Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang


disebabkan oleh jamur malassezia dengan ciri klinis discrete atau Confluent.
Memiliki ciri-ciri bersisik, tidak berwarna atau tidak berpigmen dan tanpa
peradangan. Pitiriasis versikolor paling dominan mengenai badan bagian atas, tetapi
sering juga ditemukan di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit
kepala.1

Pitiriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, terutama pada daerah tropis


dan daerah subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan
pada daerah yang lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien
mengunjungi dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1%
diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor kebanyakan menyerang orang muda.
Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada wanita.1

Prevalensi pitiriasis versikolor lebih tinggi di daerah tropis yang bersuhu panas
dan kelembapan relatif. Di dunia prevalensi angka pitiriasis versikolor mencapai 50%
di daerah yang panas dan lembab dan 1,1% di daerah yang dingin. Penyakit ini sering
ditemukan pada usia 13-24 tahun. Di Indonesia penyakit ini sering disebut panu dan
angka kejadian di Indonesia belum diketahui tetapi di Asia dan Australia pernah
dilakukan secara umum percobaan pada tahun 2008 didapatkan angka yang cukup
tinggi karena didukungnya iklim di daerah Asia.2

Laporan jumlah penderita dermatomikosis superfisial khususnya pitiriasis


versikolor di Indoesia belum diketahui, namun dari beberapa rumah sakit
menunjukkan bahwa jumlah penderita pitiriasis versikolor cukup tinggi (40%).
Penyakit ini banyak ditemukan pada penduduk sosial ekonomi yang rendah dan
berhubugan dengan tinggi rendahnya kebersihan perseorangan. pitiriasis versikolor

1
dipengaruhi dengan beberapa keadaan seperti iklim tropis yang panas, banyak
keringat dan lembab. Infeksi pitiriasis versikolor juga menyerang beberapa tingkat
pekerjaan, khususnya pekerjaan yang menutut kerja di tempat yang lembab atau kerja
di bawah terik matahari dengan menggunakan seragam yang ketat dan tidak mudah
menyerap keringat dengan baik.2,3

Faktor predisposisi infeksi jamur ini terdiri dari faktor endogen seperti
malnutrisi, immunocompromised, penggunaan kontrasepsi oral, hamil, luka bakar,
terapi kortikosteroid, adrenalektomi, Cushing syndrome, atau faktor eksogen seperti
kelembapan udara, oklusi oleh pakaian, penggunaan krim atau lotion, dan rawat
inap.3

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas pasien


Nama Pasien : Nn. RB
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Kelurahan watatu

Identitas orang tua


Nama ayah : Tn. SB
Usia : 41 tahun
Pekerjaan : tani
Nama ibu : Ny. R
Usia : 40 tahun
Pekerjaan :IRT

2.2. Anamnesis
Keluhan utama:
Bercak putih
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan muncul bercak. Awalnya pasien
mengeluh timbul bercak putih pada area lipatan tangan. Becak tersebut dirasakan
sejak 2 tahun yang lalu.bercak disertai rasa gatal terutama saat berkeringat. Bercak
kemudian menyebar keseluruh bagian badan terutama pada area lipatan tubuh.
Setelah itu pasien di anjurkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di
puskesmas. Pasien mengatakan telah melakukan pengobatan dengan salep yang
dibelikan oleh ayahnya, namun bercak keputihan semakin banyak dan memerah.

3
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
 Pasien tinggal bersama dengan ayah,ibu, kakak dan adik laki-laki di rumah
permanen berukuran kurang lebih 90 m2 (6 m x 15 m) dengan 3 buah kamar
tidur, 1 buah ruang tamu, 1 ruang tengah, 1 buah dapur dan 1 kamar mandi.
 Keluarga pasien merupakan keluarga ekonomi menengah ke bawah.
 Ventilasi udara rumah pasien baik, lantai rumah terbuat dari semen, dinding
rumah terbuat dari beton.
 Jarak rumah antara pasien dan tetangga sekitar 6 meter yang tidak dibatasi
oleh pagar melainkan beberapa pohon coklat. Di rumah pasien memiliki
vasilitas MCK sendiri.

2.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frek. Nadi : 78 x/menit
Frek. Napas : 18 x/menit
Suhu : 36.5 °C
Status gizi : gizi baik

Status Generalis
Kepala Leher:
Wajah : Terdapat makula hipopigmentasi berbatas tegas dengan ukuran kecil
yang bervariasi.

