Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Peran puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat
langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar
terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Puskesmas
menjalankan beberapa usaha pokok atau upaya kesehatan wajib (basic health
care services atau public health essential) untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh (comprehensive health care services) kepada
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Salah satu diantaranya ialah Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Program KIA merupakan salah satu prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia
Sesuai dengan komitmen global, Indonesia menetapkan target
penurunan AKI menjadi 75 % pada tahun 1990 atau 125/100.000 Kelahiran
Hidup. Target angka kematian ibu pada tahun 2011 yag ditetapkan
berdasarkan indikator Indonesia sekarang adalah sebesar 150/100.000
Kelahiran Hidup. Tentunya dengan penetapan target tersebut harus diiringi
dengan peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu melahirkan dan
pelayanan bayi baru lahir.
Program Kesehatan Ibu dan Anak yang telah dilaksanakan selama ini,
bertujuan untuk meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak serta
menurunkan AKI dan AKB, untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program
kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
efektif dan efisien.
Salah satu upaya strategis dalam rangka percepatan penurunan jumlah
kematian ibu dan bayi adalah : Pemantapan manajemen Kesehatan Ibu dan
Anak, pengembangan teknis pelayanan, serta peningkatan KIE yang baik.
Dalam upaya pemantapan manajemen perlu dilakukan evaluasi pelayanan
program sebagai bahan untuk mawas diri dan perbaikan pelaksanaan program
di masa mendatang. Manajemen program dapat berjalan dengan optimal jika
ditunjang oleh data pendukung yang memadai dan sistem evaluasi yang baik
dari data rutin yang dilaporkan oleh bidan desa. Oleh karenanya disusunlah
profil program KIA ini sebagai sarana informasi dan kajian pelayanan KIA.

1.2 GAMBARAN UMUM UPTD URUSAN PUSKESMAS PANTOLOAN


UPTD Puskesmas Lembasada terletak di desa Lembasada , Kecamatan
Banawa Selatan Kab. Donggala, dengan wilayah kerja seluas + 430,7 km2
meliputi seluruh wilayah kec. Banawa Saelatan. UPTD Puskesmas
Lembasada berjarak + 25 km dari ibu kota Kabupaten Donggala dan + 15 km
dari ibukota Kecamatan Banawa Selatan ( Desa Watatu ). Kecamatan Banawa
Selatan terdiri atas 19 Desa dengan jumlah penduduk 25887 jiwa berdasarkan
data dasar puskesmas.
Jumlah Penduduk Per Desa
No Nama Desa Jumlah Peserta Luas Rumah
Penduduk Jamkesm (km2) Tangga
(Jiwa) as
1. Tosale 2091 1507 12,5 560

2. Tolongano 1467 1482 12,8 329

3. Bambarimi 936 813 7,9 234

4. Salumpaku 1071 736 56,4 269

5. Lumbumamara 1638 880 39,9 284

2
6. Salungkenu 1093 675 51,3 307

7. Tanahmea 1425 531 32,6 447

8. Lalombi 2000 1100 22,1 473

9. Watatu 3159 1170 20,5 586

10. Surumana 1614 646 8,7 386

11. Mbuwu 1774 1053 44,9 447

12. Malino 960 1053 72,5 246

13 Lumbutarombo 1336 524 50,41 331

14 Lumbulama 1062 808 19,2 319

15. Ongulara 823 568 22,8 223

16. Lembasada 1087 - - 267

17. Sarumbaya 833 - - 246

18. Salusumpu 780 - - 214

19. Tanampuluh 747 - 1530 206

Jumlah 25887 13.543 6840

Ket ; Pada Tahun 2015 Desa Bambarimi masih bergabng dengan desa Sarumbaya,
Desa Lalombi masih bergabung dengan Desa Salusampu dan Desa Malino masih
bergabung dengan Desa Tanampulu peserta Jamkesmas.
Bentuk geografis wilayah kecamatan Banawa Selatan berupa daerah
pesisir pantai , persawahan , perkebunan dan daerah pegunungan hampir
semua desa sudah bisa dilalui dengan alat transportasi kendaraan roda empat
kecuali Desa Lumbulama dan Desa Ongulara yang hanya bisa ditembus
dengan kendaraan roda dua itupun kalau cuaca sedang bersahabat (tidak

3
hujan dalam waktu lama). Desa Lumbulama dan Desa Ongulara memiliki
karakteristik geografis yang unik, berupa bukit/pegunungan untuk
menghubungkan lansung antar dusun yang didesa tersebut bisa ditempuh
dengan berjalan kaki. Selain dari dua desa tersebut masih ada satu dusun Lino
di desa Tolongano, akses transportasi yang stabil adalah lewat jalur air
menggunakan perahu bermesin (ketiunting). Desa terjauh adalah Desa
Ongulara + 40 km dari UPTD Puskesmas Lembasada.

