Anda di halaman 1dari 17

KASUS - INFEKSI JAMUR (Mahasiswa) 2019

Kasus

Pasien Laki-laki, 52 tahun, menikah, pekerjaannya pemulung, sela jari kakinya tampak berkerak,
bersisik, dan terjadi peradangan kulit di antara jari-jari kaki yang terlihat selalu tampak basah.
Namun, pasien tidak mengalami demam. Pasien mengeluh bahwa pada sela jari kaki kanan dan
kirinya mengalami pecah-pecah, awalnya hanya pada sela jari ke-4 dan ke-5. Namun setelah 1
bulan, kerusakan kulit tersebut meluas hingga ke seluruh sela jarinya dan ke telapak kakinya.
Akibat kulitnya yang pecah-pecah, pasien juga mengalami gatal yang luar biasa sehingga sering
menggaruknya. Sebelumnya, pasien menggunakan salep pemberian temannya, namun tidak
sembuh juga, bahkan semakin gatal. Pasien tersebut membawa resep dari dokter berisi:

- Tablet cetirizin 1x10 mg/hari 5 tablet


- Tablet amoksisilin 500 mg, 3 x 1 sehari, 10 tab.
- Krim mikonazol 2% 2 tube.

Pertanyaan (untuk dijawab dalam 15 menit, jawablah dengan singkat dan benar)
1. Apakah yang dimaksud dengan Tinea pedis (T. pedis), nama lainnya dan penyebabnya? Apa
bedanya dengan penyakit kurap, panu dan kudis?
2. Sebutkan penggolongan T. pedis! (wajib diketahui, berhubungan dengan penatalaksanaan
penyakit), termasuk golongan tinea pedis apakah yg terjadi pada kasus ini?
3. Jelaskan gejala penyakit T. pedis dan jelaskan faktor resiko terjadinya infeksi kedua tinea
tersebut? (berkaitan dengan pencegahan Tinea)
4. Sebutkan pemeriksaan laboratorium lainnya yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa
penyakit yang disebabkan karena jamur!
5. Bagaimanakah terapi untuk penyakit Tinea pedis? Mekanismenya bagaimana? Setujukah
Anda sebagai apoteker, dengan obat yang tercantum pada resep tersebut? Apa yang harus
dilakukan
6. Bagaimana cara pemakaian obat-obat tersebut dan efek samping obat-obat tersebut? (Role play
sesuai Pedoman Konseling)
7. Sebutkan pengobatan lain, yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami infeksi T. pedis!
8. Pertanyaan tambahan: apa obat untuk kurap, panu, kudis

Gunakan referensi yang sesuai!

PEMBAHASAN:

1. Apakah yang dimaksud dengan Tinea pedis (T. pedis), nama lainnya dan penyebabnya?
Apa bedanya dengan penyakit kurap, panu dan kudis?
Jawab:
Definisi, Penyebab, Perbedaan dengan kurap, panu, dan kudis
a. Definisi
Tinea Pedis atau yang sering disebut dengan kutu air merupakan dermatofitosis pada
kaki, terutama pada sela - sela jari kaki dan telapak kaki. Nama lainnya juga athlete’s
foot. Tinea Pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari hari banyak
yang bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk. Selain itu, sering juga di
jumpai pada pekerja dengan kaki yang sering basah. Penderita yang terinfeksi biasanya
orang dewasa. Tinea Pedis sering menyerang orang dewasa usia 20-50 tahun yang
berkerja di tempat basah seperti tukang cuci mobil dan motor, petani, pemungut sampah,
atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup (Muthoharoh, et al., 2017).
b. Penyebab
Jamur penyebab infeksi Tinea Pedis adalah Trichophyton rubrum, Trichopython
mentagrophytes, dan Epidermophyton flocosum yang sering memberikan kelainan
menahun (Muthoharoh, et al., 2017).
c. Perbedaan dengan kurap, panu, dan kudis
Kutu air Kurap Kudis Panu
Pengertian dermatofitosis infeksi pada penyakit infeksi jamur
pada kaki, permukaan kulit infeksi superfisial
terutama pada yang yang
sela - sela jari membentuk parasit berupa ditandai
kaki dan telapak pinggiran yang rasa gatal yang dengan adanya
kaki. jelas hebat disertai macula di
seperti sarang erupsi kulit, skuama
cacing yang polimorfik halus dan
berbentuk berupa eritem, disertai rasa
Cincin. dan papul, gatal
nodul, pustula,
sangat
kontagius.
Penyebab Jamur Jamur Arthopod, Malassezia
Trichophyton Tricophyton spesies Acarid, furfur
rubrum, mentagrophytes. merupakan
Trichopython kutu
mentagrophytes, ektoparasit
dan Sarcoptes
Epidermophyton scabiei
flocosum hominis,
Nama lain Athlete’s foot Ringworm Skabies Pityriasis
versikolor
Pustaka (Muthoharoh, et (Muhaimin, (Yahya, et al., (Supriyanto
al., 2017). 2014). 2018) dan Indah,
2017).

