Anda di halaman 1dari 21

Critical Appraisal

Consumption of anthocyanin‐rich cherry juice for 12 weeks improves


memory and cognition in older adults with mild‐to‐moderate dementia

Dheasitta Andini Putri (406172015)


Jessica Djaja Saputera (406172062)
Agustina Cynthia Cesari (406172064)
Brandon Nick Kristianto (406172070)
Josephine Angelia S (406172114)
Arrum Anggraeni (406172124)

Pembimbing :
Dr. dr. Meilani Kumala, Sp.GK (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GERIATRI


PANTI WERDHA SALAM SEJAHTERA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 05 AGUSTUS – 08 SEPTEMBER 2019
PENDAHULUAN

Makanan nabati membentuk komponen integral dari makanan manusia, dan


konsumsinya secara konsisten terkait dengan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan berbagai macam penyakit. Semakin banyak bukti telah menunjukkan
bahwa senyawa fitokimia, senyawa bioaktif non-nutrisi, berkontribusi terhadap
aktivitas antioksidan dari buah-buahan dan sayuran serta manfaat kesehatan yang
diamati dari konsumsi buah-buahan dan sayuran tersebut. Flavonoid adalah kelas
polifenol yang telah dipelajari secara intensif dan dikategorikan ke dalam enam
kelas utama: anthocyanin, flavanol, flavanon, flavon, flavonol, dan isoflavon.
Flavonoid ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada buah-buahan dan sayuran,
anggur, teh dan coklat. Konsumsi flavonoid telah dikaitkan dengan pengurangan
risiko penyakit kardiovaskular dan beberapa kanker, dan baru-baru ini, ada
perhatian yang diarahkan pada potensi polifenol untuk memberikan perlindungan
terhadap penyakit neurodegeneratif dan meningkatkan kinerja kognitif pada lansia.
Subkelompok flavanol, anthocyanin dan flavanon telah terbukti menjadi
yang paling bermanfaat dari keluarga flavonoid dalam hal neuroproteksi. Sebagian
besar literatur yang meneliti dampak kandungan flavonoid buah terhadap fungsi
kognitif dan fisik merupakan penelitian pra-klinis dan meskipun menunjukkan hasil
yang menjanjikan, temuannya tidak definitif. Banyak penelitian berbasis makanan
berfokus pada blueberry dan stroberi yang kaya flavonoid. Efek biologis flavonoid
pada fungsi kognitif telah dikaitkan dengan sejumlah mekanisme hipotesis.
Tindakan antioksidan mereka membantu untuk menetralisir radikal bebas di otak,
sementara efek neuroproteksi mereka termasuk perlindungan neuron yang rentan
terhadap peradangan, peningkatan dari fungsi saraf yang telah ada, peningkatan
aliran darah ke otak serta inisiasi neurogenesis di area otak yang dikaitkan dengan
kognisi.
Penelitian awal mengenai suplementasi makanan telah menunjukkan bahwa
blueberry dan anggur concord meningkatkan aspek memori pada orang lansia
selama intervensi 12 dan 16 minggu. Buah ceri, baik varietas manis dan asam,
adalah sumber kaya anthocyanin dan pada tingkat lebih rendah juga mengandung
flavan-3-ols dan flavonol. Buah ceri telah diteliti memiliki efek untuk menurunkan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 2
peradangan dan menetralisir radikal nitro oksida di dalam tubuh. Namun, potensi
flavonoid buah ceri untuk mempengaruhi fungsi kognitif belum diteliti, meskipun
mereka menjadi buah yang biasa dikonsumsi di Australia dan negara-negara lain.
Penelitian sampai saat ini telah menyelidiki efek peningkatan kognitif
makanan kaya flavonoid pada orang dengan fungsi kognitif normal dan orang
dengan gangguan kognitif ringan, tetapi efek pada pasien demensia masih kurang
diteliti. Mengingat proyeksi yang menunjukkan peningkatan cepat dalam
prevalensi demensia dan dengan tidak adanya pengobatan yang berhasil, langkah-
langkah alternatif untuk memperlambat kejadian dan progresi demensia sangat
penting.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 3
TELAAH KRITIS

1. Gambaran Umum Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian randomized controlled trial, yang
membandingkan efek dari suplementasi jus ceri (200 ml) per hari dengan
suplementasi jus apel (200 ml) per hari. Hipotesa pada penelitian ini adalah adanya
peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia ringan hingga sedang
setelah konsumsi harian dari jus ceri yang kaya akan anthocyanin selama 12 minggu
dibandingkan jus apel yang diketahui memiliki jumlah anthocyanin yang dapat
diabaikan.

