METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan
gabungan kualitatif-kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif ditunjukkan dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan data mengenai pengetahuan metakognitif peserta
didik pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, serta mendeskripsikan hubungan
pengetahuan metakognitif peserta didik dengan hasil belajar dan Metacognitive
Awareness Inventory (MAI), sedangkan pada penelitian deskriptif kuantitatif ditunjukkan
dengan teknik pengambilan data dan pemaparan hasil data dalam bentuk persentase.
Penelitian ini dilakukan di SMA BSS Malang dan SMAN 8 Malang. Subjek penelitian
ini adalah 60 peserta didik yang telah mempelajari materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit.
Instrumen penelitian terdiri dari 13 soal dimana setiap soal disertai tes
pengetahuan metakognitif yang meliputi pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural,
dan pengetahuan kondisional. Instrumen soal merupakan hasil uji coba tes dan didapatkan
validitas yang baik serta reliabilitas dengan kriteria tinggi (0,630). Instrumen soal dan
pedoman penskoran yang digunakan mengacu pada rubrik penilaian yang dikembangkan
oleh Rompayom, dkk. (2010). Adapun kriteria pedoman penskoran pengetahuan
metakognitif secara umum ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria Penskoran Pengetahuan Metakognitif
Deskripsi
Skor
Pengetahuan Deklaratif Pengetahuan Prosedural Pengetahuan Kondisional
0 Jawaban tidak relevan Peserta didik tidak Peserta didik tidak
dengan pertanyaan. Peserta mendeskripsikan strategi menjelaskan kapan dan
didik tidak mana yang digunakan untuk mengapa mereka
mendeskripsikan konsep memecahkan masalah, dan menggunakan strategi
apa yang berhubungan bagaimana mereka tertentu dalam memecahkan
dengan pertanyaan yang memecahkan masalah masalah.
diberikan. tersebut.
1 Peserta didik menuliskan Peserta didik terlihat Peserta didik menuliskan
pernyataan kurang spesifik memahami tujuan dari strategi secara umum untuk
yang berhubungan dengan pertanyaan, tetapi mereka menyelesaikan masalah,
kimia, tetapi pernyataan membuat pernyataan kurang tetapi mereka tidak
tersebut belum spesifik yang belum menjelaskan kapan atau
berhubungan dengan berhubungan dengan mengapa menggunakan
pertanyaan yang diberikan. informasi dan pertanyaan strategi tersebut atau dengan
yang diberikan. pernyataan yang kurang
spesifik.
Pengetahuan Deklaratif
Pengetahuan deklaratif peserta didik diketahui berdasarkan skor yang diperoleh
dari jawaban tes pengetahuan metakognitif peserta didik pada materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit. Persentase peserta didik setiap skor pada kategori pengetahuan
deklaratif dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Persentase Peserta Didik setiap Skor pada Kategori Pengetahuan Deklaratif
Skor
No. Soal 0 1 2
∑ % ∑ % ∑ %
1 6 10% 35 58% 19 32%
2 4 7% 42 70% 14 23%
3 4 7% 46 77% 10 17%
4 8 13% 49 82% 3 5%
5 6 10% 36 60% 18 30%
6 14 23% 44 73% 2 3%
7 15 25% 43 72% 2 3%
8 13 22% 45 75% 2 3%
9 17 28% 39 65% 4 7%
10 16 27% 42 70% 2 3%
11 8 13% 40 67% 12 20%
12 15 25% 44 73% 1 2%
13 12 20% 41 68% 7 12%
Rata-rata 11 18% 42 70% 7 12%
Tabel 2 menunjukkan bahwa pengetahuan deklaratif peserta didik pada materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit termasuk dalam kategori sedang, dengan ini dapat
diartikan bahwa peserta didik mampu menuliskan pernyataan yang tidak spesifik yang
berhubungan dengan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, tetapi tidak atau belum
menunjukkan hubungan dengan pertanyaan yang diberikan.
