Anda di halaman 1dari 15

ESAY PANCASILA

IKUT SERTA PERAWAT DALAM PENGIMPLEMENTASIAN PANCASILA


DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI

Dosen Pengampu : Bu Sri Wahyudini A. Spd., Mpd

Disusun oleh :

Syntia Hermawati (P1337420417101)

DIII KEPERAWATAN BLORA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

Tahun ajaran 2017/2018


IMPLEMENTASI NILA-NILA PANCASILA DALAM PROFESI KEPERAWATAN

A. Pengertia Pancasila

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti dimaksud tersebut sesuai dengan bunyi

Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang secara jelas menyatakan, “kemudian daripada itu untuk

membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kessejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu

dalam suatu susunan negara Republik Indonesai yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan

kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.” Pancasila sebagai suatu

sistem filsafat paada hakikatnya merupakan suatu nilai sebagai sumber dari segala penjabaran

norma hukum, moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Nilai-nilai tersebut akan dijabarkan

dalam masyarakat, kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga

merupakan suatu pedoman.

Pengertian Pancasila menurut para ahli

a. Muhammad Yamin.

Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau

peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian, pancasila merupakan lima dasar

yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.

b. Ir. Soekarno.
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun yang sekian abad lamanya

terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, pancasila tidak saja falsafah negara,

tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.

c. Notonegoro.

Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia. Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan

menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan

kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

B. Pengamalan Pancasila

a. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sebagai seorang perawat tentu harus menjungjung tinggi kebebasan beragama bagi klien.

Pengamalan pancasila sila pertama tentu wajib dilakukan oleh seorang perawat. Hal itu

dikarenakan Negara Kesatuan Republik Indonesia mengakui adanya lima kepercayaan atau

agama. Maka sudah tentu sebagai seorang perawat harus bisa menghargai dan menghormati

pasien atau klien yang berbeda kepercayaan.

Selain itu, seorang perawat yang baik juga harus bisa menagamlkan nilai-nilai keagamaan

dalam menjalankan profesi keperawatannya seperti dalam tata kelakuan yang sesui norma

agama. Implentasi dari sila pertama antara lain :

1. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.

2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berdoa atau sholat sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.

3. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah masing-masing jika

antara perawat maupun dokter berbeda keyakinan dengan pasien.


4. Perawat membantu pasien yang ingin menghormati dan melaksanakan ibadahnya saat pasien

dalam keadaan keterbatasan.

5. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sadar, murah hati dalam arti

bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa

mengharapkan imbalan.

6. Perawat yang jujur dan tekun dalam tugas.

7. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

8. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Sila kedua berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Sila kedua ini mengandung arti

bagi profesi keperawatan yaitu seorang perawat harus bersikap adil terhadap klien. Memiliki rasa

cinta dalam hartiaan sayang terhadap klien, serta tidak membeda-bedakan klien dalam

melakukan perawatan. Dengan keanekaragaman budaya serta suku bangsa, seorang perawat

dalam menjalankan tugasnya tentu akan menghadapi klien yang berbeda-beda. Sangat jelas

bahwa seorang perawat harus adil dan menangani klien dengan penuh tanggung jawab serta tidak

dengan semena-mena. Implementasi dari sila kedua antara lain :

1. Memberikan pelayanan yang adil tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,

kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya sesuai dengan

penyakit yang diderita pasien.

2. Dalam merawat pasien hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan tidak

memperlakukan pasien dengan semena-mena.


3. Perawat merawat pasien dengan penuh perasaan cinta, serta sikap tenggang rasa dan tepa selira.

4. Membela pasien (Patien Advocate) pada saat terjadi pelanggaran hak-hak pasien, sehingga

pasien merasa aman dan nyaman.

5. Perawat memberikan informasi dengan jujur dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut

merasakan apa yang dialami oleh pasien.

6. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif pasien dengan memberikan

waktu untuk mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.

