Latent Membrane Protein 1 Baru
Latent Membrane Protein 1 Baru
Dibimbing Oleh
dr. Jenny, Sp. THT – KL, FICS
Disusun Oleh
Priesca Pricilia Nathasya
406181050
Nim : 406181050
Universitas : Tarumanagara
Mengetahui,
dr. Dadang Chandra, Sp. THT - KL dr. Jenny, Sp. THT – KL, FICS
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas kasih karunia dan rahmat-Nya kepada
penulis sehingga referat ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan llmu THT – KL
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah
Cibinong periode 31 Desember 2018 – 3 Februari 2019.
Dalam penulisan referat ini penulis telah mendapat banyak bantuan, bimbingan dan
kerjasama dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Jenny, Sp. THT – KL, FICS selaku pembimbing dalam penulisan
referat.
2. dr. Dadang Chandra, Sp. THT – KL selaku kepala KSM THT – KL.
3. Seluruh dokter, perawat dan pihak pihak yang terlibat dalam
proses penyusunan referat ini.
4. Rekan-rekan anggota kepaniteraan klinik dari FK UNTAR yang turut
terlibat.
Penulis menyadari bahwa referat yang disusun ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Semoga makalah ini
bemanfaat bagi para pembaca.
Penulis
Priesca Pricilia Nathasya
406181050
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
Virus Epstein Barr (EBV) adalah virus tumor manusia pertama yang
diidentifikasi dan berhubungan dengan 200.000 penyakit kanker yang diderita oleh
manusia. Analisis genetik yang dilakukan oleh para peneliti mengungkapkan bahwa
hanya lima onkoprotein EBV dan virus miRNAs yang diperlukan untuk
lines / LCL). Dari lima onkoprotein EBV dan virus miRNAs tersebut, hanya latent
Hodgkin dan karsinoma nasofaring.1,2 Sinyal LMP-1 berasal dari komponen lipid
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Epstein Barr Virus (EBV) adalah virus herpes yang terkait dengan
gejala. Selain itu, EBV juga dapat berkontribusi pada onkogenesis. Hal ini
dibuktikan dengan seringnya EBV terdeteksi pada tumor tertentu seperti limfoma
sel B pasca transplantasi, penyakit Hodgkin dan karsinoma nasofaring. Infeksi EBV
adalah infeksi seumur hidup dan selama infeksi tersebut dalam masa kronis, EBV
transkrip laten yang terbatas dengan reaktivasi secara sporadis dan dapat menular
EBV memiliki kemampuan unik yaitu EBV dapat mengubah sel B yang
dapat beristirahat secara in vitro menjadi garis sel limfoblastoid yang tumbuh secara
permanen.1,2 Efek ini terkait dengan ekspresi terbatas gen EBV sehingga hanya
sebagian yang diekspresikan dalam tumor yang terinfeksi virus dan dalam garis sel
limfoblastoid yang disebut protein virus laten. Ekspresi yang lengkap dari delapan
gen laten yang terdiri dari enam antigen nuklir yaitu EBNA (Epstein Barr Nuclear
Antigens) dan dua protein membran yaitu LMP-1 (Latent Membrane Protein – 1)
dan LMP-2 (Latent Membrane Protein – 2) hanya diekspresikan dalam tumor sel
B pasca trasnplantasi. Pada penyakit Hodgkin dan karsinoma nasofaring hanya me-
ekspresikan EBNA-1, LMP-1 dan LMP-2. Kunci kemampuan EBV untuk dapat
6
mengganggu sel – sel B memori adalah ekspresi dari LMP-1 dan LMP-2 yang
dari reseptor tumor necrosis factor (TNF) yang diaktifkan secara konstitutif.2
Secara fungsional, LMP-1 meniru sinyal CD40 untuk mengaktivasi beberapa jalur
pertumbuhan terutama NF-B dan sebagian dapat menggantikan CD40 in vivo yang
diaktifkan oleh mitogen. Meskipun demikian, efek – efek ini tidak mampu
dalam uji transformasi fibroblas tikus. Selain itu, LMP-1 juga merupakan hal yang
penting untuk transformasi sel B yang diinduksi EBV secara in vitro. LMP-1
mengakibatkan induksi molekul adhesi pada permukaan sel dan aktivasi antigen,
dapat meregulasi protein anti apoptotik (Bcl-2, A20) dan menstimulasi produksi
Protein LMP-1 adalah protein membran integral 63 kDa dan dapat dibagi
7
a. Ekor sitoplasma NH2-terminal yang mengikat dan mengorientasikan
persinyalan molekul.