Skor 0 didapatkan peserta didik saat tidak menjawab pertanyaan deklaratif atau
menuliskan pernyataan yang tidak relevan, skor 1 sebagian besar didapatkan oleh peserta
didik yang hanya menuliskan konsep-konsep yang terkait dengan soal dan belum
mendeskripsikan konsep tersebut, sedangkan skor 2 didapatkan peserta didik yang telah
mampu menuliskan konsep-konsep yang terkait dengan soal dan mendeskripsikannya,
mislanya pada nomor 3. Soal nomor 3, peserta didik diminta untuk memprediksi contoh
larutan elektrolit atau nonelektrolit dari suatu percobaan. Peserta didik diminta untuk
memprediksi suatu larutan yang dapat memberikan nyala terang pada alat uji elektrolit
dan menghasilkan gelembung-gelembung gas. Hal ini dapat diketahui bahwa larutan
tersebut adalah larutan elektrolit kuat. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 4
peserta didik mendapatkan skor 0, 46 peserta didik mendapatkan skor 1, dan 10 peserta
didik mendapatkan skor 2. Konsep yang terkait dengan pertanyaan adalah sifat larutan
elektrolit kuat, daya hantar listrik dan senyawa penyusun larutan elektrolit kuat. Peserta
didik yang mendapatkan skor 1 sebagian besar menuliskan konsep saja seperti “larutan
elektrolit”, “larutan elektrolit kuat”, dan “daya hantar listrik”, hal ini kemungkinan
disebabkan peserta didik telah menemukan kata kunci dari soal sehingga menganggap
jawaban yang dituliskan sudah benar tanpa mendeskripsikan. Peserta didik yang
mendapatkan skor 2 dapat menjelaskan maksud pertanyaan yaitu larutan elektrolit kuat
dan menjelaskannya. Peserta didik yang mendapatkan skor 0 sebagian besar tidak
menuliskan jawabannya. Hal ini disebabkan soal nomor 3 berbeda dengan soal
sebelumnya yang tingkatannya lebih rendah, sehingga peserta didik belum mampu
memahami materi prasayat yaitu senyawa penyusun larutan elektrolit, mendeskripsikan
konsep yang terkait dan menghubungkan antar konsep tersebut.
Berdasarkan hasil data dan penjelasan tersebut, peserta didik mampu
menyebutkan konsep-konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit yang terkait dengan
pertanyaan. Namun, peserta didik belum mampu mendeskripsikan konsep tersebut.
Tingkat pengetahuan deklaratif peserta didik pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit adalah sedang yang menunjukkan peserta didik belum mampu memahami
materi secara mendalam.
Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural diketahui berdasarkan skor yang diperoleh dari jawaban
tes pengetahuan metakognitif peserta didik pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Persentase peserta didik setiap skor pada kategori pengetahuan prosedural
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Persentase Peserta Didik setiap Skor pada Kategori Pengetahuan Prosedural
Skor
No. Soal 0 1 2
∑ % ∑ % ∑ %
1 27 45% 19 32% 14 23%
2 34 57% 13 22% 13 22%
3 40 67% 10 17% 10 17%
4 33 55% 19 32% 8 13%
5 26 43% 24 40% 10 17%
6 42 70% 16 27% 2 3%
7 30 50% 15 25% 15 25%
8 31 52% 10 17% 19 32%
9 49 82% 9 15% 2 3%
10 45 75% 7 12% 8 13%
11 22 37% 30 50% 8 13%
12 40 67% 19 32% 1 2%
13 34 57% 22 37% 4 7%
Rata-rata 35 58% 16 27% 9 15%
Pengetahuan Kondisional
Pengetahuan kondisional peserta didik diketahui berdasarkan skor yang diperoleh
dari jawaban tes pengetahuan metakognitif peserta didik pada materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit. Persentase peserta didik setiap skor pada kategori pengetahuan
kondisional dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan kondisional peserta didik pada materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit termasuk dalam kategori rendah, dengan ini dapat
diartikan bahwa peserta didik belum mampu menjelaskan kapan dan mengapa
menggunakan strategi tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Tabel 4 Persentase Peserta Didik setiap Skor pada Kategori Pengetahuan Kondisional
Skor
No. Soal 0 1 2
∑ % ∑ % ∑ %
1 50 83% 9 15% 1 2%
2 52 87% 6 10% 2 3%
3 57 95% 3 5% 0 0%
4 46 77% 14 23% 0 0%
5 36 60% 20 33% 4 7%
6 49 82% 10 17% 1 2%
7 40 67% 14 23% 6 10%
8 35 58% 17 28% 8 13%
9 55 92% 5 8% 0 0%
10 53 88% 7 12% 0 0%
11 37 62% 21 35% 2 3%
12 54 90% 5 8% 1 2%
13 48 80% 12 20% 0 0%
Rata-rata 47 79% 11 18% 2 3%
Uraian jawaban peserta didik dapat dilihat pada soal nomor 3. Pada soal nomor 3,
peserta didik diminta untuk menuliskan alasan penggunaan strategi dalam menyelesaikan
masalah mengenai contoh larutan elektrolit kuat berdasarkan suatu percobaan. Strategi
yang digunakan pada pengetahuan prosedural seperti yang dijelaskan, digunakan strategi
tersebut karena contoh dari larutan elektrolit kuat adalah larutan yang tersusun dari
senyawa ionik, yaitu garam dan air. Strategi ini digunakan saat mencari contoh larutan
elektrolit yang dapat menghantarkan listrik didasarkan pada senyawa penyusunnya.
