Lapsus Dispepsia
Lapsus Dispepsia
Dyspepsia
Disusun Oleh :
Menik Ayu Nurhayati, S.ked
N 111 17 146
Pembimbing :
Drg. Elli Yane Bangkele, M.kes
dr. Hj. Tenri Sa’na Rifai
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kejadian dispepsia di wilayah kerja Puskesmas Mamboro.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah dispepsia di wilayah
kerja Puskesmas Mamboro.
2. Mengetahui tatalaksana dispepsia di wilayah kerja Puskesmas Mamboro.
BAB II
PERMASALAHAN
4 Usia lanjut 2 2 2 6
Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada kasus Dispepsia ini
adalah Pola Makan, Kopi dan teh, dan Stress.
Ket:
- Besar Masalah
1 : Tidak berdampak buruk
2 : berdampak buruk
3 : Menyebabkan dampak buruk
4 : Sangat menyebabkan dampak buruk
- Kegawatdaruratan
1 : Masih bisa ditangani seorang diri
2 : Bisa ditangani
3 : Sulit ditangani
4 :Segera dilakukan penanganan
- Kemungkinan diatasi
1 : Masih bisa diatasi
2 : bisa diatasi tetapi butuh proses
3 : Sulit diatasi
4 : Sangat sulit diatasi
X (Pola Makan) V 8
Y (Kopi dan V 9
Teh)
Z (Stress) V 5
Ket:
- Dilihat dari besarnya insidensi atau prevalensi
X (Pola Makan) 3 3 3 9
Y (Kopi dan 3 4 3 10
Teh)
Z (Stress) 3 3 3 9
c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan
1 2 3 4 5
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1
Ket:
- 0 = Tidak
- 1 = Ya
e. PENETAPAN NILAI
POLA MAKAN
NPD : (A+B) C = (8+9) 3= 17 x 3 = 51
NPT : (A+B) CxD = (8+9) 3x1 = 17 x 3 = 51
KOPI DAN TEH
NPD : (A+B) C = (9+10) 3 = 19 x 3 = 57
NPT : (A+B) CxD = (9+10) 3x1 = 19 x 3 = 57
STRESS
NPD : (A+B) C = (5+9) 3 = 14 x 3= 42
NPT : (A+B) CxD = (5+9) 3x1 = 14 x 3 =42
KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
POLA 8 9 3 51 1 51 1
MAKAN
STRESS 5 9 3 42 1 42 1
Kesimpulan dari rumus ini yaitu makanan dari pasien merupakan prioritas masalah utama
yang menempati urutan ke- 1.
BAB III
PEMBAHASAN
A.IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Kaili
Pendidikan : SMP
Asuransi kesehatan : BPJS
Alamat : Taipa Laga
Tanggal Pemeriksaan : jum’at 07 Desember 2018
B.ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dialami sejak 3 hari yang lalu, tidak terus menerus, nyeri di rasakan memberat jika
terlambat makan, perut terasa kembung dan sering merasa mual. Pasien sering makan tidak
teratur.Demam (-),nyeri kepala (-), mual (+), muntah (+) 2x tadi pagi, nyeri ulu hati (+),
BAB kuning biasa, BAK kuning lancar.
Pemeriksaan Fisis
a. Keadaan umum
c. Mata
Eksoptalmus atau enoptalmus : (-)
Tekanan bola mata : Tidakdilakukan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemi (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
d. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus: (-)
e. Hidung
Perdarahan: (-)
Sekret : (-)
f. Mulut
Bibir : Kering (-)
Lidah : Kotor (-)
Tonsil : Hiperemi
g. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
h. Dada
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
Bentuk : Normochest
Sela iga: Tidak ada pelebaran
i. Thorax
Palpasi
o Fremitus raba : Kiri sama dengan kanan
o Nyeri tekan : (-)
Perkusi
o Paru kiri : Sonor
o Paru kanan : Sonor
o Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
o Batas paru belakang kanan:ICS V Th IX Dextra Posterior
o Batas paru belakang kiri : ICS V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi
o Bunyi pernapasan : Vesikuler
o Bunyi tambahan : Rh -/- Wh -/-
j. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
k. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (+) region epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Kerja
Dispepsia Fungsional
Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa
1. Tidak menunda makan, mengatur pola makan dengan makan secara teratur dan
sebaiknya mengkonsumsi makanan berserat tinggi, bergizi, serta perbanyak minum
air putih.
2. Kurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung gas yang
dapat menimbulkan gas di lambung (kubis, kol, kentang, semangka, melon) dan
berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung.
3. Menghindari konsumsi obat –obat yang dapat mengiritasi lambung seperti obat anti
inflamasi, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin dan ketoprofen. Sebaiknya
di ganti dengan Acetaminophen karena tidak mengakibatkan iritasi pada lambung.
