
14. James B, Chew C, Bron A. Anatomi dalam Oftalmologi. Edisi IX.
Erlangga. Jakarta 2006;1-17

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 23
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019
Glaukoma Marvin (406172011)

15. American Academy of Ophthalmology : Basic and clinical science course,


USA. 2017 - 2018.
16. Tanto C., Liwang F, Hanifat S., Pradipta E.A., Kapita Selekta Kedokteran
Essentials of Medicine. Edisi IV. Media Aesculapius. Jakarta;2014, p.372
17. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S,
Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology. Edisi VI. McGrawHill.
NewYork; 2009. P. 513-514.
18. Buys Y., Goldmann Tonometer Remains Gold Standard for Measuring
IOP. Available at: https://www.aao.org/eyenet/academy-
live/detail/goldmann-tonometer-remains-gold-standard-iop

19. Kanski JJ. The Glaucomas, in Clinical Ophthalmology Third edition.


Butterworth Heineann. London. 1994; 233-279
20. Khaw PT, Elkington AR. AC Of Eyes. Edisi ke-4. BMJ Book:
London.2005
21. Gerhard KL, Oscar, Gabriele, Doris, Peter. Ophtalmology a short
textbook. Second edition. Thieme Stuttgart : New York. 2007.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Wredha Salam Sejahtera 24
Periode 9 September 2019 – 13 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai