PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
6. Untuk memenuhi tugas kelompok mengenai Penyakit Addison
1.5 Manfaat
BAB II
2
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
3
dapat beresiko mengalami insufisiensi adrenal akibat beberapa penyulit
infeksi (sitomegalovirus, Mycrobacterium avium-intracellulare) dan
noninfeksi (sarcoma Kaposi) dari penyakit mereka.1
Neoplasma metastatic yang mengenai adrenal adalah penyebab
potensial lain insufisiensi adrenal. Adrenal merupakan tempat yang
cukup sering mengalami metastasis pada pasien dengan karsinoma
diseminata. Meskipun fungsi adrenal dipertahankan pada sebagian besar
pasien ini, pertumbuhan metastatic kadang-kadang merusak cukup
banyak korteks adrenal sehingga terjadi insufisiensi adrenal.1
2.3 Epidemiologi
Penyakit Addison sudah dikenal sejak 150 tahun lalu, yang pertama kali
dikemukakan oleh Thomas Addison pada tahun 1855. Penyakit Addison jarang
dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000 orang; dua pertiga pasien
adalah perempuan. Diagnosis ditegakkan antara usia 20 sampai 50 tahun.2
Dahulu, tuberkulosis adalah penyebab utama penyakit Addison. Saat ini
dengan kemoterapi yang baik, hanya sedikit pasien tuberkulosis yang
mengalami penyakit Addison.
4
Kedua kelenjar adrenal (glandula suprarenalis) merupakan organ
retroperitoneal yang berwarna kekuningan pada polus superior ren. Glandula
suprarenalis ini dikelilingi oleh fascia renalis (tetapi dipisahkan oleh capsula
adiposa). Setiap glandula mempunyai cortex dan medulla yang berwarna coklat
tua. Arteri yang memperdarahi masing-masing glandula suprarenalis ada tiga
buah : (1) arteria phrenica inferior, (2) aorta, (3) arteri renalis. Sebuah vena
keluar dari hilum masing-masing glandula suprarenalis dan mengalirkan
darahnya ke vena cava inferior pada sisi kanan dan vena renalis pada sisi kiri.4
Tiap kelenjar terdiri atas dua bagian yang berbeda, yakni medulla adrenal, dan
korteks adrenal. Medulla adrenal , yang merupakan 20 persen bagian kelenjar
terletak dipusat kelenjar, dan secara fungsional berkaitan dengan system saraf
simpatis; menyekresi hormone epinefrin dan norepinefrine sebagai respon
terhadap ransangan simpatis.
Korteks adrenal menyekresi kelompok hormone yang berbeda sama sekali,
yakni kortikosteroid. Hormon ini seluruhnya disintesis dari kolesterol steroid,
dan semuanya mempunyai rumus kimia yang sama. Akan tetapi, perbedaan
yang sedikit dalam struktur molekulnya memberikan beberapa fungsi penting
yang berbeda.5
5
Kortikosteroid— Mineralkortikoid, Glukokortikoid, dan Androgen. Ada
dua jenis hormone adrenokortikal yang utama, yakni mineralkortikoid dan
glukokortikoid, yang disekresikan oleh korteks adrenal. Selain hormon ini,
korteks adrenal juga menyekresi hormon kelamin, terutama hormon androgen,
yang efeknya pada tubuh hamper mirip dengan hormone kelamin pria
testosteron. 5
Sintesis dan Sekresi Hormon Adrenokortikal. Korteks adrenal memiliki tiga
lapisan yang relative berbeda.
1. Zona glomerulosa, lapisan tipis sel-sel yang terletak tepat dibawah kapsul,
membentuk sekitar 15 persen korteks adrenal, pada kelenjat adrenal, sel-sel
tersebut merupakan satu-satunya yang mnyekresi aldosteron dalam jumlah
yang berarti karena sel-sel tersebut mengandung enzim aldosteron sintase,
yang dibutuhkan untuk sintesis aldosteron. Sekresi sel-sel tersebut diatur
terutama oleh konsentrasi angiotensin II dan kalium cairan ekstrasel, yang
keduanya merangsang sekresi aldosteron.
2. Zona fasikulata. Yakni lapisan tengah dan terlebar; memebentuk sekitar 75
persen korteks adrenal dan mnyekresi glukokortikoid kortisol dan
koertikosteron, dan dalam sejumlah kecil androgen dan esterogen adrenal.
