Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS (TBC)


DI BANGSAL YUDISTIRA RS PARU
RESPIRA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
FELINA SUSANTI S.Kep., Ns.
NIP. 19861109 201402 2001

RUMAH SAKIT PARU RESPIRA


PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah…..
Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah SWT,yang mana
dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa
dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka berpegang
dari itu semua kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca pada umumnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….
“ tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang sempurna ˝

Billahifii sabililhaq fastabiqulkhairat


Wassalammualaikum Wr.Wb

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................


A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................
C. Ruang Lingkup Penulisan...................................................................................
D. Metode Penulisan.............................................................................................

BAB II PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS..................................................


A. Definisi..........................................................................................................
B. Anatomi dan Fisiologi...................................................................................
C. Patofisiologi...................................................................................................
D. Manifestasi Klinik..........................................................................................
E. Prognosis........................................................................................................
F. Penatalaksanaan.............................................................................................

BAB III ASKEP PADA PASIEN TUBERKULOSIS.....................................


A. Pengkajian.....................................................................................................
B. Diagnosa........................................................................................................
C. Perencanaan...................................................................................................
D. Implementasi…………....................................................................................

BAB IV PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Penyakit Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis. Waktu pengobatan yang
panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat
selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor
ekonomi. Akibatnya adalah pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan
menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu berobat yang lebih lama. Alasan ini menyebabkan
situasi Tuberkulosis Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus meningkat
serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama negara-negara yang dikelompokkan
dalam 22 negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden countries), sehingga pada
tahun 1993 WHO/Organisasi Kesehatan Dunia mencanangkan Tuberkulosis Paru sebagai salah
satu kedaruratan dunia (global emergency).
Tuberkulosis Paru juga merupakan salah satu emerging diseases.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan agar perawat memahami proses asuhan
keperawatan pada pasien denngan tuberculosis paru.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah diharapkan perawat mampu :
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pernafasan
b. Menjekaskan etiologi penyakit tuberculosis
c. Menjelaskan patogenesis penyakit tuberculosis
d. Menjelaskan proses terjadinya penyakit tuberculosis
e. Menjelaskan manifestasi klinik penyakit tuberculosis
f. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit tuberculosis
g. Menjelaskan komplikasi penyakit tuberculosis
h. Menjelaskan prognosis penyakit tuberculosis
C. RUANG LINGKUP PENULISAN
Penyusunan makalah ini hanya membahas tentang perubahan struktur dan fungsi sistem
pernafasan pada dewasa, konsep dasar dari penyakit pada sistem pernafasan yang terjadi pada
lansia (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan.

D. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan
menjelaskan perubahan struktur dan fungsi pada sistem pernafasan, konsep dasar dari penyakit
sistem pernafasan (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada dewasa
dengan gangguan sistem pernafasan. Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan untuk
mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun teknik
yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan pencariaan informasi dari internet. Hasilnya
digunakan untuk membantu penulisan makalah ini serta untuk mendapatkan data-data sebagai
sumber resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang dapat disajikan dalam bentuk
makalah.
BAB II
PATOFISIOLOGI

A. DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobakterium
tuberculosis. Kuman batang aerobic yang tahan asam ini, dapat merupakan mikroorganisme
pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteri pathogen, tapi hanya strain bovin dan
manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4mm,
ukuran ini lebih kecil dari sel darah merah.
Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan kedalam tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan
nodus limfe.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