4
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB

Paru:
Inspeksi:
- Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan dada
simetris
- Terdapat makula hipopigmentasi berbatas tegas dengan ukuran kecil yang
bervariasi. Permukaan dada papula (-), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi
(-)
- Tipe pernapasan torakoabdominal
Palpasi:
- Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra
- Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
- Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Taktil fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi:
- Batas jantung normal
- Paru sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi:
- Cor: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo: vesikuler (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen:
Inspeksi: bentuk simetris, permukaan datar, distensi (-), asites (-).Terdapat makula
hipopigmentasi berbatas tegas dengan ukuran kecil yang bervariasi.
Auskultasi: bising usus (+) normal, bising aorta (-)

5
Perkusi: bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-)
Extremitas
Ataas: Terdapat makula hipopigmentasi berbatas tegas dengan ukuran kecil yang
bervariasi.
Bawah: Dalam batas normal.

2.5. Diagnosis Kerja


Pitriasis Versikolor

2.6. Pengobatan
- Miconazole krim 3x1
- ketokonazole oral 200mg/hari selama 7 hari

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pitiriasis versikolor furfur merupakan penyakit jamur superfisial yang
kronik,Pitriasis versikolor disebabkan oleh Malessezia furfur yaitu jamur yang
bersifat lipofilik dimorfik dan merupakan flora normal pada kulit manusia
biasanya tidak memberikankeluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus
yang berwarna putih sampai coklathitam, terutama meliputi badan dan kadang-
kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha,lengan, tungkai atas, leher, muka dan
kulit kepala yang berambut.4

B. Etiologi
Pitiriasis versicolor adalah infeksi jamur kronis kulit yang disebabkan oleh
proliferasi lipofilik yeast (Malassezia species) pada stratum korneum. Spesies
Malassezia yang paling umum berkaitan dengan pitiriasis versikolor adalah M.
globose, M. sympodialis, dan M. furfur. pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di
iklim tropis (sebanyak 40%) dibandingkan dengan daerah beriklim sedang.
Pitiriasis versikolor sulit disembuhkan, untuk kasus relaps dapat setinggi 80%
dalam waktu 2 tahun.1
Dalam keadaan biasa adalah flora normal yang terdapat pada permukaan
kulit. Malassezia furfur yang berbentuk ragi / spora dapat berubah menjadi
patogen dalam bentuk filamen / hifa oleh faktor predisposisi sebagai berikut

 Endogen : defisiensi immun (immunodeffisiensi), kulit berminyak,


hiperhidrosis, genetika, dan malnutrisi.
 Eksogen : suhu tinggi, kelembapan udara, keringat, higiene, oklusi pakaian
dan penggunaan emolient yang berminyak.4

7
C. Epidemiologi
Pitriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai
kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang dengan
kulit yang lebih gelap, namun angka kejadian pitriasis versikolor sama di semua
ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita
dalam jumlah yang seimbang.5
Penyakit ini menyerang semua ras, tidak terdapat perbedaan frekuensi pada
laki-laki dan perempuan, namun beberapa pendapat mengatakan bahwa rasio
antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2, menyerang semua umur terutama
dewasa muda, sedangkan umur kurang dari 1 tahun sangat jarang di temukan M.
furfur, hal ini disebabkan pada anak-anak terdapat produksi sebum yang rendah.5

D. Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya
pitiriasis versikolor ialah pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau
pitirosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang
sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media, dan
kelembaban. Selama jamur ini masih dalam bentuk ragi maka kulit akan tetap
seperti biasa atau normal. Dengan adanya faktor-faktor predisposis yaitu faktor
eksogen dan endogen maka jamur akan cepat bermultipikasi dan berubah bentuk.
Jamur mengalami transformasi dari bentuk ragi kebentuk hifa yang disebut
sebagai Malassezia furfur, dimana bentuk ini akan berubah sifat dari flora normal
menjadi patogen, yang didapatkan pada skuama dari lesi ptiriasis versikolor.
Malazzesia furfur bermultiplikasi dengan cepat sehingga akan dihasilkan sel-sel
tunas yang berkelompok dan terbentuknya filamen-filamen.3
Jamur ini hanya dapat berkembang pada daerah kulit yang mempunyai
kelenjar sebasea seperti bagian dada, punggung, lengan bagian atas, dan tidak
pernah didapatkan pada telapak kaki atau telapak tangan karena tidak
mempunyai kelenjar tersebut. Tumbuh secara optimal, tidak hanya pada

