Anda di halaman 1dari 18

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN

A. Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi bagian dasar atau konstruksi yang berfungsi menopang
bangunan yang ada di atas nya untuk di teruskan secara merata ke lapisan tanah.

Macam-macam pondasi antara lain :

1. PONDASI TIANG PANCANG


Pondasi tiang pancang merupakan pondasi yang biasanya dipergunakan pada tanah -
tanah lembek , tanah berawa dengan kondisi daya dukung tanah kecil.Jadi pondasi tiang
pancang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke
sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan.

2.PONDASI BATU KALI

Pondasi batu kali adalah Pondasi yang biasanya dipakai padabangunan – bangunan
sederhana,biasanya dipakai pada bangunan berlantai 1,dimana tanah keras terletak sangat
dekat,juga bila tanah sangat sukar digali karena berbatu-batu.
3.PONDASI BATU BATA
Pondasi batu bata adalah sama seperti pondasi batu kali, pondasi ini biasanya di
pakai pada bangunan lantai 1, dimana tanah keras terletak sangat dekat.

4.PONDASI TELAPAK
Pondasi Telapak Biasanya dipakai untuk bangunan bertingkat, hampir tidak pernah
dibuat untuk bangunan sederhana berlantai 1 karena biasanya beban bangunan sederhana
lantai 1 sudah cukup didukung oleh pondasi batu kali.dan bila Kondisi tanah keras cukup
dalam (hingga 2 meter).
5.PONDASI SUMURAN
Pondasi Sumuran dipakai Untuk kedalaman tanah keras lebih dari 2 m, tetapi kurang
dari 4 m.Pondasi sumuran ini dubuat dengan cara menggali tanah berbentuk bulat sampai
kedalam tanah keras,kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan.

B. Kolom
komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri.
Macam-macam jenis kolom

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.


Kolom ini merupakan kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah
lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap
kokoh pada tempatnya.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral.


Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok
memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom.

Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.

3. Struktur kolom komposit.

Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan
gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok
memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama
dan kolom praktis,

a. Kolom Utama

Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama
adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung.

Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai
ukuran 20/ 20, dengan tulangan pokok 8 d 12 mm, dan begel d 8-1 0cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12 mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel
diameter 8 dengan jarak 10 cm).

b. Kolom Praktis

Kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar
dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudut- sudut). Dimensi kolom praktis 15/ 15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8- 20.
Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai
bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom- kolom portal tidak boleh digeser pada tiap
lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya.
Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap- tiap lapis lantai.
Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang
didukungnya makin ke atas juga makin kecil.

Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom
mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah
balok portal merangkai kolom- kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh
beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom- kolom pendukung.

Hubungan balok dan kolom adalah jepit- jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat
menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok,
di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.

C. Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/
membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa
dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural
(bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat
dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding
dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak)

DINDING BATU BUATAN


A. DINDING BATA
Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi
standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah).
Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan
min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat
dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat
pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak
mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya
harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun
teknik pengerjaannya. (Materi Pasangan Bata)
B. DINDING BATAKO
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang tidak
dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang ditambah PC. Karena
dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada bangunan bisa
menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu
apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan
plesteran+acian lagi untuk finishing.
Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan bata,antara
lain:
a. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
b. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh
direndam dengan air.
c. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/
batu yang lancip.
d. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di tengah
– tengah.
e. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan
balok beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada
sudut-sudut, pertemuan dan persilangan.

DINDING KAYU
A. DINDING KAYU LOG/ BATANG TERSUSUN
Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa
timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini
tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding
struktural.
B. DINDING PAPAN
Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan
digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan
horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal
dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar
beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding papan harus
memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar air hujan tidak
masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa mengalami muai dan
susut.
C. DINDING SIRAP
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam
penyesuaian terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang
baik terhadap iklim, tahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding
sirap dapat dipaku (paku kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4
lapis tergantung kualitas sirap. (panjang sirap ± 55 – 60 cm).

DINDING BATU ALAM


Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip
pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang
selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk
bagian dinding dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian
dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan
min. 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.

Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan
yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk keperluan
perlindungan.
Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan pemilihan tipe atap
hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang dikehendaki oleh arsitek, biaya
yang tersedia, dan material yang mudah didapat.
Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda-kuda. Rangka atap atau
kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban
atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya
konstruksia kuda–kuda terdiri dari rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan
mempertimbangkan berat atap serta bahan penutup atap, maka konstruksi kuda–kuda akan
berbeda satu sama lain. Setiap susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan
bentuk yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa
mengalami perubahan.

D. Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan,
angin atau untuk keperluan perlindungan.
Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan suatu bangunan dan pemilihan
tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim setempat, tampak yang
dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material yang mudah didapat.
Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda-kuda. Rangka
atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus memberikan
bentuk pada atap. Pada dasarnya konstruksia kuda–kuda terdiri dari rangkaian
batang yang membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta
bahan penutup atap, maka konstruksi kuda–kuda akan berbeda satu sama lain.
Setiap susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang
kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa
mengalami perubahan.