Kutu air Kurap Kudis Panu


Pengertian dermatofitosis infeksi pada penyakit infeksi jamur
pada kaki, permukaan kulit infeksi superfisial
terutama pada yang parasit berupa yang
sela - sela jari membentuk rasa gatal yang ditandai
dengan adanya
kaki dan telapak pinggiran yang hebat disertai macula di
kaki. jelas erupsi kulit, skuama
seperti sarang polimorfik halus dan
cacing yang berupa eritem, disertai rasa
berbentuk dan papul, gatal
Cincin. nodul, pustula,
sangat
kontagius.
Penyebab Jamur Jamur Arthopod, Malassezia
Trichophyton Tricophyton spesies Acarid, furfur
rubrum, mentagrophytes. merupakan
Trichopython kutu
mentagrophytes, ektoparasit
dan Sarcoptes
Epidermophyton scabiei
flocosum hominis,
Nama lain Athlete’s foot Ringworm Skabies Pityriasis
versikolor
Pustaka (Muthoharoh, et (Muhaimin, (Yahya, et al., (Supriyanto
al., 2017). 2014). 2018) dan Indah,
2017).

2. Sebutkan penggolongan T. pedis! (wajib diketahui, berhubungan dengan penatalaksanaan


penyakit), termasuk golongan tinea pedis apakah yg terjadi pada kasus ini?
Jawab:
Ada beberapa golongan Tinea pedis, Antara lain :
- Tinea pedis interdigitalis
• Penyebab : T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum, S. dimidiatum,
Scytalidium hyalinum dan Candida spp.
• Tipe yang biasanya lebih sering terjadi dengan gejala gatal, timbul peradangan
di Antara sela-sela jari kaki yang basah.
• Tipe Moccasin
- Tine pedis moccasin
• Penyebab : Trichophyton rubrum, E. floccosum, Scytalidium hyalinum, S.
dimidiatum.
• Beberapa gejala yang muncul misal hyperkeratosis da nada retakan di telapak
kaki.
• Infeksi kronik sulit disembuhkan dan memiliki hubungan dengan cell mediated
immunity.
- Tinea pedis vesikobulosa
• Disebut juga tinea pedis tipe inflamasi
• Penyebab : T. mentagrophytes.
• Gejalanya meliputi kulit melepuh, terdapat bula pada kulit dan berwarna
kemerahan pada telapak kaki.
- Tinea pedis Ulseratif
• Penyebab : T. rubrum, T. mentagrophytes, E. Floccosum.
• Gejalanya ditandai dengan adanya bintik – bintik berisi nanah dan terdapat
lepuhan yang berisi cairan disertai luka dan erosi pada kulit.
• Infeksi terjadi pada area sela-sela jari kaki, jaringan lunak dan pembuluh limfa.
(Kumar, et al, 2011).

