DISUSUN OLEH :
FELINA SUSANTI S.Kep., Ns.
NIP. 19861109 201402 2001
Assalammualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah…..
Tiada kata yang paling indah selain puji dan puja syukur kehadirat Allah SWT,yang mana
dengan limpahan rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabiyaullah
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah rela mempetaruhkan harta,jiwa
dan raganya untuk membawa umat manusia dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.
Kami sadari peyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka berpegang
dari itu semua kami sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca pada umumnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah referensi kita semua….
“ tak ada gading yang tak retak,tak ada manusia yang sempurna ˝
Penulis
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
A. PENDAHULUAN
Penyakit Tuberkulosis Paru termasuk penyakit menular kronis. Waktu pengobatan yang
panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus berobat
selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor
ekonomi. Akibatnya adalah pola pengobatan harus dimulai dari awal dengan biaya yang bahkan
menjadi lebih besar serta menghabiskan waktu berobat yang lebih lama. Alasan ini menyebabkan
situasi Tuberkulosis Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus meningkat
serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama negara-negara yang dikelompokkan
dalam 22 negara dengan masalah Tuberkulosis Paru besar (high burden countries), sehingga pada
tahun 1993 WHO/Organisasi Kesehatan Dunia mencanangkan Tuberkulosis Paru sebagai salah
satu kedaruratan dunia (global emergency).
Tuberkulosis Paru juga merupakan salah satu emerging diseases.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan agar perawat memahami proses asuhan
keperawatan pada pasien denngan tuberculosis paru.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah diharapkan perawat mampu :
a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pernafasan
b. Menjekaskan etiologi penyakit tuberculosis
c. Menjelaskan patogenesis penyakit tuberculosis
d. Menjelaskan proses terjadinya penyakit tuberculosis
e. Menjelaskan manifestasi klinik penyakit tuberculosis
f. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit tuberculosis
g. Menjelaskan komplikasi penyakit tuberculosis
h. Menjelaskan prognosis penyakit tuberculosis
C. RUANG LINGKUP PENULISAN
Penyusunan makalah ini hanya membahas tentang perubahan struktur dan fungsi sistem
pernafasan pada dewasa, konsep dasar dari penyakit pada sistem pernafasan yang terjadi pada
lansia (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan.
D. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan
menjelaskan perubahan struktur dan fungsi pada sistem pernafasan, konsep dasar dari penyakit
sistem pernafasan (penyakit TBC) dan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada dewasa
dengan gangguan sistem pernafasan. Penulisan makalah ini bersifat kepustakaan untuk
mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam menyusun makalah ini. Adapun teknik
yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan pencariaan informasi dari internet. Hasilnya
digunakan untuk membantu penulisan makalah ini serta untuk mendapatkan data-data sebagai
sumber resensi penulis dan juga hasil dari diskusi kelompok yang dapat disajikan dalam bentuk
makalah.
BAB II
PATOFISIOLOGI
A. DEFINISI
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycrobakterium
tuberculosis. Kuman batang aerobic yang tahan asam ini, dapat merupakan mikroorganisme
pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteri pathogen, tapi hanya strain bovin dan
manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4mm,
ukuran ini lebih kecil dari sel darah merah.
Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan kedalam tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan
nodus limfe.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat
dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantara
lubang koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut bernama istmus fausium, ke bawah
terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah selaput lendir
terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat
2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelan makanan.
3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsu
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,kecuali pita
suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara berjumlah 2 bah, di
atas pita suara palsudan tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita suara sejati
yang membentuk suara disebut vokalis.
4. Trakea
Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi
oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina.
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada
ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah tampuk paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari
9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli terdapat gelembung
paru yang disebut alveoli.
6. Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dadakavum
mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum
depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu
viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan
kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri
terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara lobulus
satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah
bening dan saraf-saraf.
B. Fisiologis Pernafasan
1. Pernafasan paru-paru
Merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung
pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus
membran, diambi oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh
tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli,
dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan
merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam
pernafasan sehingga terjadi pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida lebih banyak.