Sekresi sel-sel tersebut diatur sebagian besar oleh sumbu hipotalamus-
hipofisis lewat hormone adenokortikotropik (ACTH).
3. Zona retikularis, yang merupakan lapisan terdalam dari korteks menyekresi
androgen adrenal dehirdroepiandosteron (DHEA) dan andostenedion, juga
sejumlah kecil estrogen dan beberapa glukokortikoid.5
Mineralkortikoid – Aldosteron
Aldosteron meningkatkan reabsorbsi natriun dan sekresi kalium di
tubulus ginjal. Bahwa aldosteron mengkatkan absorbs natrium dan secara
bersamaan meningkatkan sekresi ginjal, terutama sel mprinsipal di sel tubulus
kolektifus dan sedikit tubulus dan koligentes. Oleh karena itu, aldosteron
menyebabkan natrium disimpan cairan ektrasel sementara meningkatkan
eksresi kalium di urin.
6
Bila kosentrasi aldosteron dalam plasma tinggi maka keadaan ini akan
mengurangi jumlah natrium yang hilang secara sementara ked dalam urin
sedimikian kecil sehinga hanya beberapa miliekuivalen tiap hari. Pada saat yang
sama, kalium yang hilang dalam urin menigkat beberapa kali lipat. Oleh karena
itu, hasil akhir efek aldosteron dalam plasma adalah untuk meningkatkan
jumlah total natrium dalam cairan ektra sel sementara menurunkan jumlah
kalium.
Sebaliknya, tidak di sekresikan aldosteron sama sekali dapat menyebabkan
natrium yang dalam urin mencapai 10 sampai 20 gram perhari, jumlah yang
sesuai dengan sepersepuluh sampai seperlima jumlah natrium dalam tubuh.
Pada saat yang sama, kalium akan di simpan secara kuat dalam cairan ektrasel.
7
meningkat 15 sampai 25 mmHg, dan peningkatan tekanan dara mengembalikan
kekuatan garam dan air oleh ginjal kembali ke normal walaupun ada kelebihan
aldosteron.
Kembali nya ekresi ginjal dan garam kembali ke normal oleh ginjal sebagai
akibat dari natriuresis dan dieresis tekanan di sebut sebagai pelolosan
aldosteron. Setelah itu, kecepatan perolehan garam dan air oleh tubuh adalah
nol, dan keseimbangan di pertahnkan antara asupan dan keluaran garam dan
oleh air ginjal ewalupun aldosteron berlebih terus berlanjut. Tetapi, untuk
sementara waktu orang tersebut mengalai hipertensi, yang berlangsung selama
orang terpapar dengan aldosteron yang berkadar tinggi.
Sebaliknya, ketika aldosteron menjadi nol, sejumlah besar garam hilang dalam
urin, tidak hanya mengurangi jumlah natrium klorida di dalam cairan ektrasel
tetapi juga mengurangi volume cairan ekrtasel . hasilnya adalah dehidrasi
cairan ektrasel yang sengat berat dan volume dara yang rendah , megarah syok
sirkulasi. Tanpa pengobatan, keadaan ini biasanya menyebabkan kematian
dalam beberapa hari setelah kelenjar adrenal tiba-tiba menghentika sekresi
aldosteron.
8
Sebaliknya, bila ada defesiensi aldsoteron, maka besarnya kosentrasi ion
kalsium dalam cairan ektrasel akan menigkat sampai jauh di atas nilai normal.
Bila kenaikannya mencapai 60-100 persen di atas normal, keracunan jantung
yang berat, meliputu kelemahan kontraksi jantung dan timbulnya aritmia
jantung, akan menjadi lebih jelas, kosentrasi kalium secara berangsur-angsur
meningkat lebih tinggi tidak teelakkan lagi akan menyebabkan gagal jantung.
9
Keempat, RNA mesenger berdifusi kembali ke dalam sioplasma, yaitu saat
RNA mesenger bekerja sama dengan natrium bekerja bersama dangan ribosom
dan menyebabkan terbentuknya protein . protein yang terbentuk merupakan
cairan dari (1) satu atau lebih enzim (2) protein transpor membran, yang kerja
samanya dibutuhkan untuk tranpor natrium dan kalium dan hidrogen melalui
membran sel, salah satu enzim yang terutama di tingkatkan adalah natrium
kalium adenosin trifosfetasi, yang bekerja sebagai bagian utama dari pompa
pertukaran kalium dan natrium pada membran basolateral sel tubulus ginjal.