invasif ketika diekspresikan dalam sel epitel in vitro. Jalur yang dapat menyebabkan
kelangsungan hidup.2
pada awal sel tumor, namun, periode yang panjang dari serokonversi menuju
cenderung terjadi bersamaan.8 Bukti yang mendukung hal tersebut adalah adanya
8
mutasi termasuk hilangnya p16 yang mendorong sel epitel primer tetap hidup untuk
melengkapi infeksi EBV.5,8 Selain itu, ekspresi berlebih dari Cyclin D1, telomerase
dan BMI-1 yang termasuk dalam keluarga protein polycomb, mendukung sel epitel
primer nasofaring untuk tetap hidup yang pada infeksi in vitro dapat dipilih untuk
pertumbuhan laten.5
tingkat ekspresi LMP1 lebih rendah dan sangat bervariasi, dari tingkat yang dapat
diabaikan hingga tingkat yang dapat terdeteksi dalam infeksi epitel. Penelitian yang
dilakukan terkait tingkat ekspresi LMP1 dalam infeksi epitel mendapatkan bahwa
kadar LMP1 yang rendah dalam sel epitel sudah cukup untuk meningkatkan sifat
onkogenik. Oleh karena itu, kadar LMP1 yang rendah pada karsinoma nasofaring
dipilih untuk masuk dalam tiga kriteria yaitu mempunyai sifat onkogenik,
varian LMP1 yang dilambangkan sebagai alur LMP1 yaitu B95-8, China1, China2,
Med+, Med-, Alaskan, North Carolina). Beberapa alur LMP1 dapat terdeteksi dari
limfosit darah di perifer, namun, hanya satu alur LMP1 yang dapat ditemukan pada
karsinoma nasofaring. Alur yang dapat terdeteksi tersebut adalah China1 yang
endemik.3 Sampai sekarang, sudah ada 33 genom yang dapat dilihat pada tabel 1.
9
Genom EBV yang terdapat pada tabel 1 berasal dari pasien yang menderita
nasofaring5
litik. Selain itu, LMP1 juga diperlukan untuk menginduksi gen litik dari EBV dan
Peningkatan level ekspresi LMP1 selama reaktivasi litik EBV penting dalam
reaktivasi EBV yang diinduksi oleh diferensiasi pada epitel bertingkat di daerah
oral.
itu, mekanisme LMP1 dijelaskan melalui interaksi protein-protein dan aktivasi jalur
10
mikrodomain lipid raft dan merekrut reseptor TNF yaitu TRAF 2/3/5/6 dan molekul
TRADD. Meskipun LMP1 terletak dalam sitoplasma dan membran plasma, salah
satu cara LMP1 dapat memengaruhi proses nuclear adalah dengan memgaktifkan
protein seluler yang berpindah ke nukleus. Salah satu proses nuclear yang
termodulasi oleh LMP1 adalah aktivasi faktor transkripsi NF-B dan STAT3.
