Kasus
Pasien Laki-laki, 52 tahun, menikah, pekerjaannya pemulung, sela jari kakinya tampak berkerak,
bersisik, dan terjadi peradangan kulit di antara jari-jari kaki yang terlihat selalu tampak basah.
Namun, pasien tidak mengalami demam. Pasien mengeluh bahwa pada sela jari kaki kanan dan
kirinya mengalami pecah-pecah, awalnya hanya pada sela jari ke-4 dan ke-5. Namun setelah 1
bulan, kerusakan kulit tersebut meluas hingga ke seluruh sela jarinya dan ke telapak kakinya.
Akibat kulitnya yang pecah-pecah, pasien juga mengalami gatal yang luar biasa sehingga sering
menggaruknya. Sebelumnya, pasien menggunakan salep pemberian temannya, namun tidak
sembuh juga, bahkan semakin gatal. Pasien tersebut membawa resep dari dokter berisi:
Pertanyaan (untuk dijawab dalam 15 menit, jawablah dengan singkat dan benar)
1. Apakah yang dimaksud dengan Tinea pedis (T. pedis), nama lainnya dan penyebabnya? Apa
bedanya dengan penyakit kurap, panu dan kudis?
2. Sebutkan penggolongan T. pedis! (wajib diketahui, berhubungan dengan penatalaksanaan
penyakit), termasuk golongan tinea pedis apakah yg terjadi pada kasus ini?
3. Jelaskan gejala penyakit T. pedis dan jelaskan faktor resiko terjadinya infeksi kedua tinea
tersebut? (berkaitan dengan pencegahan Tinea)
4. Sebutkan pemeriksaan laboratorium lainnya yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa
penyakit yang disebabkan karena jamur!
5. Bagaimanakah terapi untuk penyakit Tinea pedis? Mekanismenya bagaimana? Setujukah
Anda sebagai apoteker, dengan obat yang tercantum pada resep tersebut? Apa yang harus
dilakukan
6. Bagaimana cara pemakaian obat-obat tersebut dan efek samping obat-obat tersebut? (Role play
sesuai Pedoman Konseling)
7. Sebutkan pengobatan lain, yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami infeksi T. pedis!
8. Pertanyaan tambahan: apa obat untuk kurap, panu, kudis
PEMBAHASAN:
1. Apakah yang dimaksud dengan Tinea pedis (T. pedis), nama lainnya dan penyebabnya?
Apa bedanya dengan penyakit kurap, panu dan kudis?
Jawab:
Definisi, Penyebab, Perbedaan dengan kurap, panu, dan kudis
a. Definisi
Tinea Pedis atau yang sering disebut dengan kutu air merupakan dermatofitosis pada
kaki, terutama pada sela - sela jari kaki dan telapak kaki. Nama lainnya juga athlete’s
foot. Tinea Pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari hari banyak
yang bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk. Selain itu, sering juga di
jumpai pada pekerja dengan kaki yang sering basah. Penderita yang terinfeksi biasanya
orang dewasa. Tinea Pedis sering menyerang orang dewasa usia 20-50 tahun yang
berkerja di tempat basah seperti tukang cuci mobil dan motor, petani, pemungut sampah,
atau orang yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup (Muthoharoh, et al., 2017).
b. Penyebab
Jamur penyebab infeksi Tinea Pedis adalah Trichophyton rubrum, Trichopython
mentagrophytes, dan Epidermophyton flocosum yang sering memberikan kelainan
menahun (Muthoharoh, et al., 2017).
c. Perbedaan dengan kurap, panu, dan kudis
Kutu air Kurap Kudis Panu
Pengertian dermatofitosis infeksi pada penyakit infeksi jamur
pada kaki, permukaan kulit infeksi superfisial
terutama pada yang yang
sela - sela jari membentuk parasit berupa ditandai
kaki dan telapak pinggiran yang rasa gatal yang dengan adanya
kaki. jelas hebat disertai macula di
seperti sarang erupsi kulit, skuama
cacing yang polimorfik halus dan
berbentuk berupa eritem, disertai rasa
Cincin. dan papul, gatal
nodul, pustula,
sangat
kontagius.
