ALZHEIMER
Oleh:
dr. Ketut Widyastuti, Sp.S
dr. Kelvin Yuwanda
PROGRAM STUDI NEUROLOGI
FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
2017
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Penambahan dari angka harapan hidup pada populasi bukan hanya merupakan masalah
pada negara yang maju. Penuaan yang cepat dari populasi dan kumpulan dari penyakit
degeneratif kronis telah berkembang pada banyak negara yang sedang berkembang juga. Dari
estimasi 25 juta populasi dunia dengan penyakit alzheimer (PA) pada tahun 2000, 13 juta jiwa
tinggal pada daerah yang kurang berkembang (Wimo A dan kawan-kawan, 2003). Diperlukan
penelitian yang intensif untuk menemukan pengobatan dari penyakit yang umum serta
menghabiskan banyak biaya, dan sejajar dari perkembangan terapi, fokus diagnostik juga telah
berpindah menjadi deteksi dari stadium dini PA (Chong M.S., Sahadevan S., 2005).
Konsep PA preklinis muncul pada abad tahun 20 yang awalnya didefenisikan sebagai
individu yang tidak terdapat gangguan kognitif yang menunjukkan lesi otak PA pada
pemeriksaan post mortem. Dengan perkembangan dari petanda patologis PA, konsep tersebut
berkembang dan PA preklinis dipertimbangan apabila petanda tersebut muncul pada individu
awal dapat bermanfaat jangka panjang pada penderita PA. Sebagai akibatnya, perlunya
pendeteksian penderita yang beresiko untuk menderita PA atau yang berada dalam fase
prodormal atau preklinis (Dubois B dan kawan-kawan, 2016). Pada referat ini, akan dijabarkan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Proses dari penyakit alzheimer ini telah dimulai dari beberapa tahun sebelum terjadinya
gejala dan intervensi terapi dapat dimulai pada fase ini di kemudian hari, membuat definisi dari
stadium preklinis menjadi penting. Secara konsep, definisi dari PA preklinis secara teoritis
beranjak dari lesi neuropatologis otak pertama sampai ke onset dari timbulnya gejala pertama
dari PA. Namun, pada praktik, batasan ini sangat susah dipahami (Dubois B dan kawan-kawan,
2016).
Walaupun terdapat batas yang tegas antara stadium dari PA, definisi dari onset klinis dari
penyakit memerlukan perhatian dikarenakan berhubungan paling spesifik dengan strategi dari
ketika resiko dari penderita adalah tinggi (terdapat penanda Aβ dan Tau yang melebihi angka
normal) dan Asymptomatic Risk-Alzheimer Disease (AR-AD) bila evolusi menjadi PA klinis
kecil kemungkinan atau masih harus dipastikan (hanya satu penada patofisiologi yang dianggap
cairan serebro spinal (CSS) dan atau pada pencitraan amiloid positron emition
5
tomography (PET), tetapi tidak ditemukan bukti dari perubahan otak yang dicurigai
degeneratif atau perubahan kognisi atau gejala dari perilaku. Sampai saat ini,
amiloid dan penumpukan dari bentuk fibrillar dari amiloid. Walaupun masi terbatas, data
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa bentuk yang larut atau oligomer dari Aβ
kemungkinan sebanding dengan plak, dimana hal tersebut dapat menjadi reservoir dari
bentuk yang larut, namun masih belum diketahui apakah terdapat stadium pre plak yang
dapat diindetifikasi dimana hanya terdapat bentuk oligomer Aβ yang larut. Selain itu
terdapat data yang mulai dikembangkan pada kohort genetik yang menyatakan bahwa
terdapat perubahan sinaps yang awal sebelum ditemukan akumulasi amiloid (Sperling R.