A. ANATOMI
Respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen, kemudian oksigen yang
berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada keadaan tertentu
bila tubuh kelebihan karbon dioksida maka tubuh berusaha untuk mengeluarkannya dari dalam
tubuh dengan cara menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antar
oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.
Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara masuk
dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot. Trakea dapat melakukan
penyaringan, penghangatan, dan melembapkan udara yang masuk, melindungi permukaan organ
yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan, mengatur udara dan mengubah permukaan saluran
napas bawah.
Guna pernafasaan yaitu mengambil oksigen dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar dalam
darah, selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan, mengeluarkan
karbondioksida yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari
sel (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melaluiorgan pernafasan Untuk melindungi sistem
permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi sistem pernafasan dari
jaringan lain terhadap serangan patogenik, untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara,
bernyanyi, berteriak dan menghasilkan suara.
1. Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi)
dan indra penciuman (pembau). Yang mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat
hidung (septum nasi). Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem pernafasan, melalui
rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi
rambut-rambut halus yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke
dalam lubang hidung.
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung
(konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior (bagian bawah), konka nasalis
media (bagian tengah), konka nasalis superior (bagian atas). Diantara konka terdapat 3 buah
lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian
tengah), meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus ini dilewati oleh udara pernapasan,
sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang disebut koana. Dasar dari
rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan
beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas,
sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus ethmoidalis
pada rongga tulang tapis.
Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptor-reseptor dari
saraf penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan
sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak
dengan rongga pendengaran tengah saluran ini desebut tuba auditiva eustaki, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring.

2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantara
lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut bernama istmus fausium, ke bawah
terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah selaput lendir
terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat
2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelan makanan.

3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsu
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,kecuali pita
suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara berjumlah 2 bah, di
atas pita suara palsudan tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita suara sejati
yang membentuk suara disebut vokalis.
4. Trakea
Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi
oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina.
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah tampuk paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli terdapat gelembung
paru yang disebut alveoli.

6. Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dadakavum
mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum
depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu
viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan
kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri
terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara lobulus
satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah
bening dan saraf-saraf.

B. Fisiologis Pernafasan
1. Pernafasan paru-paru
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung
pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
membran, diambi oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh
tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli,
dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan
merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernafasan sehingga terjadi pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida lebih banyak.
2. Pernafasan jaringan
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk
ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,
mengambil karbon dioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan
eksterna.
3. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml-5.000 ml (4,5-5 liter). Udaha yang
diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, ± 500 ml disebut juga udara pasang
surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
4. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi dan
pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam
medula oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan implus yang disalurkan melalui saraf spinalis
ke otot pernafasan (otot diagfragma atau interkostalis). Penegndalian oleh saraf. Pusat otomatik
dalam medula oblongata mengantarkan implus eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf
servikalis diantarkan ke diagfragma oleh saraf prenikus. Implus ini menimbulkan kotraksi ritmik
pada otot diagfragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia. Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi: frekuensi
kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka,
sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar
implus saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
5. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi akan
menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi istirahat-
ekspirasi,disebut juga pernafasan terbalik.
6. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan
oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoreksia serebralis misalnya orang
bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiruan misalnya yang terjadi pada bibir,
telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.
7. Dinamika pernafasan
Tekanan udara mendesak melalui saluran pernafasan menekan paru-paru ke arah dinding
torak, tekanan dalam ruang pleura mencegah paru-paru menyusut dari dinding toraks dan
memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernafasan dinding toraks dan diagfragma,
tekanan ini meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan pernafasan ini dihasilkan oleh otot
pernafasan. Waktu ekspirasi serat otot diagfragma yang relaksasi muncul tinggi menuji diafragma
membebaskan ruang pelengkap diantara diafragma dan dinding toraks.

C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis dengan makrofag yang
menyebar sebelum berkembang atau membentuk hipersensitifitas atau imunitas sebagian besar
akan bertahan didalam sel-sel darah dan dibawa ke bagian linfe pulmonary melalui sistem limfa.
Basil kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian walaupun infeksi kecil akan
menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer bisa atau tidak mengalami proses degenerasi
nefrotik, yang menyebabkan rongga diisi oleh masa basil tuberculosis seperti keju, sel-sel darah
putih yang mati dan jaringan paru nekrotik pada saat itu material akan mencari dan akan masuk
ke batang trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai sputum. Kebanyakan tuberculosis primer
sembuh dalam beberapa bulan melalui pembentukan jaringan parut fibrosus dan akhirnya lesi yang
mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup yang dapat aktif kembali setelah beberapa tahun dan
dapat menyebabkan infeksi TB post primer atau TB sekunder.