EGFR nuclear yang diinduksi oleh LMP1 bersama dengan STAT3 mengikat
nasofaring dan menginduksi pertumbuhan sel epitel yang terinfeksi EBV. LMP1
dalam sel epitel, yang dengan adanya kerusakan DNA yang tidak diperbaiki dapat
oleh LMP1 dan dengan memodulasi interaksi sel-sel dan interaksi sel-matriks
ekstraseluler. Lalu lintas LMP1 dikemas ke dalam EV kecil yang disebut eksosom.5
mendukung proliferasi sel yaitu jalur Akt, protein kinase yang teraktivasi oleh
mitogen (JNK, ERK), jalur Wnt dan persinyalan EGFR. Peningkatan faktor
transkripsi seperti NF-B dan -catenin dapat membuat proliferasi sel melalui
disregulasi siklus sel (ditandai dengan ekspresi high c-myc, cyclin D1 dan cyclin E)
dan inhibisi dari supresor tumor (p16, p27 dan wild type p53). Kemampuan adesi
sel juga terganggu karena level E-cadherin yang rendah dan ekspresi MMPs yang
11
tinggi.8 Dibawah ini adalah gambar hubungan antara LMP - 1 dengan tumorigenesis
karsinoma nasofaring8.
karsinoma nasofaring8
12
BAB III
KESIMPULAN
Virus Epstein Barr (EBV) adalah virus tumor manusia pertama yang
diidentifikasi dan berhubungan dengan 200.000 penyakit kanker yang diderita oleh
manusia. Analisis genetik yang dilakukan oleh para peneliti mengungkapkan bahwa
hanya lima onkoprotein EBV dan virus miRNAs yang diperlukan untuk
lines / LCL), namun hanya latent membrane protein – 1 (LMP-1) yang dapat
limfoproliferatif sel B pada tikus. LMP-1 sangat diekspresikan dalam limfoma dan
sejumlah transkrip laten yang terbatas dengan reaktivasi secara sporadis dan dapat
menular dari air liur. Protein LMP-1 adalah protein membran integral 63 kDa dan
dapat dibagi menjadi tiga domain, yaitu ekor sitoplasma NH2-terminal, enam
panjang (asam amino 187 – 386). Dua domain fungsional berbeda yang disebut
sebagai daerah aktivasi terminal COOH 1 dan 2 (CTAR 1 dan CTAR 2) memiliki
13
dapat mengaktifkan beragam proses seluler termasuk pertumbuhan sel, motilitas,
epitel mendapatkan bahwa kadar LMP1 yang rendah dalam sel epitel sudah cukup
untuk meningkatkan sifat onkogenik. Oleh karena itu, kadar LMP1 yang rendah
menyebabkan LMP1 dapat dipilih untuk masuk dalam tiga kriteria yaitu
varian LMP1 yang dilambangkan sebagai alur LMP1 yaitu B95-8, China1, China2,
Med+, Med-, Alaskan, North Carolina). Hanya satu alur LMP1 yang dapat
ditemukan pada karsinoma nasofaring. Alur yang dapat terdeteksi tersebut adalah
China1 yang dapat ditemukan pada karsinoma nasofaring endemik maupun non-
nasofaring endemik.
Sampai sekarang, sudah ada 33 genom LMP1 yang didapatkan dari pasien
dengan karsinoma nasofaring. Salah satu proses nuclear yang termodulasi oleh
LMP1 adalah aktivasi faktor transkripsi NF-B dan STAT3. Selain proses biologis
extracellular vesicles (EVs) yang dimodulasi oleh LMP1 dan dengan memodulasi
14
DAFTAR PUSTAKA
https://jvi.asm.org/content/jvi/early/2017/08/17/JVI.01718-16.full.pdf
https://www.researchgate.net/publication/272839930_EBV-
LMP1_targeted_DNAzyme_enhances_radiosensitivity_by_inhibiting_
tumor_angiogenesis_via_the_JNKsHIF
1_pathway_in_nasopharyngeal_carcinoma
from: https://link.springer.com/article/10.1007/BF02974888
5. Shair KHY, Reddy A, Cooper VS. New insights from elucidating the
15
January 19]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29561768
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4308653/
https://www.sbccp.org.br/arquivos/HN_07-
2008_nasophariyngeal_carcinoma.pdf
journal.unair.ac.id/MKG/article/download/774/547
https://pdfs.semanticscholar.org/68b2/a59924fd326a117abf6f7eb1944
8ac436b72.pdf
16