TELP. 08113811012,08113811013/13811014
Email : rumahsakitmamami@yahoo.com
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
2) Tata Laksana :
a. Assesmen medis
b. Assesmen Keperawatan
c. Assesmen Gizi
d. Assesmen Individu adalah isi minimal dari assesmen yang ditentukan oleh departemen
terkait :
1) Assesmen Resiko Jatuh
2) Assemen Nyeri
3) Assesmen Tahap Terminal
4) Assesmen Fungsional
3) Definisi :
Pengkajian Gawat Darurat,Pengkajian Rawat Inap, Pengkajian Rawat Jalan,Pengkajian
Peri Operatif, Pengkajian Peri Anestesi / Sedasi,Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP),Case Manager,Profesional Pemberi Asuhan (PPA), Pelayanan Khusus Untuk
Pasien ,Pasien Resiko Tinggi, Discharge Planning.
BAB II
PENGKAJIAN GAWAT DARURAT
Pasal III
Pengkajian dilakukan di unit gawat darurat dan di seluruh unit yang menemukan
pasiendalam keadaan gawat
a. Pengkajian awal gawat darurat dilakukan oleh dokter RSU Mamami Kupang, atau
perawat yang terlatih dalam melakukan pengkajian gawat darurat.
b. Pengkajian gawat darurat minimal harus meliputi :riwayat singkat kejadian gawat
darurat,kesadaran, Airway, breating,Circulation (ABC) dan tanda vital yang meliputi
tekanan darah,nadi,respirasi. Untuk pengkajian di UGD,pengkajian tambahan dilakukan
sesuai format yang tertera di form medic gawat darurat.
c. Pengkajian gawat darurat harus dilakukan maximal dalam waktu 5 menit sejak pasien
tiba di RSU Mamami Kupang atau mengalami kejadian gawat darurat di RSU Mamami
Kupang.
d. Hasil pengkajian gawat darurat didokumentasikan di rekam medic dalam kronologi
waktu yang jelas dan menunjang diagnosis kerja serta penanganan yang dilakukan
BAB III
PENGKAJIAN RAWAT JALAN
Pasal IV
1. Pengkajian awal pasien rawat jalan dilakukan di unit rawat jalan terhadap setiap pasien baru
dan pasien yang sudah satu tahun tidak berobat ke RSU Mamami Kupang, dilakukan oleh
perawat sesuai dengan format yang ada.
2. Kerangka waktu asesmen awal medis dan keperawatan pada pasien rawat jalan
ditetapkan dalam waktu 15 s/d 30 menit. Apabila jumlah pasien yang berobat ke poliklinik
dalam jumlah banyak, maka asesmen awal disesuaikan dengan waktu kedatangan pasien
dan kondisi kegawadaruratan pasien.
3. Pengkajian medik awal rawat jalan dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis diunit
rawat jalan RSU Mamami Kupang atau dokter UGD jika di luar jadwal operasional unit rawat
jalan RSU Mamami Kupang.
4. Pengkajian medic rawat jalan didokumentasikan di rekam medic sesuai ketentuan /kebijakan
rekam medic dengan keterangan yang jelas mengenai waktu pemeriksaan (tanggal dan
jam), dan minimal menuliskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisikyang relevan untuk
justifikasi diagnosis dan terapi.
5. Pengkajian spesialistik dilakukan sesuai format sebagai berikut :
a. Pengkajian penyakit dalam dan bedah tidak memiliki standar khusus, dilakukan sesuai
keluhan pasien dan standar profesi
b. Pengkajian obstetric & ginekologi, anak, interna & bedah dilakukan sesuai format yang
ada di form pengkajian khusus.
c. Pengkajain pasien dengan kelainan jantung paru dan penyakit dalam lainnnya harus
meliputi sedikitnya inspeksi,perkusi,palpasi dan auskultasi dari jantung, paru dan organ
lainnya.
6. Dokter membubuhkan tanda tangan dan nama atau inisialnya di akhir dari penulisan direkam
medic.
BAB IV
PENGKAJIAN MEDIK RAWAT INAP
Pasal V
1. Pengkajian awal pasien rawat inap dilakukan oleh dokter ruangan ( ward doctors ) sesaat
setelah pasien masuk ke ruang rawat inap. Hasil pengkajian didokumentasikan
diform.Anamnesa/Pemeriksaan Fisik dan dilaporkan ke DPJP pada saat admission (saat
pasien masuk ruang perawatan ) sekaligus melakukan review hasil pengkajiandokter
ruangan.