Protein lain yang sama pentingnya , merupakan suatu protein kanal natrium
epitel yang di masukkan ke dalam membran luminal dari sel tubulus ginjal yang
sama sehingga membuat ion natrium dapat berdifusi dengan cepat dari lumen
tubulus masuk ke dalam sel, kemudian natrium selanjutnya di pompa natrium
kalium yang terletak di dalam membran basolateral sel.
Jadi, sebenarnya aldsteron tidak mempunyai efek yang cepat pada
pengangkutan natrium, namun, pengaruh ini harus menunggu timbulnya
rangkaian peristiwa yang menyebabkan terbentuknya bahan-bahan spesifik
intrasel yang di butuhkan waktu kira-kira 30 menit lamanya sebelum RNA
yang baru muncul, di butuhkan waktu kira-kira 45 menit sebelum pengkutan
natrium melaui meningkat efek maksimunya akan tercapai hanya dalam waktu
beberapa jam sesudahnya.
10
kolektivus ginjal waktu kurang dari 2 menit, waktu yang sangat sngkat trinkripsi
gen dan sntesis protein yang baru. Pada jenis sel lainya aldosteron telah
menunjukkan dapat meningkatkan sistem second messenger fofadilinosital
secara cepat. Namun, strultur tepat dari reseptor yang bertanggung jawab pada
efek aldosteron yang cepat belum di tentukan, dan kepentingan fisiologis kerja
non genmik dari steroid juga tidak di mengerti secara jelas.
11
peningkatan sekresi aldosteron beberapa kali lipat. Selanjutnya, aldosteron akan
bekerja pada ginjal dengan membantu ginjal mengeluarkan kelebihan ion
kalium dan meningkatkan volume darah dan tekanan areteri, jadi
mengembalikkan sitem renin angiotensinogen ke kadar aktifitas normal.
Mekanisme pengaturan umpan balik ini penting untuk mempertahankan
kehidupan.
Sebaliknya, efek kosentrasi ion natrium senata ACTH dalam megatur sekresi
aldosteron biasanya kecil. Walaupun demikian, penurunan kosentrasi ion
natrium cairan ektraselular sebesar 10 sampai 20 persen, seperti yang terjadi
pada kasus yang jarang, mungkin dapat mengandakan sekresi aldosteron.
Mengenai ACTH, bila terdapat bahkan sejumlah kecil ACTH di sekresikan
oleh kelanjar hipofisis anterior, biasanya jumlah tersebut cukup untuk membuat
kerja adrenal menyekresikan beberapa pun jumlah aldosteron yang di butuhkan,
tetapi tidak adanya ACTH secara menyeluruh dapat mengurangi aldosteron
secara bermakna.
Glukokortikoid – Kortisol
12
kemampuan kedua hormon ini untuk merangsang proses glukoneogenesis (
pembentukan karbohidrat dari protein beberapa zat lain ) oleh hati, sering
meningkatkan kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali lipat.
Keadaan ini terutama disebabkan oleh dua efek kortisol.
1. Kortisol meningkatkan enzim-enzim yang dibutuhkan untuk mengubah
asam-asam amino menjadi glukosa dalam sel-sel hati. Hal ini dihasilkan dari
efek glukokortikoid untuk mengaktifkan transkripsi DNA di dalam inti sel
hati dengan cara yang sama seperti fungsi aldosteron didalam sel-sel tubulus
ginjal, disertai dengan pembentukan RNA messenger yang selanjutnya
dapat dipakai untuk menyusun enzim-enzim yang dibutuhkan dalam proses
glukoneogenesis.
2. Kortisol menyebabkan pengangkutan asam-asam amino dari jaringan
ekstrahepatik, terutama dari otot. Akibatnya, semakin banyak asam
aminotersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses glukoneogenesis di
hati dan oleh karena itu akan meningkatkan pembentukan glukosa.
Salah satu efek peningkatan glukoneogenesis adalah sangat meningkatnya
jumlah penyimpanan glikogen dalam sel-sel hati. Pengaruh kortisol tersebut
membuat hormon glikolitik lain, seperti epinefrin dan glukagon
memobilisasi glukosa pada saat diperlukan nanti, seperti pada keadaan di
antara makan.