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:
a. Tanda :
1) Penurunan berat badan
2) Anoreksia
3) Dispneu
4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

b. Gejala :
1) Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
2) Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada
keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengan bagian paru.
4) Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis).
5) Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, mering,
nyeri otot, keringat malam.

E. PROGNOSIS
Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini penyakit ini di diagnosis
dan di obati, makin besar kemungkinan pasien sembuh tanpa kerusakan serius yang menetap.
Makin baik kesadaran pasien ketika pengobatan dimulai, makin baik prognosisnya. Bila pasien
dalam keadaan koma, prognasis untuk sembuh sempurna sangat buruk. Sayangnya pada 10%-30%
pasien yang dapat bertahan hidup terdapat beberapa kerusakan menetap. Oleh karena akibat dari
penyakit ini sangat fatal bila tidak terdiagnosis.

F. PENATALAKSANAAN
Keperawatan
- Mengobservasi tanda-tanda vital
- Pemberian zat gizi tktp
- Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
- Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
- Membuang sputum pada tempat yang khusus
Medis
- OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri sida dengan
atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
- Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisida.
- Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
- Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.

A. Pengobatan tuberkulosis yang modern berdasarkan pemberian obat yang efektif. Terapi harian
dengan regimen termasuk isoniazid dan rifampin selama 9 hingga 12 bulan mewakili pengobatan
paling efektif yang tersedia dan mampu mencapai hasil yang baik pada 99 % pasien. Banyak ahli
menambahkan obat ketiga pada awal pengobatan sampai uji sensitivitas tersedia; pirazinamid 1,5-
2 g merupakan obat ketiga yang optimal, dan etambutol 15 mg/kg juga efektif. Pada negara
berkembang yang harga obat merupakan faktor dari isoniazid 300 mg dan tioasetazon 150 mg
selama 12 hingga 18 bulan memberikan regimen yang dapat mencapai angka penyembuhan 80
hingga 90 persen.

B. Program pengobatan jangka pendek paling baik dianjurkan yang terdiri dari dua fase. Fase intensif
dua bulan pertama dengan pemberian setiap hari harus meliputi isoniazid 300 mg, rifampin 600
mg, dan pirazinamid 1,5-2 mg dan juga mencangkup baik streptomisin 0,75-1 g ataupun etambutol
15 mg/kg.

C. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah sebelumnya negatif, bahkan jika
individu tidak memperhatikan adanya gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan
untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.

D. Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan diprogramkan. Pasien mungkin
tetap menginap di rumah sakit atau dibawah pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan
terhadap terapi medis cenderung rendah.
BAB III
ASKEP TBC PADA ORANG DEWASA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
- Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
- Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, keletihan, batuk dan
terbentuknya sputum.
- Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi,
frekuensi batuk dan nyeri dada.
- Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronkial,bronkovesikuler,krekles), fremitus, egofoni,
dan perkusi pekak.
- Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
- Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan pengertiannya tentang tuberkulosis
dan pengobatannya.
- Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang sangat banyak.
- Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan jangka panjang.
- Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan demam.
- Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat pirogen
kuman TBC.
- Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan / anoreksia.
- Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d informasi tak adekuat.
- PK : efek samping medikasi.
- PK : TB miliaris.

