Anda di halaman 1dari 14

KEJADIAN DIARE DAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) TERHADAP

KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA 2-3 TAHUN DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KOTOBANGUN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Strata Satu kesehatan
Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

oleh
Vitha Friskamayanti Tahaku
711331115032

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MANADO

JUNI 2019
Tahaku Vitha,2019 “Kejadian Diare Dan perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Gizi

Terhadap kejadian STUNTING Pada Anak Balita 2-3 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kotabagun” (Di bimbing oleh Drs.Meildy E.Pascoal,M.Kes, Sebagai Pembimbing 1 dan Olga

L. Paruntu,SPd,M.Si Sebagai Pembimbin II).

ABSTRAK

Salah satu tantangan yang saat ini dihadapi sektor kesehatan di Indonesia adalah dengan
kekurangan gizi anak kronis. Meskipun banyak perkembangan kesehatan telah dilakukan di
Indonesia selama beberapa tahun terakhir, namun masalah stunting tetap signifikan. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi diare dan perilaku hidup bersih sehat
(PHBS) Gizi di wilayah kerja Puskesmas Kotobangun Kota Kotamobagu.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif oberservation analitik dengan menggunakan


rancangan cross sectional study yaitu dimana pengukuran variabel independen yaitu frekuensi
diare dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) Gizi sedangkan variabel dependent stunting yang
dilakukan pada waktu yang sama dalam satu kali pengukuran pada subjek penelitian. Sampel
dari penelitian ini diambil dari 60 responden yang termasuk wilayah kerja Kotobangun Kota
Kotamobagu.

Hasil peneltian uji statistik chi- square Kejadian Diare terhadap kejadian Stunting Pada
Balita umur 2-3 Tahun tidak terdapat hubungan hubungan yang bermakna antara frekuensi diare
terhadap kejadian stunting dengan nilai p= 0,258 (p=<0,05), sedangkan hasil penelitian
menggunakan uji statistik chi-square bahwa tidak ada hubungan perilaku hidup bersih sehat
(PHBS) gizi terhadap kejadian stunting pada balita umur 2-3 Tahun dengan nilai p=0,512
(p<0.05).

Kata Kunci :Kejadian Diare, Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Stunting
PENDAHULUAN

Salah satu tantangan yang saat ini dihadapi sektor kesehatan di Indonesia adalah dengan

kekurangan gizi anak kronis. Meskipun banyak perkembangan kesehatan telah dilakukan di

Indonesia selama beberapa tahun terakhir, namun masalah stunting tetap signifikan. Stunting

adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Salah satu

faktor yang mempengharui stunting adalah penyakit infeksi.

Menurut (Dewey dan Mayers, 2011), Sakit yang berulang dapat mempengharui status gizi

dan apabila gizi memburuk dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Bahkan ketika tidak

ada gejala yang jelas, kondisi fisologis yang berhubungan dengan infeksi dapat mengganggu

pertumbuhan dengan menekan nafsu makan, menghambat penyerapan zat gizi, meningkatkan

kehilangan mineral, dan tidak dapat memenuhi kecukupan zat gizi untuk pertumbuhan. Status

gizi anak berkaitan erat dengan infeksi yang diderita anak.

Gizi yang baik akan mempercepat pemulihan dan mengurangi intensitas (kegawatan)

penyakit infeksi pada bayi. Kejadian infeksi merupakan penyebab utama kematian bayi di negara

berkembang (Fikawati, dkk 2016).

Sedangkan faktor lain yang mempengaharui stunting yaitu sanitasi lingkungan. Sanitasi

berpengaruh terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak karena anak usia di bawah dua tahun

rentan terhadap penyakit infeksi. Paparan infeksi disebabkan oleh praktik sanitasi dan kebersihan

yang kurang baik membuat gizi sulit diserap oleh tubuh (MCA, 2014). Salah satu upaya

intervensi adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus diupayakan oleh setiap

rumah tangga termasuk meningkatkan akses air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga

kebersihan lingkungan.
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 mengenai prevalensi balita pendek di Indonesia

adalah 37,2 %, sedangkan riskesdas 2013 pada daerah Kotamobagu 38,1%. Presentase tertinggi

pada tahun 2013 adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%),

(Batlitbangkes, 2016). Sedangkan Menurut hasil Penilaian Status Gizi (PSG) pada Tahun 2017 ,

meningkat yaitu 31,4 % jika dibandingkan pada tahun 2016 21.2 % dan pada tahun 2015 22,2 %

(Direkgimas, 2017). Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Desa Kotobangun prevalensi anak

stunting 0-2 tahun terdapat 173 anak dan 2-5 Tahun terdapat 202 anak yang stunting.