8
lingkungan aerobik, lingkungan mikro aerofilik tetapi juga pada kondisi yang
anaerobik. Jamur ini menyerang keratinosit sehingga terjadi proses keratolitik
yang selanjutnya akan tampak adanya lesi pada kulit, dimulai dengan makula
kecil lalu membesar dan dapat berkonfluensi.3

E. Ujud kelainan kulit


Pasien dengan pitiriasis versikolor, berbatas tegas bulat atau macula oval
pada tubuh, leher, dan lengan atas dimana kepadatan kelenjar sebacea yang
tinggi. Lesi ini sering muncul hiperpigmentasi pada jenis kulit yang lebih ringan
dan hipopigmentasi pada kulit yang lebih gelap atau kecoklatan. Macula kecil
mungkin tampilannya seperti bubuk karena pengelupasan kulit, meskipun
mengelupas hanya dapat bermanifestasi di tepi lesi yang lebih besar. Pitiriasis
versikolor umumnya asimptomatik, meskipun beberapa pasien mengalami
pruritus ringan. Sejauh ini, kekhawatiran pasien lebih kepada kosmetik pada
kulit. Sayangnya, perubahan pigmentasi dapat bertahan pada pasien.1

F. Diagnostik
Diagnosis pitiriasis versikolor dikonfirmasi dengan mikroskop
menggunakan kerokan kulit dari tepi lesi, atau, jika hal ini mungkin,
mendapatkan sampel dengan pita selotip. Pemeriksaan lampu wood mungkin
juga membantu dalam diagnosis, dengan lesi muncul kuning atau emas.1

a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%


Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian
kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan, lalu dikerok
dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng
steril pula atau ditempel pada selotip.Sebagian dari bahan tersebut
diperiksa langsung dengan KOH 10% yang diberi tinta Parker biru hitam
atau biru laktofenol, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup

9
dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur,
maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan
jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat yang dikenal dengan hifa.
Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok
dengan banyak spora bergerombol sehingga sering disebut dengan
gambaran spaghetti and meatballs atau bacon and eggs.5

Gambar 4. Sediaan langsung dengan KOH memperlihatkan hifa pendek-pendek


dengan spora yang bergerombol

b. Pemeriksaan dengan sinar wood


Dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi
sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan
memperlihatkan fluoresensi warna kuning keemasan sampai orange.
Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat dengan lebih jelas
perubahan pigmentasi yang menyertai kelainan ini.5

10
Gambar 5.Sinar Wood (+) fluoresensi kuning keemasan

c. Pemeriksaan Biakan.
Pemeriksaan dengan biakan jamur tidak terlalu bernilai secara
diagnostik karena memerlukan waktu yang lama.Pemeriksaan ini
menggunakan media biakan agar malt atau saboraud’s agar. Koloni yang
tumbuh berbentuk soliter, sedikit meninggi, bulat mengkilap dan lama
kelamaan akan kering dan dibawah mikroskop terlihat yeast cell bentuk
oval dengan hifa pendek.5

G. Tatalaksana
Beberapa agen topical yang berguna dalam mengobati pitiriasis versikolor yaitu
selenium sulfide, zinc pyrithione, natrium sulfacetamide, ciclopiroxolamine, serta
azole dan allylamine sebagai antijamur. Sebuah protocol banyak digunakan dan
menggunakan selenium sulfide lotion 2.5%, yang diterapkan bebas untuk daerah
yang terkena selama 7-10 menit sebelum dibersihkan. Sementara penggunaan
sehari-hari dapat dipertimbangkan untuk kasus yang luas, aplikasi 3-4 kali
perminggu, dan frekuensi ini semakin menurun untuk 1-2 kali dalam sebulan dan
digunakan sebagai regimen perawatan untuk mencegah kekambuhan. Atau

11
ketoconazole shampoo 2% pada daerah yang terkena dan diamkan 5 menit
kemudian cuci; dan diulang selama tiga hari berturut-turut. Terbinafine solusion
1% diterpakan 2 kali sehari untuk daerah yang terkena selama 7 hari memiliki
tingkat kesembuhan 80%.3

H. Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minngu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif.1 Bercak
hipopigmentasi dapat menetap selama beberapa minggu atau bulan hingga
pigmen yang hilang diganti melalui paparan ultraviolet.Lesi dapat secara
lambat kembali ke warna kulit semula bahkan walaupun telah diobati dengan
baik, sehingga menyebabkan pasien berpikir bahwa pengobatannya tidak
sembuh. Terkadang lesi hipopigmentasi tidak hilang walaupun infeksi telah
hilang selama sebulan. Oleh sebab itu, pasien harus diberitahukan mengenai
hal tersebut.6

