Resume Sken 2 Tutor M
Resume Sken 2 Tutor M
SKENARIO 2
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK TUTORIAL M
PENGAMPU:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SKENARIO 2
Seorang laki-laki usia 56 tahun datang ke IGD dengan keluahan afasia dan hemiplegi dextra.
Istrinya mengatakan bahwa sebelumnya pasien mengalami demam intermitten dan menggigil
dalam 2 minggu terakhir. Pemeriksaan jantung menunjukkan pada auskultasi murmur ejeksi
sistolik grade 2/6 pada SIC II linea parasternal dextra (LPS D). Pemeriksaan kultur darah
pada 4 serial pemeriksaan didapatkan Staphylococcus aureus. Pada pemeriksaan EKG
didapatkan irama Paroksismal Atrial fibrillasi. Pemeriksaan CT scan menunjukkan stroke
akut non hemoragik.
Learning Objective dan Pembahasan
1. Kelistrikan jantung
4. Fase plateu (keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil agak lama
sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi (cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur tidak mengalir dan
permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
Jantung mempunyai otot yang mempunyai sifat otomatisasi artinya dapat membentuk
pusat denyut jantung sendiri.Pusat utama denyut jantung ini disebut Simpul Atrial Nodus (SA
Node) yang terletak di atrium kiri Jantung. pusat denyut jantung ini akan mengeluarkan
impuls atau denyut kemudian denyut ini mengeluarkan arus listrik yang selanjutnya arus
lisrik ini diteruskan kesetiap sel otot jantung sehingga jantung dapat berdenyut secara
otomatis secara terus menerus, dan sehingga darah dapat dipompa keseluruh tubuh setiap
saat tanpa henti. Setiap kali berdenyut jantung akan memompa darah sekitar 70 ml/cc darah,
Selama satu menit ventrikel dapat berdenyut selama lebih kurang 70 kali (N.B nilai di dalam
fisiologi jantung seseorang sangat beragam dan bervariasi), maka apabila terdapat 70 ml/cc
bisa diartikan selama satu menit dihasilkan 4900 ml/cc atau disetarakan menjadi 5000ml/cc
atau 5 l.
Jantung mempunyai kemampuan menghantarkan arus listrik yang berasal dari pusat
denyut jantung dan masing-masing bagian mempunyai kemampuan berbeda dalam
menghantarkan arus listrik. Disamping itu arus listrik yang berasal dari pusat denyut jantung
dikontrol oleh Atrio-Ventrikel Nodus (AV Node), AV Node ini akan mengendalikan arus
listrik yang akan diteruskan kebagian jantung lain (ventrikel), AV Node dapat diartikan
sebagai penjaga pintu gerbang. Tidak semua arus listrik jantung atau denyut jantung
diteruskan ke ventrikel, ada sebagian yang ditahan, sehingga jantung terhindar dari denyut
jantung yang tidak normal yang dapat mengancam keselamatan manusia.Jantung juga dapat
berkontraksi atau berdenyut secara otomatis tanpa henti sehingga darah dapat dialirkan
keseluruh tubuh untuk memenuhi keperluan seluruh organ tubuh.
Otot akan berkontraksi hanya bila ada listrik yang mengalirinya. Pada jantung,
pembangkit listrik utamanya terletak pada dinding serambi kanan (sinoatrial node / SA node),
dekat masuknya pem- buluh darah balik tubuh bagian atas (vena cava superior).Dari SA node
listrik mengalir ke dinding-dinding serambi kanan dan kiri jantung.Kontraksi kedua serambi
memompa darah ke dalam kedua bilik jantung.
Pada dinding antara serambi dan bilik terdapat pembangkit listrik lain, yaitu
atrioventricular (AV) node yang berfungsi mengurangi frekuensi SA node.Frekuensi SA node
perlu diturunkan, agar kedua bilik terisi penuh.Aliran listrik kemudian menjalar ke kedua
bilik sebelum berakhir di ujung jantung.Kontraksi bilik kiri memompa darah ke seluruh
tubuh, sedangkan bilik kanan memompa darah ke paru-paru. Segera setelah kedua bilik
mengosongkan isinya, SA-node membentuk kejutan listrik baru.Pada orang dewasa, daur
ulang /siklus SA node ini terjadi sebanyak enam puluh hingga seratus kali per menit. Denyut
jantung meningkat bila ada: kegiatan fisik, rangsangan emosi yang kuat, obat-obatan tertentu,
demam, infeksi, dan menurun pada waktu tidur. Frekuensi denyut jantung para olahragawan
kurang dari enam puluh per menit, karena latihan fisik meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kinerja jantung.
Sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada EKG, yang terdiri
dari :
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
otoritmik dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls
(rangsangan listrik) dengan frekuensi 70 kali permenit (70 mpj) kemudian menjalar ke
atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel
otoritmik dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi lebih rendah
dan pada SA Node yaitu 50 kali permenit / 50 mpj. Oleh karena AV Node mengeluarkan
impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi.
Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang
yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang.
Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan
impuls dengan frekuensi 30 kali permenit / 30 mpj.
Potensial Aksi
Pada otot jantung, potensial aksi ditimbulkan oleh pembukaan dua macam kanal, yaitu:
(1) kanal cepat natrium dan (2) kanal kalsium-natrium .
Kanal kedua berbeda dengan kanal pertama karena lebih lambat membuka dan yang
lebih penting, kanal ini tetap terbuka selama seperbeberapa puluh detik.
Selama waktu itu, sebagian besar ion kalsium dan ion natrium mengalir melalui kanal-
kanal tersebut lalu masuk ke bagian dalam serabut otot jantung, hal ini akan
mempertahankan periode depolarisasi dalam waktu yang lebih panjang sehingga
menyebabkan pendataran potensial aksi.
Lalu ion kalsium yang masuk tadi akan membangkitkan proses kontraksi otot, ion
kalsium tersebut berasal dari reticulum sarkoplasmik intrasel.
Segera sesudah timbulnya potensial aksi, permeabilitas membrane otot jantung terhadap
ion kalium menurun kira-kira 5 kali lipat, hal ini mungkin akibat dari jumlah kalsium
yang masuk terlalu banyak.
Bila kanal lambat kalsium-natrium tertutup pada akhir 0,2-0,3 detik dan pemasukan
ion kalsium-natrium berhenti maka permeabilitas membrane terhadap ion kalium akan sangat
meningkat dengan cepat, kemudian ion kalium juga akan menghilang dengan cepat dari
serabut, sehingga secepatnya akan mengembalikan potensial membrane ke keadaan istirahat,
dengan begitu berakhirlah potensial aksi
Gelombang EKG
· Gelombang P
· Segmen PR
Menunjukkan jeda penyaluran impuls pada AV Node. Hal ini bertujuan untuk
memaksimalkan fase pengisian ventrikel, sehingga ventrikel dapat terisi secara maksimal.
· Kompleks QRS
· Segmen ST
· Gelombang T
· Segmen TP
2. EKG Normal
Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan
penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium.
Gelombang - gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal dan
voltase vertikal. Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
1. Segment PT.
Yaitu suatu periode atau fase dimana ventrikel baru saja berelaksasi / repolarisasi
setelah berkontraksi pada fase sebelumnya. Sedangkan apabila kita lihat dari segi atrium
adalah fase / waktu ketika atrium mengalami relaksasi dan akan terdepolarisasi pada fase
selanjutnya. Ketika siklus jantung memasuki fase ini, maka dapat disimpulkan atrium
dan ventrikel berada dalam keadaan relaksasi, oleh karena itu tekanan di kedua tempat
ini pun juga rendah karena tidak adanya impuls / rangsangan. Akibatnya darah yang
mengalir baik dari vena cava maupun vena pulmonalis akan mengalir dengan mudah
memasuki rongga atrium. Pada saat dimana volume darah yang mengisi rongga atrium
semakin tinggi, maka tekanan di dalam rongga atrium pun semakin tinggi sedangkan
tekanan di rongga ventrikel masih rendah akibat belum adanya darah yang masuk. Oleh
karena tekanan pada atrium lebih tinggi dari pada tekanan di ventrikel dan karena posisi
ventrikel yang lebih inferior dari pada atrium, maka darah pada rongga atrium akan
dengan mudahnya / pasif memasuki rongga ventrikel hingga tekanan di ventrikel
meningkat atau sama dengan tekanan atrium. Saat volume darah yang masuk pada
rongga ventrikel dirasa cukup dan tekanan pada rongga ventrikel meningkat maka secara
otomatis katup AV kanan (tricuspidalis) dan kiri (bicuspidalis) akan menutup agar darah
pada rongga ventrikel tidak kembali menuju atrium. Mekanisme ini adalah salah satu
keunikan jantung untuk mengupayakan kerja jantung yang konstan namun tidak
menimbulkan kelelahan yang berarti bagi jantung. Untuk kita ketahui, mekanisme ini
dapat menyumbang 80 % darah yang masuk ke dalam ventrikel
2. Gelombang P
3. Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval
ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan hambatan impuls melalui
nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Perpanjangan interval PR
yang abnormal menandakan adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut bloks
jantung tingkat pertama.