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain:
1. Sebagai bahan pembelajaran dan pelatihan dalam manajemen KIA
Puskesmas Lembasada
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
3. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program pelayanan KIA di
Puskesmas Lembasada.

1.4 IDENTIFIKASI MASALAH


Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program penanggulangan
kusta yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan program KIA di puskesmas Lembasada?
2. Bagaimana Pencapaian target program KIA di puskesmas Lembasada?

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tujuan program KIA


Tujuan Program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2.2 Angka mortalitas Ibu dan bayi
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit
maupun sebab lainnya. Mortalitas yang disajikan pada bab ini yaitu angka
kematian neonatal, angka kematian bayi, dan angka kematian balita serta
kematian yang disebabkan oleh penyakit dan bencana.
1. Angka Kematian Neonatal
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah penduduk yang
meninggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Berikut
AKN berdasarkan kabupaten/kota di Sulawesi Tengah Tahun 2015.

5
Kematian neonatal disebabkan oleh BBLR, Aspiksia, dan kelainan
konginetal. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas
pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian anak
yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun
waktu 1990-2015.
2. Angka Kematian ibu
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka
terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Tren mengenai AKI di Sulawesi Tengah tahun 2011 hingga
2015 dapat di l ihat pada gambar berikut :

6
7
Pemerintah sejak tahun 2011 telah melakukan upaya strategis
dalam menekan AKI dengan pendekatan safe motherhood yaitu
memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan
sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya. Di
Sulawesi Tengah, Safe Motherhood Initiative ditindaklanjuti dengan
peluncuran program Gerakan Sayang Ibu di tahun yang melibatkan
berbagai sektor pemerintahan disamping sektor kesehatan.
Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi
masalah kematian ibu adalah penempatan bidan di desa yang
bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir ke masyarakat. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan
efektif antar puskesmas dan rumah sakit.
Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung
jawab untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca persalinan bagi
ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
memperoleh cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap keluarga
berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke
hulu, yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya
percepatan penurunan AKI

2.3 Indikator keberhasilan program 2017


Target yang ditetapkan :
1. Akses pelayanan antenatal (K1) : 100%
2. Cak pelayanan lengkap antenatal (K4) : 80%
3. Cak persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) : 80%
4. Cak pelayanan lengkap nifas (KF) : 80%
5. Cak penjaringan ibu hamil dengan faktor resiko/komplikasi oleh masyarakat :
100%
6. Cak penanganan komplikasi obsetri (PK) : 80%
7. Cak peserta KB aktif : 70%

8
8. Cak pelayanan pertama Neonatus (KN1) : 82%
9. Cak penanganan komplikasi neonates (PKn) : 80%
10. Cak pelayanan bayi (KBy) : 80%
11. Cak pelayanan anak balita : 80%
12. Cak pelayanan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS : 80/%
13. Meningkatkan puskesmas dalam melaksanakan orientasi Program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) >> 65%
14. Meningkatkan puskesmas untuk melaksanakan kelas ibu hamil : 55%
15. Meningkatkan cangkupan pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran
: 65%

2.4 Indikator Program KIA


 Cakupan pelayanan Antenatal (K1)
o Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja dalam kurun waku
tertentu.
o Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakan masyarkat.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 (𝐾1)𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
 Cak pelayanan lengkap antenatal (K4)
o Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit telah memperolah pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1
kali triwulan 1, 1 kali triwulan 2 dan 2 kali triwulan 3 disuatu wilayah kerja
dalan waktu tertentu.
o Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil dan menggambarkan
kemajuan menegemen dan kelangsungan program KIA.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 4 𝑘𝑎𝑙𝑖 (𝐾4)𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
 Cak persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
o Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di suatu
wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

