PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis
guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik
sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan
teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen olehsoft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan
lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu
pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Pendidikan karakter tidak akan tampak hasil nyatanya jika ia ada hanya sebatas tentang
proses pemahaman karakter tanpa adanya tindakan. Konsep karakter menurut saya tidak cukup jika
hanya dijadikan satu poin dalam silabus dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah melainkan harus
dijalankan dan dipraktikan. Menurut Gunawan, H. (2012) kunci dari pendidikan karakter adalah
disiplin, komitmen dan penerapan. Ketiga hal ini yang menjadikan penerapan atau pelaksanaan
pendidikan karakter di sebuah institusi akan berlangsung secara baik.
Pelaksanaan pendidkan karakter dimulai dengan pemahaman yang sama
diantara stakeholders setelah itu barulah dapat di sisipkan dalam kegiatan-kegiatan seperti integrasi
dalam silabus dan rencana program pembelajaran, juga bisa melalui kegiatan rutin, kegiatan
esktrakurikuler serta kegiatan bimbingan konseling yang berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pendidikan karakter?
2. Apa fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter?
3. Bagaimana penerapan Pendidikan karakter di Era Milenial ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun oleh penulis di atas, maka tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui fungsi dan Tujuan pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendidikan karakter di era milenial
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. A. Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of
all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-
komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
sekolah/lingkungan.
Pendidikan karakter menurut pemerintah yakni; Membentuk Manusia Indonesia yang
Bermoral,Membentuk Manusia Indonesi yang Cerdas dan Rasional,Membentuk Manusia Indonesia
yang Inovatif dan Suka Bekerja Keras, Membentuk Manusia Indonesia yang optimis dan Percaya
Diri serta Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot sedangkan menurut para ahli
pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergorong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, serta berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang
Maha Esa sekaligus berdasarkan Pancasila. Sedangkan funsinya antara lain; Mengembanbangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan beperilaku baik, Memperkuat dan membangun
perilaku bangsa yang multicultural, dan Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.
Bila pendidikan karakter telah mencapai keberhasilan, tidak diragukan lagi kalau masa
depan bangsa Indonesia ini akan mengalami perubahan menuju kejayaan. Dan bila pendidikan
karakter ini mengalami kegagalan sudah pasti dampaknya akan sangat besar bagi bangsa ini,
negara kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara lain.
Pijakan utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan pendidikan
karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali dari agama. Meskipun demikian, ada beberapa
nilai karakter dasar yang disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta didik.
Komponen pendukung dalam pendidikan karakter meliputi; partispasi masyarakat, kebijakan
pendidikan, kesepakatan, kurikulum terpadu, pengalaman pembelajaran, evaluasi, bantuan
orangtua, pengembangan staf dan program.
B. B. Saran
Dengan berbagai uraian di atas, tentunya tidak lepas dari berbagai kekurangan baik dari
segi isi materi, teknik penulisan dan sebagainya, untuk itu sangat diharapkan saran maupun kritikan
yang membangun dalam perbaikan makalah selanjutnya. Baik dari dosen pembimbing maupun
rekan-rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat berdampak signifikan terhadap
berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan. Setiap komponen pendidikan tidak
akan bisa lepas dari pengaruh dahsyat majunya teknologi. Tugas pendidik pada masa kini tentu
akan semakin berat, terkhusus guru mata pelajaran berbasis karakter yaitu mata pelajaran
Agama dan PPKn.
Guru dituntut agar bisa menjadi fasilitator dan teladan bagi siswanya. Sedangkan siswa masa kini
yang dikenal dengan sebutan generasi milenial sangat dekat dengan smartphone sebagai salah
satu produk kemajuan teknologi. Siswa sangat rawan terbawa arus informasi yang tidak jelas
atau hoax jika tak mampu membedakan mana berita asli mana berita hoax.