4. Kompleks QRS
5. Segmen ST
6. Gelombang T
7. Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T, meliputi
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata‚ waktu rata - rata adalah 0,36
sampai 0, 44 cdetik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT
memanjang pada pemberian obat ‚ obat antidisritmia seperti kuinidin, prokainamid,
sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone).
3. EKG Patologis
Hypertrophy otot jantung bisa diagnosis dengan EKG, depolarisasi otot jantung akan
terekam oleh EKG dengan digambarkan oleh voltase yang berupa grafik EKG. Semakin
besar otot jantung akan membutuhkan waktu yang lebih untuk didepolarisasi. Sehingga pada
kasus hypertrophy, akan muncul voltase yang beda dengan normal. Semua tergantung dimana
letak otot jantungnya yang akan didepolarisasi dan elektroda positip mana (lead) yang
merekamnya. Jantung di bagi menjadi 4 ruang, yaitu : atrium/serambi kanan, atrim/serambi
kiri, ventrikel /bilik kanan, ventrikel /bilik kiri. Untuk itu saya akan memberikan contoh EKG
yang menggambarkan pembesaranke empat ruangan tersebut beserta kriterianya. Untuk
atrium digunakan nama enlargment atau dilatasi.
a. Blokade SA Node
SA Node terdiri atas dua sel, yaitu:
Hanya Blokade SA Node derajat II (tipe 1 dan 2) yang dapat terdeteksi melalui
EKG
Disfungsi SA Node
Myocarditis
b. Blokade AV Node
b. Sinus Bradikardia
d. Ventrikel Takikardi
e. Ventrikel Fibrilasi
Demam reumatik adalah sindrom klinis yang menyertai faringitis oleh kuman ß-
Steptokokuks hemolikus grup A. Penyakit jantung reumatik adalah gejala sisa berupa cacat
pada katup akibat demam reumatik sebelumnya.
Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran napas atas oleh kuman ß-Streptokokus hemolitikus
grup A. Seperti infeksi saluran napas atas umumnya, keluhan biasanya berupa demam,
batuk, rasa sakit waktu menelan, tidak jarang disertai muntah, dan bahkan pada anak kecil
dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisis sering didapatkan eksudat di tonsil yang
menyertai peradangan lainnya. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, yaitu masa antara infeksi Streptokokus dengan
permulaan tanda dan gejala demam reumatik. Stadium Periode ini biasanya berlangsung 1-
3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III adalah timbulnya fase akut demam reumatik, berupa
ditemukannya tanda atau gejala peradangan umum (manifestasi minor) dan tanda atau
gejala spesifik (manifestasi mayor) demam reumatik.
Manifestasi peradangan umum (gejala minor)
Biasanya penderita mengalami demam yang tidak tinggi tanpa pola tertentu. Anak
menjadi lesu, anoreksia, cengeng, dan berat badan tampak menurun. Anak tampak pucat,
dapat pula dijumpai adanya epistaksis. Artralgia adalah nyeri sendi tanpa tanda objektif
pada sendi. Artralgia biasanya melibatkan sendi besar. Gejala klinis lain yang dapat timbul
adalah nyeri perut, kadang-kadang bisa sangat hebat sehingga menyerupai apendisitis akut.
Sakit perut ini akan memberikan respon cepat dengan pemberian salisilat.
1. Poliartritis migrans
Biasanya menyerang sendi-sendi besar seperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan
pergelangan tangan. Sendi yang terkena menunjukkan gejala peradangan yang jelas
seprti bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi gangguan fungsi sendi.
Artritis reumatik bersifat asimetris dan berpindah-pindah. Kelainan ini ditemukan pada
sekitar 70% pasien DR/PJR.