2. Penilaian Kesahihan/Validitas
Penelitian merupakan jenis randomized controlled trial, yang dilaksanakan di 2
tempat (klinik demensia rawat jalan geriatrik dan fasilitas perumahan perawatan
lansia di wilayah Illawarra New South Wales, Australia). Studi telah disetujui oleh
komite etik terkait. Randomisasi metode pengacakan blok dengan bantuan
komputer yang dilakukan oleh ahli statistik yang independen terhadap proses
penelitian (MB), dimana peserta dibagi menjadi kelompok intervensi (jus ceri) dan
kontrol (jus apel). Dilakukan blinding kepada semua peneliti.
Terdapat kriteri inklusi yang dinyatakan dalam penelitian :
a. Lansia berusia ≥ 70 tahun
b. Telah didiagnosis memiliki demensia Alzheimer ringan hingga sedang,
yang dikonfirmasi oleh konsultan geriatri yang menjadi pernanggungjawab
klinis (JP) peserta.

Kriteria eksklusi yang dinyatakan dalam penelitian :


a. Tidak berbahasa Inggris
b. Hipertensi yang tidak terkontrol
c. Diabetes yang tidak terkontrol
d. Kondisi kesehatan fisik atau mental yang tidak stabil
e. Disfagia lainnya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 4
f. Persetujuan tertulis tidak diperoleh