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


1)Peningkatan bersihan jalan napas.
- Pantau tanda-tanda bersihan jalan napas tak efektif (sputum kental,dispnea,ronki)
- Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.
- Anjurkan menghirup uap hangat dengan kelembaban tinggi.
- Anjurkan posisi yang nyaman untuk drainase sputum.
- Kolaborasi pemberian ekspektoran.
2. Peningkatan regimen terapeutik.
- Kaji tingkat kepatuhan pasien untuk pengobatan jangka lama.
- Jelaskan kepada pasien pentingnya mengikuti protokol pengobatan dengan baik.
- Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang faktor pendukung dan penghambat pengobatan.
3)Meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.
- Kaji faktor-faktor yang menimbulkan keletihan.
- Pantau tingkat toleransi pasien terhadap aktivitas.
- Jelaskan manfaat aktivitas untuk mempercepat proses penyembuhan.
- Tingkatkan kemandirian dalam perawatan diri, bantu jika keletihan terjadi.
- Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat.
4)Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Kaji tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
- Jelaskan bagaimana suhu tubuh dapat meningkat akibat infeksi.
- Pertahankan hidrasi adekuat.
- Kolaborasi pemberian antipiretika bila perlu.
5)Mengatasi nyeri akut.
- Kaji tingkat nyeri (PQRST).
- Jelaskan penyebab terjadinya nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.
6)Meningkatkan nutrisi yang adekuat.
- Kaji status nutrisi dan faktor-faktor yang mungkin mengganggu nafsu makan.
- Jelaskan pentingnya asupan gizi yang adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Anjurkan makan porsi kecil tapi sering.
- Kolaborasi diet dengan ahli gizi.
- Kolaborasi pemberian vitamin.
7)Meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara pencegahan penularan.
- Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara mencegah penularan.
- Diskusikan faktor-faktor yang pendukung dan penghambat penularan.
- Instruksikan pasien dan keluarga tentang prosedur pengendalian infeksi (menutup mulut saat
batuk,mencuci tangan,membuang sputum pada tempatnya)
8)Mencegah komplikasi efek samping obat.
- Pantau tanda / gejala efek samping obat.
- Jelaskan efek samping masing-masing OAT.
- Jelaskan hal-hal yang harus dihindari /dilakukan terhadap masing-masing jenis OAT.
- Pantau kadar enzim-enzim hepar, BUN, Kreatinin untuk mendeteksi fungsi hepar dan ginjal.
- Instruksikan pasien menghubungi perawat/dokter bila terjadi efek samping.
9)Mencegah komplikasi TB Miliaris
- Jelaskan tanda-tanda penyebaran infeksi TBC ke bagian tubuh non pulmonal.
- Pantau tanda-tanda infeksi TBC non pulmonal (lonjakan suhu tubuh, perubahan fungsi ginjal
dan kognitif).
- Lapor dokter bila terdapat tanda TB Miliaris

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TBC

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny.B
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Bt. Merah
Tanggal Masuk RS : 01-02-2010/20.50 Wit
Tanggal Pengkajian : 05-02-2010/10.00 Wit
No.Register Medis : 10 80 89
Diagnosa Medis : TB PARU
Nama Penanggung Jawab : Tn A
Pekerjaan : Pns
Hub. Dengan klien : Anak
2. Riwayat kesehatan sekarang

 Keluhan utama Saat Pengkajian : Batuk dengan dahak susah dikeluarkan


 Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan daerah dada terasa sakit pada saat batuk seperti
ditusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul dan menyebar kearea dada kiri dan kanan selama ±5-
10 menit

a. Hal-hal yang Setelah mendapat pengobatan sesuai indikasi


meringankan
Aktivitas berlebihan dan udara dingin
b. Hal-hal yang
memberatkan
Daya tahan tubuh menurun dan Faktor usia

c. Faktor pencetus Badan lemas,sesak bila aktivitas berlebihan,


berkeringat dingin terutama pada malam hari,
d. Keluhan yang kurang nafsu makan.
menyertai

3. Riwayat kesehatan Masa Lalu

a. Klien pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya


b. Klien belum pernah mengalami tindakan pembedahan
c. Klien tidak ada riwayat alergi terhadap obat dan makanan tertentu

4. Riwayat Kesehatan keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit serupa, DM disangkal, HT disangkal
Pola Aktivitas Sehari-Hari