2. Karditis
c. Kardiomegali
e. Gagal jantung kongestif pada anak atau dewasa muda tanpa sebab lain.
3. Korea Sydenham
4. Eritema marginatum
5. Nodul subkutan
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. EKG
3. Ekokardiografi
Tata laksana
1. Istirahat baring
2. Anti inflamasi
3. Eradikasi kuman
a. Endokarditis
Definisi
Epidemiologi
Insidens di negara maju berkisar antara 3 sampai 9 kasus per 100.000 populasi.
El biasanya lebih sering terjadi pada pria dibandingkan perempuan dengan rasio lebih
dari 2:1.
Patogenesis
Patologi
Patologi El katup asli dapat lokal (kardiak) mencakup valvular dan perivalvular
atau distal (non kardiak) karena perlekatan vegetasi septik dengan emboli, infeksi
metastatik dan septikemia. Vegetasi biasanya melekat pada aspek atrial katup
atrioventrikular dan sisi ventrikular katup semilunar, predominan pada garis penutupan
katup. Patologi intrakardiak pada El katup prostetik berbeda bermakna dengan El katup
asli. Jika katup mekanik terlibat, lokasi infeksi adalah perivalvular dan komplikasi yang
biasa adalah periprosthetic leaks dan dehiscence, abses cincin dan fistula, disrupsi sistem
konduksi dan perikarditis purulenta. Pada katup bioprotese, elemen yang bergerak
berasal dari jaringan, mungkin menjadi lokasi infeksi dan perforasi katup serta vegetasi.
Abses cincin juga dapat ditemukan.
Manifestasi klinis
Demam merupakan gejala dan tanda yang paling sering ditemukan, terjadi pada
80% kasus El.
Diagnosis
b. Miokarditis
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Anoreksia
Patofisiologi
Proses miokarditis viral ada dua tahap, tahap pertama (akut) berlangsung
kira-kira 1 minggu dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus, dan lisis
sel. Setelah itu, terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau
dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Tahap kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radan dan sistem imun
akan diaktifkan, antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadapa miokard, akibat
perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Tahap ini berlangsung selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti dengan kerusakan miokardium
dari yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusak sel-sel endotel.
Terbentuknya antibodi endotel diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskuler.
Walaupun etiologi kelainan mikrovaskuler belum pasti, tetapi sangat mungkin
berasal dari imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi, pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro menyebabkan proses
berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks
miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut
otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini
mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan
payah jantung.
Komplikasi
Kardiomiopati
Efusi pericardial
AV block total
Trobi kardiak
Gagal jantung
Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
Elektrokardiografi (EKG)
Foto Dada
Ekokardiografi
Penatalaksanaan
Bila terjadi gagal jantung kongestiv harus diberikan obat untuk memperlambat
frekuensi jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi.
c. Perikarditis
Definisi
Klasifikasi
Pericarditis fibrinosa
Pericarditis efusi
2. Pericarditis sub akut (6 minggu sampai 6 bulan)
Pericarditis efusi-konstriktif
Pericarditis konstriktif
Pericarditis efusi
Pericarditis konstriktif
Pericarditis adhestiva
Etiologi
Ideopatik
Infeksi
- Virus
- Jamur
- Protozoa
Demam rheuma
Pasca infakmiokard
Kongenital
Patofisiologi
Reaksi radang pada pericarditis dapat berupa penumpukan cairan (efusi) atau
darah, akumulasi fibrin, poliferasi jaringan fibrosa, dan kalsifikasi. Penumpukan cairan
pada ruang pericardium akan menggangu fase pengisian ventrikel sehingga cardiac
output juga berkurang, dan yang lebih parah juga mengalami prnurunan tekanan darah
Bila inflamasi berlangsung kronis, dapat terbentuk eksudat, fibrosis dan pembentukan
jaringan parut, hingga kalsifikasi yang menyebabkan restriksi relaksasi dan pengisian
ventrikel, berkurangnya cardiac output dan menyebabkan gejala kongesti. Keadaan ini
disebut perikarditis konstriktif.
Gejala
· nyeri dada
· demam rendah
· takikardi
Pemeriksaan penunjang
· EKG
· Foto thoraks
· Perikardiosintesis
· Ekokardiografi
Tata laksana
· Kortikosteroid
· Perikardiotomi