LAPORAN LENGKAP
FIELD TRIP GEOMORFOLOGI
OLEH :
KELOMPOK VI
AMIR
R1D1 18 007
KENDARI
2019
HALAMAN TUJUAN
LAPORAN LAPANGAN
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
AMIR
R1D1 18 007
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN LAPANGAN
PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
Dosen Pembimbing
Mata Kuliah Geomorfologi
DENIYATNO,S.SI,MT
NIP.19820323200604 1003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Laporan Lapangan Field Trip Geomorfologi ini yang syukur dan alhamdulillah selesai tepat pada
waktunya.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Namun berkat bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak, terutama kepada yang terhormat dosen pembimbing geomorfologi
Bapak Deniyatno,S.si,MT serta kepada para asisten yang memberikan bimbingan dan koreksi
sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih serta
penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan yang maha Esa dapat melimpahkan Rahmat-Nya
atas segala amal yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang maha Esa senantiasa meridhoi
segala usaha yang telah dilakukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Tujuan
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud danTujuan
1.3. Waktu, Letak dan Kesampaian Daerah
1.4. Alat dan Bahan
1.5. PenelitiTerdahulu
1.6. Manfaat Penelitian
BAB II GEOLOGI REGIONAL
2.1. Geomorfologi Regional
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HasilPenelitian
3.2. Pembahasan
3.2.1. Pola Aliran & Tipe Genetik Sungai
3.2.2. Jenis Morfologi
BAB IV DISKUSI
4.1.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1. Maksud dari praktikum lapangan geomorfologi adalah untuk mengetahui kondisi morfologi
daerah amarilis kota kendari prov sultra
1.2.2. Tujuan tujuan dari praktikum lapangan geomorfologi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pola aliran dan tipe genetik sungai daerah amarilis
b. Untuk mengetahui jenis morfologi daerah amarilis.
Salah satunya dengan meneliti langsung batuan penyusun daerah sulawesi tenggara.
Dilakukannya praktikum lapangan supaya mahasiswa kebumian dapat mengamati sendiri singkapan
batuan, dan dapat menegetahui mineral apa saja yang terkandung dalam batuan sehingga dapat
menjelaskan genesa dan karakteristik batuan dengan benar berdasarkan pengematan yang dilakukan
dilapangan.
9. Rol mteter Sebagai alat untuk mengukur tingkat pelapukan atau erosi
R
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pola Aliran dan Tipe Genetik Sungai
Pola aliran sungai terdiri dari:
1. Pola aliran dendritik
Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai
struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan
yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol
oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang
resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada
batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur
sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Mengapa demikian ? Hal ini
dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses
pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah
dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada
batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus),
sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara
radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola
aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith.
Pada bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari
pola radial dan annular.
3. Pola aliran rectangular
Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut
saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga
memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola
pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran
rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti
jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya
lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran
sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar
(patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari
struktur kekar dan patahan
DISKUSI
1. Pelapukan fisika
Udara, tekanan, dan juga kristalisasi garam. Jenis pelapukan yang pertama adalah
pelapukan fisika. Pelapukan fisika merupakan pelapukan yang sering disebut sebagai
pelapukan mekanik. Pelapukan fisika adalah proses pelapukan dari batuan yang diakibatkan
adanya pengaruh faktor fisik pada batuan. Ada faktor utama yang paling berperan dalam
pelapukan ini. Faktor yang paling dominan tersebut adalah suhu
Pelapukan fisika ini juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh adanya
perubahan suhu atau iklim. Jenis pelapukan fisika ini hanya bisa ditemukan di daerah yang
mempunyai iklim ekstrim, seperti sub tropis, gurun, pesisir pantai dan daerah- daerah yang
mempunyai topografi yang curam. Adapun beberapa contoh pelapukan fisika ini antara lain
adalah sebagai berikut:
Melapuknya batuan di daerah gurun akibat adanya perubahan cuaca harian secara
ekstrim. Suhu udara tinggi pada siang hari akan membuat batuan memuai, kemudian
pada malam hari suhu udara akan turun dan membuat batuan menjadi mengkerut.
Karena proses ini berlangsung secara berulang- ulang akan memungkinkan ikatan
mineral dalam batuan mengalami pelemahan sehingga pada akhirnya batuan akan
hancur menjadi beberapa bagian.
Kristalisasi air garam yang terjadi pada batuan di pantai. Kristalisasi garam yang
terjadi pada pori batuan di sekitar ekosistem pantai akan menekan batuan secara
endogen sehingga akan memunculkan kemungkinan batuan akan pecah.
2. Pelapukan kimia
Berbicara mengenai pelapukan kimia, kita akan mengenal adanya 4 proses yang
termasuk dalam pelapukan kimia. Adapun 4 proses tersebut antara lain adalah:
Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.
Hidrolisa, yaitu peroses penguraian air atas unsur- unsurnya menjadi ion- ion yang
bersifat positif dan negatif.
Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi.
Karbonasi, yaitu pelapukan batuan yang disebabkan karena karbondioksida.
Itulah beberapa proses yang akan kita temukan dalam pelapukan batuan secara
kimiawi. Proses tersebut hanya akan kita temui pada pelapukan yang bersifat kimiawi saja.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum lapangan geomorfologi kali ini adalah sebagai berikut:
B. Jenis morfologi
Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai, yaitu:
1. Sungai lurus (straight) umumnya berada pada daerah bertopografi terjal mempunyai
energi aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada intensitas erosi
vertikal yang tinggi, jauh lebih besar dibandingkan erosi mendatarnya. Kondisi seperti itu
membuat sungai jenis ini mempunyai kemampuan pengendapan sedimen kecil.
2. Sungai kekelok (meandering) adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok atau
berbelok-belok. Pada sungai tipe ini erosi secara umum lemah sehingga pengendapan
sedimen kuat. Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan erosi vertikal, perbedaan ini
semakin besar pada waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran sungai sering berpindah
tempat secara mendatar.
3. Sungai teranyam (braided) umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi arus
alirannya lemah dan batuan di sekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan debit air dan
pengendapan sedimen tinggi. Daerah yang rata menyebabkan aliran dengan mudah belok
karena adanya benda yang merintangi aliran sungai utama.
4. Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabang-cabang,
dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali pada titik dan
kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu aliran. Energi alir sungai
tipe ini rendah. Ada perbedaan yang jelas antara sungai teranyam dan sungai
anastomosing. Pada sungai teranyam, aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu
kembali menyatu masih dalam lembah sungai tersebut yang lebar.
5.2 Saran
Saran saya pada praktikum kali ini adalah untuk para asisten mohon di bantu
praktikan dalam mendeskripsi batuan dan mengukur debit air karena banyak praktikan yang
belum mengerti cara menyelesaikan hal tersebut