2. Pernafasan jaringan
Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk
ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,
mengambil karbon dioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan
eksterna.
3. Daya muat paru-paru
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4.500 ml-5.000 ml (4,5-5 liter). Udaha yang
diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, ± 500 ml disebut juga udara pasang
surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
4. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu kimiawi dan
pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan yang terletak di dalam
medula oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan implus yang disalurkan melalui saraf spinalis
ke otot pernafasan (otot diagfragma atau interkostalis). Penegndalian oleh saraf. Pusat otomatik
dalam medula oblongata mengantarkan implus eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf
servikalis diantarkan ke diagfragma oleh saraf prenikus. Implus ini menimbulkan kotraksi ritmik
pada otot diagfragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15 kali setiap menit.
Pengendalian secara kimia. Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi: frekuensi
kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka,
sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produksi asam dari
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar
implus saraf yang bekerja atas otot pernafasan.
5. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka ekspirasi akan
menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi istirahat-
ekspirasi,disebut juga pernafasan terbalik.
6. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian, kalau penyediaan
oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoreksia serebralis misalnya orang
bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiruan misalnya yang terjadi pada bibir,
telinga, lengan dan kaki disebut sianosis.
7. Dinamika pernafasan
Tekanan udara mendesak melalui saluran pernafasan menekan paru-paru ke arah dinding
torak, tekanan dalam ruang pleura mencegah paru-paru menyusut dari dinding toraks dan
memaksa paru-paru untuk mengikuti pergerakan pernafasan dinding toraks dan diagfragma,
tekanan ini meningkat pada waktu inspirasi dan gerakan pernafasan ini dihasilkan oleh otot
pernafasan. Waktu ekspirasi serat otot diagfragma yang relaksasi muncul tinggi menuji diafragma
membebaskan ruang pelengkap diantara diafragma dan dinding toraks.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis dengan makrofag yang
menyebar sebelum berkembang atau membentuk hipersensitifitas atau imunitas sebagian besar
akan bertahan didalam sel-sel darah dan dibawa ke bagian linfe pulmonary melalui sistem limfa.
Basil kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian walaupun infeksi kecil akan
menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer bisa atau tidak mengalami proses degenerasi
nefrotik, yang menyebabkan rongga diisi oleh masa basil tuberculosis seperti keju, sel-sel darah
putih yang mati dan jaringan paru nekrotik pada saat itu material akan mencari dan akan masuk
ke batang trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai sputum. Kebanyakan tuberculosis primer
sembuh dalam beberapa bulan melalui pembentukan jaringan parut fibrosus dan akhirnya lesi yang
mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup yang dapat aktif kembali setelah beberapa tahun dan
dapat menyebabkan infeksi TB post primer atau TB sekunder.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala dan tanda-tanda fisik penyebab tuberkulosa, seperti:
a. Tanda :
1) Penurunan berat badan
2) Anoreksia
3) Dispneu
4) Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
b. Gejala :
1) Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
2) Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada
keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengan bagian paru.
4) Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis).
5) Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, mering,
nyeri otot, keringat malam.
E. PROGNOSIS
Kematian sudah pasti bila penyakit TB tidak diobati. Makin dini penyakit ini di diagnosis
dan di obati, makin besar kemungkinan pasien sembuh tanpa kerusakan serius yang menetap.
Makin baik kesadaran pasien ketika pengobatan dimulai, makin baik prognosisnya. Bila pasien
dalam keadaan koma, prognasis untuk sembuh sempurna sangat buruk. Sayangnya pada 10%-30%
pasien yang dapat bertahan hidup terdapat beberapa kerusakan menetap. Oleh karena akibat dari
penyakit ini sangat fatal bila tidak terdiagnosis.
F. PENATALAKSANAAN
Keperawatan
- Mengobservasi tanda-tanda vital
- Pemberian zat gizi tktp
- Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
- Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
- Membuang sputum pada tempat yang khusus
Medis
- OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri sida dengan
atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
- Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisida.
- Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
- Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
A. Pengobatan tuberkulosis yang modern berdasarkan pemberian obat yang efektif. Terapi harian
dengan regimen termasuk isoniazid dan rifampin selama 9 hingga 12 bulan mewakili pengobatan
paling efektif yang tersedia dan mampu mencapai hasil yang baik pada 99 % pasien. Banyak ahli
menambahkan obat ketiga pada awal pengobatan sampai uji sensitivitas tersedia; pirazinamid 1,5-
2 g merupakan obat ketiga yang optimal, dan etambutol 15 mg/kg juga efektif. Pada negara
berkembang yang harga obat merupakan faktor dari isoniazid 300 mg dan tioasetazon 150 mg
selama 12 hingga 18 bulan memberikan regimen yang dapat mencapai angka penyembuhan 80
hingga 90 persen.
B. Program pengobatan jangka pendek paling baik dianjurkan yang terdiri dari dua fase. Fase intensif
dua bulan pertama dengan pemberian setiap hari harus meliputi isoniazid 300 mg, rifampin 600
mg, dan pirazinamid 1,5-2 mg dan juga mencangkup baik streptomisin 0,75-1 g ataupun etambutol
15 mg/kg.
C. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah sebelumnya negatif, bahkan jika
individu tidak memperhatikan adanya gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan
untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.
D. Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik akan diprogramkan. Pasien mungkin
tetap menginap di rumah sakit atau dibawah pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan
terhadap terapi medis cenderung rendah.
BAB III
ASKEP TBC PADA ORANG DEWASA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
- Riwayat kesehatan dan periksaan fisik lengkap.
- Manifestasi klinis : demam, anoreksia, penurunan BB, berkeringat malam, keletihan, batuk dan
terbentuknya sputum.
- Catat setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernapasan, jumlah dan warna sekresi,
frekuensi batuk dan nyeri dada.
- Evaluasi bunyi napas (menghilang,bunyi bronkial,bronkovesikuler,krekles), fremitus, egofoni,
dan perkusi pekak.
- Periksa adanya pembesaran nodus limfe yang sangat nyeri.
- Kaji kesiapan emosional pasien untuk belajar, persepsi dan pengertiannya tentang tuberkulosis
dan pengobatannya.
- Evaluasi fisik dan hasil laboratorium.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi trakeobronkial yang sangat banyak.
- Regimen terapeutik tidak efektif b.d kompleksitas pengobatan jangka panjang.
- Intoleransi aktifitas b.d keletihan,perubahan status nutrisi dan demam.
- Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d rangsangan pusat pengatur suhu akibat zat pirogen
kuman TBC.
- Nyeri akut b.d peningkatan mediator nyeri akibat reaksi inflamasi.
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan / anoreksia.
- Kurang pengetahuan tentang tindakan pencegahan penularan b.d informasi tak adekuat.
- PK : efek samping medikasi.
- PK : TB miliaris.
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny.B
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Bt. Merah
Tanggal Masuk RS : 01-02-2010/20.50 Wit
Tanggal Pengkajian : 05-02-2010/10.00 Wit
No.Register Medis : 10 80 89
Diagnosa Medis : TB PARU
Nama Penanggung Jawab : Tn A
Pekerjaan : Pns
Hub. Dengan klien : Anak
2. Riwayat kesehatan sekarang
Jenis pekerjaan
Jumlah jam kerja Ibu rumah tangga Tidak ada
5. Aspek Psikososial
6. Pemeriksaan Fisik
i. Pengamatan umum
1. Keadaan umum : Lemah
2. Keadaan sakit : Sedang
3. Tingkat kesadaran : Sadar
4. Ekspresi Wajah : Tampak gelisah
vii. Abdomen
1. Bentuk : Normal
2. Bunyi usus : Normal
3. Bising arteri : Normal
4. Pembesaran hepar : Tidak ada
5. Pembesaran ginjal : Tidak ada
6. Kandung kemih : Tidak ada kelainan
7. keluhan : Tidak ada kelainan
viii. Ekstrimitas
1. Ekstrimitas atas : Terpasang IVFD RL 24 tetes/menit
2. Ekstrimitas bawah : Tidak ada keluhan
7. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 04 Februari 2010