Data yang dikur adalah


 Data diukur pada baseline, minggu ke 6 dan minggu ke 12
 Data baseline  umur, IMT, status merokok saat ini, riwayat merokok
dimasa lampau, kekuatan genggaman, lingkar lengan atas, lingkar betis,
edukasi, mini nutritional assestment (MNA), instrumental activities of daily
living (IADL), total asupan flavonoid (mg/hari), asupan flavonol (mg/hari),
asupan flavone (mg/hari), asupan flavavone (mg/hari), asupan flavon-3-ols
(mg/hari), asupan anthocyanin (mg/hari).
 Status gizi dinilai menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA) oleh
pewawancara
 Asupan makanan, termasuk asupan flavonoid, dinilai menggunakan metode
dietary recall 24 jam yang dimasukkan ke dalam program penilaian diet
FoodWorks untuk menilai parameter gizi (Xyris Software, Highgate Hill,
QLD, Australia, versi 5, 2007).
 Untuk memperkirakan asupan flavonoid, catatan diet direferensikan silang
dengan database USDA 2013 untuk kandungan flavonoid dari makanan
yang dipilih yang dirilis 3.1.
 BP istirahat dan detak jantung diukur menggunakan Omron HEM7200
Deluxe Automatic BP Monitor, saat duduk, dalam tiga kali pengukuran
yang hasilnya dirata-ratakan.
 Pengukuran antropometrik meliputi tinggi, berat, dan lingkar lengan tengah
dan betis tengah  untuk memantau luaran fisik selama 12 minggu.
 IADL digunakan untuk menentukan kemampuan fungsional
 Kekuatan genggaman tangan dinilai dengan menggunakan digital handgrip
dynamometer Jamar (Lafayette Instruments, Indiana, USA)
 Sampel darah menilai perubahan penanda inflamasi [protein C-reaktif
(CRP) dan interleukin-6 (IL-6)] dan kadar vitamin C plasma. IL-6 diukur
dengan panel sitokin sensitivitas tinggi (Millipore), CRP oleh hsCRP
(Kamiya) dan vitamin C dengan metode in-house.
Intervensi yang dilakukan dalam penelitian adalah :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 5
 Suplementasi nutrisi
Suplementasi diberikan sekali sehari selama 12 minggu yang dikomsumsi
kapan saja. Suplemen nutrisi dapat berupa :
 Produk intervensi : jus ceri bing 200 ml, dengan kandungan
anthocyanin 69 g, berisi 790 kkal/sajian. Jus ceri dikembangkan oleh
perusahaan riset (Agritechnology) yang berbasis di Orange, NSW,
Australia.
 Produk kontrol: jus apel 200 ml, dengan kandungan anthocyanin
0,02 g, berisi 360 kkal/sajian. Jus apel disediakan oleh Appledale,
berbasis di Orange, NSW, Australia.
Outcome yang diingikan dalam penelitian adalah :
 Fungsi kognitif
Fungsi kognitif dinilai menggunakan sekelompok tujuh tes kognitif,
termasuk Rey Auditory Verbal Learning Test (RAVLT), self-ordered
pointing task (SOPT), Boston naming test, trail making test (TMT),
kemampuan mengingat angka mundur serta kefasihan dalam kategori dan
kata verbal.
 Kondisi mood
Geriatric Depression Scale (GDS) digunakan untuk menilai kondisi mood.
Metode analisis penelitian ini adalah sebagai berikut :
o Perbedaan dasar antara intervensi dan karakteristik kelompok
kontrol dan informasi gizi dianalisis dengan uji t tidak berpasangan
untuk variabel kontinu.
o Uji two-way repeated-measures ANOVA menganalisis pengaruh
dari waktu, pengobatan, dan interaksi waktu x pengobatan untuk
pengukuran tekanan darah pada 6 dan 12 minggu.
o Analisis kovarians (ANCOVA) menggunakan data awal sebagai
kovariat digunakan untuk menganalisis efek kelompok pada 6 dan
12 minggu untuk semua tugas kognitif, untuk mengisolasi efek
intervensi sambil mengendalikan perbedaan kelompok pada awal.
o Repeated-measures ANOVA menilai perbedaan penanda inflamasi
dan vitamin C pada awal dan 12 minggu.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 6
o Nilai p kurang dari atau sama dengan 0,05 dianggap
mengindikasikan signifikansi statistik.
o Nilai Eta-squared (η2) dihitung untuk menunjukkan kekuatan efek
utama.
o Perkiraan ukuran efek f Cohen ditandai sebagai kecil (0,10), sedang
(0,25) dan besar (0,40).

3. Penilaian Kepentingan / Importance


Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa :
1. Karakteristik subjek
 Didapatkan 49 peserta (24 perempuan, 25 laki-laki). 7 peserta menarik diri
dari penelitian (2 dirawat inap, 4 karena beban penelitian dan 1 pindah).
Peserta diacak ke dalam kelompok kontrol (n = 25) dan kelompok intervensi
(n = 24).
 Pada baseline
o Tidak ada perbedaan antara kelompok untuk usia, IMT dan
antropometrik, tahun pendidikan atau asupan flavonoid total pada
awal.
o Tidak ada perbaikan signifikan dari baseline yang ditemukan untuk
tugas kinerja kognitif pada kelompok kontrol.
o Terdapat perbedaan signifikan pada awal ditemukan antara
kelompok untuk mengukur malnutrisi, aktivitas kehidupan sehari-
hari, dan kekuatan genggaman.
o Kelompok intervensi mengkonsumsi lebih banyak flavonoid
daripada kelompok kontrol.
o Pada awal, satu-satunya perbedaan yang signifikan antara
kelompok untuk asupan gizi adalah untuk karbohidrat (p = 0,023)
dan asupan kafein (p = 0,03), dengan kelompok intervensi dengan
asupan yang lebih tinggi daripada kontrol.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 7
2. Pasca Intervensi
 Kelompok intervensi memiliki kecenderungan untuk mengalami
peningkatan sebagian besar tugas kognitif.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 8
 Analisis kovarians menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kinerja
kognitif pada kelompok intervensi saja, pada 6 dan 12 minggu untuk
kategori tugas kefasihan verbal (p = 0,014), total RAVLT (p = 0,014),
RAVLT delayed recall (p = 0,005) dan RAVLT delayed recall 20-menit (p
≤ 0,001).

