Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAERAH TAMBAK TERHADAP

KESEJAHTERAAN EKONOMI PETANI TAMBAK DAN


MASYARAKAT DESA PURWOREJO
KECAMATAN PASIR SAKTI
LAMPUNG TIMUR

Oleh

DEDI WIJAYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dampak Ekonomi
2.2 Kesejahteraan Petani Tambak dan Masyarakat
2.3 Budidaya Tambak
2.4 Budidaya Udang Vanamei
2.5 Penelitian Terdahulu
III. KERANGKA PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2 Jenis dan Sumber Data
4.3 Metode Pengambilan Contoh
4.4 Metode Pengelolaan Analisis Data
4.4.1 Analisis Deskriptif
4.4.2 Analisis Surplus Produsen
4.4.3 Analisis Multiplier
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia dengan jumlah
pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua
didunia setelah Kanada (18.000 km2) sehingga luas wilayah Indonesia 2/3
merupakan wilayah lautan (Solikhin, 2005). Negara Indonesia memiliki luas
perairan laut sekitar 5,8 juta kilometer persegi yang terdiri dari 0,3 juta km2
perairan laut teritorial, 2,8 juta km2 perairan laut Nusantara dan 2,7 juta km2 laut
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (Bank Indonesia, 2010). Hal tersebut
membuktikan bahwa wilayah perairan Indonesia berpotensi untuk dimanfaatkan
dalam mendukung peningkatan produksi perikanan Indonesia sehingga
berimplikasi pada meningkatnya perekonomian negara.
Tabel 1 Total volume produksi perikanan Indonesia tahun 2008 – 2012
Volume Produksi Perikanan (juta ton)
Rincian
2008 2009 2010 2011 2012
I. Perikanan
Tangkap

1. Perikanan
Laut 4,70 4,81 5,04 5,34 5,44

2. Perikanan
0,30 0,29 0,34 0,37 0,37
Umum
Sub Total 5,00 5,10 5,38 5,71 5,81
II. Perikanan
Budidaya

1. Budidaya
Laut 1,97 2,82 3,51 3,73 5,60

2. Tambak 0,96 0,91 1,42 1,73 1,79


3. Kolam
0,48 0,55 0,82 0,96 1,34
4. Keramba 0,07 0,10 0,12 0,12 0,19

5. Jaring Apung 0,26 0,24 0,31 0,33 0,45

6. Sawah 0,11 0,09 0,10 0,10 0,08


Sub Total 3,85 4,71 6,28 6,97 9,45
Total Volume
8,85 9,81 11,66 12,68 15,26
Produksi
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia, 2013
Data Tabel 1 menunjukan total volume produksi perikanan Indonesia terus
meningkat dari tahun 2008 yaitu sebesar 8,85 juta ton hingga 15,26 juta ton pada
tahun 2012. Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar
terutama dalam bidang perikanan tangkap laut, perikanan budidaya laut, dan
perikanan budidaya tambak. Perikanan budidaya dapat menjadi salah satu
alternatif dalam penyediaan ikan mengingat banyaknya kasus overfishing yang
terjadi di sektor perikanan tangkap mengakibatkan menurunnya tingkat produksi
perikanan Indonesia.
Potensi yang cukup besar dari sektor perikanan budidaya sebaiknya
dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah agar tingkat produksi perikanan
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pemanfaatan potensi sumberdaya
perikanan budidaya secara optimal diharapkan mampu mendukung peningkatan
ekonomi negara serta taraf hidup masyarakat di wilayah pesisir.
Budidaya perikanan tambak memiliki prospek usaha yang cukup potensial
untuk dikembangkan selain budidaya perikanan laut. Tambak merupakan
sumberdaya lahan di wilayah pesisir yang hanya dapat dilakukan di air payau.
Hal tersebut karena ikan yang dibudidayakan didaerah tersebut hanya dapat hidup
di air payau. Salah satu komoditi perikanan yang banyak dibudidayakan di
tambak adalah ikan bandeng (Chanos chanos) dan udang windu (Penaeus
monodon).
Hal ini disebabkan karena ikan bandeng dapat hidup dalam kepadatan
tinggi, relatif tahan terhadap penyakit, teknologi budidaya relatif mudah serta
memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, sedangkan udang windu tahan
menghadapi salinitas yang rendah maupun tinggi. Ikan bandeng tidak hanya
dapat dibudidayakan di daerah tambak saja, namun juga dapat dibudidayakan di
laut dan air tawar. Selain itu, ikan bandeng juga toleran terhadap perubahan mutu
lingkungan dan serangan penyakit. Tingkat konsumsinya yang tinggi juga
menjadi salah satu faktor ikan konsumsi ini banyak dibudidayakan (Kordi,
2010a).
Udang windu sendiri merupakan salah satu jenis udang laut yang umumnya
hanya dibudidayakan di tambak air payau saja dan juga memiiki nilai prospektif
tinggi. Selain terbuka lebarnya pasar ekspor, pasar udang dalam negeri juga
3