Peserta didik yang mendapatkan skor 0 yaitu sebanyak 57 peserta didik, dimana sebagian
besar tidak menuliskan alasan penggunaan strategi. Peserta didik dengan skor 1
menuliskan pernyataan yang umum tetapi masih berkaitan dengan materi yang di soal,
seperti “karena berkaitan dengan hasil uji elektrolit sehingga dapat diketahui kuat atau
lemahnya larutan elektrolit yang dicari”. Tidak terdapat peserta didik yang dapat
menuliskan alasan penggunaan strategi dengan baik dan benar. Hal ini dapat disebabkan
rendahnya pengetahuan peserta didik dalam mencari contoh larutan elektrolit kuat jika
didasarkan pada senyawa penyusunnya, kemudian peserta didik menuliskan strategi yang
kurang relevan atau tidak menuliskan, sehingga tidak dapat menentukan alasan
penggunaan strategi.
Berdasarkan hasil data dan penjelasan tersebut, peserta didik belum mampu
menjelasakan kapan dan mengapa menggunakan prosedur tertentu pada hampir seluruh
soal. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan kondisional yang dimiliki oleh peserta
didik masih rendah.
Tabel 5 Hasil Analisis Data Hubungan antara Hasil Belajar dengan Pengetahuan Metakognitif
Peserta Didik
Nilai
Jenis Uji Tingkat
Variabel yang Diuji Koefisien Kesimpulan
Korelasi Hubungan
Korelasi
Hasil belajar dengan
Korelasi Ada hubungan
pengetahuan 0,415 Sedang
Spearman (Korelasi positif)
metakognitif
Hasil belajar dengan Korelasi Ada hubungan
0,490 Sedang
pengetahuan deklaratif Spearman (Korelasi positif)
Hasil belajar dengan
Korelasi Ada hubungan
pengetahuan 0,315 Rendah
Spearman (Korelasi positif)
prosedural
Hasil belajar dengan
Korelasi
pengetahuan 0,112 Tidak ada hubungan -
Spearman
kondisional
Tabel 6 Hasil Analisis Data Hubungan antara Metacognitive Awareness Inventory (MAI) dengan
Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik
Nilai
Jenis Uji Tingkat
Uji Korelasi Hubungan Koefisien Kesimpulan
Korelasi Hubungan
Korelasi
Korelasi Tidak ada
MAI dengan pengetahuan metakognitif 0,166 -
Spearman hubungan
Pengetahuan deklaratif (MAI) dengan
Korelasi Tidak ada
pengetahuan deklaratif (tes 0,094 -
Spearman hubungan
pengetahuan metakognitif)
Pengetahuan prosedural (MAI) dengan
Korelasi Tidak ada
pengetahuan prosedural (tes 0,022 -
Spearman hubungan
pengetahuan metakognitif)
Pengetahuan kondisional (MAI)
Korelasi Tidak ada
dengan pengetahuan kondisional (tes -0,039 -
Spearman hubungan
pengetahuan metakognitif)
PENUTUP
Kesimpulan
Pengetahuan metakognitif peserta didik pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit masih tergolong rendah, dengan hasil rata-rata persentase peserta didik pada
tingkat pengetahuan metakognitif rendah sebesar 51,67%, pada tingkat sedang sebesar
38,33%, dan pada tingkat tinggi sebesar 10%. Secara keseluruhan, pengetahuan deklaratif
yang dimiliki peserta didik berada dalam kategori sedang, pengetahuan prosedural peserta
didik berada dalam kategori rendah, dan pengetahuan kondisional peserta didik berada
dalam kategori rendah. Peserta didik telah mampu menuliskan konsep-konsep yang
terkait dengan pertanyaan, tetapi belum mampu mendeskripsikan strategi yang digunakan
dalam pemecahan masalah, serta tidak dapat menjelaskan kapan dan mengapa
menggunakan strategi tertentu dalam pemecahan masalah pada materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit.