2. Jika sebelum masuk rawat ianp pasien telah mendapatkan pengkajian dokter yang akan
merawat, maka jika pasien dilakukan pengkajian kurang dari 24 jam, pasien dalam
keadaan tanpa kegawat daruratan medic dapat langsung menjalani proses
admission,sedangkan jika pasien dengan pengkajian lebih dari 24 jam sebelum pasien tiba
di RSU Mamami Kupang, maka pasien harus menjalani pengkajian ulang di UGD RSU
Mamami Kupang guna memastikan bahwa diagnosis masih tetap dan tidak ada kegawatan
lain sebelum pasien masuk ke ruang rawat inap
3. Pengkajian medic rawat inap didokumentasikan di rekam medik sesuai ketentuan/kebijakan
rekam medik dan minimal terdiri dari anamesisdan pemeriksaan fisik (dan penunjang jika
ada yang relefan justifikasi diagnosis
4. Pengkajian spesialistik dilakukan sesuai format sebagai berikut:
a. Pengkajian penyakit dalam dan bedah tidak memiliki standar khusus, dilakukan sesuai
keluhan pasien.
b. Pengkajian dental, mata, obstetri & ginekologi, anak dan psikiatri dilakukan sesuai ormat
yang ada di form pengkajian khusus.
c. pengkajian pasien saraf sedikitnya meliputi: kesadaran, saraf kranial, motorik, otonom
dan keseimbangan.
d. Pengkajian pasien dengan kelainan jantung, paru, dan penyakit dalam lainnya harus
meliputi sedikitnya inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi dari jantung, paru dan
organ lainnya.
5. Pengkajian medic rawat inap oleh DPJP maximal dilakukan 24 jam sejak admission atau
lebih cepat sesuai dengan kondisi pasien.
BAB V
PENGKAJIAN PERIOPERATIF
Pasal VI
1. Pengkajian perioperatif dilakukan oleh dokter operator utama atau dokter lain dengan
kompetensi sama yang telah mendapat pelimpahan tertulis dari dokter operator utama.
2. Pengkajian pre-operatif menghasilkan diagnosis pre-operatif dan dokumentasi
direkammedicyang minimal meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik ( serta penunjang
jika standar profesi medic mengharuskan demikian) harus menunjukkan justifikasi dari
tindakan operatif yang akan dilakukan.
3. Pengkajian pasca operasi dilakukan sesuai dengan standar profesi masing-masingdan
didokumentasikan dalam rekam medic.Diagnosis pasca operasi harus dituliskan
sertarencana penanganan pasca operasi (lihat pengkajan lanjutan ).
4. Pasien tidak dilakukan tindakan pembedahan bilamana pengkajian pasien belum dilakukan
dandidokumentasikan di rekam medic, termasuk proses untuk mendapatkan pesetujuan
tindakan medik(informed- consent) dan skrining dilakukan oleh unit kamar bedah.
BAB VI
PENGKAJIAN PERI ANESTESI/ SEDASI
Pasal VII
1. Pengkajian peri anestesi meliputi :
a. Pengkajian pre anestesi (dilakukan pada hari sebelum anestesi) untuk operasi cito dapat
digabungkan dengan pengkajian pre induksi.
b. Pengkajian pre induksi (dilakukan saat pasien sudah di kamar operasi,sesaat sebelum
induksi dimulai)
c. Monitoring durante anestesi/sedasi
d. Pengkajian pasca operasi/sedasi
2. Pengkajian peri anestesi dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi sesuaistandar
ikatan dokter anestesi Indonesia (IDSAI).
3. Pengkajian pre-sedasi dilakukan oleh dokter/perawat yang telah mendapatpelatihan
mengenaisedasi sesuai kebijakan pelayanan anestesi dan sedasi RSU Mamami Kupang.