Telaah kasus, pasien mengalami mengalami pecah-pecah pada daerah sela jari kaki kiri
dan kanan dengan rasa gatal. Diawali pada sela jari keempat dan lima tampak basah, Gejala
ini menyebar sampai seluruh sela jari dan telapak kaki serta punggung kaki. Menurut
kelompok kami, pasien tersebut telah mengalami tinea pedis interdigitalis

3. Jelaskan gejala penyakit T. pedis dan jelaskan faktor resiko terjadinya infeksi kedua tinea
tersebut? (berkaitan dengan pencegahan Tinea)
Jawab:
Gejala
1. Ruam di kulit sela-sela jari kaki yang berkembang menjadi gatal dan sakit
2. Terasa gatal, terbakar dan menyengat
3. Melepuh di bagian kulit yang gatal dan mengelupas
4. Bila tidak diobati, ruam bisa menyebar secara bertahap di sepanjang jari kaki. Dapat
menyebar sampai ke telapak kaki
5. Area yang terinfeksi berbau tidak sedap
6. Jika infeksi terjadi pada kuku, kuku menghitam dan menebal lalu kuku terangkat atau
lepas dari kulit

(Harding, 2015)

Faktor Resiko

1. Tinggal di daerah tropis


2. Pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang lama
3. Pemakaian kaus kaki dengan bahan yang tidak dapat menyerap keringat dapat
menambah kelembaban di sekitar kaki sehingga cenderung mendukung jamur dapat
tumbuh subur
4. Kurangnya kebersihan pribadi juga memegang peranan penting pada infeksi jamur
5. Hidup di lingkungan yang lembap
6. Berbagi barang pribadi seperti pakaian, selimut atau handuk pada orang yang terinfeksi
jamur kulit
7. Sering berenang di kolam umum
8. Melakukan olahraga yang melibatkan kontak kulit langsung
9. Obesitas
10. Tidak memakai alas kaki di ruang ganti pusat kebugaran atau kolam renang

(Aprilia, 2017)

4. Sebutkan pemeriksaan laboratorium lainnya yang dapat dilakukan untuk menunjang


diagnosa penyakit yang disebabkan karena jamur!
Jawab:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG DIAGNOSA

1. Pemeriksaan langsung

Dibuat preparat langsung dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan dituangi
larutan KOH 10-40% untuk melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal
kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai
menguap, dilihat di bawah mikroskop, dimulai dengan pembesaran 10 kali.

Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat kontur ganda. Selain
itu, tampak juga bintik spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ. Bahan-bahan yang diperlukan
untuk diperiksa didapat dari:

a. Kulit

Bahan diambil dan dipllih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir. Terlebih
dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% lalu dikerok dengan skalpel sehingga memperoleh
skuama yang cukup. Letakkan di atas gelas objek, lalu dituangi dengan KOH 10%.

b. Rambut

Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang
warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20%, lihat adanya infeksi endo atau ektotrik.

c. Kuku

Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak atau
dari bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-40% dan dilihat di
bawah mikroskop, dicari hifa atau spora.

Dengan preparat langsung ini, sebenarnya diagnosis suatu dermatomikosis sudah


dapat ditegakkan. Penentuan etiologi spesies diperlukan untuk keperluan penentuan
prognosis, kemajuan terapi epidemiologis.

2. Pembiakan atau kultur

Pembiakan dilakukan dalam media agar saboroud pada suhu kamar (25- 30°C),
kemudian dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan
jamur. Hal-hal yang periu diperhatikan adalah:
a. Bentuk koloni

Ada 3 bentuk koloni jamur, yaitu:

1. Koloni ragi

Makroskopis tampak bundar, lunak atau lembek dengan perm-kaan halus


atau rata, mengkilat, tidak berpigmen, wama kekuningan, seperti koloni bakteri.
Bila diperiksa secara mikroskopis hanya didapati sel-sel ragi yang berupa sel yang
bulat dan tampak seolah-olah mempunyai dua dinding dan kadang-kadang ada
tunas (satu bola besar dengan tunas bola yang kecil disebut "BUDDING", misainya
pada kandida.