No Pola Hidup Sebelum sakit Saat sakit


1. Pola makan
o Frekwensi makan sehari 3x/hari 3x/hari
o Waktu makan Pagi,siang,malam Pagi,siang,malam
o Porsi makan yang dihabiskan 1porsi 1/2porsi

o Jenis makanan Nasi,lauk,sayur Bubur,lauk,sayur,buah

o Makanan yang disukai Soto ayam Tidak ada

o Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada


Tidak ada Ada (kurang napsu
o keluhan saat makan
makan)
Pola minum
5-6gelas/hari 7-8 gelas/hari
o Frekwensi minum seharii
Tidak ada Tidak Ada
o keluhan saat minum
Pola eliminasi
A. BAB
2x/hari 1x/hari
o Frekwensi/hari
Lembek Lembek
o Konsistensi
Kuning Kuning
o Warna
Khas Khas
o Bau
Tidak ada Tidak ada
o Keluhan saat BAB
B. BAK
4-5x/hari 5-6x/hari
o Frekwensi/hari
Kuning jernih Kuning jernih
o Warna
Pesing Pesing
o Bau
Tidak ada Tidak ada
o Keluhan
Pola istirahat dan tidur
1-2jam/hari 1-2 jam/hari
o Tidur siang
7-8jam/hari 5-6jam/hari
o Tidur malam
o Kebiaasan/ pengantar tidur
Tidak ada Tidak ada
o Keluhan
Personal higiene
o Kebiasaan mandi/hari/menggunakan
2x/hari 2x/hari
o Kebiasaan menggosok 2x/hari 2x/hari
gigi/hari/menggunakan
o Kebiasaan mencuci rambut/memakai
Pola aktivitas dan latihan 1x/minggu Tidak ada
o Jenis olah raga
 Frekwesi
 aktivitas 1x/minggu Tidak ada

o Pekerjaan Jalan santai Tidak ada

 Jenis pekerjaan
 Jumlah jam kerja Ibu rumah tangga Tidak ada

 keluhan 3-4 jam/hari Tidak ada


Tidak ada Ada aktivitas dibantu

5. Aspek Psikososial

o status emosional : Pasien tidak emosional


o Persepsi diri: Pasien khawatir dengan kondisinya serta sering bertanya tentang penyakit
yang dialaminya
o pola interaksi klien : Pasien beriteraksi dengan baik

6. Pemeriksaan Fisik
i. Pengamatan umum
1. Keadaan umum : Lemah
2. Keadaan sakit : Sedang
3. Tingkat kesadaran : Sadar
4. Ekspresi Wajah : Tampak gelisah

ii. Pengukuran geometri


1.BB Sekarang : 49 kg
2.TB Saat pengkajian : 160 cm
3.BBI : 54 kg
4.Kesimpulan : BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)

iii. Tanda –Tanda vital


1. Suhu : 36˚C
2. Nadi : 100x/menit
3. Respirasi : 26x/menit
4. Tekanan darah : 120/70mmHg

iv. Pemeriksaan (kepala, mata, hidung dan tenggorokan)


1. Kepala
a. Bentuk : Bulat
b. Keluhan yang berhubungan : Pusing
2. Mata
a. Ukuran pupil : normal
b. Isokor : Ya
c. Reaksi terhadap cahaya : Mengecil
d. Akomodasi : Baik
e. Bentuk : normal
f. Konjungtiva : Pucat
g. Fungsi penglihatan : Berkurang
h. Menggunakan alat bantu : Tidak ada
i. Keluhan : Pandangan kabur
3. Hidung
a. Reaksi alergi : Tidak ada
b. Bentuk hidung : Normal
c. Fungsi penciuman : Baik
d. Peradangan : Tidak ada
e. Perdarahan : Tidak ada
f. Menggunakan alat bantu : Tidak ada
g. Keluhan : Tidak ada

4. Mulut dan Tenggorokan


a. Keadaan rongga mulut : Kering
b. Problem menelan : Tidak ada
c. Gangguan bicara : Tidak ada
d. Fungsi mengunyah : Baik Tidak ada kelainan
v. Leher
1.Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
2.Arteri karotis : Teraba
3.Pembesaran tiroid : Tidak ada
4.Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

vi. Dada( Inspeksi,Palpasi,Auskultasi,Perkusi)