12
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan muncul bercak. Awalnya pasien


mengeluh timbul bercak putih pada area lipatan tangan. Becak tersebut dirasakan
sejak 2 tahun yang lalu.bercak disertai rasa gatal terutama saat berkeringat. Bercak
kemudian menyebar keseluruh bagian badan terutama pada area lipatan tubuh.
Setelah itu pasien di anjurkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di
puskesmas. Pasien mengatakan telah melakukan pengobatan dengan salep yang
dibelikan oleh ayahnya, namun bercak keputihan semakin banyak dan memerah.

Kajian Ilmu Kesehatan Masyarakat pada kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Genetik: pitiriasis versikolor tidak berhubungan dengan genetiks. Pada pasien
ini, tidak ada keluarga yang pernah menderita pitiriasis versikolor.
b. Lingkungan: munculnya pitiriasis versikolor sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Dimana saat lingkungan yang lembab dapat meningkatkan kejadian
pertumbuhan jamur di kulit sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
pigmen pada kulit.
 Rumah
Pasien tinggal bersama dengan ayah,ibu, kakak dan adik laki-laki di
rumah permanen berukuran kurang lebih 90 m2 (6 m x 15 m) dengan 3 buah
kamar tidur, 1 buah ruang tamu, 1 ruang tengah, 1 buah dapur dan 1 kamar
mandi. Keluarga pasien merupakan keluarga ekonomi menengah ke bawah.
Ventilasi udara rumah pasien baik, lantai rumah terbuat dari semen, dinding
rumah terbuat dari beton. Jarak rumah antara pasien dan tetangga sekitar 6
meter yang tidak dibatasi oleh pagar melainkan beberapa pohon coklat. Di
rumah pasien memiliki vasilitas MCK sendiri. Sumber air berasal dari PAM
yang dialiri dengan selang, dimana air cukup bersih. Air ini digunakan untuk

13
mandi, mencuci baju dan piring dan untuk memasak makanan. Adapun air
yang digunakan sebagai air minum air yang ditampung dan dimasak
menggunakan kayu bakar. Untuk sarana pengelolahan sampah dilakukan
sendiri yaitu disamping rumah terdapat tempat pembakaran yang jika
sampah telah banyak akan dibakar sendiri.
Seperti yang diketahui, Palu termasuk dalam wilayah tropik dimana
suhu udara yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan lebih mudah berkeringat
dan apabila pola higenitas yang buruk dapat menimbulkan kelembaban pada
kulit tubuh. Hal ini dapat menjadi pemicu terjadinya pitiriasis versikolor.
Pasien juga mengatakan bahwa, saat berada di kontrakan yang terdapat
di palu memiliki ventilasi yang buruk dan kamar yang sering tetutup
menyebabkan kelembabap kamar pasien yang tinggi.
 Sosioekonomi
Telah diketahui bahwa penyakit kulit berupa jamur sangat
berhubungan dengan sosioekonomi berupa lingkungan dan tingkat
pengetahuan. Dimana keduan orang tua anak tersebut lulusan SMP dimana
ayahnya bekerja sebagai tani dan ibunya sebagai IRT menyebabkan tingkat
kepedulian terhadap penyakit yang diderita anaknya sangat kurang. Hal ini
juga diperparah karena ibunya mengirah bahwa sakit yang diderita anaknya
berupa alergi sehingga membeli obat antialergi salep yang membuat
penyakit ankanya semakin parah.

c. Prilaku:
Prilaku yang berkaitan dengan munculnya dan penularan dari pitiriasis
versikolor yaitu pasien memiliki kebiasaan membiarkan tubuh tetap berkeringat
dan menjadi lembab.
 Aktivitas : pasien merupakan seorang mahasiswa di universitas tadulako
dimana ia terbiasa beraktivitas mulai dari pagi hingga sore di kampus. Pasien