2. Koloni menyerupai ragi

Secara makroskopis tampak lembek, permukaan halus, mengkilat, dan


warnanya putihh kekuningan. Secara mikroskopis tampak se-bagai sel tunggal dan
kadang-kadang tampak miselium semu (sel-sel panjang, tetapi tidak khas dan tidak
bersekat). Juga ada sel yang berbentuk bulat dan kadang-kadang ada yang
bertunas.

3. Koloni filamen

Secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang halus, perrnukaan


dan pirnggir tidak rata, dan menonjol di atas permukaan media. Mikroskopis
tampak sebagai hifa sejati, yaitu benang-benang yang bersifat kontur ganda,berinti
dan mempunyai sekat, misalnya: trikofiton, mikrosporon, dan epidermofiton.
Kadang-kadang tampak bentuk campuran, yaitu pembiakan pada temperatur 37°C
dapat menghasilkan koloni ragi, tetapi pada temperatur kamar akan menghasilkan
koloni filamen, misalnya sporotrikosis.

b. Bentuk hifa

Bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Menurut fungsinya:

-Hifa vegetatif, berfungsi untuk perkembangan dan mengambil rnakanan.


-Hifa reproduktif, dikhususkan untuk membentuk atau memper-banyak diri dengan
spora.

2. Menurut jenisnya:

-Hifa berseptum.

-Hifa tidak berseptum (sunositik).

3. Pembagian lain:

-Hifa sejati, yaitu apabila panjang hifa lebih dari lebar.

-Hifa semu.

c.Bentuk spora

3. Reaksi imunologis (alergi)

Dengan menyuntikkan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari


koloni jamur, reaksi (+) berarti infeksi oleh jarnur (+), misalnya:

a. Reaksi trikofitin 🡪 Antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis. Kalau (+) berarti
ada infeksi trikofiton

b. Reaksi histoplasrnin 🡪 Antigen yang dibuat dan pembiakan histoplasma. Kalau (+)
berarti infeksi histoplasma (+)

c. Reaksi Sporotrikin 🡪 Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Kalau (+)
berarti infeksi oleh spesies sporotrikum.

4. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi

Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan mikosis dalam.


Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsi, dapat dicari elemen jamur dalam
jaringan tersebut. Pewamaan khusus seperti , pewarnaan Gram, HE, dan PAS dapat
mewarnai elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak lebih jelas. Selain itu,
pemeriksaan histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi
jamur.

5. Pemeriksaan dengan sinar Wood

Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu “saringan wood”,
sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600
A. Sinar ini tidak dapat dilihat.

Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang mengalami infeksi oleh jamur-
jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dengan dilihat dengan memberi warna
yang kehijauan atau fluoresensi Apabila pemeriksaan dengan cara ini memberi fluoresensi,
pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada fluoresensi disebut negatif.
Jarmur-jamur yang memberikan fluoresensi adalah Microsporum lanosum, Microsporum
Oudouinii, M. canis, dan Malassezia furfur ( Penyebab tinea versicolor).

5. Bagaimanakah terapi untuk penyakit Tinea pedis? Mekanismenya bagaimana? Setujukah


Anda sebagai apoteker, dengan obat yang tercantum pada resep tersebut? Apa yang harus
dilakukan
Jawab:

Terapi untuk penyakit Tinea pedis bertujuan untuk mengobati, mengatasi gejala yang
dialami, menghambat pertumbahan infeksi berkelanjutan dan mencegah terjadinya infeksi
berkelanjutan. Dalam pengobatan dapat menggunakan antijamur topical yang biasanyan
digunakan adalah produk non resep dengan digunakan dua kali sehari selama 1- 4 minggu
(Beth et al., 2013).
Pengobatan dapat dilakukan dengan menjaga jari kaki yang terinfeksi tetap kering, dan
untuk pencegahan selalu gunakan alas kaki ditempat – tempat umum, tidak memakai sepatu
terlalu lama, tidak terlalu lama berjalan – jalan dalam kolom berenang (Nelson, 2003).
Obat yang di gunakan dalam kasus adalah tablet cetrizin, tablet amoksisilin, dan krim
miksonazol. Krim miksonazol adalah obat yang mekanisnya dapat merusak membrane sel
jamur dengan cara menghalangi biosintesis ergosterol dan menyebabkan permeabilitas sel
jamur meninggkat yang menyebabkan zat nutrisi yang di butuhkan oleh jamur berdifusi
keluar sehingga mengakibatkan kematian sel jamur. Krim miksonazol 2 % berkerja pada
daerah daerah intertriginosa dan pengobatannya dioleskan 2 kali sehari dalam jangka waktu
2-6 minggu (Bahry, 2004).
Tablet cetrizin merupakan antihistamin generasi kedua yang bekerja secara kompetitif
dengan menghambat infeksi antara histamine dengan reseptor histamine H1 atau H2 (Black
et al.,)
Dalam pengobatan menggunakan tablet amoxilin yang bekerja dengan meredakan
gejala eksim. Terutama infekis yang disebabkan bakteri yang membuat kulit rentan eksim
jadi gatal-gatal dan kemerahan.
Sebagai apoteker obat yang diberikan dalam kasus sudah sesuai untuk pasien yang
tidak mengalami gejala lain atau efek samping lain seperti demam maka hanya perlu
diberikan krim mikonazol, cetrizin dan amoxilin sebagai obat gatal

6. Bagaimana cara pemakaian obat-obat tersebut dan efek samping obat-obat tersebut? (Role
play sesuai Pedoman Konseling)
Jawab:
Tinea Pedis / Kutu Air / athlethe’s foot

Definisi

Merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari kaki dan telapak Commented [AAS1]: Infeksi jamur superfisial yang
disebabkan oleh dermatofita yang dapat melekat pada
kaki. Penyakit ini menyerang pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari sering keratin dan dijadikan sebagai sumber nutrisi dengan
menyerang jaringan keratin seperti stratum korneum pada
menggunakan sepatu tertutup yang disertai perawatan kaki yang buruk serta kaki yang epidermis, rambut, dan kuku (Verma, 2008).
basah. Penderita yang terinfeksi biasanya orang dewasa berusia 20 – 50 tahun (Muthoharoh
et al., 2017).

Penyebab

Jamur penyebabnya adalah Trichophyton rubrum, Trichopython mentagrophytes,


dan Epidermophyton flocosum yang sering memberikan kelainan menahun (Muthoharoh
et al., 2017).

Bagaimana cara pemakaian obat tersebut dan efek samping


1. Tablet cetirizin

a. Dosis
 Dosis untuk usia diatas 12 tahun
1 x 10 mg/hari
 Dosis untuk pasien dengan gangguan ginjal
Pasien dengan gangguan ginjal sedang dianjurkan untuk mengambil 5 mg
sekali sehari sebagai tablet setengah.

b. Kegunaan
Cetirizin merupakan obat anti alergi, untuk menghilangkan bengkak,
kemerahan dan gatal pada kulit.

c. Jangan mengkonsumsi cetirizine, jika :


1. Memiliki penyakit ginjal berat (gagal ginjal berat dengan bersihan kreatinin di
bawah 10 ml / menit).
2. Diketahui alergi (hipersensitif) terhadap zat aktif Cetirizine 10 mg Tablet atau
salah satu bahan lain dari tablet ini.
3. Alergi (hipersensitif) terhadap hydroxyzine (zat aktif yang terkait erat dengan
obat-obatan lain).
4. Alergi (hipersensitif) terhadap obat-obatan dari keluarga piperazine, misalnya
buclizine, cyclizine, meclozine, levocetirizine.
5. memiliki intoleransi terhadap beberapa gula

d. Interaksi dengan makanan


Makanan tidak mempengaruhi penyerapan cetirizine.

e. Interaksi dengan alcohol


Tidak ada interaksi yang memiliki dampak nyata yang diamati antara alkohol
(pada tingkat darah 0,5 per mililiter sesuai dengan satu gelas anggur) dan cetirizine
digunakan pada dosis normal. Namun, seperti halnya dengan semua antihistamin,
dianjurkan untuk menghindari konsumsi alkohol saat meminum obat ini.
f. Cara mengkonsumsi obat
Tablet harus ditelan dengan segelas air.