belum terpenuhi. Apalagi harga udang yang cukup tinggi bila dibandingkan
dengan komoditas budidaya lain. Harga udang di pasar dalam negeri antara Rp
35.000 – 45.000/kg untuk udang ukuran 50 (dalam 1 kg terdapat 50 ekor) (Kordi,
2010b).
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2014, sekitar 72,56 persen Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta berasal dari sektor tersier (perdagangan,
keuangan, jasa, dan pengangkutan), sebesar 26,95 persen berasal dari sektor
sekunder (industri pengolahan, konstruksi, dan listrik-gas-air bersih) dan hanya
sebesar 0,49 persen dari sektor primer (pertanian dan pertambangan).
Perekonomian DKI Jakarta selain ditunjang oleh sektor perdagangan, jasa,
properti, industri, dan keuangan, juga memperoleh pemasukan dari sektor
pertanian terutama perikanan yang berada di wilayah utara Jakarta walaupun tidak
terlalu besar. Hal ini dikarenakan kondisi geografis DKI Jakarta yang berbatasan
langsung dengan Teluk Jakarta. Potensi perikanan yang dikembangkan di DKI
Jakarta salah satunya adalah budidaya tambak. Pengembangan budidaya tambak
DKI Jakarta diharapkan dapat memicu meningkatnya laju produksi perikanan
budidaya dan meningkatkan kegiatan ekonomi di DKI Jakarta terutama di sektor
primer.
Daerah tambak di wilayah DKI Jakarta banyak terdapat di Kotamadya
Jakarta Utara. Jenis ikan yang banyak dibudidayakan di daerah tambak DKI
Jakarta adalah ikan bandeng, ikan mujair, dan udang windu. Komoditi ikan
bandeng dan udang windu menghasilkan produksi ikan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan produksi komoditi ikan tambak lainnya. Pada tahun 2008-
2009 dan 2011-2012, ikan bandeng dan udang windu mengalami penurunan
produksi sebagai akibat dari banjir besar yang melanda daerah tambak pada
musim penghujan. Hal ini menyebabkan petani tambak mengalami gagal panen
dan mengakibatkan produksi ikan bandeng dan udang windu pada tahun tersebut
mengalami penurunan yang cukup drastis. Setelah musim penghujan berakhir
produksi budidaya ikan bandeng dan udang windu kembali mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.
4

Tabel 2 Produksi perikanan budidaya tambak menurut jenis ikan di Kotamadya


Jakarta Utara, 2008 - 2012
(Ton)
Tahun
No. Jenis Ikan
2008 2009 2010 2011 2012
FISHES
1. Sidat - - - - -
2. Bandeng 1.960,20 660,00 880,00 1.660,70 768,50
3. Belanak 2,84 - - - -
4. Kakap - - - - -
5 Mujair 2,93 - 5,00 5,00 23,00
6. Tawes - - - - -
7. Lainnya - - - - -
Sub Total 1.965,97 660,00 885,00 1.665,70 791,50
CRUSTACEA
1. Udang windu - 100,00 141,50 129,00 58,00
2. Udang putih - - 3,00 - -
3. Udang api-api - - - - -
4. Rebon - - - - -
5. Kepiting - - - - -
6. Rajungan - - - - -
Sub Total - 100,00 144,50 129,00 58,00
Total Produksi 1.965,97 760,00 1.029,50 1.794,70 849,50
Ikan
Sumber : Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, 2012
Kecamatan Penjaringan dan Cilincing di Jakarta Utara, merupakan daerah
usaha tambak budidaya ikan air payau di Provinsi DKI Jakarta. Kecamatan
Penjaringan memiliki luas areal tambak mencapai 154 Ha dengan produksi
sebesar 400 ton pada tahun 2012, sedangkan Kecamatan Cilincing memiliki luas
areal tambak mencapai 333 Ha dengan produksi sebesar 1.025 ton pada tahun
2012. Hal ini menunjukan bahwa Kecamatan Cilincing merupakan kecamatan
dengan kontribusi perikanan air payau terbesar di Jakarta Utara. Wawancara
dengan pihak Kecamatan Cilincing menunjukkan bahwa daerah Kelurahan
Marunda memiliki lahan budidaya yang cukup besar di kecamatan tersebut. Luas
areal lahan tambak dan produksinya sejak tahun 2007 hingga 2012 dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Data tambak budidaya ikan air payau di Jakarta Utara, 2007 – 2012
Penjaringan Cilincing
Tahun Produksi Produksi
Luas Areal (Ha) Luas Areal (Ha)
(Ton)/Thn (Ton)/Thn
2008 30 30 304 1.093
2009 35 60 304 700
2010 154 308 333 360
2011 154 110 333 1.315
2012 154 95 333 1.025
Sumber : Sudin Peternakan Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, 2012
5