Penyebab Jamur Jamur Arthopod, Malassezia
Trichophyton Tricophyton spesies Acarid, furfur
rubrum, mentagrophytes. merupakan
Trichopython kutu
mentagrophytes, ektoparasit
dan Sarcoptes
Epidermophyton scabiei
flocosum hominis,
Nama lain Athlete’s foot Ringworm Skabies Pityriasis
versikolor
Pustaka (Muthoharoh, et (Muhaimin, (Yahya, et al., (Supriyanto
al., 2017). 2014). 2018) dan Indah,
2017).
Telaah kasus, pasien mengalami mengalami pecah-pecah pada daerah sela jari kaki kiri
dan kanan dengan rasa gatal. Diawali pada sela jari keempat dan lima tampak basah, Gejala
ini menyebar sampai seluruh sela jari dan telapak kaki serta punggung kaki. Menurut
kelompok kami, pasien tersebut telah mengalami tinea pedis interdigitalis
3. Jelaskan gejala penyakit T. pedis dan jelaskan faktor resiko terjadinya infeksi kedua tinea
tersebut? (berkaitan dengan pencegahan Tinea)
Jawab:
Gejala
1. Ruam di kulit sela-sela jari kaki yang berkembang menjadi gatal dan sakit
2. Terasa gatal, terbakar dan menyengat
3. Melepuh di bagian kulit yang gatal dan mengelupas
4. Bila tidak diobati, ruam bisa menyebar secara bertahap di sepanjang jari kaki. Dapat
menyebar sampai ke telapak kaki
5. Area yang terinfeksi berbau tidak sedap
6. Jika infeksi terjadi pada kuku, kuku menghitam dan menebal lalu kuku terangkat atau
lepas dari kulit
(Harding, 2015)
Faktor Resiko
(Aprilia, 2017)
1. Pemeriksaan langsung
Dibuat preparat langsung dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan dituangi
larutan KOH 10-40% untuk melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal
kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai
menguap, dilihat di bawah mikroskop, dimulai dengan pembesaran 10 kali.
Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat kontur ganda. Selain
itu, tampak juga bintik spora berupa bola kecil sebesar 1-3µ. Bahan-bahan yang diperlukan
untuk diperiksa didapat dari:
a. Kulit
Bahan diambil dan dipllih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir. Terlebih
dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% lalu dikerok dengan skalpel sehingga memperoleh
skuama yang cukup. Letakkan di atas gelas objek, lalu dituangi dengan KOH 10%.
b. Rambut
Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang
warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20%, lihat adanya infeksi endo atau ektotrik.
c. Kuku
Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak atau
dari bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-40% dan dilihat di
bawah mikroskop, dicari hifa atau spora.
Pembiakan dilakukan dalam media agar saboroud pada suhu kamar (25- 30°C),
kemudian dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan
jamur. Hal-hal yang periu diperhatikan adalah:
a. Bentuk koloni
1. Koloni ragi
3. Koloni filamen
b. Bentuk hifa
1. Menurut fungsinya:
2. Menurut jenisnya:
-Hifa berseptum.
3. Pembagian lain:
-Hifa semu.
c.Bentuk spora
a. Reaksi trikofitin 🡪 Antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis. Kalau (+) berarti
ada infeksi trikofiton
b. Reaksi histoplasrnin 🡪 Antigen yang dibuat dan pembiakan histoplasma. Kalau (+)
berarti infeksi histoplasma (+)
c. Reaksi Sporotrikin 🡪 Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Kalau (+)
berarti infeksi oleh spesies sporotrikum.
Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu “saringan wood”,
sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600
A. Sinar ini tidak dapat dilihat.
Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang mengalami infeksi oleh jamur-
jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi dapat dengan dilihat dengan memberi warna
yang kehijauan atau fluoresensi Apabila pemeriksaan dengan cara ini memberi fluoresensi,
pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada fluoresensi disebut negatif.
Jarmur-jamur yang memberikan fluoresensi adalah Microsporum lanosum, Microsporum
Oudouinii, M. canis, dan Malassezia furfur ( Penyebab tinea versicolor).
Terapi untuk penyakit Tinea pedis bertujuan untuk mengobati, mengatasi gejala yang
dialami, menghambat pertumbahan infeksi berkelanjutan dan mencegah terjadinya infeksi
berkelanjutan. Dalam pengobatan dapat menggunakan antijamur topical yang biasanyan
digunakan adalah produk non resep dengan digunakan dua kali sehari selama 1- 4 minggu
(Beth et al., 2013).