14
terkadang tidak mengganti baju walaupun telah lembab karena keringat.
Pasien juga memaparkan bahwa setelah mandi pasien jarang mengeringkan
badan namun langsung memakai pakaian saat tubuh masih basah. Hal ini
dapat menjadi penyebab munculnya jamur akibab kelembaban tubuh yang
kondusif untuk tumbuhnya jamur. Pasien juga mengatakan sering
menggunakan handuk atau pakaian bersamaan dengan kakak perempuannya.
Hal ini dapat menjadi penyebab penularan jamur.
 Pola makan : pasien merupakan suku toraja dimana kedua orangtuanya
jarang membuat masakan dari santan, namun pasien mengatakan saat di palu
pasien suka memakan makanan berlemak seperti daging dan santan karena
kakanya sering membelikan maupun makanan yang berlemak tinggi. Pasien
makan sebanyak 3 kali sehari dengan lauk dan porsi cukup.
d. Pelayanan kesehatan.
Pasien telah menderita pitiriasis versikolor selama 2 tahun namun baru
berobat. Hal ini disebabkan karena pasien yang lebih sering menetap di Palu
karena sedang berkuliah sedangkan jaminan kesehatan yang ia miliki berada di
kampung halamannya menyebabkan ia menjadi sulit untuk melakukan
pengobatan.
Di puskesmas lembasada sendiri untuk penyakit kulit seperti pitriasis
versikolor tidak terdapat program yang melakukan kegiataan yang spesifik
berupa promosi ataupun preventif. Hal ini disebabkan angka kejadian yang
kurang dan dianggap tidak menjadi masalah yang meresahkan bagi masyarakat.
Adapun penyuluhan pernah dilakukan untuk gangguan kulit pada daerah tertentu
karena jumlah kejadian yang tinggi seperti dermatitis alergi, penyakit kulit lain
belum dilakukan.

15
Foto rumah tampak depan

Foto Ruang Tamu Pasien

16
Foto tempat mencuci

Foto Dapur

17
Foto ruang tengah

Foto Lesi pada Pasien

18
BAB IV
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
1. Pada penderita pitiriasis versikolor, diberikan pengobatan dan edukasi
mengenai penyakit yang diderita guna mencegah menjadi lebih berat maupun
penularan.
2. Faktor utama yang menjadi salah satu penyebab pitiriasis versikolor pada
kasus ini adalah kesehatan perilaku dan lingkungan.

5.2. SARAN
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit Pitriasis versikolor dapat
dilaksanakan dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five
level prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit kulit dapat
dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan penyuluhan mengenai penyebaran pitiriasis versikolor.
b. Meningkatkan penyuluhan tentang edukasi secara keseluruhan tentang
pitiriasis versikolor di masyarakat secara umum dan di keluarga pasien
secara khusus.
2. Perlindungan khusus
Perlindungan khusus dalam mencegah terjadinya pitiriasis versikolor
adalah:
a. Perbaikan status gizi pasien dan keluarga
b. Perbaikan ventilasi rumah dan pencahayaan di rumah pasien.

19
c. Jangan menggunakan pakaian bersama, serta mencuci pakaian
penderita secara terpisah, jangan melakukan kontak langsung jika
dikulit pasien.
d. Perbaikan perilaku pasien serta keluarga.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Diagnosis dini dan pengobatan segera dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang lebih berat. Upaya yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Penatalaksanaan yang tepat.
4. Pembatasan Cacat
Pembatasan cacat merupakan pencegahan untuk terjadinya kecatatan
atau kematian akibat pitiriasis versikolor. Adapun upaya yang dapat
dilakukan, yaitu :
a. Melakukan pengobatan dan perawatan sesuai pedoman sehingga
penderita sembuh dan tidak terjadi komplikasi.
b. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan sebagai penunjang untuk
memungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif dan
sembuh.
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi dalam mencegah pitiriasis versikolor dapat dilakukan
dengan cara :
a. Rehabilitasi medik apabila terdapat gangguan kesehatan fisik dan
mental.
b. Pemberantasan, seperti :
- Penyuluhan kesehatan, terutama kepada ibu-ibu.
- Pengobatan dan perawatan kasus dengan tepat.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Aditya K. Kelly A. Antifungal Treatment for Pityriasis Versicolor. Journal of


Fungi www.mdpi.com/journal/jof. 2015; 1.
2. Fitzpatrick TB. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Newyork:
McGraw-Hill. 2007.
3. Fitzpatrick TB. Freedberg. Eisen. Wolf K. Dermatology in General Medicine
8th edition.New York: McGraw-Hill. 2012.
4. Menalsi Si L. ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta.Fakultas Kedokteran
Indonesia. 2015
5. Budimulja U. Mikosis Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th edition. Jakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.

6. Hunter J, Savin J, Dahl M. In: Hunter J, Savin J, Dahl M, editors. Clinical


Dermatology. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2015.

21

Anda mungkin juga menyukai