4. Menghindari stress.
b. Medikamentosa
1. Omeprazole 20mg 2x1
2. Antasida Doen 3x1
BAB III
PEMBAHASAN
Aspek Klinis
Pada kasus ini, pasien perempuan berumur 56 tahun memiliki keluhan utama berupa nyeri
ulu hati Dialami sejak 3 hari yang lalu, tidak terus menerus, nyeri di rasakan memberat jika
terlambat makan, perut terasa kembung dan sering merasa mual. Pasien sering makan tidak
teratur. Demam (-),nyeri kepala (-), mual (+), muntah (+) 2x tadi pagi, nyeri ulu hati (+), BAB
kuning biasa, BAK kuning lancar.
Pada pemeriksaan fisik khususnya pada abdomen didapatkan nyeri tekan yaitu daerah
epigastrium. Pada pemeriksaan fisik lain didapatkan semuanya dalam batas normal.
Dispepsia merupakan salah satu gangguan pada saluran pencernaan, khususnya lambung.
Dispepsia dapat berupa rasa nyeri atau tidak enak di perut bagian tengah ke atas. Rasa nyeri tidak
menentu, kadang menetap atau kambuh. Dispepsia umumnya diderita oleh kaum produktif dan
kebanyakan penyebabnya adalah pola atau gaya hidup tidak sehat. Gejalanya pun bervariasi
mulai dari nyeri ulu hati, mual-muntah, rasa penuh di ulu hati, sebah, sendawa yang berlebihan
bahkan bisa menyebabkan diare dengan segala komplikasinya.
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan yaitu seperti modifiaksi pola hidup dan dietik,
dalam hal ini prinsip dasar menghindari makanan pencetus serangan merupakan pegangan yang
lebih bermanfaat. Terapi medikamentosa yang dapat diberikan seperti obat-obatan golongan
antasida, agonis H2 reseptor seperti ranitidin dan simetidin, golongan PPI seperto omeprazole
dan lansoprazole, golongan sitoprotektor seperti misoprostol dan sukralfat, dan juga obat-obatan
golongan prokinetik sepertin domperidon dan metoklopramid.
1. Kesehatan Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien terkena penyakit dispepsia adalah faktor
stress psikososial, Khususnya terkait dengan gangguan cemas dan depresi. Emosional yang
labil memberikan kontribusi terhadap perubahan fungsi gastrointestinal. Stress adalah faktor
yang di duga dapat mengubah gerakan dan aktivitas sekresi traktus gastrointestinal melalui
mekanisme –neuroendrokrin. Salah satu studi menyatakan bahwa pada stress atau kecemasan
dapat mengaktifkan reaksi disfungsi otonomik traktus gastrointestinal sehingga dapat
menyebabkan gejala nyeri perut berulang. Pada kasus ini faktor kesehatan lingkungan yang
paling berperan penting adalah faktor stress, yaitu pasien sering memikirkan anaknya yang
sering pulang larut malam. Hal ini membuat pasien cemas dan tidak ada nafsu makan.
2. Perilaku
Perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan
penderita tentang penyakit dyspepsia yang kurang tentang pengertian, faktor resiko dan
bahaya dyspepsia akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit Adanya
kebiasaan pola makan yang tidak teratur dapat memperburuk terjadinya penyakit ini. Pada
kasus ini faktor perilaku yang berperan penting adalah kebiasaan pola makan yang tidak
teratur dimana pasien sering terlambat makan, dan sering mengonsumsi kopi dan makanan
pedas yang dapat memperburuk keadaan pasien.
3. Pelayanan Kesehatan
Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja puskesmas untuk menanggulangi penyakit
dispepsia mulai dari pelayanan UKP berbasis pelayanan poli umum melakukan pengukuran
TB, BB, polik umum juga melakukan anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik dan diagnosa, selanjutnya dokter pemeriksa memberikan terapi sesuai
dengan diagnosa dan penanganan yang benar, apotek sebagai penyedia obat yang sesuai
dengan resep dokter. Dari pelayanan UKM yang dilakukan puskesmas untuk menanggulangi
dispepsia dengan program PTM, alur pelaksanaanya sesuai jadwal posbindu, dimana kita
memberitahu kepada kader di setiap desa yang akan kita lakukan kegiatan, nantinya kader
atau bidan desa akan memberitahukan kepada warga bahwa akan ada kegiatan P2 PTM,
biasanya akan dikabarkan melalui masjid atau secara langsung ke rumah kepala desa atau
kerumah-rumah warga, melakukan pendaftaran di meja pertama, melakukan pengukuran TB
dan BB, melakukan pengukuran tekanan darah, dan dilakukan anamnesis kepada pasien,
memberikan edukasi sesuai dengan keluhan dan penyakit,.
Faktor pelayanan kesehatan yang dapat diambil dari kasus ini adalah masih kurangnya
promosi kesehatan terkait dispepsia pada masyarakat khususnya pada lansia.
4. Keturunan/Genetik
B.Saran
1. Perlu disusun suatu program yang efektif utamanya promosi kesehatan dan penyuluhan
dalam mengelola penyakit dispepsia.
2. Melakukan kerjasama lintas sector dengan bagian gizi maupun promkes dalam mengelola
penyakit dispepsia.