g. Jika lupa mengkonsumsi obat


maka segera diminum ketika ingat, tetapi tunggu setidaknya 24 jam sebelum
mengambil tablet berikutnya. Jangan mengambil dosis ganda untuk mengganti
dosis yang terlupakan.

h. Efek samping
Umum: kelelahan, mulut kering, mual, diare tidak umum, nyeri perut, pusing,
sakit kepala, mengantuk, faringitis (radang tenggorokan), rinitis (pembengkakan
dan iritasi di dalam hidung).
Jarang: takikardia (jantung berdetak cepat), edema (pembengkakan), fungsi
hati abnormal, parestesia (perasaan abnormal kulit), kejang, gangguan gerakan,
kebingungan, depresi, halusinasi, insomnia (kesulitan tidur).
Sangat jarang: trombositopenia (kadar trombosit darah rendah), gangguan
ujakomodasi (gangguan kemampuan mata untuk fokus), penglihatan kabur, okulasi
(mata bergerak dengan cara melingkar yang tidak terkontrol), sinkop (pingsan),
tremor.
Tidak umum: asthenia (perasaan lemah), malaise (perasaan tidak sehat)

i. Penyimpanan
Jauhkan dari jangkauan dan penglihatan anak-anak, jangan gunakan tablet
cetirizine 10 mg setelah tanggal kedaluwarsa yang dinyatakan pada kotak. Obat ini
tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus (Dexcel®-Pharma Ltd., 2012).

2. Krim Mikonazol 2%

a. Dosis

Dewasa dan anak-anak,dioleskan secukupnya


– tinea pedis,krusis,korposis dan kandiasis kulit : 2 kali sehari.

– tinea versikolor : sekali sehari

(Directorate General of Pharmaceuticals and Medical Devic, 2013).

b. Indikasi

Kulit dan kuku infeksi yang disebabkan oleh dermatofita, ragi dan berbagai
jamur lain. misalnya. jamur pada seluruh kulit tubuh (tinea Corporis), jamur kulit kepala
(tinea capitis), tinea kaki (tinea pedis, kurap kaki), tinea cruris (tinea cruris), dan jamur
kuku (tinea unguium)
(Directorate General of Pharmaceuticals and Medical Devic, 2013).

c. Kegunaan

Sebagai antijamur berspektrum luas dan agen bakterisida

(Directorate General of Pharmaceuticals and Medical Devic, 2013).

d. Cara Pemakaian

Gunakanlah miconazole sesuai dengan jangka waktu yang dianjurkan oleh


dokter. Biasanya obat ini harus tetap digunakan selama beberapa hari setelah gejala
mereda. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah infeksi datang kembali lain

(Multum, 2018).

Cuci dan keringkan daerah kulit yang mengalami infeksi sebelum mengoleskan
miconazole dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya. Hal ini untuk mencegah
infeksi menyebar ke bagian tubuh yang lain

(Multum, 2018).

e. Efek Samping

Gatal, mengelupas, kulit kering dan apabila obat diserap ke dalam aliran darah
dapat menyebabkan:
 mulut kering, lidah sakit, sakit gigi, gusi merah atau bengkak
 rasa selera yang berubah
 mual, diare
 sakit kepala
(Multum, 2018)
7. Sebutkan pengobatan lain, yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami infeksi T.
pedis!
Jawab:
Pengobatan Lain

