Menurut kamus besar bahasa indonesia, kajian merupakan hasil mengkaji;
mengkaji memiliki arti sebagai kegiatan belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dsb); menguji; menelaah: ~ baik buruk suatu perkara. Strategis berarti berhubungan, bertalian, berdasar strategi; atau baik letaknya. strategi sendiri adalah rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.Sehingga bila kedua kata ini diartikan secara satu kesatuan yang kerap kita sebut kastrat, maka definisinya adalah “suatu aktivitas menelaah-menganalisis suatu hal dan menjadikannya sebagai landasan untuk merencanakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Kata kata yang dibuat lebih tebal merupakan inti dari kajian strategis Kajian Strategis atau yang sering dikenal dengan kastrat berdasarkan pengertiannya yang tercantum di buku Meretas Jejak ISMKI, merupakan sebuah proses berfikir, bersikap dan bertindak yang kritis dan konstruktif berdasarkan atas sebuah permasalahan yang timbul. Sedangkan Bidang Kajian Strategis adalah bagian dari organ-isasi kemahasiswaan yang turut berkontribusi kepada pergerakan mahasiswa dengan fungsi spesifik mengkaji dan menelaah permasalahan- permasalahan (isu) yang terdapat di masyarakat (ruang lingkup kampus maupun masyarakat umum). Kastrat memiliki beberapa fungsi mendasar yang akan menjadi kunci bagi aktivitas di organisasi. Secara umum ada 4 fungsi utama yang harus dimiliki oleh Kajian Strategis, 1. Fungsi Analisi Isu Kastrat memiliki fungsi untuk menganalisis isu kebijakan yang beredar di masyarakat. Kastrat akan bertindak sebagai “think tank”. Pada level ini, kastrat harus memiliki kompetensi untuk memilah isu media dan isu kebijakan yang lebih substantif. Setelah isu dipilah kastrat perlu melakukan analisis terkait kebijakan tersebut. Analisis ini akan menjadi dasar bagi penyikapan isu gerakan. 2. Fungsi Penyikapan Isu Kastrat juga memiliki fungsi untuk memberikan sikap atu isu yang telah dianalisis. Setelah isu kebijakan dianalisis, Kastrat harus memberikan sikap itelektual; apakah menerima, menolak, atau menunda penyikapan. Sikap ini penting untuk memutuskan apa yang harus dilakukan oleh organisasi terkait dengan isu kebijakan tersebut. 3. Fungsi Perencanaan Strategi Gerakan Selain analisis dan penyikapan, Kastrat juga diperlukan untuk merencanakan langkah strategis apa yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut dari sikap tersebut. Strategi berarti rumusan desan gerakan apa yang akan dilakukan untuk memperjuangkan kepentingan organisasi. Di sini, kastrat perlu merumuskan posisi organisasi, momentum-momentum, hingga langkah taktis yang akan diambil ketika bergerak. 4. Fungsi Pengembangan Wacana Intelektual Kastrat juga punya fungsi untuk mengembangkan wacana-wacana intelektual untuk memperkaya gerakan. Pengembangan wacana ini dapat dilakukan dengan format pengayaan pengetahuan bagi organisasi, upgrading kapasitas intelektual, hingga pewacanaan isu gerkana secara publik dalam bentuk diskusi dan seminar. Di sini, kastrat akan bertindak punya peran untuk menawarkan wacan baru sebagai alternatif dari kebijakan yang dikritik. Proses pewacanaan tersebut dapat dilakukan melali diskusi-diskusi publik, seminar, kertas kerja, hingga penerbitan buku yang merangkum gagasan-gagasan kritis mahasiswa. Berpikir kritis adalah suatu proses dimana seorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi infomasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Berpikir kritis banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari begitu juga di dalam kastrat. Dimana salah satu fungsi kastrat adalah fungsi analisi isu yang membutuhkan pemikiran yang kritis. Sehingga dalam disimpulkan bahwa hubungan antara kastrat dan berpikir kritis adalah dalam kastrat mahasiswa dilatih untuk berpikir kritis terhadap isu-isu yang beredar dengan menganalisis dan mengkaji. Kastrat menuntut juga seorang mahasiswa untuk aktif menanggapi isu maupun kebijakan yang ada dan tidak hanya mnerima secara pasif.