Pengobatan dapat dilakukan dengan menjaga jari kaki yang terinfeksi tetap kering, dan
untuk pencegahan selalu gunakan alas kaki ditempat – tempat umum, tidak memakai sepatu
terlalu lama, tidak terlalu lama berjalan – jalan dalam kolom berenang (Nelson, 2003).
Obat yang di gunakan dalam kasus adalah tablet cetrizin, tablet amoksisilin, dan krim
miksonazol. Krim miksonazol adalah obat yang mekanisnya dapat merusak membrane sel
jamur dengan cara menghalangi biosintesis ergosterol dan menyebabkan permeabilitas sel
jamur meninggkat yang menyebabkan zat nutrisi yang di butuhkan oleh jamur berdifusi
keluar sehingga mengakibatkan kematian sel jamur. Krim miksonazol 2 % berkerja pada
daerah daerah intertriginosa dan pengobatannya dioleskan 2 kali sehari dalam jangka waktu
2-6 minggu (Bahry, 2004).
Tablet cetrizin merupakan antihistamin generasi kedua yang bekerja secara kompetitif
dengan menghambat infeksi antara histamine dengan reseptor histamine H1 atau H2 (Black
et al.,)
Dalam pengobatan menggunakan tablet amoxilin yang bekerja dengan meredakan
gejala eksim. Terutama infekis yang disebabkan bakteri yang membuat kulit rentan eksim
jadi gatal-gatal dan kemerahan.
Sebagai apoteker obat yang diberikan dalam kasus sudah sesuai untuk pasien yang
tidak mengalami gejala lain atau efek samping lain seperti demam maka hanya perlu
diberikan krim mikonazol, cetrizin dan amoxilin sebagai obat gatal
6. Bagaimana cara pemakaian obat-obat tersebut dan efek samping obat-obat tersebut? (Role
play sesuai Pedoman Konseling)
Jawab:
Tinea Pedis / Kutu Air / athlethe’s foot
Definisi
Merupakan dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari kaki dan telapak Commented [AAS1]: Infeksi jamur superfisial yang
disebabkan oleh dermatofita yang dapat melekat pada
kaki. Penyakit ini menyerang pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari sering keratin dan dijadikan sebagai sumber nutrisi dengan
menyerang jaringan keratin seperti stratum korneum pada
menggunakan sepatu tertutup yang disertai perawatan kaki yang buruk serta kaki yang epidermis, rambut, dan kuku (Verma, 2008).
basah. Penderita yang terinfeksi biasanya orang dewasa berusia 20 – 50 tahun (Muthoharoh
et al., 2017).
Penyebab
a. Dosis
Dosis untuk usia diatas 12 tahun
1 x 10 mg/hari
Dosis untuk pasien dengan gangguan ginjal
Pasien dengan gangguan ginjal sedang dianjurkan untuk mengambil 5 mg
sekali sehari sebagai tablet setengah.
b. Kegunaan
Cetirizin merupakan obat anti alergi, untuk menghilangkan bengkak,
kemerahan dan gatal pada kulit.
h. Efek samping
Umum: kelelahan, mulut kering, mual, diare tidak umum, nyeri perut, pusing,
sakit kepala, mengantuk, faringitis (radang tenggorokan), rinitis (pembengkakan
dan iritasi di dalam hidung).
Jarang: takikardia (jantung berdetak cepat), edema (pembengkakan), fungsi
hati abnormal, parestesia (perasaan abnormal kulit), kejang, gangguan gerakan,
kebingungan, depresi, halusinasi, insomnia (kesulitan tidur).
Sangat jarang: trombositopenia (kadar trombosit darah rendah), gangguan
ujakomodasi (gangguan kemampuan mata untuk fokus), penglihatan kabur, okulasi
(mata bergerak dengan cara melingkar yang tidak terkontrol), sinkop (pingsan),
tremor.
Tidak umum: asthenia (perasaan lemah), malaise (perasaan tidak sehat)
i. Penyimpanan
Jauhkan dari jangkauan dan penglihatan anak-anak, jangan gunakan tablet
cetirizine 10 mg setelah tanggal kedaluwarsa yang dinyatakan pada kotak. Obat ini
tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus (Dexcel®-Pharma Ltd., 2012).