1. Bentuk dada : Semitris
2. Pergerakan pernafasan : Cepat
3. Bunyi pernafasan : Vesikuler
4. Pola nafas/batuk : Batuk kering
5. Sputum : Kental
6. Frekwensi pernafasan : Takipnea ( 26x/menit)
7. Bunyi nafas tambahan : Ronchi (+)
8. Keluhan : Ada kelainan
9. Jantung
a. Bunyi jantung ( S1,S2) : S1 dan S2 Normal
b. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
c. Irama jantung : Irreguler ( tidak teratur)
d. Keluhan : Jantung berdebar-debar

vii. Abdomen
1. Bentuk : Normal
2. Bunyi usus : Normal
3. Bising arteri : Normal
4. Pembesaran hepar : Tidak ada
5. Pembesaran ginjal : Tidak ada
6. Kandung kemih : Tidak ada kelainan
7. keluhan : Tidak ada kelainan

viii. Ekstrimitas
1. Ekstrimitas atas : Terpasang IVFD RL 24 tetes/menit
2. Ekstrimitas bawah : Tidak ada keluhan

ix. Pemeriksaan neurologis


1. Tingkat kesadaran : Sadar
2. Koordinasi : Baik
3. Memori : Baik
4. Orientasi : bingung
5. Kelumpuhan motorik : Tidak ada
6. Gangguan sensorik : Tidak ada keluhan

7. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 04 Februari 2010

Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)

Lab darah : 04 Februari 2010


Nilai Abnormal Nilai normal
HB : 10,7 gr % HB : 14-16 gr %
Loukosit : 12.900 nm³ Leukosit : 5000-10.000 nm
LED 15-30 mm/jam LED 10-20 mm/jam

8. Therapy/Pengobatan/ Penatalaksanaan

1. Therapy Cairan RL 24 tetes/menit


2. Therapy Obat OAT :
a. Rifampisin 450 mg tab 1X1/oral (pagi)
b. Isoniazid (INH) 300 mg tab 1x1/oral(pagi)
c. Pirazinamid (Z) 500 mg tab 1x1/oral(pagi
d. Etambutol (E) 250 mg tab 1x1/oral(pagi
e. Streptomisin (S)Injeksi 0,50 gr /24 jam

10 Klasifikasi Data

Data subjektif Data objektif


1. Badan lemas 1) K/U Lemah
2. Sesak bila beraktivitas 2) Respirasi : 26x/menit
berlebihan 3) Sputum Kental
3. Batuk dengan dahak susah 4) Takipnea
dikeluarkan 5) Ronchi (+)
4. Keringat dingin pada 6) Loukosit : 12.900 mm³
malam hari 7) LED 15-30 mm/jam
5. Kurang nafsu makan 8) Foto Thorak :
6. Dada terasa sakit pada saat Hasil
batuk : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
7. Mulut kering 9) Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
8. Pasien khawatir dengan 10) BB tidak ideal (kurang 5Kg dari BBI)
kondisinya serta bertanya tentang 11) Keadaan rongga mulut : kering
penyakit yang dialaminya 12) Ekspresi wajah Tampak gelisah
9. Tingkat pendidikan hanya
lulusan SD

11. Analisa Data

Nama PX : NY.B No. Registrasi : 10.80.89


Umur : 60 Tahun

Data Etiologi Masalah


 DS : Pasien mengatakan Penumpukan sekret kental Bersihan jalan nafas
 Batuk dengan dahak susah dalam rongga broncus inefektif
dikeluarkan
 Sesak bila beraktivitas
 Keringat dingin pada malam
hari
 Dada terasa sakit pada saat
batuk
 DO :
 Sputum kental
 Takipnea
 Ronki (+)
 Loukosit : 12.900 mm³
 LED 15-30 mm/jam
 Foto Thorak : Hasil : TB.paru
Aktif (kesan proses spesifik)
 Respirasi : 26x/menit

Tidak Perubahan nutrisi kurang


Nafsu makan dari kebutuhan tubuh

 DS : Pasien Mengatakan
 Badan Lemas
 Mulut Kering
 Kurang nafsu makan
 DO :
 K/U Lemah
 BB tidak ideal (kurang 5kg
dari BBI)
 Porsi makan yang dihabiskan Kurang informasi yang Kurang Pengetahuan
½ porsi cukup tentang penyakitnya
 Keadaan rongga mulut :
kering