9
o Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dalah tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar.
o Indicator ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑠𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
 Cak pelayanan lengkap nifas (KF) : 80%
o Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa nifas sampai dengan 42
hari pasca persalinan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan dostribusi
6 jam – 3 hari, 8-14 hari dan 36-42 hari setelah persalinan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
o Indikator ini menggambarkan tingkat perlindungan ibu nifas dan
kemajuan menejemen atau kelangsungan program KIA.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 min 3 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
 Cak penjaringan ibu hamil dengan faktor resiko/komplikasi oleh masyarakat :
100%
 Cak penanganan komplikasi obsetri (PK) : 80%
 Cak peserta KB aktif : 70%
o Adalah cakupan peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆
 Cak pelayanan pertama Neonatus (KN1) : 82%
o Adalah cakupan neonates yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
pada 6-48 jam stelah lahir di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
o Dengan indicator ini dapat di ketahui akses/jangkauan pelayanan
kesehatan neonatal.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 6 − 48 𝑗𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
 Cak penanganan komplikasi neonatus (PKn) : 80%
o Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga
kesehatan yang terlatih sesuai standar di s]wilayah kerja suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.

10
o Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan
dalam menangani kasus kegawatdaruratan Neonatal, yang kemudian
dilanjutkan sesuai kewenangan atau rujuk ke yingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑖𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 15% 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖.
 Cak pelayanan bayi (KBy) : 80%
o Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi post neonatal yang
memperoleh pelayanan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat
yang memiliki kompetensi klinik kesehatan, palinh sedikit 4 kali disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑝𝑒𝑘𝑎𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛.
 Cak pelayanan anak balita : 80%
o Adalah anak (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8xsetahun, pemantauan perkembangan minimal 2x
setahun, pemberian vitamin A 2 kali setahun.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎.
 Cak pelayanan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS : 80/%
o Cakupan balita (12-59 bulan) yang berobat ke puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) pada suatu
wilayah dengan kurun waktu tertentu.
o Jumlah anak balita diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang ke
puskesmas.
o Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan standar diperoleh
dari format pencatatan dan pelaporan MTBS.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖
𝑡𝑎𝑡𝑎𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎 𝑀𝑇𝐵𝑆 𝑑𝑖 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑢𝑛𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠.

11
2.5 Pencapaian Program KIA 2016 puskesmas lembasada
No Kegiatan Indicator Pencapaian
keberhasilan
1 K1 100% 91,5%
2 K4 74% 79,9%
3 PN 90% 80,2%
4 PN Pamfes 77% 59,2%
5 KN1 90% 88,7%
6 Kunjungan bayi 90% 73,6%
7 Kunjungan balita 70,8% 67,9

2.5 Rencana Kegiatan Program KIA


Perencanaan kegiatan pada program kegiatan KIA berdasarkan pada
kegiatan tahun sebelumnya yang mengalami hambatan sehingga tidak
mencapai target indikator keberhasilan. Adapun rencana kegiatan KIA tahun
2018 sebagai berikut :
1. Sweeping K1 : 19 desa, pelaksana 2 orang
2. Sweeping K4 : 19 desa, pelaksana 2 orang
3. Pemantauan Bumi Resti : 19 desa, pelaksana 2 orang
4. Bintek : 18 desa, pelaksana 3 orang
5. Pemeriksaan IVA : 15 desa, pelaksana 2 orang
6. Kelas Ibu Hamil : 19 desa, pelaksana 2 orang
7. AMP

12
2.6 Pencapaian tahun 2017

13
BAB III
PEMBAHASAN

1. Input :
Man
Dalam hal ini Man merupakan SDM yang bertanggung jawab
terlaksanaannya program KIA. Saat ini, SDM yang bertugas sebgai
penanggung jawab program di Puskesmas Lembasada yaitu. Dimana
berkordinasi dengan bidan desa dalam penggumpulan data dan pelaporan
jumlah kasus. Hal ini tidak menjadi kendala dalam menyelenggarakan
program. Namun, jumlah MAN bukan menjadi kendala akan tetapi
koordinasi dari setiap bidan desa yang terdapat dari wilayah kerja
puskesmas lembasada.
Money
Program ini tidak mengalami kendala dalam proses pendaan karena
sumber utama keuangan berasal dari BOP. Dimana pencairan berdasarkan
rencana kegiatan dan laporan kegiatan.

