Lapmen KIA Fix
Lapmen KIA Fix
PENDAHULUAN
2
6. Salungkenu 1093 675 51,3 307
Ket ; Pada Tahun 2015 Desa Bambarimi masih bergabng dengan desa Sarumbaya,
Desa Lalombi masih bergabung dengan Desa Salusampu dan Desa Malino masih
bergabung dengan Desa Tanampulu peserta Jamkesmas.
Bentuk geografis wilayah kecamatan Banawa Selatan berupa daerah
pesisir pantai , persawahan , perkebunan dan daerah pegunungan hampir
semua desa sudah bisa dilalui dengan alat transportasi kendaraan roda empat
kecuali Desa Lumbulama dan Desa Ongulara yang hanya bisa ditembus
dengan kendaraan roda dua itupun kalau cuaca sedang bersahabat (tidak
3
hujan dalam waktu lama). Desa Lumbulama dan Desa Ongulara memiliki
karakteristik geografis yang unik, berupa bukit/pegunungan untuk
menghubungkan lansung antar dusun yang didesa tersebut bisa ditempuh
dengan berjalan kaki. Selain dari dua desa tersebut masih ada satu dusun Lino
di desa Tolongano, akses transportasi yang stabil adalah lewat jalur air
menggunakan perahu bermesin (ketiunting). Desa terjauh adalah Desa
Ongulara + 40 km dari UPTD Puskesmas Lembasada.
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain:
1. Sebagai bahan pembelajaran dan pelatihan dalam manajemen KIA
Puskesmas Lembasada
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
3. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program pelayanan KIA di
Puskesmas Lembasada.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kematian neonatal disebabkan oleh BBLR, Aspiksia, dan kelainan
konginetal. Data selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar
23 per 1.000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas
pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian anak
yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun
waktu 1990-2015.
2. Angka Kematian ibu
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka
terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Tren mengenai AKI di Sulawesi Tengah tahun 2011 hingga
2015 dapat di l ihat pada gambar berikut :
6
7
Pemerintah sejak tahun 2011 telah melakukan upaya strategis
dalam menekan AKI dengan pendekatan safe motherhood yaitu
memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan
sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya. Di
Sulawesi Tengah, Safe Motherhood Initiative ditindaklanjuti dengan
peluncuran program Gerakan Sayang Ibu di tahun yang melibatkan
berbagai sektor pemerintahan disamping sektor kesehatan.
Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi
masalah kematian ibu adalah penempatan bidan di desa yang
bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir ke masyarakat. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan
efektif antar puskesmas dan rumah sakit.
Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung
jawab untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca persalinan bagi
ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi,
memperoleh cuti hamil dan melahirkan, serta akses terhadap keluarga
berencana. Di samping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke
hulu, yakni kepada kelompok remaja dan dewasa muda dalam upaya
percepatan penurunan AKI
8
8. Cak pelayanan pertama Neonatus (KN1) : 82%
9. Cak penanganan komplikasi neonates (PKn) : 80%
10. Cak pelayanan bayi (KBy) : 80%
11. Cak pelayanan anak balita : 80%
12. Cak pelayanan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS : 80/%
13. Meningkatkan puskesmas dalam melaksanakan orientasi Program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) >> 65%
14. Meningkatkan puskesmas untuk melaksanakan kelas ibu hamil : 55%
15. Meningkatkan cangkupan pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran
: 65%
9
o Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dalah tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai standar.
o Indicator ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑠𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Cak pelayanan lengkap nifas (KF) : 80%
o Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa nifas sampai dengan 42
hari pasca persalinan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan dostribusi
6 jam – 3 hari, 8-14 hari dan 36-42 hari setelah persalinan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
o Indikator ini menggambarkan tingkat perlindungan ibu nifas dan
kemajuan menejemen atau kelangsungan program KIA.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 min 3 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Cak penjaringan ibu hamil dengan faktor resiko/komplikasi oleh masyarakat :
100%
Cak penanganan komplikasi obsetri (PK) : 80%
Cak peserta KB aktif : 70%
o Adalah cakupan peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆
Cak pelayanan pertama Neonatus (KN1) : 82%
o Adalah cakupan neonates yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
pada 6-48 jam stelah lahir di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
o Dengan indicator ini dapat di ketahui akses/jangkauan pelayanan
kesehatan neonatal.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 6 − 48 𝑗𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Cak penanganan komplikasi neonatus (PKn) : 80%
o Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga
kesehatan yang terlatih sesuai standar di s]wilayah kerja suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
10
o Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan
dalam menangani kasus kegawatdaruratan Neonatal, yang kemudian
dilanjutkan sesuai kewenangan atau rujuk ke yingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑖𝑥 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 15% 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖.