 DS : Pasien mengatakan
 Khawatir akan kondisinya
serta bertanya tentang
penyakit yang dialaminya Resiko tinggi/Potensial
penyebaran
 Tingkat pendidikan hanya Kurang pengetahuan untuk
lulusan SD menghindari pemajanan
 DO: pathogen kepada orang lain
 Ekspresi wajah gelisah

 Data subjektif dan data


objektik tidak dibuktikan

12. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kental dalam rongga beruncus yang
ditandai dengan
 DS : Pasien mengatakan
 Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
 Sesak bila beraktivitas
 Keringat dingin pada malam hari
 Dada terasa sakit pada saat batuk
 DO :
 Sputum kental
 Takipnea
 Ronki (+)
 Loukosit : 12.900 mm³
 LED 15-30 mm/jam
 Foto Thorak : Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
 Respirasi : 26x/menit

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan

 DS : Pasien Mengatakan
 Badan Lemas
 Mulut Kering
 Kurang nafsu makan
 DO :
 K/U Lemah
 BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)
 Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
 Keadaan rongga mulut : kering

3. Resiko tinggi penyebaran b/d Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen DS
dan DO tidak dibuktikan

4. Kurang pengetahuan B/d Kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya

 DS : Pasien mengatakan
 Khawatir akan kondisinya serta bertanya tentang penyakit yang dialaminya
 Tingkat pendidikan hanya lulusan SD
 DO:
 Ekspresi wajah gelisah

13. Prioritas Masalah


1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kenta dalam rongga broncus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Tidak napsu makan
3. Kurang pengetahuan b/d Kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya
4. Resiko tinggi penyebaran b/d Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.S Hari/Ta


Umur : 60Tahun Ruang
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan 1. Kaji pola nafas, sebagai tindakan
inefektif b/d Penumpukan nafas efektif frekuensi, irama lanjut untuk
sekret kentaldalam dengan kriteri : dan kedalaman mengetahui pola
rongga beruncus yang  Batuk hilang nafas pasien.
ditandai dengan  Dada sakit saat 2. Catat
 DS : Pasien mengatakan batuk hilang kemampuan sputum yang
 Batuk dengan dahak  Sesak hilang untuk berdarah dan kental
susah dikeluarkan  Ronki hilang mengeluarkan diakibatkan oleh
 Sesak bila beraktivitas  Sputum (-) sputum dan kerusakan paru atau

 Keringat dingin pada  Leukosit normal karakter sputum. luka bronchial

malam hari (4.500-

 Dada terasa sakit pada 11.000mm) 3. Atur posisi semi

saat batuk  LED normal (< fowler terhadap posisi

 DO : 15mm/1jam) pasien memaksimalkan


 Photo thorax tidak ekspensi paru dan
 Sputum kental
ada kelainan. menurunkan upaya
 Takipnea
 Respirasi normal pernapasan
 Ronki (+)
(16-20x/menit) 4. Ajar latihan
 Loukosit : 12.900 mm³
batuk efektif. Untuk
 LED 15-30 mm/jam
memudahkan
 Foto Thorak : Hasil : TB.paru
5. Pertahankan pengeluaran lender
Aktif (kesan proses
masukan cairan atau secret.
spesifik)
sedikitnya
 Respirasi : 26x/menit
2500ml/hari Membantu
kecuali kontra mengencerkan
indikasikan. secret sehingga
mudah dikeluarkan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.S Hari/Ta


Umur : 60Tahun Ruang
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


2. Perubahan nutrisi kurang Kebutuhan nutrisi1. Kaji pola makan Sebagai bahan
dari kebutuhan tubuh b/d dapat terpenuhi dan tanyakan inforasi tentang
Anoreksia yang ditandai dengan criteria tentang makanan jumlah intake dan
dengan sebagai berikut : kesukaan paien sebagai patokan
 DS : Pasien Mengatakan  nafsu makan dan makanan untuk intervensi
 Badan Lemas meningkat yang tidak selanjutnya
 Mulut Kering  Porsi makan disukai oleh

 Kurang nafsu makan dihabiskan pasien.