8. Therapy/Pengobatan/ Penatalaksanaan
10 Klasifikasi Data
DS : Pasien Mengatakan
Badan Lemas
Mulut Kering
Kurang nafsu makan
DO :
K/U Lemah
BB tidak ideal (kurang 5kg
dari BBI)
Porsi makan yang dihabiskan Kurang informasi yang Kurang Pengetahuan
½ porsi cukup tentang penyakitnya
Keadaan rongga mulut :
kering
DS : Pasien mengatakan
Khawatir akan kondisinya
serta bertanya tentang
penyakit yang dialaminya Resiko tinggi/Potensial
penyebaran
Tingkat pendidikan hanya Kurang pengetahuan untuk
lulusan SD menghindari pemajanan
DO: pathogen kepada orang lain
Ekspresi wajah gelisah
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d Penumpukan sekret kental dalam rongga beruncus yang
ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan
Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
Sesak bila beraktivitas
Keringat dingin pada malam hari
Dada terasa sakit pada saat batuk
DO :
Sputum kental
Takipnea
Ronki (+)
Loukosit : 12.900 mm³
LED 15-30 mm/jam
Foto Thorak : Hasil : TB.paru Aktif (kesan proses spesifik)
Respirasi : 26x/menit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan
DS : Pasien Mengatakan
Badan Lemas
Mulut Kering
Kurang nafsu makan
DO :
K/U Lemah
BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)
Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
Keadaan rongga mulut : kering
3. Resiko tinggi penyebaran b/d Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen DS
dan DO tidak dibuktikan
DS : Pasien mengatakan
Khawatir akan kondisinya serta bertanya tentang penyakit yang dialaminya
Tingkat pendidikan hanya lulusan SD
DO:
Ekspresi wajah gelisah
DO : K/U baik
K/U Lemah BB normal (54 2. timbang BB Untuk mengetahui
setiap hari status
BB 49 (tidak ideal) kg)
perkembangan
Porsi makan yang
nutrisi protein.
dihabiskan ½ porsi
Keadaan rongga mulut :
3. kolaborasi - Diet yang tepat
kering
dengan tim gizi mempercepat
dalam pemberian proses
diet yang tepat. penyembuhan.
Menambah
pengetahuan dan
informasi yang
lengkap tentng
penyakit yang
diderita oleh
paisen.
3. Batasi kunjungan
dan penggunaan maske
memberikan kesempatan
kepada pasien untuk
beristirahat dan mencega
terjadi resiko penularan
melalui udara
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa;
1. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitasyang diperantarai oleh sel dengan sel
efektor berupa makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel imunoreponsif. Tipe imunitas
ini melibatkanpengaktifan makrofag pada bagian yang terinfeksi limfosit dan limfokon mereka;
responnya berupa reaksi berupa hipersensitifitas seluler (lambat).
2. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nikleus droplet yang
berisikan organisme basil dari seseorang yang terinfeksi.
3. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika
leukosit digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terlibat mengalami konsolidasi, dan timbul
pneumonia akut, yang dapat sembuh sendiri sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat
berjalan terusdifagosit atau menjadi banyak di dalam sel-sel.
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari isi makalah ini adalah;
1. Hindari atau jauhi segala factor-faktor yang dapat menyebabkan seorang terinfeksi TB Paru
seperti; Alkohol, kontak langsung dengan penderita TB.
2. Apabila seorang yang telah di diagnose menderita TB disarankan menjalani pemeriksaan fisik,
uji tuberkin Mantoux, radiografi dada, dan pemeriksaan bekteriologi atau histology.
3. Lakukanlah 3 prinsip pengobatan TB yaitu; (1) regimen harus terdiri dari banyak obat-obatan
yang sesuai untuk organismetersebut, (2) obat-obatan tersebut harus digunakan secara teratur, (3)
terapi obat harus dilakukan dalam waktu yang cukup untuk memberikan terapi yang efektifdan
paling aman dalam waktu yang terpendek.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.
Www. Geoogle. com