Pengobatan untuk Tinea Pedis secara farmakologi selain krim mikonazol adalah
butenafine dan fluconazole. Fluconazole merupakan obat yang digunakan secara oral
dengan dosis 150 mg yang digunakan sekali setiap minggu. Untuk pemakaiannya sendiri
fluconazole diberikan selama 1-4 minggu (Dipiro, et al., 2011). Indikasi dari fluconazole
diantaranya adalah untuk pengobatan Tinea pedis, Tinea corporis, Tinea cruris, Pityriasis
vesicolor, dan candidiasis. Kontra indikasi fluconazole adalah pasien yang memiliki
riwayat hipersensitivitas terhadap fluconazole. Efek samping yang dapat terjadi pada
pasien yang menggunakan fluconazole diantaranya adalah muntah, nyeri pada abdomen,
nausea, dan diare (FDA, 2019).
Pengobatan lainnya adalah butenafine yang tersedia dalam bentuk krim 1%.
Butenafine untuk pengobatan tinea pedis dilakukan secara topikal yaitu langsung dioleskan
pada bagian terinfeksi, dua kali sehari setidaknya selama satu minggu, namun tak lebih dari
4 minggu. Indikasi dari butenafine krim adalah sebagai terapi farmakologi bagi infeksi
yang disebabkan oleh jamur. Kontraindikasi butenafine adalah pasien yang memiliki
riwayat hipersensitivitas terhadap butenafine. Efek samping yang dapat dialami oleh pasien
diantaranya adalah kemerahan, ruam, gatal, rasa terbakar dan menyengat, bengkak, atau
tanda-tanda iritasi lain pada tempat dioleskannya butenafine (Medscape, 2019).

8. Pertanyaan tambahan: apa obat untuk kurap, panu, kudis


Jawab:

Obat untuk kurap, panu, kudis


1. Kurap
Ketokonazol topikal digunakan sebagai pengobatan kurap karena merupakan
antijamur. Ketokonazol tersedia dalam bentuk krim, gel, dan shampo yang digunakan
sebagai anti ketombe. Pemakian anti jamur ini, pada orang dewasa dioleskan pada
daerah kulit disekitar area terinfeksi sehari sekali dan dibiarkan hingga 3 jam.
Sementara itu, pada anak-anak dosis disesuaikan dengan petunjuk dari dokter. Untuk
ketokonazol oral, pengobatan kuratif infeksi jamur di kulit, saluran cerna, dan sistemik
dosis dewasa yang disarankan adalah 200 mg, diberikan satu kali sehari saat makan,
jika tidak ada efek samping maka dosis bisa ditingkatkan menjadi 400 mg per hari.
Sementara infeksi jamur pada anak-anak dengan berat badan di bawah 15 kg, dosis
yang dianjurkan 20 mg, diberikan 3 kali per hari saat makan. Lalu untuk infeksi jamur
pada anak-anak dengan berat badan 15-30 kg, dosis yang dianjurkan 100 mg, diberikan
1 kali sehari saat makan. Terakhir, infeksi jamur pada anak-anak dengan berat badan
di atas 30 kg, dosis yang dianjurkan sama dengan dosis dewasa.

2. Panu
Obat yang digunakan sebagai pengobatan panu yaitu miconazole dan Clotrimazole.
Miconazole digunakan untuk pasien dewasa dan anak - anak diatas 2 tahun dalam
mengobati infeksi jamur di kulit dan mulut. Sementara itu, contoh merek dagang
clotrimazole yaitu Neo ultrasiline, Dermifar, Fungiderm, Canesten, Hufaderm, Clonitia
1%, Medisten, Heltiskin, Demy, Cotristen, Bernesten, Erphamazol, Kranos. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan jamur penyebab infeksi. Efek samping
pemakian clotrimazole yaitu kulit berubah menjadi kemerahan, dan terasa sakit saat
disentuh, kulit mengelupas, pembengkakan, iritasi dan gatal, sensasi terbakar atau perih
pada kulit.
3. Kudis
Obat yang digunakan untuk pengobatan kudis atau scabies adalah permethrin 5
persen (Elimite). Aturan pemakaian untuk bayi dengan melakukan pijatan secara
menyeluruh pada rambut, leher, pelipis, dan dahi. Krim harus dibilas setelah 8-14 jam.
Obat dioleskan di sekujur tubuh, dari leher ke bawah, dan membiarkannya selama
setidaknya 8 jam. Efek samping yang muncul yaitu gatal-gatal atau ruam ringan, rasa
terbakar ringan, menyengat, atau timbul kemerahan, dan mati rasa atau kesemutan di
mana obat dioleskan.

Anda mungkin juga menyukai