Sampai saat ini untuk menentukan positif amiloid belum ditentukan. Walaupun
penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa mungkin terdapat batasan dari kadar CSF
Aβ42 sebagai prediktif dari perjalanan dari gangguan kognisi ringan (GKR) menjadi
demensia PA. Namun, masih belum diketahui apakah kadar yang serupa akurat untuk
individu dengan nilai kognisi yang normal atau mendekati normal. Hal yang sama juga
pada pencitraan PET, masih belum diketahui apakah kadar rata-rata pada bagian anatomis
menunjukkan bahwa kadar Aβ42 pada CSS berhubungan terbalik dengan pengukuran
kuantitatif amiloid pada pencitraan PET, terdapat beberapa individu yang menunjukkan
kadar Aβ42 CSS yang menurun namun tidak terdapat amiloid positif pada pencitraan
2. Stadium II : Amiloid positif + bukti dari disfungsi sinaptik dan atau awal neurodegenerasi
6
Individu ini mempunyai bukti dari amilodi yang positif dan terdapat satu atau
lebih penanda pada patologis PA. penanda ini termasuk disfungsi sinaps yang terdeteksi
melalui FDG-PET, disfungsi jaringan yang terdeteksi pada MRI fungsional, cedera
neuron yang dimediasi tau pada pengukuran tau atau phospo-tau pada CSS, dan atrofi
korteks atau hippokampus yang terdeteksi melalui MRI volumetrik. Buktu menunjukkan
neurodegenerasi pada regio otak yang terganggu, termasuk regio korteks posteromedial
(prekuneus, singulus posterior, dan korteks retrospenial), parietal lateral, temporal lateral
individu dengan amiloid negatif, masih terdapat perbedaan diantara individu. Terdapat
abnormalitas yang lebih berat dibandingkan dengan individu dengan amiloid negatif.
biomarker PA lainnya, namun ada beberapa bukti bahwa disfungsi sinaps dini, seperti
yang dinilai oleh teknik pencitraan fungsional seperti FDG-PET dan MRI fungsional,
dini, dan penurunan kognisi yang ringan berada pada stadium akhir dari PA preklinis dan
mendekati batas dari kriteria GKR. Individu ini menunjukkan bukti dari penurunan
ambang batas mereka sendiri, walaupun mereka masih dapat menujukkan hasil normal
7
pada tes kognitif standar. Terdapat bukti mengenai tes yang lebih sensitif, terutama
dengan memberi tes mengenai memori episodik, dapat mendeteksi gangguan kognisi
yang sangat ringan. Mash belum jelas apakah penurunan memori yang dilaporkan sendiri
oleh penderita dapat menjadi prediktor dari perkembangan, namun terdapat kemungkinan
bahwa kombinasi dari biomarker dan penilaian subjektif terhadap perubahan yang ringan
3. Patofisiologi
Peptida Aβ, dimana yang membentuk inti dari plak Aβ parenkim yang dihasilkan
dari Amyloid-beta precursor protein (APP), sebuah holoprotein yang dipotong oleh β dan
γ secretase untuk membentuk Aβ yang toksik. Penyebaran dari plak Aβ berubah dari
waktu ke waktu dan menunjukkan penyebaran dari penumpukan Aβ pada otak pada
penderita (Downing N.M., dan kawan-kawan, 2011). Plak yang difus awalnya timbul
pada neokroteks dan menyebar ke regio otak yang lain. Pada stadium berikutnya, plak Aβ
8
terjadi pada area alokorteks, basal ganglia, talamus, hipotalamus, mesensefalon, medula,
pons dan serebelum. Stadium akhir menunjukkan plak Aβ yang padat di tengahnya.
Gambaran patologis lainya adalah NFT yang terdiri dari bentuk tau protein yang
dengan rangkaian perubahan molekular dan konformasi dari molekul tau (Mufson E.J.,
Braak dan Braak mendeskripsikan penyebaran topografis NFT dari lobur mesial
temporal ke neokorteks, sesuai dengan enam stadium yang tergantung pada lokasi dari
neuron yang terdapat NFT dan keparahan dari lesi (stadium transentorinal I-II : kasus
yang diam secara klinis; stadium limbik III-IV : PA awal; stadium neokortikal V-VI : PA
antemortem yang menunjukkan bahwa individu yang lebih tua pada stadium
performa kognitif mereka dalam batas normal (Mufson E.J., dan kawan-kawan,
2016).