 Ukuran efek untuk kelancaran kategori (η2 = 0,711), total RAVLT (η2 =
0,713), penarikan tertunda RAVLT (η2 = 0,433) adalah besar, dan ukuran
efek untuk RAVLT delayed recall 20 menit (η2 = 0,242) adalah moderat.
 Repeated-measures ANOVA, dengan baseline sebagai kovariat,
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam tekanan darah sistolik (p =
0,038) pada 6 dan 12 minggu dari titik awal, dengan tren yang serupa
terbukti untuk tekanan darah diastolik (p = 0,160) di kelompok intervensi.

 Tidak ada perbedaan signifikan dalam tekanan darah.


 Pada follow-up, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam
asupan gizi atau untuk perubahan asupan gizi dari awal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 9
 Repeated-measures ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara intervensi dan kelompok kontrol untuk serum vitamin C,
IL-6 atau CRP pada awal atau 12 minggu.

 Tidak ada peningkatan kadar vitamin C serum setelah 12 minggu pada


kedua kelompok. Tingkat rata-rata CRP plasma dan IL-6 tidak berbeda
secara signifikan setelah intervensi.

4. Penilaian Kemampuan Terapan / Applicability


Penelitian ini ingin melihat apakah terdapat perubahan pada fungsi kognitif
pada orang dewasa yang lebih tua dengan demensia ringan hingga sedang setelah
konsumsi harian dari jus ceri yang kaya anthocyanin selama 12 minggu. Di
Indonesia, jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia mencapai peringkat lima besar
terbanyak di dunia, yakni 18,1 juta pada tahun 2010 dan akan meningkat dua kali
lipat menjadi 36 juta pada tahun 2025. Angka harapan hidup penduduk Indonesia
mencapai 67,8 tahun pada tahun 2000-2005 dan menjadi 73,6 tahun pada tahun
2020-2025.1 Penelitian mengenai pengaruh intervensi nutrisi telah dilakukan
sebelumnya di Indonesia. Intervensi nutrisi dapat berupa buah-buahan, teh, coklat,
sayuran yang diketahui memiliki berbagai kandungan zat bioaktif fungsional dan
juga dapat berperan sebagai antioksidan yang dikaitkan dengan berbagai efek
menguntungkan salah satunya neuroproteksi.2
Hasil peneltian menunjukkan pemberian suplementasi nutrisi (jus ceri yang
kaya anthocyanin) memberikan efek perbaikan fungsi kognitif yang lebih baik
daripada kelompok kontrol (jus apel yang kurang anthocyanin). Subjek yang diteliti
memiliki kemiriipan dengan subjek di Indonesia, dimana lansia yang direkrut

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 10
adalah yang memiliki asupan flavonoid total yang cukup tinggi, dan hal ini berbeda
dengan lansia di Indonesia (asupan flavonoid total sebesar 141 ± 101 mg/hari) 2.
Dan penelitian dapat diulang kembali di Indoensia dengan metodelogi yang lebih
baik, Compliance pada penelitian adalah baik yang ditunjukkan dengan >70%
subjek mengikuti follow up sampai dengan selesai, sehingga dapat diterapkan pada
sampel terpilih karena instrument penelitian yang mudah. Masih terdapat perbedaan
signifikan pada beberapa karakteristik diantara kedua kelompok meski telah
dilakukan randomisasi. Blinding dilakukan hanya pada peneliti karena tidak
mungkin bagi peserta untuk tidak dapat membedakan bagaimana rasa dari jus ceri
(intervensi) dengan jus apel (kontrol). Generabilitas jurnal dapat diterima di
Indonesia.
.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 11
KETERBATASAN DAN KEKUATAN PENELITIAN