13
Peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah dan diabetes adrenal. Peningkatan
kecepatan glukoneogenesis dan berkurangnya kecepatan pemakaian glukosa
oleh sel-sel dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Peningktan glukosa
darah selanjutnya merangsang sekresi insulin. Peningkatan kadar plasma insulin,
walau demikian, menjadi tidak efektif dalam menjaga glukosa plasma seperti
ketika dalam kondisi normal. Karena alasan yang belum sepenuhnya jelas, tinggi
nya kadar glukokortikoid menurunkan senstiivitas banyak banyak jaringan,
terutama otot rangka dan jaringan lemak, terhadap efek rangsangan insulin pada
ambilan dan pemakaian glukosa. Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa
kadar asam lemak yang tinggi, disebabkan pengaruh glukokortikoid
memobalisasi lipid dari simpanan lemak, dapat merusak kerja insulin pada
jaringan. Dengan cara ini, sekresi glukokortikoid berlebihan dapat menimbulkan
gangguan metabolisme karbohidrat dengan cara yang sama, yang ditemukan
pada pasien dengan kadar hormon pertumbuhan berlebih.
Peningkatan konsentrasi gula darah kadangkala cukup besar (50 persen atau
lebih diatas normal) ayng merupakan suatu keadaan yang disebut diabetes
adrenal. Pada diabets adrenal, pemberian hanya sedikit menurunkan tingginya
konsentrasi glukosa darah- tidak sebanyak pada diabetes pankreatik-karena
jaringan bersifat resisten terhadap pengaruh insulin.
Pengurangan Protein Sel. Salah satu efek utama kortisol terhadap sistem
metabolisme tubuh adalah kemampuannya untuk mengurangi penyimpanan
protein di seluruh sel tubuh kecuali protein dalam hati. Keadaan ini disebabkan
oleh berkurangnya sintesis protein dan meningkatnya katabolisme protein yang
sudah ada di dalam sel. Kedua efek ini mungkin sebagai akibat dari
berkurangnyapengangkutan asam amino ke dalam jaringan ekstrahepatik, seperti
yang akan dibicarakan nanti; keadaan ini mungkin bukan merupakan satu-
satunya penyebab, oleh karena kortisol juga menekan pembentukan RNA dan
sintesis protein selanjutnya di sebagian besar jaringan ekstrahepatik, terutama di
otot dan jaringan limfoid. Bila kelebihan kortisol sangat banyak, otot dapat
menjadi begitu lemah sehingga orang tersebut tidak dapat berdiri dari posisi
14
jongkok dan fungsi imunitas dari jaringan limfoid dapat diturunkan hingga
sedikit kurang dari normal.
15
dari kemampuan kortisol untuk memobilisasi asam amino dari jaringan perifer,
sementara pada waktu yang sama meningkatkan enzim-enzim hati yang
dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.
Mobilisasi Asam Lemak. Dengan pola yang sangat mirip dengan pola yang
dipakai oleh kortisol untuk meningkatkan mobilisasi asam amino dari otot,
kortisol juga meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak.
Peristiwa ini akan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma,
yang juga akan meningkatkan pemakaiannya untuk energi. Kortisol
tampaknyajuga memiliki efek langsung untuk meningkatkan oksidasi asam
lemak di dalam sel.
Mekanisme apa yang dipakai oleh kortisol untuk meningkatkan mobilisasi asam
lemak masih belum sepenuhnya diketahui. Akan tetapi, sebagian efek itu
mungkin dihasilkan dari berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel
lemak. Ingatlah bahwa a-gliserofosfat, yang berasal dari glukosa, dibutuhkan
untuk penyimpanan dan mempertahankan jumlah trigliserida di dalam sel-sel
lemak, dan bila bahan ini tidak ada maka sel-sel lemak itu akan mulai
melepaskan asam-asam lemaknya. Peningkatan mobilisasi lemak oleh kortisol,
digabungkan dengan peningkatan oksidasi asam lemak di dalam sel, membantu
menggeser sistem metabolisme sel dari penggunaan glukosa untuk energi
menjadi penggunaan asam lemak. Akan tetapi, mekanisme kortisol ini
membutuhkan waktu beberapa jam untuk bekerja penuh-tidak secepat atau
sekuat efek pergeseran yang disebabkan oleh penurunan insulin,. Walaupun
demikian, peningkatan penggunaan asam lemak untuk energi metabolisme
merupakan faktor yang penting untuk penyimpanan glukosa tubuh dan glikogen
jangka panjang.
16
kepalanya, sehingga badannya seperti sapi dan wajah bulat "moonface."