7. Perawat memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien.

8. Perawat bersedia mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.

9. Perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan yang luas.

10. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa.

11. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa

membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,

warna kulit dan sebagainya.

c. Persatuan Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai ras, suku bangsa, budaya dan lain-

lain. Dengan keanekaragaman tersebut menimbulkan masyarakat yang berbeda-beda, dalam

profesi perawat justru akan berbaur dengan tenaga kesehatan yang lainnya. Hal ini akan

menimbulkan berbagai pandangan antara tenaga kesehatan yang satu dengan tenaga kesehatan

yang lainnya. Seorang perawat akan dihadapkan dengan berbagai profesi yang akan menunjang

profesinya untuk kesembuhan bagi klien. Maka, implementasi dari sila ketiga jelas harus

dilakukan oleh seorang perawat. Hal ini dimaksudkan agar klien dapat merasakan kenyamanan
dan cepat dalam memperoleh kesehatan. Seorang perawat tidak boleh mementingkan diri

pribadi, kelompok ataupun ras. Seorang perawat yang baik harus mementingkan kesehatan klien

baik berbeda agama, ras dan suku bangsa.

Implementasi dari sila ketiga antara lain :

1. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada kepentingan pribadi.

3. Perawat harus menjalin hubungan baik terhadap sesama perawat lain, staf kesehatan lainnya,

pasien dan keluarga agar tidak terjadi konflik yang menimbulkan perpecahan.

4. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

5. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

6. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

7. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

8. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

9. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

10. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Dalam sila keempat memiliki arti yang lebih luas. Akan tetapi, dalam profesi perawat akan

terlihat jelas bahwa dalam pelaksanaan keperawatan terhadap klien. Seorang perawat harus bisa

dipimpin dan bekerja secara tim. Selain itu, sebelum melaksanakan tindakan kepada klien harus

terlebih dahulu melakukan musyawarah dengan keluarga klien serta tenaga medis lainnya. Hal
ini, dimaksudkan agar tercipta proses pelayanan kesehatan yang baik bagi klien. Implementasi

sila keempat antara lain :

1. Sebelum melakukan tindakan perawatan kepada pasien perawat hendaknya mengutamakan

musyawarah dengan pasien dan keluarga pasien dalam mengambil keputusan.

2. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur serta dapat

dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi

kepentingan bersama.

3. Perawat hendaknya membiasakan diri menahan pembicaraan tentang hal – hal pasien dengan

orang yang tak mempunyai hal dalam hal itu dan yang tidak mengerti soal perawatan pasien,

meskipun orang tersebut keluarga pasien sendiri.

4. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,

hak dan kewajiban yang sama.

5. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

6. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

7. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

8. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan

musyawarah.

9. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan

golongan.

10. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang

Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan

mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.


11. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sila kelima dalam profesi keperawatan memiliki arti bahwa seorang perawat harus bersikap adil

dan merata terhadap seluruh rakyat indonesia. Hal ini, mengandung pengertian bahwa seorang

perawat dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap sama dan tidak membeda-bedakan antara

klien yang satu dan klien yang lainnya. Seorang perawat juga harus mampu mementingkan

keselamatan klien dan juga keselamatan bagi dirinya sendiri. Seorang perawat harus mampu

menyeimbangkan antara hak dan kewajiban klien. Implementasi dari sila kelima antara lain :

1. Mengembangkan sikap adil dan keseimbangan antara hak dan kewajiban terhadap semua pasien.

2. Perawatan pasien dilaksanakan dengan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan

antara pasien, keluarga pasien, perawat, dokter serta tim paramedis dan medis lainnya.

3. Antara hak dan kewajibannya perlu diseimbangkan. Lebih mementingkan keselamatan pasien

tapi tidak mengabaikan keselamatan perawat itu sendiri.

4. Perawat mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat

dalam bertindak.

5. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan

dan kegotongroyongan.

6. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

7. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

8. Menghormati hak orang lain.

9. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

10. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
11. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

12. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

13. Suka bekerja keras.

14. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan

bersama.

15. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan

social.
BUDI PEKERTI DALAM PERAWATAN

Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan dan akhlak seseorang yang
diterapkan oleh tradisi, adat, dan kebiasaan. Budi pekerti dalam perawatan khususnya berarti tata
susila yang berhubungan dengan cita – cita adat dan kebiasaan yang mempengaruhi seorang
perawat dalam menunaikan pekerjaannya.
1. Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat
Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian yang baik. Bagi
anggota perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena perawat adalah seorang yang
memberikan pelayanan / perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap orang sehat.
Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat
tujuannya juga merupakan pekerjaan yang suci.
2. Manfaat Budi Pekerti Yang Luhur Bagi Penderita
Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan menjalankanpekerjaannya dengan
baik, tak akan luput pengaruh baiknya pada penderita yangdirawatnya. Amal jasmani dan rohani
yang diberikan dengan penuh kerelaan oleh perawat kepada penderita, merupakan faktor penting
untuk kesembuhan penderitatersebut.Seringkali perawat diajukan pertanyaan – pertanyaan yang
bertalian dengan pengertian akhlak dan kerohanian oleh penderita. Dalam hal ini, perawat bias
menjadi penolong yang berguna untuk memberi kekuatan jiwa terutama kepada mereka yang
tidak mempunyai harapan sembuh.

SYARAT MENJADI PERAWAT YANG BAIK

Seorang siswa pada permulaan masuk sekolah mempunyai keinginan untuk mengetahui
bagaimana caranya untuk menjadi perawat yang baik.Dalam memilih sesuatu keahlian,
seseorang harus mendapatkan kepuasan dalam lapangan pekerjaan pilihannya itu. Pekerjaan
seorang perawat adalah pekerjaan manusiawi untuk menolong sesama manusia agar
mendapatkan kesehatan yang tinggi dan untuk mengadakan lingkungan yang sehat bagipenderita
maupun orang sehat. Perawatan adalah pekerjaan yang berguna dan penting, serta dapat member
kepuasan batin bagi orang-orang yang memasukinya.Perawat perlu mengatasi keperluan
keperluan dalam merawat penderita secara langsung/tidak langsung Misalnya mengenai
sikapnya, karena menghadapi penderita dari bermacam-macam tingkatan, umur, dan lain-lain.
Maka perlu diperhatikan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan jasmani maupun rohani
penderita, sehingga bila penderita itu memerlukan pertolongan dapat diberikan secara cepat.
Perawat harus dapat memberi bimbingan hidup sehat kepada penderita.
Dari uraian-uraian diatas, Dapat ditarik kesimpulan secara lebih spesifik.

Syarat-syarat untuk menjadi perwat yang baik adalah :


1. Berminat terhadap perawatan, sehingga perawat dapat memberikan kepuasan perawatan pada
penderita.
2. Mempunyai rasa kasih sayang.
3. Mempunyai rasa sosial dan tabiat ramah.
4. Mempunyai kemampuan untuk menjaga nama baik perawat dan instansi/unit kerjanya
5. Berpikiran dan berkelakuan baik serta berbadan sehat agar supaya sanggup menjalankan
pekerjaannya.

PERTIMBANGAN MORAL BAGI PERAWAT DALAM MENJALANKAN TUGASNYA.

Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota
suatu masyarakat tertentu sebagai “yang salah” atau “yang benar” ( Berkowit Z,1964 ).
Pertimbangan moral adalah penilaian tentang benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi
tidak semua penilaian tentang “baik” dan “benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak
diantaranya justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis, teknologis /
bijak.
Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam
setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral, tetapi prinsip
moral itu bukan sebagai suatu peraturan konkret untuk bertindak, namun sebagai suatu pedoman
umum untuk memilih apakah tindakan-tindakan yang dilakukan perawat itu benar atau salah.
Beberapa kategori prinsip diantaranya :
Kebijakan ( dan realisasi diri )
Kesejahteraan orang lain
Penghormatan terhadap otoritas
Kemasyarakatan / pribadi-pribadi
Dan keadilan
Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama.
Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat
akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien
sendiri merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi
antara perawat dan pasien.