Suyitno (2012) menjelaskan bahwa karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,temperamen, dan watak. Karakter
dalam pengertian ini menandai dan memfokuskan pengaplikasian nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah-laku. Orang yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan, misalnya
tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang yang berkarakter jelek,
tetapi orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Franz Magnis Suseno (dalam Suyitno,2012), dalam acara Sarasehan Nasional Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa mengatakan bahwa pada era sekarang ini yang
dibutuhkan bukan hanya generasi muda yang berkarakter kuat,tetapi juga benar, positif, dan
konstruktif. Pernyataan itu disampaikan lebih dari 10 tahun yang lalu, artinya memang untuk saat
ini pendidikan karakter menjadi suatu hal yang teramat penting untuk ditransformasikan ke anak
didik.
Lyons (dalam Putra, 2016) menjelaskan tentang generasi milenial, Dia menyatakan generasi Y
dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan generasi Y mulai dipakai
pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak
menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media
sosial seperti facebook dan twitter, dengan kata lain generasi Y adalah generasi yang tumbuh
pada era internet booming.
Lebih lanjut Lyons (dalam Putra, 2016) mengungkapkan ciri -- ciri dari generasi Y adalah:
karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung dimana ia dibesarkan, strata ekonomi,
dan sosial keluarganya, pola komunikasinya sangat terbuka dibanding generasi-generasi
sebelumnya, pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan
perkembangan teknologi, lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka
terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya, memiliki
perhatian yang lebih terhadap kekayaan.
Generasi milenial adalah generasi yang identik dengan pengguna media sosial atau bisa juga
disebut netizen. Kita tahu bahwa dalam media sosial semua informasi bisa didapatkan, mulai
yang positif hingga yang negatif, dari yang sangat baik hingga yang sangat berbahaya. Generasi
milenial sangat butuh adanya pendidikan moral atau karakter yang diberikan di pendidikan
formal maupun non formal.
Di pendidikan formal, siswa sejak SD sudah harus diberikan pemahaman dan contoh yang baik
dari gurunya, khususnya Guru Agama dan Guru PPKn. Yang lebih penting sebenarnya adalah di
pendidikan non formal, yaitu keluarga dan lingungan masyarakat. Keluarga sebagai pondasi
akhlak dan karakter bagi anak-anak, kemudian lingkungan masyarakat sebagai laboratorium
kehidupan yang sesungguahnya bagi anak tersebut.
Saat ini banyak dari generasi yang menjadi korban dari "keganasan" media
sosial. Smartphone sebagai pintu gerbang menuju dunia tanpa batas internet, telah
disalahgunakan sebagai alat untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma. Bagi
generasi milenial, media sosial sudah seperti buku diarinya.
Tiada lagi rasa malu untuk mengunggah foto-foto atau tulisan yang privasi sekalipun. Hal
buruknya adalah keadaan itu akan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Maka
tak heran terjadi kasus pelecehan seksual yang bermula dari media sosial, penculikan yang
berkedok hubungan asmara, hingga peredaran narkoba melalui jejaring media sosial, dan masih
ada kasus-kasus yang lainnya.
Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula. Apabila sumber
daya manusia telah baik, maka masa depan generasi milenial khususnya, dan negara Indonesia
pada umumnya, akan cerah dan bisa bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
Sudah seharusnya kita sebagai bagian atau yang berkenaan langsung dengan generasi milenial
menjaga diri dan menjaga tingkah laku di dunia maya. Apalagi sudah ada Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Infromasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sehingga segala
tindakan kita di media sosial yang tidak sesuai dengan norma hukun dapat dipidanakan.
Pendidikan karakter bukan hanya tugas Guru Agama dan Guru PPKn disekolah, namun
tanggung jawab kita bersama di keluarga dan di pergaulan masyarakat. Pentingnya pendidikan
karakter saat ini untuk masa depan yang cemerlang generasi muda, bangsa, dan negara
Indonesia.
Daftar Pustaka
Putra, Yanuar Surya. (2016). Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti,
Vol 9 No.18, 123-134.
Suyitno, Imam. (2012). Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan
Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II Nomor 1, 1-13.