Walaupun penyebabnya tidak diketahui, ada pendapat yang mengatakan bahwa
kegemukan ini disebabkan oleh perangsangan asupan bahan makanan secara
berlebihan, disertai pembentukan lemak di beberapa jaringan tubuh yang
berlangsung lebih cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya.
17
ACTH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Hormon ini, yang disebut
juga sebagai kortikotropin atau adrenokortikotropin,juga meningkatkan
produksi androgen adrenal.
Sifat Kimia ACTH. ACTH sudah dapat diisolasi dalam bentuk yang murni dari
kelenjar hipofisis anterior. Bahan ini rnerupakan polipeptida besar, yang
mempunyai panjang 39 rantai asam amino. Suatu polipeptida yang iebih kecil,
produk pencernaan ACTH yang mempunyai panjang 24 rantai asam amino,
mempunyai semua efek molekul seluruhnya.
Bila tidak ada CRF, maka kelenjar hipofisis anterior ini hanya dapat menyekresi
sedikit ACTH. Sebaliknya, sebagian besar kondisi yang menyebabkan tingginya
kecepatan sekresi ACTH, mengawali sekresi ini melalui sinyal yang dimulai di
daerah basal otak, termasuk hipotalamus, dan kemudian dihantarkan oleh CRF
ke kelenjar hipotalamus anterior.
18
intrasel yang menyebabkan terbentuknya hormon adrenokortikal. Hal ini
merupakan contoh lain cAMP yang bekeda sebagai sistem sinyal second
messenger.
Langkah yang paling penting dari ACTH yang sudah dirangsang dalam
mengatur sekresi adrenokortikal adalah mengaktifkan enzim protein kinase
A,yang menyebabkan perubahan awal dari kolesterol menjadi pregnenolon.
Perubahan awal ini adalah langkah "pembatasan kecepatan" untuk semua hornon
adrenokortikal, yang akan menjelaskan mengapa untuk pembentukan hormon
adrenokortikal secara nonnal dibutuhkan ACTH. Perangsangan dalam jangka
waktu panjang pada korteks adrenal oleh ACTH tidak hanya akan meningkatkan
aktivitas sekretoriknya. namun juga menyebabkan hipertrofi dan proliferasi
selsel adrenokortikal, khususnya pada zona fasikulata dan retikularis, tempat
kortisol dan androgen disekresikan.
19
CRF dan (2) kelenjar hipofisis anterior untuk menurunkan pembentukan ACTH.
Kedua umpan balik ini membantu mengatur konsentrasi kortisol dalam plasma.
Jadi, bila konsentrasi kortisol menjadi sangat tinggi, maka umpan balik ini secara
otomatis akan mengurangi jumlah ACTH sehingga kembali lagi ke nilai
normalnya.
2.5 Patofisiologi
20
puasa. Karena rendahnya kandungan glikogen di hati, maka pasien
insufiensi adrenal tidak tahan dengan kekurangan makanan yang lama.
Peningkatan kepekaan terhadap insulin akibat defisiensi kortisol mungkin
menjadi masalah dengan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 atau 2 yang
memerlukan insulin yang juga mengalami insufisiensi korteks adrenal. Para
pasien ini mungkin mengetahui bahwa dosis insulin yang dahulu sudah
dapat mengontrol kadar gula darah sekarang menyebabkan hipoglikemia.2
Konsekuensi lain dari defisiensi kortisol adalah peningkatan umpan
balik negative dalam sekresi peptide yang berasal dari propiomelanokortin
(POMC), termasuk ACTH dan melanocyte-stimulating hormone -α dan –β.
Konsekuensi klinis adalah hiperpigmentasi, yang biasanya terjadi dibagian
distal ekstremitas didaerah yang terpajan matahari walaupun dapat juga
mengenai daerah yang dalam keadaan normal tidak terpajan matahari.