Method

Puskesmas Lembasada terkait dengan Program KIA antara lain:


a. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas Lembasada dilaksanakan secara aktif
dan pasif. Secara pasif, pasien ditemukan karena datang ke puskesmas
atas kemauan sendiri atau saran orang lain dengan keluhan mengarah
ke obstetrik maupun bayi. Dan secara aktif pasien ditemukan pada
saat dilakukannya penjaringan ke rumah karena tidak aktif melakukan
pemeriksaan di bidan desa.
b. Diagnosis

14
Penegakan diagnostic pada kasus obstetri dan bayi berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang ke
poliklinik maupun pada pemeriksaan lapangan.
c. Pengobatan
Pasien yang terkategori sebagai target dalam program KIA maka akan
dilakukan tatalaksana berdasarkan keluhan maupun tanda gejala yang
ditemukan pada pemeriksaan baik ibu dan bayi yang dilakukan oleh
tenaga medis berdasarkan standar keilmuan yang ada.
d. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan tentang pentingnya Kesehatan Ibu dan Anak
dilakukan pada saat melakukan kegiatan kunjungan rumah pada,
penyuluhan,dan penjaringan. Salah satu bentuk promosi kesehatan.

Material

Tidak ada kendala dalam pengadaan alat pada program KIA.

Machine
Tidak ada kendala dalam pendistribusian alat dan bahan dalam
menjalankan program ini, semua akomodasi dalam kegiatan program
menggunakan kendaraan operasional puskesmas lembasada.

2. Proses :
Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Organizing
Pelaksanaan program dipimpin langsung oleh penangguang jawab
program yang berkoordinasi dengan bidan desa dan beberapa staf. Dalam
pelaksaannya ada beberapa kendala seperti rendahnya kesadaran dari

15
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan guna mencegah kearah
komplikasi yang buruk.
Cotrolling
Dalam proses follow up, pasien disarankan untuk rutin melakukan
pemeriksaan baik ibu dan bayinya guna mengetahui apakah tidak terdapat
komplikasi sebelum dan setelah kelahiran. Namun, menjadi kendala jika
rendahnya tingkat kepatuhan maupun kesadaran masyarakat tentang
pencegahan komplikasi sehingga pasien datang jika komplikasi mulai
memburuk sehingga sulit melakukan tatalaksana di puskesmas.
3. Output :
Output dari program Kesehatan ibu dan bayu yaitu menurunkan
angka kematian ibu dan bayi di wilayah kerja puskesmas pantoloan.
Berdasarkan laporan pencatatan tahun 2017 angka kematian bayi tercatat
berjumlah 1 sedangkan pada ibu 0. Diharapkan dengan terus berjalannya
program KIA maka hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan
denga aktif dan efesien.

16
BAB IV
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

1. Dalam menjalankan kegiatan program Kesehatan ibu dan bayi di


puskesmas lembasada hampir seluruh program kerja telah dilakukan tanpa
hambatan.
2. Permasalahan yang didapatkan yaitu koordinasi antar pemegang program
dan bidan desa yang terkadang menyulitkan untuk dilakukan pemantauan
proses dari kegiatan KIA itu sendiri.
3. Pada pelaksanaan kegiatan, seringnya kekurangn pelaksana kegiatan
akibat bertabrakan dengan kegiatan lain sehingga pelaksaan kegiatan pada
perencanaan berbeda dengn yang turun lapangan berbeda.
4. Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah tentang pentingnya
memeriksakan diri di layanan kesehatan saat hamil maupun setelah
kelahiran.

1.2. Saran

1. Melakukan pertemuan antara bidan desa dan penanggung jawab program


lebih sering tentang pengarahan dan pemberian materi KIA dan pemaparan
program KIA.
2. Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai komplikasi-
komplikasi kehamilan yang dapat membahayakan ibu dan bayi serta
kelebihan dari penggunaan alat kontrasepsis.
3. Diharapkan pemegang program dan bidan desa melakukan penemuan
pasien secara aktif yang tidak terjaring maupun terdeteksi dengan
penjaringan pasif.
4. Jumlah sumber daya manusia yang bertugas dalam program ini sebaiknya
ditur dengan baik agar tidak bertabrakan. Seperti pengeluaran jadwal

17
kegiatan dari jadwal jaga agar dapat disesuaikan dengan jadwal turun
lapangan maupun kegiatan lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2016, Profil Dinas Kesehatan


Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2016
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala. 2017, Petunjuk Teknis Program KIA
tahun 2017.
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala, 2016, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Donggala Tahun 2016.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2015, Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2015.
Puskesmas Lembasada, 2016, Profil Puskesmas Lembasada Tahun 2016

19

Anda mungkin juga menyukai