 DO :  K/U baik
 K/U Lemah  BB normal (54 2. timbang BB Untuk mengetahui
setiap hari status
 BB 49 (tidak ideal) kg)
perkembangan
 Porsi makan yang
nutrisi protein.
dihabiskan ½ porsi
 Keadaan rongga mulut :
3. kolaborasi - Diet yang tepat
kering
dengan tim gizi mempercepat
dalam pemberian proses
diet yang tepat. penyembuhan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Hari/Ta


Umur : 60Tahun Ruang
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


3. Kurang pengetahuan B/d Kurang 1. Kaji tingkat Dapat
Kurang informasi yang pengetahuan dapat pemahaman klien menimbulkan
cukup tentang teratasi dengan tentang perbaikan
penyakitnya kriteria sebagai penyakitnya partisipasi pada
 DS : Pasien mengatakan beikut : rencana
 Khawatir akan  Pasien tidak 2. Anjurkan pengobatan
kondisinya serta bertanya khawatir keluarga/ 0rang
tentang penyakit yang  Pasien tidak terdekat untuk Orang yang
dialaminya bertanya-tanya lagi menjadi PMO dikenal dan
 Tingkat pendidikan tentang dipercaya baik
hanya lulusan SD penyakitnya. oleh pasien
 DO:  Expresi wajah sehingga dapat

 Ekspresi wajah gelisah ceria dipastikan pasien


betul minum
3. Beri HE kepada obatnya dan
pasien. sembuh pada akhir
pengobatan.

Menambah
pengetahuan dan
informasi yang
lengkap tentng
penyakit yang
diderita oleh
paisen.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny. S Hari/Ta


Umur : 60Tahun Ruang
Jenis Kelamin:Wanita No.Reg

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


4. Resiko tinggi penyebaran b/d Kurang Mencegah resiko tinggi 1. Identifikasi orang-orang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan penyebaran dengan yang beresiko terkena
pathogen epada orang lain. criteria: infeksi penyebaran
 Keadaan ventilasi harus
terbuka
 Buat batas waktu
kunjungan 2. Anjurkan pasien untuk

 Isolasi penderita menutup mulut dan

 Pisahkan alat-alat makan membuang sputum pada


dan minum pasien. tempat penampungan ya
tertutup jika batuk.
 Minum obat pencegahan
(INH tablet)

3. Batasi kunjungan
dan penggunaan maske
memberikan kesempatan
kepada pasien untuk
beristirahat dan mencega
terjadi resiko penularan
melalui udara

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa;

1. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitasyang diperantarai oleh sel dengan sel
efektor berupa makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imunoreponsif. Tipe imunitas
ini melibatkanpengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi limfosit dan limfokon mereka;
responnya berupa reaksi berupa hipersensitifitas seluler (lambat).

2. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nikleus droplet yang
berisikan organisme basil dari seseorang yang terinfeksi.

3. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika
leukosit digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi, dan timbul
pneumonia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat
berjalan terusdifagosit atau menjadi banyak di dalam sel-sel.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;

1. Hindari atau jauhi segala factor-faktor yang dapat menyebabkan seorang terinfeksi TB Paru
seperti; Alkohol, kontak langsung dengan penderita TB.

2. Apabila seorang yang telah di diagnose menderita TB disarankan menjalani pemeriksaan fisik,
uji tuberkin Mantoux, radiografi dada, dan pemeriksaan bekteriologi atau histology.

3. Lakukanlah 3 prinsip pengobatan TB yaitu; (1) regimen harus terdiri dari banyak obat-obatan
yang sesuai untuk organismetersebut, (2) obat-obatan tersebut harus digunakan secara teratur, (3)
terapi obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi yang efektifdan
paling aman dalam waktu yang terpendek.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.
Www. Geoogle. com

Anda mungkin juga menyukai