Selain prinsip-prinsip moralitas yang dikemukakan diatas, ajaran moralitas dapat juga
berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila, misalnya dalam sila I dan
sila II.
1. Sila I ( Ketuhanan Yang Maha Esa )
Bahwa kita menyakini akan adanya Tuhan ( Allah SWT ), yang akan selalu mengawasi segala
tindakan-tindakan kita. Begitu juga dengan perawat. Bila perawat melakukan Malpraktik,
mungkin ia bias lolos dari hukuman dunia. Tetapi hokum Tuhan sudah menanti disana
( akhirat ). Jadi perawat harus mampu menjaga perilaku dengan baik, merawat pasien sebagai
mana mestinya.
2. Sila II ( Kemanusiaan Yang adil dan Beradap )
Disini jelas bahwa moralitas berperan penting, khususnya moralitas perawat dalam menangani
pasien. Perawat harus mampu bersikap adil dalam menghadapi pasien, baik itu kaya-miskin, tua-
muda, besar-kecil, semua diperlakukan sama, dirawat sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien.

SIKAP DAN PRIBADI DALAM PEKERJAAN.

Sikap dan pribadi menentukan segala perbuatan dan tingkah laku manusia. Keadaan sikap dan
pribadi seseorang dipengaruhi oleh kekuatan batinnya : pikiran, perasaan, kemauan dan ilham /
intuisinya.
Kemauan seorang perawat merupakan bakat atau pemberian dari jiwanya. Ia dapat memilih
dengan kekuatan pikiran, sehingga ia dapat memastikan mana yang baik dan mana yang tidak
baik.

Baik buruk kemauan itu tergantung pada tujuannya dan tujuan itu ditentukan oleh :
a. Keluhuran budi manusia
b. Kesosialan manusia
Berbicara tentang budi pekerti, tidak lepas dengan yang namanya kejujuran. Dalam dunia
perawatan kejujuran itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan pembicaraan
adalah penting untuk si sakit dan lingkungannya.
Perawat hendaknya membiasakan diri menahan pembicaraan tentang hal – hal si sakit dengan
orang yang tak mempunyai hal dalam hal itu dan yang tidak mengerti soal perawatan penderita,
meskipun orang tersebut keluarga si sakit sendiri. Sebaiknya diserahkan kepada Dokter yang
bersangkutan. Kemungkinan akibat yang tidak baik akan terjadi jika perawat menceritakan
perihal penyakit penderita kepada orang lain / penderita itu sendiri mengetahui penyakitnya yang
sebenarnya.
Selain perawat harus jujur dalam menunaikan tugasnya, ia juga harus mengerti kata – kata apa
yang dapat dikeluarkan sehubungan dengan penderita dan penyakitnya. Hal ini penting sekali
karena berhubungan dengan jiwa dan keselamatan manusia.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di dalam pancasila mengandung nilai-nilai keagamaan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat dan keadilan. Nilai-nilai ini sangat
berkesinambungan antar satu dengan yang lain, walaupun memang terdapat urutan yang menjadi
dasar dan sangat dasar di dalam pancasila.
IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI

Nilai keagamaan pancasila dalam penerapannya menjadi yang paling utama. Kita dapat melihat
aktifitas yang didasari dari nilai keagamaan pancasila, yakni nilai ‘ketuhanan yang maha Esa’
pada 24 jam dalam sehari. Contoh kecil adalah seluruh masyarakat Indonesia Bergama. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan bukti agama di KTP (Kartu Tanda Penduduk), dengan satu jenis
agama. Selain itu tentunya orang yang bergama kita dapat melihat mereka semua beribadah
sesuai ajarannya. Kemudian ibadah dalam bekerja, misalnya untuk mengawali kegiatan diawali
dengan berdo’a, bekerja dengan ikhlas, dan melakukan aktifitas lainnya dengan dilandasi
kepercayaan. Pada sila pertama ini juga mengandung makna toleransi terhadap agama, karena
dalam sila ini tidak mengatur agama apa yang harus dianut, melainkan Tuhan Yang Maha Esa.
Seluruh masayarakt Indonesia harus mempercayai Tuhan yang Esa. Implementasinya adalah
banyaknya rumah ibadah tersebar di wilayah Indonesia, bahkan di daerah-daerah terpencil
sekalipun. Namun kegelisahan terhadap sila ini begitu berat bagi saya ketika melihat dan
menyadari ada saja pelanggaran-pelanggaran terhadap sila pertama. Kejujuran contohnya. Tidak
ada agama yang tidak mengajarkan nilai kejujuran tentunya, tetapi mengapa korupsi masih saja
menajadi kata yang sudah ekstrim kita dengar? Lalu terorisme pengeboman rumah Ibadah dan
banyak lagi. Atau pelanggaran lainnya yakni seseorang yang tidak beragama atau beragama
ganda maksudnya memercayai lebih dari satu agama, walaupun hal itu tidak ditunjukkan tetapi
ada saja hal itu terjadi di tengah-tengah bangsa Indonesia. Kemudian saya ataupun kawan-kawan
jika meninggalkan kewajiban sebagai seorang hamba, misalnya meninggalkan shalat (bagi kaum
muslimin) itu sudah menjadi pelanggaran, dan telah menodai makna pancasila. Saya atupun anda
tidak hanya mendapat dosa karena tidak taat melainkkan juga mengotori makna pancasila
(Astaghfirullah) *nah penyebutan istgighfar ini juga contoh menerapkan nilai pancasila sila
pertama, karena mempercayai ajaran salah satu agama.

Masih banyak lagi penerapan sila pertama ini, bahkan hampir seluruh aktifitas kita mulai dari
belajar, bekerja, berorganisasi atau berpolitik adalah sudah menjadi contoh penerapan pancasila
sila pertama. Dapat kita lihat bergitu dalam makna dari pancasila, jika kita benar-benar
mempercayai dan melaksanakan pancasila khususnya sila perama ini insyaAllah Negara
Indonesia akan menjadi lebih tertib, aman dan patuh.

Kemudian sila-sila berikutnya yakni kemanusiaan, persatuan, musyawarah mufakat dan keadilan
sebenarnya telah tersirat didalam sila pertama. Namun karena hal itu dirasa fundamental maka
dijabarkan kembali agar lebih jelas.

‘Kemanusiaan yang adil dan beradab’ ialah bunyi dari sila ke-dua di dalam pancasila, walaupun
hanya terdiri dari beberapa kata, tetapi sila ini memiliki makna yang sangat mendasar untuk kita
menjadi manusia yang baik. Ideologi pancasila ini sangat luar biasa, dimana mengajarkn prinsip
menjadi manusia yang seharusnya. Yakni manusia yang adil dan beradab. Seperti yang telah
dipaparkan di paragraph sebelumnya yaitu tentang sila pertama, kejujuran menjadi penerapan
sila pertama, dan kejujuran ini adalah contoh dari adab, dimana hal ini dijabarkan secara
kompleks di sila ke-dua ini. Adab dan keadilan juga mulai diajarkan di ruang lingkup yang
sangat kecil sejak dini, yaitu di rumah.keluarga. Orangtua dan kita tentunya telah mengamalkan
sila ini. Tapi apa daya, hukum di Indonesia yang tajam ke bawah dan tumpul di atas menjadi
contoh hal yang tidak sejalan akan penerapan sila ini dan banyak sekali kita temui. Pengadilan,
kejaksaan dan pemerintah lain seolah olah masayarakat bangsa hanya menjadi batu yang diinjak-
injak oleh mereka ketika kabar korupsi, kabar hukum yang tumpul, kabar bahwa mereka tidak
mau mendengar aspirasi kita dan lain lain.