9
Penelitian pada subjek NCI dari kohort Rush Religious Orders Study
(RROS) menunjukkan persentase yang hampir sama pada skor Braak yang rendah
(40%) dan tinggi (60%) dibandingkan dengan subjek dengan NCI, GKR dan PA
dan patologi NFT menggunakan skor Braak. Individu dengan skor Braak yang
rendah dan tinggi serta moderat terhadap skor CERAD menunjukkan kehilangan
total volume otak dan hippokampus yang memberi kesan volume otak sebagai
variabel yang berefek pada penurunan kognisi (Bennet D.A, dan kawan-kawan,
2006).
dan tinggi terhadap domain kognitif (episodik, eksekutif, semantik dan skor
kognitif global) dan patologi plak pada kohort individu tua yang terdiagnosis NCI
pada evaluasi klinis terakhir sebelum meninggal. Pada studi potong lintang ini,
mayoritas dari subjek NCI adalah Braak stadium III. Dijumpai wanita mempunyai
skor Braak yang lebih tinggi (III-V) walaupun masih NCI. Walaupun grup NCI
Braak rendah menujukkan performa yang lebih baik pada kebanyakan domain
kognitif, hanya pada tes memori semantik yang signifikan lebih tinggi namun data
ini tidak tetap ketika data ini disesuaikan untuk umur, jenis kelamin dan lama
langsung dengan stadium Braak (Counts S.E., dan kawan-kawan, 2011). Selain
itu, terdapat korelasi signifikan antara plak neuritik hippocampal CA1 dan
10
memori episodik serta skor kognisi global yang menunjukkan bahwa tipe lesi ini
yang menggabungkan patologi plak Aβ dan tau mempunyai peran lebih krusial
pada penurunan kognisi pada stadium prekilnis demensia (Mufson E.J., dan
kawan-kawan, 2016).
mengalami otopsi dengan patologi PA yang abnormal tinggi, rendah atau normal
dan grup GKR amnestik untuk perubahan di protein presinaptik (mis Synasin-1,
Sunaptophysin) dan post sinaptik (mis Drebrin, PSD-95 dan SAP-97) dan
11
Gambar 2.2 Diagram Tebar mengenai antibodi terhadap protein synapsin-1 dan
Gambar 2.3 Diagram Tebar mengenai antibodi terhadap protein Drebrin, Sap-97,
berbeda dibandingkan NCI abnormal rendah namun GKR amnestik dan NCI
abnormal tinggi tidak berbeda signifikan antara satu dengan yang lain.
signifikan dengan peningkatan tertinggi terluhat pada GKR amnestik dan NCI
abnormal tinggi serta hubungan signifikan antara perubahan pada stress oksidatif
dan protein sinaptik. Penurunan pada kedua protein presinap dan postsinap
12
mengindikasikan kehilangan homeostasis sinaptik pada hipokampus pada proses
stress oksidatif yang sesuai dengan perkembangan penyakit. Namun yang tidak
diharapkan adalah stress oksidatif yang meningkat pada kohort NCI abnormal
satu pemicu terhadap gangguan sinap dan fosforilasi tau pada PA. Kadar oligomer
Aβ di korteks pada GKR dan PA yang ringan sampai sedang dihubungkan dengan
kontrol tanpa demensia dengan usia yang sama, dikorelasikan dengan keparahan
dari gangguan kognitif, stadium Braak, dan kadar protein presinaptik dan
dengan hiperfosforilasi tau pada PA. Oleh karena itu, agen terapetik yang
13
menarget oligomer Aβ sinaptik pada proses penyakit yang dini dapat
memperlambat onset dan arah penyakit (Mufson E.J., dan kawan-kawan, 2016).