Adapun syarat-syarat konstruksi atap yang harus dipenuhi antara lain :


1. Konstruksi atap harus kuat menahan berat sendiri dan tahan terhadap beban-beban yang
bekerja padanya. Pemilihan bentuk atap yang sesuai sehingga menambah keindahan serta
kenyamanan bagi penghuninya.
2. Bahan penutup atap harus sesuai dengan fungsi bangunan tersebut, dan tahan terhadap
pengaruh cuaca.
3. Sesuai dengan ciri khas arsitektur tradisional bangunan sekitar.
4. Kemiringan atau sudut atap harus sesuai dengan jenis bahan penutupnya. Makin rapat
jenis bahan penutupnya, maka kemiringannya dapat dibuat lebih landai, seperti bahan
dari seng, kaca, asbes dan lain – lainnya.
Syarat-Syarat Umum Penutup Atap

Adapun syarat-syarat umum penutup atap antara lain :


1. Bahan bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan bunyi
2. Rapat terhadap air hujan dan tidak tembus air
3. Tidak mengalami perubahan bentuk akibat pergantian cuaca
4. Tidak terlalu banyak memerlukan perawatan khusus.
5. Tidak mudah terbakar
6. Bobot ringan dan mempunyai kedudukan yang mantap setelah dipasang
7. Awet.
Macam-macam tipe atap antara lain :
1. Atap datar (platdak), biasanya menggunakan beton bertulang yang dihitung tersendiri
sesuai dengan bentangan dan tebal plat. Meskipun tipe ini dikatakan datar, namun
permukaan atap selalu dibuat miring untuk menyalurkan air hujan kelubang talang.

Gambar Atap datar (platdak),

2. Atap strandar (lessenaar), terdiri dari sebuah bidang atap miring kebagian tepi atasnya
menempel pada dinding bangunan induk, pada bentuk ini menggunakan konstruksi
setengah kuda-kuda.

Gambar Atap strandar (lessenaar),

3. Atap pelana (Zadeldak), terdiri dari dua bidang miring atap yang tepi atasnya bertemu
pada satu garis lurus yang disebut bubungan. Tipe ini banyak digunakan untuk rumah
sederhana dan banyak dijumpai di daerah pedesaan Bali, Jawa Barat, Jawa timur, dan Jawa
Tengah.
Gambar Atap pelana (Zadeldak)

4. Atap perisai (schildak), merupakan menyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan
menambahkan dua bidang atap miring yang membentuk segitiga pada ujung akhir atap
bangunan.

Gambar Atap perisai (schildak)

5. Atap tenda (tentdak), biasa dipakai pada bangunan yang ukuran panjang dan lebarnya
sama, ini berarti atap terdiri dari empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk, ukuran
dan lereng yang sama yang bertemu pada satu titik tertinggi, yaitu pada tiang penggantung.

Gambar Atap tenda (tentdak)

6. Atap Gergaji
Atap ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya. Atap ini

bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.

Gambar Atap Gergaji

7. Atap Setengah Bola ( Kubah )

Bentuk atap melengkung setengah bola. Atap ini banyak digunakan untuk

bangunan masjid dan gereja.

Gambar Atap Setengah Bola ( Kubah )

8. Bentuk Atap Joglo

Atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti bertingkat.
Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat
Gambar Atap Joglo

9. Atap Minangkabao

Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tandukpada tepi kanan dan

kiri. Bentuk atap ini banyak kita jumpai di Sumatra

Gambar Atap Minangkabau

10. Atap mansard

Bentuk atap ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau bertingkat.
Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, kerna sebetulnya
atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.
Gambar Atap mansard

11. Atap Menara

Bentuk atap menara sam dengan atap tenda, bedanya atap menara puncaknya lebih tinggi
sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita jumpai pada bangunan – bangunan
gereja, atap menara masjid dan lain – lain.

Gambar Atap Menara

12. Atap Piramida

Bentuk atap ini terdiri lebih dari empatbidang yang sama bentuknya.

Bentuk denah bangunan dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan seterusnya

Gambar Atap Piramida


E. Kriteria Pemilihan Jenis Bahan Penutup Atap
Jenis bahan penutup atap merupakan factor yang sangat mempengaruhi keserasian atap.
Dalam pemilihan jenis penutup atap ini ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yaitu
sebagai berikut :
1. Tinjauan terhadap ikllim setempat
2. Bentuk keserasian atau
3. Fungsi dari bangunan tersebut
4. Bahan penutup atap mudah diperoleh
5. Dana yang tersedia
F. Kemiringan Atap
Kemiringan dari suatu bentuk atap dibuat dengan maksud :
1. Agar air hujan yang jatuh pada permukaan bidang atap dengan cepat dapat mengalir
meninggalkan bidang atap tersebut, sehingga kemungkinan rembes sangatlah kecil.
2. Menambah keindahan pandangan dari suatu bangunan.
3. Didapat ruangan atas yang sekaligus dapat berfungsi sebagai isolasi terhadap iklim.
Dan bila dalam keadaaan memaksa dapat dipakai untuk gudang penyimpanan barang-barang
kecil dan ringan.
Hubungan antara jenis bahan penutup dengan Besar-kecilnya sudut lereng (kemiringan)
atap.
Atap Beton kemiringannya = 1 – 2⁰
Atap Kaca kemiringannya = 10 – 20⁰
Atap Semen Asbes kemiringannya = 15 – 25⁰
Atap Seng kemiringannya = 20 – 25⁰
Atap Genteng kemiringannya = 30 – 40⁰
Atap Sirap kemiringannya = 25 – 40⁰
Atap Seng, Ijuk kemiringannya >= 40⁰

Anda mungkin juga menyukai