Sila yang ketika yakni ‘Persatuan Indonesia’ lagi-lagi telah ada di dalam makna sila pertama,
dimana diajarkan manusia harus hidup berkelompok yakni misalnya berkelompok seagama. Sila
ini juga menjadi ciri khas bangsa Indonesia yaitu gotong royong, dan penerpan gotong royong
dapat kita lihat muai dari kelompok kecil hingga kelompo besar. Sebenarnya sila ini mendasari
kita agar semua kelompok yang ada adalah untuk kembali kepada kelompok besar, yaitu Negara
Indonesia. Semua kepentingan yang menjadi tujuan kelompok-kelomok itu adalah untuk
kemakmuran bagsa, tetapi hal ini malah menjadi ancaman bagi mereka yang menyeleweng
terhadap sila ini. Kelompok-kelompok seperti partai yang ada di Negara ini terkadang terllu
berlebihan hingga akhirnya terdapat ersaingan antar kelompok yang menimbulkan kerusuhan dan
menyeleweng kepada sila-sila lainya. Bobotoh-bobotoh pendukung sepak bola juga contohnya,
mereka terlalu berlebih terhadap kelompoknya, padahal seharusnya apapun yang menjadi tujuan
kelompok tersebut adalah untuk Indonesia yang bersatu.

Sila ke-empat dan ke-lima yakni ‘kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan; serta keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia’ sebenarnya
tidak jauh berbeda penerapannya dengan sila sebelumnya. Dimana sila keempat yaitu
musyawarah dan mufakat merupakan prinsip demokrasi yang ada di Indonesia yakni organisasi-
organisasi yang ada haruslah mendahulukan musyawarah untuk mufakat dan organisasi dipimpin
oleh pemimpin yang bijak dan dapat mengayomi. Untuk masalah pemimpin, mungkin saya dan
anda dapat menilai degan cara pandang tersendiri, yang penting adalah Negara Indonesia
memiliki pemimpin-pemimpin yang mungkin telh bekerja sebijak mungkin, dan kita dapat
melihat mereka dibarisan pemerintah, dan kebijakannya kita dapat melihat pada hukum-hukum
yang ada.

Pelanggaran terkait sila keempat yang saya ingin tekankan dalam essay ini yakni musyawarah
untuk mufakat. Singkat saja, Negara kita memiliki ideology musyawarah yang didahulukan,
tetapi mengapa ada istilah one man one vote? Lalu setiap keputusan yang akan diambil mengapa
tidak menekankan musyawarah terlebih dahulu melainkan voting. Hal ini sangat sering saya
temui di berbagai organisasi dan ketika pemilihan umum.

Sila kelima sebenarnya telah saya ungkapkan diparagraf pembahasan penerapan sila kedua.
Bedanya adalah sila kedua lebih memaknai keadian dan adab untuk pribadi (manusia/orang itu
sendiri) sedangkan sila kelima yakni penerapannya lebih luas, keadilannya bagi seluruh rakyat
Indonesia. Dapat kita tengok keadilan ekonomi dan social di negeri ini, begitulah adanya.

Mungkin banyak sekali contoh aktifitas/penerapan pancasila di Negara ini yang belum saya
cantumkan dalam essay ini. Namun tentunya harapan penulis adalah dengan essay ini tidak
hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga untuk
menjadi evaluasi saya pribadi dan semoga untuk anda para pembaca yang diberkahi. Semoga
penyelewengan terhadap pancasila bisa kita minimalisir dengan hasil evaluasi dimulai dari
pribadi sendiri dan hal kecil, untuk Negara Indonesia menjadi lebih baik. Salam merah-putih,
salam persatuan.

Anda mungkin juga menyukai