Keterbatasan dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Ukuran sampel yang relatif kecil dan panjang intervensi yang pendek (12
minggu)
2. Kemampuan kognitif dan fisik kelompok intervensi yang secara umum
lebih baik
3. Suplementasi kontrol tidak memiliki kalori dan kandungan nutrisi yang
sama dengan suplementasi pada intervensi
4. Suplementasi nutrisi dalam bentuk jus, dimana diketahui dalam proses
pengolahan jus dapat terjadi degradasi dari kandungan nutrisi dan zat
bioaktif buah
5. Tidak disertakan perhitungan sampel berdasarkan penelitian sebelumnya
yang menjadi acuan
6. Tidak dijelaskan apakah staff peneliti diberikan pelatihan terlebih dahulu,
yang beresiko untuk menjadi bias

Kekuatan penelitian ini adalah:


1. Kriteria inklusi dan eksklusi dipaparkan dengan jelas dalam penelitian, serta
rekrutmen subjek cukup jelas
2. Metode analisis statistic tidak dijabarkan dengan jelas oleh peneliti
3. Jumlah follow-up yang hilang minimal dan compliance baik
4. Dilakukannnya blinding dalam penelitian, yang menurunkan resiko bias
5. Semua outcome yang diinginkan oleh peneliti dijelaskan secara jelas dan
gamblang, dengan instrumen yang valid

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 12
KESIMPULAN

Perbandingan dengan penelitian-penelitian pendahulunya adalah sebagai berikut:


1. Penelitian oleh Krikorian et al, Shukitt-Hale et al, Galle et al  penelitian
pada manusia dan hewan baru-baru ini yang menunjukkan peningkatan
dalam kinerja kognitif dalam domain ini dengan suplemen makanan dengan
sumber makanan kaya antosianin lainnya
2. Penelitian oleh Caldwell et al  asupan jus ceri tidak mempengaruhi
kognisi akut selama 6 jam
3. Penelitian oleh Williams et al  menyatakan bahwa Kemampuan flavonoid
untuk memodulasi perkembangan penyakit Alzheimer masih kurang
dipahami
4. Penelitian oleh Krikorian et al menyatakan bahwa mekanisme yang
berkaitan dengan peningkatan kinerja kognitif setelah suplementasi
makanan kaya antosianin adalah karena penurunan penanda inflamasi yang
menghasilkan efek penurun tekanan darah
5. Penelitian oleh Egert et al  menyatakan bahwa flavonoid dosis tinggi
dapat menghambat penyerapan askorbat
Sebagai kesimpulan, jurnal ini termasuk jurnal yang baik karena rancangan
metodelogi penelitian yang baik, alur pengambilan subjek yang kurang jelas, dan
pemaparan hasil penelitian yang baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian suplementasi jus ceri setiap hari merupakan strategi untuk meningkatkan
kualitas hidup pada lansia. Generabilitas penelitian umumnya dapat diterima di
Indonesia.

***

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 13
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik [Internet]. Data untuk perencanaan pembangunan


dalam era desentralisasi; 2013 [diakses Juni 2013]. Diunduh dari:
http://www. datastatistik-indonesia.com.
2. Rahmawati W, Lipoeto NI, Syafrita YS. Hubungan Konsumsi Makanan
Fungsional Sumber Antioksidan dengan Fungsi Kognitif dan Kadar 4-
Hydroxynonenal (4-HNE) Plasma Lansia. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016
Jan 1;5(1).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 14
LEMBAR KERJA PENILAIAN STUDI
THERAPY STUDY: Are the results of the trial valid? (Internal Validity)
What question did the study ask?
Patient : Lansia dengan demensia alzheimer ringan sedang
Intervention : Jus ceri tinggi akan anthocyanin
Comparison : Jus apel dengan kandungan anthocyanin yang dapat diabaikan
Outcome : Perbaikan fungsi kognitif lansia