Pelatihan terhadap dokter /perawat pelaksana sedasi harus sedikitnya meliputi :
a. Jenis-jenis obat sedative dan farmakologi singkatnya.
b. Pengenalan berbagai brand / variasi obat sedasi dan kemasannya.
c. Cara pemberian obat sedasi.
d. Indikasi & kontraindikasi obat sedasi.
e. Efek samping dan monitoring selama pemberian sedasi.
f. Penanganan efek samping dan kegawatan sehubungan dengan obat sedasi.
g. Reversal agent dari obat sedasi.
4. Dokter/perawat yang perlu mendapat sertifikasi pelaksana sedasi adalah :Dokter
UGD,dokter ranap, perawat UGD, perawat anastesi,perawat unit lain yang bertugas
memasukkan obat- obat sedative intravena.
5. Pengkajian pre, durante dan post anestesi/sedasi dilakukan dan didokumentasikan dalam
rekam medic secara lengkap.
6. Pasien tidak dilakukan tindakan anestesi dan sedasi bilamana pengkajan pasien belum
dilakukandan didokumentasikan di rekam medic,termasuk proses untuk mendapatkan
persetujuan tindakan medic ( informed consent )dan skrining dilakukan oleh unit kamar
bedah atau unit lain yang melakukan sedasi
BAB VII
ASSESMEN NYERI
Pasal VIII
BAB VI
ASSESMEN GIZI
Pasal VII
BAB VIII
ASSESMEN RESIKO JATUH
Pasal IX
Setiap pasien di RSU Mamami Kupangmemiliki Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
Wewenang Dan Tanggung Jawab DPJP
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan kompetensi dan kewenangan klinis yang
diberikan, serta penugasan
2. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan keilmuan kedokteran/ kesehatan di
department.
3. Meningkatkan kompetensi profesi sesuai bidang keilmuannya.
4. Melakukan evaluasi dan usulan revisi (bila diperlukan) kepada Vmelalui komite medic
terhadap peraturan internal staf medis, standar/ panduan pelayanan medis dan standar
prosedur operasional (SPO) dibidang pelayanan medis.
BAB X
CASE MANAGER
Pasal XI
Case manager adalah perwat yang bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan atas
setiap pasien.Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan keperawatan dari pasien tersebut
BAB XI
KEPERAWATAN
Pasal XII
Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan dan kebidanan diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam
usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
BAB XII
PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN
Pasal XIII
1. Asesmen awal pada populasi khusus mencakup masalah medis dan non medis, yang
mencakup fisik, psikologi, sosial, ekonomi, gizi, nyeri, risiko jatuh, status fungsional,
riwayat kesehatan,riwayat kesehatan, perencanaan pemulangan dan kondisi khusus
yang diperlukan pada masing-masing populasi
2. Kondisi khusus pada masing-masing populasi yang harus dicakup pada asesmen
awal adalah:
3. Asesman awal pada populasi khusus harus dilakukan dalam 24 jam pertama setelah
pasien dirawat inap
4. Asesmen awal harus dilakukan di rawat inap dan rawat jalan oleh dokter, perawat
dan ahli gizi yang kompeten
5. Semua penilaian dan asesmen awal pada populasi khusus harus dicatat dalam
rekam medis
BAB XIV
ASSESMEN TERMINAL
Pasal XV
Kepada pasien yang akan meninggal dan keluarganya, dilakukan assemen dan assesmen
ulang sesuai kebutuhan individual mereka. Sesuai kondisi pasien harus dievaluasi :
1. Gejala seperti mau muntah darin kesulitan pernafasan
2. Faktor-faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala fisik
3. Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
4. Orientasi spiritual pasien dan keluarga dan kalau perlu keterlibatan kelompok agama
5. Urusan dan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga, seperti putus asa,penderitaan,rasa
bersalah atau pengampunan
6. Status psikososial pasien dan keluarga seperti hubungan keluarga,lingkungan rumah yang
memadai apabila diperlukan perawatan di rumah,cara mengatasi, reaksi pasien dan
keluarga atas penyakit pasien
7. Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan (respite services) bagi pasien,keluarga
dan pemberi pelayanan lain
8. Kebutuhan akan alternative atau tingkat pelayanan lain
9. Faktor resiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi patologis
atas kesedihan
BAB XV
DISCHARGE PLANNING
Pasal XVI
Seluruh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) harus diberi informasi tentang hal-halyang
berhubungan dengan Assesmen Pasien.
BAB XVII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal XVIII
BAB XVIII
PENUTUP
Pasal XIX