Terdapat hubungan antara hasil belajar dengan pengetahuan metakognitif peserta
didik dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,415 yang memiliki tingkat hubungan
sedang, terdapat hubungan antara hasil belajar dengan pengetahuan deklaratif peserta
didik dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,490 yang memiliki tingkat hubungan
sedang, dan terdapat hubungan antara hasil belajar dengan pengetahuan prosedural
peserta didik dengan nilai koefisien korelasi 0,315 yang memiliki tingkat hubungan
rendah. Namun, hasil belajar tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan kondisional.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pemahaman peserta didik terhadap penggunaan
strategi dalam memecahkan masalah.
Tidak terdapat hubungan antara Metacognitive Awareness Inventory (MAI)
dengan pengetahuan metakognitif peserta didik, baik secara keseluruhan maupun setiap
kategori. Hal ini mungkin disebabkan sistem pembelajaran yang menerapkan Sistem
Kredit Semester (SKS) yang menyebabkan peserta didik kehilangan waktu untuk
melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan kesadaran metakognitif peserta didik.
Saran
Saran dari peneliti yang didasarkan pada hasil penelitian adalah dalam suatu
pembelajaran guru diharapkan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang dapat
meningkatkan pengetahuan metakognitif. Strategi pembelajaran yang berbasis
pengetahuan metakognitif dapat memuat sebuah tahapan yang melibatkan peserta didik
berpikir kritis terhadap suatu masalah dan sebuah refleksi yang dapat menyadarkan
peserta didik terhadap pengetahuan yang telah didapatkan, selain itu diharapakan dalam
suatu strategi pembelajaran lebih menekankan pemahaman terhadap konsep apa saja yang
digunakan jika terdapat masalah, strategi dalam memecahkan masalah, dan alasan
penggunaan strategi dalam memecahkan masalah.
DAFTAR RUJUKAN
Amanda, N.A. 2014. Identifikasi Kesulitan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Boyolangu
Tulungagung dalam Memahami Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank, K.A., Mayer, R.E.,
Pintrich, P.R., Raths, J., & Wittrock, M.C. 2001. A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. New York: Longman.
Herlanti, Y. 2015. Kesadaran Metakognitif dan Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik
Sekolah Menengah Atas dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar Kelulusan
pada Kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan, 34(3), 357-367.
Indarini, E., Sadono, T., & Onate, M.E. 2013. Pengetahuan Metakognitif untuk
Pendidik dan Peserta Didik. Jurnal Satya Widya, 29(1), 40-46.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Louca, E.P. 2008. Metacognition and Theory of Mind. United Kingdom: Cambridge
Scholars Publishing.
Mahdavi, M. 2014. An Overview: Metacognition in Education. International Journal of
Multidisciplinary ans Current Research, 2, 529-535.
Nuryana, E. & Sugiarto, B. 2012. Hubungan Keterampilan Metakognisi dengan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Reaksi Reduksi Oksidadi (Redoks) Kelas X-1 SMA
Negeri 3 Sidoarjo. Unesa Journal of Chemical Education, 1(1), 83-91.
Rompayom, P., Tambunchong, C., Wongyounai, S., & Dechsri, P. 2010. The
Development of Metacognitive Inventory to Measure Students’ Metacognitive
Knowledge Related to Chemical Bonding Conceptions. International
Association for Educational Assessment (IAEA).
Safitri, I. 2017. Identifikasi Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik Kelas XI MIPA
SMA Negeri 5 Malang pada Materi Asam Basa. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA UM.
Schraw, G. & Dennison, R.S. 1994. Assessing Metacognitive Awareness.
Contemporary Educational Psycology, 19, 460-475. Young, A. & Fry, J.D.
2008. Metacognitive Awareness and Academic Achievement in College
Students. Journal of The Scholarship of Teaching and Learning, 8(2), 1-10.
Young, A. & Fry, J.D. 2008. Metacognitive Awareness and Academic Achievement in
College Students. Journal of The Scholarship of Teaching and Learning, 8(2), 1-
10.