Aktivitas budidaya di sekitar daerah tambak Kelurahan Marunda,


Kecamatan Cilincing, secara langsung maupun tidak langsung memberikan
dampak kepada masyarakat sekitar, salah satunya adalah dampak ekonomi dari
keberadaan daerah tambak itu sendiri. Tersedianya daerah tambak dimanfaatkan
oleh petani tambak untuk melakukan usaha budidaya ikan bandeng dan udang
windu. Pengeluaran dari petani tambak dapat menimbulkan transaksi ekonomi
bagi penyedia sektor barang dan jasa. Transaksi tersebut juga dapat menimbulkan
dampak pengganda bagi sektor ekonomi lain, seperti usaha penyediaan jaring atau
alat pancing, warung makan, penyediaan bahan-bahan kebutuhan budidaya ikan
bandeng dan udang seperti benih dan pakan, serta usaha transportasi
pengangkutan hasil tambak. Berdasarkan hal tersebut maka, perlu dilakukan
penelitian yang mengkaji tentang dampak ekonomi dari keberadaan daerah
tambak terhadap kesejahteraan petani dan masyarakat di Kelurahan Marunda.

1.2 Perumusan Masalah


Daerah Cilincing, Jakarta Utara, merupakan salah satu daerah tambak
budidaya ikan air payau di Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan data dari suku
dinas peternakan, perikanan dan kelautan Jakarta Utara tahun 2012, wilayah ini
memiliki luas areal lahan dan produksi budidaya per tahun yang lebih besar
dibandingkan dengan daerah penjaringan yang juga merupakan daerah tambak
budidaya ikan air payau.
Kelurahan Marunda, merupakan salah satu kelurahan yang berlokasi di
Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Kelurahan Marunda
terkenal dengan tambak ikan dan udang yang membentang seluas lebih dari 15
hektar. Mata pencaharian warga di Kelurahan Marunda di dominasi oleh pekerja
industri dan pertanian (termasuk didalamnya kelompok tani tambak, nelayan, tani
sawah, peternak itik dan kelompok bagan putar). Berdasarkan data dari suku
dinas peternakan, perikanan dan kelautan Jakarta Utara dan wawancara dengan
petani tambak di Kelurahan Marunda, budidaya tambak ikan bandeng dan udang
windu terdapat di RW 02, RW 04 dan RW 06 Kelurahan Marunda, Kecamatan
Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara. Daftar nama dan alamat kelompok budidaya
ikan konsumsi Jakarta Utara tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.
6

Tabel 4 Daftar nama dan alamat kelompok budidaya ikan konsumsi Jakarta Utara
tahun 2012
No. Nama Pokdakan Alamat Komoditas
Jl. SungaiKendal RT. 03/08
1. Mina Sejahtera Suken Lele
Rorotan, Cilincing
Jl. Malaka II RT.01/05
2. Budi Lima Sejahtera Lele
Rorotan, Cilincing
Jl. Rorotan IX RT.04/07
3. Bangun Sejahtera Rorotan, Cilincing Lele
Jl. Kapuk Raya GG Majid
4. Barakuda RT.06/02 Kapuk Muara, Lele
Penjaringan
Jl. Rorotan IX RT.08/07
5. Mekar Jaya Lele
Rorotan, Cilincing
6. Teguh Jaya Jl. Malaka Rorotan RW 06 Lele
Jl. Sungai Tiram RT.06/02
7. Mandiri Jaya Udang dan Bandeng
Marunda, Cilincing
Jl. Sungai Tiram RT.01/04
8. Bina Marunda Windu Marunda, Cilincing Udang dan Bandeng
Jl. Sungai Tiram RT.01/06
9. Karang Tengah Marunda, Cilincing Mujair
Sumber : Sudin Peternakan Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, 2012
Keberadaan daerah tambak di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing,
Kotamadya Jakarta Utara, menjadi penting bagi masyarakat yang telah
menggantungkan mata pencahariannya pada sektor budidaya tambak ikan dan
udang atau pun unit usaha lain yang terkait didalamnya selama bertahun-tahun.
Daerah tambak tersebut dimanfaatkan oleh petani tambak untuk usaha budidaya
tambak ikan bandeng dan udang windu. Hasil pendapatan dari usaha budidaya
tambak dimanfaatkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Jumlah lahan yang digarap oleh petani hanya sekitar 1-2 hektar saja per petani,
sehingga hasil produksi yang diperoleh tidak terlalu besar. Hal ini dikhawatirkan
mempengaruhi pendapatan petani yang akan berakibat pada sulitnya memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan jumlah pendapatan yang minim. Munculnya
usaha budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu menyebabkan warga di
daerah sekitar tambak membuka usaha pakan dan obat ikan, usaha pembibitan
ikan bandeng dan udang windu, warung makan, dan lain-lain. Keberadaan
budidaya tambak sendiri secara tidak langsung menimbulkan dampak ekonomi
terhadap masyarakat lokal di Kelurahan Marunda.
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
7