CHECKLIST OXFORD
1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised?
What is best? Where do I find the information?
Centralised computer randomisation is The Methods should tell you how patients
ideal and often used in multi-centred trials. were allocated to groups and whether or
Smaller trials may use an independent not randomisation was concealed.
person (e.g, the hospital pharmacy) to
“police” the randomization.
This paper: Yes √ No  Unclear 
Comment: Dilakukan dilakukan dengan metode pengacakan blok dengan bantuan computer
yang dilakukan oleh ahli statistik yang independen terhadap proses penelitian (MB). Meski
dilakukan randomisasi beberapa karakteristik pasien tidak tersebar dengan baik dan merata,
yang ditunjukkan adanya perbedaan signifikan data baseline antar kedua kelompok.
1b. R- Were the groups similar at the start of the trial?
What is best? Where do I find the information?
If the randomisation process worked (that is, The Results should have a table of
achieved comparable groups) the groups "Baseline Characteristics" comparing the
should be similar. The more similar the groups randomized groups on a number of
the better it is.
variables that could affect the outcome (ie.
There should be some indication of
age, risk factors etc). If not, there may be a
whether differences between groups are
description of group similarity in the first
statistically significant (ie. p values).
paragraphs of the Results section.
This paper: Yes  No √ Unclear 
Comment: Terdapat perbedaan signifikan pada kedua kelompok pada baseline
2a. A – Aside from the allocated treatment, were groups treated equally?

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 15
What is best? Where do I find the information?
Apart from the intervention the patients in Look in the Methods section for the follow-
the different groups should be treated the up schedule, and permitted additional
same, eg., additional treatments or tests. treatments, etc and in Results for actual
use.
This paper: Yes √ No  Unclear 
Comment: Selain intervensi penelitian diberikan perlakukan/intervensi yang sama pada
kedua kelompok
2b. A – Were all patients who entered the trial accounted for? – and were they
analysed in the groups to which they were randomised?
What is best? Where do I find the information?
Losses to follow-up should be minimal – The Results section should say how many
preferably less than 20%. However, if few patients were randomised (eg., Baseline
patients have the outcome of interest, then Characteristics table) and how many
even small losses to follow-up can bias the patients were actually included in the
results. Patients should also be analysed analysis. You will need to read the results
in the groups to which they were section to clarify the number and reason for
randomised – ‘intention-to-treat analysis’. losses to follow-up.
This paper: Yes √ No  Unclear 
Comment: Dijelaskan secara detail kenapa subjek tidak di follow up, namun tidak dilakukan
analisis yang lebih lanjut pada pasien dengan loss to follow up
3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind”
to which treatment was being received?
What is best? Where do I find the information?
It is ideal if the study is ‘double-blinded’ – First, look in the Methods section to see if
that is, both patients and investigators are there is some mention of masking of
unaware of treatment allocation. If the treatments, eg., placebos with the same
outcome is objective (eg., death) then appearance or sham therapy. Second, the
blinding is less critical. If the outcome is Methods section should describe how the
subjective (eg., symptoms or function) then outcome was assessed and whether the
blinding of the outcome assessor is critical. assessor/s were aware of the patients'
treatment.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 16
This paper: Yes  No √ Unclear 
Comment: Telah dilakukan upaya untuk mencegah klinisi untuk mengetahui alokasi terapi,
namun tidak dijelaskan adanya upaya blinding pada peserta, dan merupakan hal yang sulit
untuk membuat peserta tidak dapat membedakan jus ceri dan jus apel

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 17
What were the results?
1. How large was the treatment effect?

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 18
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:

 Didapatkan 49 peserta (24 perempuan, 25 laki-laki). 7 peserta menarik diri dari


penelitian (2 dirawat inap, 4 karena beban penelitian dan 1 pindah). Peserta diacak
ke dalam kelompok kontrol (n = 25) dan kelompok intervensi (n = 24).
 Pada baseline
o Tidak ada perbedaan antara kelompok untuk usia, IMT dan antropometrik, tahun
pendidikan atau asupan flavonoid total pada awal.
o Tidak ada perbaikan signifikan dari baseline yang ditemukan untuk tugas kinerja
kognitif pada kelompok kontrol.
o Terdapat perbedaan signifikan pada awal ditemukan antara kelompok untuk
mengukur malnutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, dan kekuatan genggaman.
o Kelompok intervensi mengkonsumsi lebih banyak flavonoid daripada kelompok
kontrol.
o Pada awal, satu-satunya perbedaan yang signifikan antara kelompok untuk
asupan gizi adalah untuk karbohidrat (p = 0,023) dan asupan kafein (p = 0,03),
dengan kelompok intervensi dengan asupan yang lebih tinggi daripada kontrol.
 Kelompok intervensi memiliki kecenderungan untuk mengalami peningkatan
sebagian besar tugas kognitif.
 Analisis kovarians menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kinerja
kognitif pada kelompok intervensi saja, pada 6 dan 12 minggu untuk kategori tugas
kefasihan verbal (p = 0,014), total RAVLT (p = 0,014), RAVLT delayed recall (p =
0,005) dan RAVLT delayed recall 20-menit (p ≤ 0,001).
 Ukuran efek untuk kelancaran kategori (η2 = 0,711), total RAVLT (η2 = 0,713),
penarikan tertunda RAVLT (η2 = 0,433) adalah besar, dan ukuran efek untuk
RAVLT delayed recall 20 menit (η2 = 0,242) adalah moderat.
 Repeated-measures ANOVA, dengan baseline sebagai kovariat, menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam tekanan darah sistolik (p = 0,038) pada 6 dan 12
minggu dari titik awal, dengan tren yang serupa terbukti untuk tekanan darah
diastolik (p = 0,160) di kelompok intervensi.
 Tidak ada perbedaan signifikan dalam tekanan darah.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 19
 Pada follow-up, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam asupan
gizi atau untuk perubahan asupan gizi dari awal.
 Repeated-measures ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara intervensi dan kelompok kontrol untuk serum vitamin C, IL-6 atau CRP pada
awal atau 12 minggu.
 Tidak ada peningkatan kadar vitamin C serum setelah 12 minggu pada kedua
kelompok. Tingkat rata-rata CRP plasma dan IL-6 tidak berbeda secara signifikan
setelah intervensi.

What is the measure? What does it mean?
Perubahan setelah dengan sebelum intervensi.
Perbaikan signifkan pada fungsi kognitif pada kelompok intervensi tapi tidak
kelompok kontrol
Absolute Risk Reduction (ARR) = The absolute risk reduction tells us the absolute
risk of the outcome in the control difference in the rates of events between the two
group - risk of the outcome in the groups and gives an indication of the baseline
treatment group. This is also known risk and treatment effect. An ARR of 0 means
as the absolute risk difference. that there is no difference between the two
groups thus, the treatment had no effect.
Tidak ada dalam penelitian
Relative Risk Reduction (RRR) = Relative Risk Reduction (RRR) adalah
absolute risk reduction / risk of the komplemen dari RR dan mungkin merupakan
outcome in the control group. An ukuran efek pengobatan yang paling sering
alternative way to calculate the RRR dilaporkan. Ini memberi tahu kita pengurangan
is to subtract the RR from 1 (eg. RRR tingkat hasil pada kelompok perlakuan
= 1 - RR) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pada jurnal ini : Pada jurnal ini :
Tidak ada dalam penelitian
Number Needed to Treat (NNT) = The number needed to treat represents the
inverse of the ARR and is calculated number of patients we need to treat with the
as 1 / ARR. experimental therapy in order to prevent 1 bad
outcome and incorporates the duration of
treatment. Clinical significance can be

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 20
determined to some extent by looking at the
NNTs, but also by weighing the NNTs against
any harms or adverse effects (NNHs) of therapy.
Tidak ada dalam penelitian
2. How precise was the estimate of the treatment effect?
Hasil penelitian ini kurang dapat dipercaya, karena metodelogi penelitian yang kurang baik,
dan pemaparan hasil penelitian yang kurang jelas

Will the results help me in caring for my patient? (External


Validity/Applicability)
The questions that you should ask before you decide to apply the results of the study
to your patient are:
 Is my patient so different to those in the study that the results cannot apply? Yes
(Karakteristik subjek berbeda dengan kondisi di Indonesia)
 Is the treatment feasible in my setting? Yes (Dapat laksana, karena compliance
penelitian baik)
 Will the potential benefits of treatment outweigh the potential harms of treatment
for my patient? Yes (Studi ini sejalan dengan penatalaksanan komprehensif
lansia di Indonesia)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 05 Agustus – 08 September 2019 21

Anda mungkin juga menyukai