4. Pemeriksaan Penunjang
pada rangkaian PA, dan relevan dalam mengikuti perjalanan stadium dari PA
pada CSS dan peningkatan dari retensi amiloid pada pencitraan PET. Peningkatan
tau CSS tidak spesifik untuk PA dan diduga sebagai biomarker dari cedera
14
Penurunan ambilan fluorodeoxyglcose 18 F (FDG) pada PET dengan pola
yang berhubungan dengan PA. Atrofi otak pada pencitraan magnetic resonance
Gambar 2.6 Model biomarker dari kaskade patologi pada penyakit Alzheimer
PA dengan cara perhitungan in vivo dari amiloid fibrilar di otak. Pasien yang
kebanyakan terjadi pada stadium dini penyakit, dengan kadar Aβ fibrilar menjadi
stabil pada akhir penyakit. Amiloid fibrilar di korteks yang dilhat dengan
15
pencitraan PET berkorelasi dengan erat pada patologi amiloid saat otopsi
“diam” diantara akumulasi Aβ dan gejala klinis yang masih belum bisa
ditentukan, namun fase ini mungkin lebih dari satu dekade (Gil-Gregorio P.,
Gambar 2.7 Fase “diam” diantara akumulasi plak sampai terjadinya klinis
marker dari kehilangan neuronal, dan MRI berhubungan erat dengan kemampuan
kognitif melalui fase klinis GKR dan demensia. Pada MRI dapat terlihat pasien
16
dengan GKR dan demensia dikarenakan oleh PA mempunyai fase atrofi yang
lebih cepat pada hipokampus, korteks entorinal, subtansia grisea dan otak secara
hippokampus yang berkurang sampai lebih kurang 10% pada 3 tahun sebelum
diagnosis demensia PA, dan atrofi mulai paling tidak 5 tahun sebelum diagnosis
17
BAB III
KESIMPULAN
Proses dari penyakit alzheimer ini telah dimulai dari beberapa tahun sebelum terjadinya
gejala dan intervensi terapi dapat dimulai pada fase ini di kemudian hari, membuat defenisi dari
stadium preklinis menjadi penting. Definisi dari PA preklinis secara teoritis beranjak dari lesi
neuropatologis otak pertama sampai ke onset dari timbulnya gejala pertama dari PA. Terdapat 3
stadium PA preklinis yaitu stadium I (Stadium pada amiolodosis serebral asimptomatik), stadium
II (Amiloid positif + bukti dari disfungsi sinaptik dan atau awal neurodegenerasi), dan stadium
dan Patologi Neuro Fibrillary Tangle (NFT) dimana APP membentuk inti dari plak Aβ
parenkim, NFT dan kognisi pada PA preklinis yang menunjukkan hubungan negatif terhadap
plak Aβ dan NFT dengan pemeriksaan kognitif, Stress Oksidatif dan homeostasis sinaptik pada
perjalanan dini PA menujukkan terdapat peningkatan kadar stress oksidatif pada NCI abnormal
Kaskade patogenik dari PA diperkirakan dimulai dari paling tidak 10-20 tahun sebelum
terjadinya gejala gangguan kognitif, dan biomarker PA mempunyai peran krusial pada deteksi
18
dan monitoring dari stadium preklinis dan klinis dari PA. Peran biomarker PA menjadi lebih
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang digunakan, seperti pemeriksaan Aβ42 pada
DAFTAR PUSTAKA
Bennett DA, Schneider JA, Arvanitakis Z, Kelly JF, Aggarwal NT, Shah RC, Wilson RS.
Braak H, Braak E. Demonstration of amyloid deposits and neurofibrillary changes in whole brain
Buchhave P.,dan kawan-kawan. Cerebrospinal fluid levels of beta-amyloid 1-42, but not of tau,
are fully changed already 5 to 10 years before the onset of Alzheimer dementia. Arch
Counts SE, Che S, Ginsberg SD, Mufson EJ. Gender differences in neurotrophin and glutamate
Dowling NM, Tomaszewski Farias S, Reed BR, Sonnen JA, Strauss ME, Schneider JA, Bennett
19
community-based cohorts of older adults. Journal of the International
Dubois B., dan kawan-kawan. Preclinical Alzheimer’s Disease : definition, natural history, and
Fagan AM, Mintun MA, Mach RH, Lee SY, Dence CS, Shah AR, et al. Inverse relation between
in vivo amyloid imaging load and cerebrospinal fluid Abeta42 in humans. Ann Neurol
2006;59:512–9.
Jack CR Jr, Knopman DS, Jagust WJ, ShawLM, Aisen PS,WeinerMW, et al. Hypothetical model
2010;9:119–28.
Langbaum J.B., dan kawan-kawan. Ushering in the study and treatment of preclinical Alzheimer
Mufson E.J., dan kawan-kawan. 2016. Molecular and Cellular Pathophysiology of Preclinical
20