1. Bagaimana karakteristik petani tambak, unit usaha, tenaga kerja, dan


masyarakat di sekitar daerah tambak ?
2. Bagaimana kesejahteraan petani tambak dikaji dari surplus produsen petani
tambak tersebut ?
3. Bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh aktivitas budidaya ikan
bandeng dan udang windu di daerah tambak Kelurahan Marunda, Kecamatan
Cilincing, Kotamadaya Jakarta Utara terhadap masyarakat lokal ?
4. Apa rekomendasi hasil penelitian yang dapat diberikan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani tambak dan masyarakat lokal daerah tambak Kelurahan
Marunda, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik usaha tambak, unit usaha, dan tenaga kerja
lokal di sekitar daerah tambak.
2. Mengkaji kesejahteraan petani tambak dikaji dari surplus produsen petani
tambak tersebut.
3. Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh aktivitas budidaya ikan
bandeng dan udang windu di daerah tambak Kelurahan Marunda, Kecamatan
Cilincing, Kotamadaya Jakarta Utara terhadap masyarakat lokal.
4. Memberikan rekomendasi hasil penelitian dalam bentuk saran untuk
meningkatkan kesejahteraan petani tambak dan masyarakat lokal daerah
tambak Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada :
1. Pemerintah Daerah Kotamadya Jakarta Utara, hasil dari penelitian ini dapat
menjadi informasi bagi pemerintah daerah Jakarta Utara mengenai tingkat
kesejahteraan petani tambak maupun masyarakat sekitar daerah tambak
Kelurahan Marunda yang merupakan salah satu sentra budidaya tambak ikan
8

bandeng dan udang windu di wilayah Jakarta Utara. Diharapkan pula


penelitian ini dapat menjadi masukan atau pertimbangan dalam menentukan
atau membuat kebijakan pengelolaan sehingga dapat tercipta kesejahteraan
petani tambak dan masyarakat sekitar daerah tambak yang lebih baik.
2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sarana
untuk memperoleh tambahan pengetahuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
3. Bagi akademisi sebagai bahan rujukan atau referensi untuk melakukan
penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wilayah penelitian ini adalah daerah tambak Kelurahan Marunda, Kecamatan
Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara.
2. Responden dalam penelitian ini adalah para petani tambak polikultur dan
monokultur, pemilik unit usaha, dan tenaga kerja lokal sekitar daerah tambak
Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara.
3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesejahteraan petani tambak
dilihat dari surplus produsennya. Hasil dari kajian mengenai tingkat
kesejahteraan petani tambak tersebut dapat dijadikan sebagai informasi untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan petani tambak di Kelurahan Marunda,
Kecamatan Cilincing, Kotamadya Jakarta Utara.
4. Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari pengeluaran petani tambak selama
proses budidaya ikan bandeng dan udang windu berlangsung, baik dari segi
tenaga kerja, ekonomi, dan jasa.
9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak Ekonomi


Kegiatan budidaya akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat di sekitar
lokasi tambak. Dampak yang paling terasa adalah adanya dampak ekonomi.
Dampak ekonomi dapat berupa dampak negatif dan positif. Dampak ekonomi yang
positif dapat berupa dampak langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect), dan
dampak lanjutan (induced impact). Dalam pengukuran dampak ekonomi dapat
digunakan multiplier effect dari pengeluaran pemilik usaha yang ditimbulkan dari
suatu kegiatan usaha, yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai dasar
pengambilan kebijakan (Larastiti, 2011).
Peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek
pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan.
Menurut Glasson J (1977) dalam Triana (2010) menyatakan bahwa peningkatan pada
kegiatan basis akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan,
menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan
kenaikan volume kegiatan bukan basis. Ekonomi lokal akan semakin kuat jika
ekonomi di wilayah tersebut memiliki jaringan yang lebih luas di wilayah lain, tidak
semata-mata tergantung pada permintaan lokal. Hal ini diperkuat dengan asumsi
bahwa ekonomi yang memiliki keterkaitan keluar akan bisa survive dari tekanan
melemahnya permintaan lokal karena diharapkan kuatnya permintaan dari luar
dapat menyelamatkan ekonomi di daerah lokal tersebut (Fauzi, 2010b).

Anda mungkin juga menyukai