Cak pelayanan bayi (KBy) : 80%
o Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi post neonatal yang
memperoleh pelayanan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat
yang memiliki kompetensi klinik kesehatan, palinh sedikit 4 kali disatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑛𝑒𝑜𝑛𝑎𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
11
2.5 Pencapaian Program KIA 2016 puskesmas lembasada
No Kegiatan Indicator Pencapaian
keberhasilan
1 K1 100% 91,5%
2 K4 74% 79,9%
3 PN 90% 80,2%
4 PN Pamfes 77% 59,2%
5 KN1 90% 88,7%
6 Kunjungan bayi 90% 73,6%
7 Kunjungan balita 70,8% 67,9
12
2.6 Pencapaian tahun 2017
13
BAB III
PEMBAHASAN
1. Input :
Man
Dalam hal ini Man merupakan SDM yang bertanggung jawab
terlaksanaannya program KIA. Saat ini, SDM yang bertugas sebgai
penanggung jawab program di Puskesmas Lembasada yaitu. Dimana
berkordinasi dengan bidan desa dalam penggumpulan data dan pelaporan
jumlah kasus. Hal ini tidak menjadi kendala dalam menyelenggarakan
program. Namun, jumlah MAN bukan menjadi kendala akan tetapi
koordinasi dari setiap bidan desa yang terdapat dari wilayah kerja
puskesmas lembasada.
Money
Program ini tidak mengalami kendala dalam proses pendaan karena
sumber utama keuangan berasal dari BOP. Dimana pencairan berdasarkan
rencana kegiatan dan laporan kegiatan.
Method
14
Penegakan diagnostic pada kasus obstetri dan bayi berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang ke
poliklinik maupun pada pemeriksaan lapangan.
c. Pengobatan
Pasien yang terkategori sebagai target dalam program KIA maka akan
dilakukan tatalaksana berdasarkan keluhan maupun tanda gejala yang
ditemukan pada pemeriksaan baik ibu dan bayi yang dilakukan oleh
tenaga medis berdasarkan standar keilmuan yang ada.
d. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan tentang pentingnya Kesehatan Ibu dan Anak
dilakukan pada saat melakukan kegiatan kunjungan rumah pada,
penyuluhan,dan penjaringan. Salah satu bentuk promosi kesehatan.
Material
Machine
Tidak ada kendala dalam pendistribusian alat dan bahan dalam
menjalankan program ini, semua akomodasi dalam kegiatan program
menggunakan kendaraan operasional puskesmas lembasada.
2. Proses :
Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan
dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Organizing
Pelaksanaan program dipimpin langsung oleh penangguang jawab
program yang berkoordinasi dengan bidan desa dan beberapa staf. Dalam
pelaksaannya ada beberapa kendala seperti rendahnya kesadaran dari
15
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan guna mencegah kearah
komplikasi yang buruk.
Cotrolling
Dalam proses follow up, pasien disarankan untuk rutin melakukan
pemeriksaan baik ibu dan bayinya guna mengetahui apakah tidak terdapat
komplikasi sebelum dan setelah kelahiran. Namun, menjadi kendala jika
rendahnya tingkat kepatuhan maupun kesadaran masyarakat tentang
pencegahan komplikasi sehingga pasien datang jika komplikasi mulai
memburuk sehingga sulit melakukan tatalaksana di puskesmas.
3. Output :
Output dari program Kesehatan ibu dan bayu yaitu menurunkan
angka kematian ibu dan bayi di wilayah kerja puskesmas pantoloan.
Berdasarkan laporan pencatatan tahun 2017 angka kematian bayi tercatat
berjumlah 1 sedangkan pada ibu 0. Diharapkan dengan terus berjalannya
program KIA maka hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan
denga aktif dan efesien.
16
BAB IV
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
17
kegiatan dari jadwal jaga agar dapat disesuaikan dengan jadwal turun
lapangan maupun kegiatan lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19