2. Krim Mikonazol 2%
a. Dosis
b. Indikasi
Kulit dan kuku infeksi yang disebabkan oleh dermatofita, ragi dan berbagai
jamur lain. misalnya. jamur pada seluruh kulit tubuh (tinea Corporis), jamur kulit kepala
(tinea capitis), tinea kaki (tinea pedis, kurap kaki), tinea cruris (tinea cruris), dan jamur
kuku (tinea unguium)
(Directorate General of Pharmaceuticals and Medical Devic, 2013).
c. Kegunaan
d. Cara Pemakaian
(Multum, 2018).
Cuci dan keringkan daerah kulit yang mengalami infeksi sebelum mengoleskan
miconazole dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya. Hal ini untuk mencegah
infeksi menyebar ke bagian tubuh yang lain
(Multum, 2018).
e. Efek Samping
Gatal, mengelupas, kulit kering dan apabila obat diserap ke dalam aliran darah
dapat menyebabkan:
mulut kering, lidah sakit, sakit gigi, gusi merah atau bengkak
rasa selera yang berubah
mual, diare
sakit kepala
(Multum, 2018)
7. Sebutkan pengobatan lain, yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami infeksi T.
pedis!
Jawab:
Pengobatan Lain
Pengobatan untuk Tinea Pedis secara farmakologi selain krim mikonazol adalah
butenafine dan fluconazole. Fluconazole merupakan obat yang digunakan secara oral
dengan dosis 150 mg yang digunakan sekali setiap minggu. Untuk pemakaiannya sendiri
fluconazole diberikan selama 1-4 minggu (Dipiro, et al., 2011). Indikasi dari fluconazole
diantaranya adalah untuk pengobatan Tinea pedis, Tinea corporis, Tinea cruris, Pityriasis
vesicolor, dan candidiasis. Kontra indikasi fluconazole adalah pasien yang memiliki
riwayat hipersensitivitas terhadap fluconazole. Efek samping yang dapat terjadi pada
pasien yang menggunakan fluconazole diantaranya adalah muntah, nyeri pada abdomen,
nausea, dan diare (FDA, 2019).
Pengobatan lainnya adalah butenafine yang tersedia dalam bentuk krim 1%.
Butenafine untuk pengobatan tinea pedis dilakukan secara topikal yaitu langsung dioleskan
pada bagian terinfeksi, dua kali sehari setidaknya selama satu minggu, namun tak lebih dari
4 minggu. Indikasi dari butenafine krim adalah sebagai terapi farmakologi bagi infeksi
yang disebabkan oleh jamur. Kontraindikasi butenafine adalah pasien yang memiliki
riwayat hipersensitivitas terhadap butenafine. Efek samping yang dapat dialami oleh pasien
diantaranya adalah kemerahan, ruam, gatal, rasa terbakar dan menyengat, bengkak, atau
tanda-tanda iritasi lain pada tempat dioleskannya butenafine (Medscape, 2019).
2. Panu
Obat yang digunakan sebagai pengobatan panu yaitu miconazole dan Clotrimazole.
Miconazole digunakan untuk pasien dewasa dan anak - anak diatas 2 tahun dalam
mengobati infeksi jamur di kulit dan mulut. Sementara itu, contoh merek dagang
clotrimazole yaitu Neo ultrasiline, Dermifar, Fungiderm, Canesten, Hufaderm, Clonitia
1%, Medisten, Heltiskin, Demy, Cotristen, Bernesten, Erphamazol, Kranos. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan jamur penyebab infeksi. Efek samping
pemakian clotrimazole yaitu kulit berubah menjadi kemerahan, dan terasa sakit saat
disentuh, kulit mengelupas, pembengkakan, iritasi dan gatal, sensasi terbakar atau perih
pada kulit.
3. Kudis
Obat yang digunakan untuk pengobatan kudis atau scabies adalah permethrin 5
persen (Elimite). Aturan pemakaian untuk bayi dengan melakukan pijatan secara
menyeluruh pada rambut, leher, pelipis, dan dahi. Krim harus dibilas setelah 8-14 jam.
Obat dioleskan di sekujur tubuh, dari leher ke bawah, dan membiarkannya selama
setidaknya 8 jam. Efek samping yang muncul yaitu gatal-gatal atau ruam ringan, rasa
terbakar ringan, menyengat, atau timbul kemerahan, dan mati rasa atau kesemutan di
mana obat dioleskan.