Daerah- daerah ini mencakup puting payudara, permukaan ekstensor
ekstremitas, genitalia, mukosa pipi, lidah, lipatan ditelapak tangan, dan
buku jari.2
Karena kortisol diperlukan tubuh untuk melakukan respon normal
terhadap stres, maka pasien dengan defisiensi kortisol tidak dapat menahan
stress bedah, anastesi, trauma, infeksi, dan penyakit demam lainnya. Pada
keadaan ini pasien mungkin mengalami insufisiensi adrenal akut yang
mengancam nyawa. 2
Defisiensi Aldosteron bermanifestasi sebagai meningkatnya pengeluaran
natrium dan reabsorpsi kalium diginjal. Deplesi garam menyebabkan
berkurangnya air dan volume plasma. Menurunnya volume plasma
menimbulkan hipotensi postural. Pasien dengan penyakit Addison mungkin
memiliki tekanan darah yang normal saat berbaring tetapi mengalami
hipotensi mencolok dan takikardia saat berdiri beberapa menit. Berdasarkan
definisi , hipotensi postural terjadi apabila tekanan sistolik dan diastolik
turun lebih dari 20 mmHg saat pasien mengambil posisi tegak. Takikardia
postural terjadi apabila kecepatan nadi meningkat lebih dari 20 denyut
permenit (bpm) pada keadaan seperti diatas. Berkurangnya tekanan darah
dan meningkatnya kecepatan nadi biasanya menetap lebih dari 3 menit
21
setelah perubahan posisi. Dengan demikian, pasien penyakit Addison
mungkin memiliki tekanan darah 120/80 mmHg saat berbaring, tetapi
tekanan darah tersebut turun menjadi 60/40 mmHg setelah pasien berdiri.
Demikian juga kecepatan nadi dapat meningkat dari 80 menjadi 140 bpm
dengan perubahan posisi tersebut. 2
Berkurangnya volume intravascular dan tekanan arteroil aferen
ginjal merangsang pelepasan rennin dan meningkatkan pembentukan
angiotensin II. Namun, Karena korteks adrenal rusak, maka angiotensin II
tidak dapat merangsang produksi aldosteron dan memulihkan kadarnya ke
kadar basal. Kadar rennin yang tinggi dan aldosteron yang rendah
merupakan cirri defisiensi aldosteron primer. 2
Defisiensi Androgen dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut ketiak dan
pubis. Efek ini tertutupi pada laki-laki, yang memiliki androgen testis untuk
menimbulkan efek metabolic androgenic. Pada perempuan insufisiensi
adrenal menyebabkan hilangnya rambut ketiak dan pubis serta
berkurangnya rambut di ekstremitas. 2
2.7 Diagnosis
22
Infusiensi adrenal akut adalah kedaruratan medis. Pasien dating dengan muntah,
dehidrasi, hipotensi, dan hipoglikemia.
Diagnosis insufisiensi adrenal ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium spesifik. Pasien dengan infusiensi adrenal primer memperlihatkan
penurunan kadar kortisol dan aldosteron tetapi peningkatan kadar ACTHdan
renin.2
23
tes stimulasi ACTH pemberian injeksi tidak ada peningkatan kadar
panjang ACTH sintetik selama kortisol pada insufisiensi
48-72 jam primer (Addison)
tes autoantibodi imunoflouresensi ditemukan antibodi
indirek menunjukan adanya
insufisiensi adrenal primer
autoimun.
2.9 Penatalaksanaan
Terapi untuk penyakit Addison adalah terapi sulih dengan kortisol, biasanya 20
sampai 30 mg/hari dalam dosis terbagi, dan suatu analog aldosteron, 9-alfa-
fluorokortisol. Apabila dosis steroid-steroid ini sudah di sesuaikan dengan
benar, maka status metabolik pasien kembali ke normal dan ia mampu
menjalani hidup secara normal. Dosis kortisol dan 9-alfa-fluorokortisol perlu
ditingkatkan dua sampai tiga kali lipat saat stress (misalnya, penyakit demam,
pembedahan, trauma), karena apabila tidak, maka pasien dapat mengalami
insufisiensi adrenal akut. Terapi pada insufisiensi adrenal sekunder hanya
memerlukan penggantian dengan kortisol terapi. Pasien harus diperiksa untuk
memastikan apakah sekresi aldosteronnya normal.2
2.10 Prognosis
Kecuali risiko krisis adrenal, kesehatan dan usia pasien biasanya normal,
sedangkan pigmentasi dapat menetap.3
24
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
25
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan terapi kortisol, yang apabila
penatalaksaan dan pemberian dosis sudah disesuaikan dengan benar, maka
status metabolic pasien kembali normal dan ia mampu menjalani hidup secara
normal.
DAFTAR PUSTAKA
26
3. Persatuan Ahli Penyakit Dalam. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI: 1986.
5. Guyton, A.C & Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Edisi
11. Jakarta: EGC: 804-808.
LAMPIRAN
27
28
29