Hasil penelitian Desyanti dan Nindya (2017) menunjukkan bahwa hasil uji statistik

menggunakan Chi-square diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat

penyakit infeksi diare dengan kejadian stunting yang dapat dilihat dari nilai p= 0,025 (p <0,05),

selain itu diperoleh nilai OR sebesar 3,169. Sedangkan faktor lingkungan yang berisiko terhadap

kejadian stunting adalah sanitasi lingkungan. Hasil penelitian (Rahmayana., dkk 2014) analisa

dengan uji statistik Chi-square di dapat nilai P=0,000 <(α=0,05) maka hipotesis Ha diterima

yang berarti ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif oberservation analitik dengan menggunakan rancangan

cross sectional study. Dalam hal ini untuk melihat keterkaitan antara kejadian Diare dan Perilaku

Hidup Bersih Sehat (PHBS) terhadap kejadian stunting pada anak balita umur2-3 Tahun.

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua balita yang mengalami stunting 2 – 3 Tahun sebanyak

202 anak di wilayah kerja Puskesmas Kotobangun Kota Kotamobagu.


Dalam pengambilan sampel penelitian ini peneliti menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan

menggunakan metode purposive sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAAN

1. Analisis Univariat

Tabel.1 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Diwilayah kerja pukesmas kotobangun

kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019

No Umur Ibu N (%)


1 18-25 Tahun 20 33.3
2 26-32 Tahun 22 36.7
3 33-42 Tahun 18 30.0
Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa presentase umur ibu dikecamatan kotamobagu timur yaitu

18-25 tahun berjumlah 20 orang (33.3%), 26-32 tahun berjumlah 22 orang (36.7%) dan 33-42

tahun berjumlah 18 orang (30.0%).

Tabel. 2 Distribusi Respon Menurut Umur Anak Diwilayah kerja pukesmas kotobangun

kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019

No Umur Anak n (%)


1 2 Tahun 34 56.7
2 3 Tahun 26 43.3
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan presentase umur anak dikecamatan kotamobagu timur

yaitu 2 tahun berjumlah 34 orang (56.7%), dan 3 tahun berjumlah 26 orang (43.3%).
Tabel.3 Distribusi Respon Menurut Jenis Kelamin Anak Balita Diwilayah kerja pukesmas

kotobangun kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019

No Jenis Kelamin Anak Balita N (%)


1 Laki-laki 30 50
2 Perempuan 30 50
Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa presentase jenis kelamin anak balita dikecamatan

kotamobagu timur yaitu laki-laki berjumlah 30 orang (50.0%), dan perempuan berjumlah 30

orang (50.0%).

Tabel. 4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Diwilayah kerja pukesmas

kotobangun kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019.

No Pekerjaan Ibu N (%)


1 Ibu Rumah Tangga 51 85.0
2 PNS 4 6.7
3 Swasta 2 3.3
4 Honorer 1 1.7
5 Wiraswasta 1 1.7
6 Buruh 1 1.7
Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa presentase Pekerjaan Ibu dikecamatan kotamobagu timur

yaitu Ibu rumah tangga berjumlah 51 orang (85.0%), PNS berjumlah 4 orang (6.7%), swasta

berjumlah 2 orang (3.3%), honorer berjumlah 1 orang (1.7%), wiraswasta berjumlah 1 orang

(1.7%) dan buruh berjumlah 1 orang (1.7%).

Tabel. 5 Distribusi Responden Menurut Tinggi Badan Anak Balita Diwilayah kerja

pukesmas kotobangun kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019


No Tinggi Badan Anak Balita N (%)
1 Pendek 38 63.3
2 Sangat Pendek 22 36.7
3 Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa presentase tinggi badan anak balita dikecamatan kotamobagu

timur yaitu pendek berjumlah 38 orang (63.3%), dan 3 sangat pendek berjumlah 22 orang

(36.7%).

Tabel. 6 Distribusi Responden Menurut Kejadian Diare Diwilayah kerja pukesmas

kotobangun kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019

No Frekuensi Diare N (%)


1 Diare 33 55.0
2 Tidak Diare 27 45.0
3 Total 60 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa presentase kejadian diare dikecamatan kotamobagu timur

yaitu diare berjumlah 33 orang (55%), dan yang tidak diare berjumlah 27 orang (45.0%).

Tabel.7 Distribusi Responden Menurut Perilaku Hidup Bersih Sehat(PHBS)

No Perilaku Hidup Bersih N (%)


Sehat(PHBS) Gizi
1 Phbs 21 35
2 Tidak Phbs 39 65
Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa presentase perilaku hidup bersih sehat (PHBS) Gizi

dikecamatan kotamobagu timur yaitu Phbs berjumlah 21 orang (35%), dan yang tidak phbs

berjumlah 39 orang (65%).

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Tinggi Badan Anak dengan Kejadian Diare
3. Tabel 8. Hubungan Tinggi Badan Anak dengan Kejadian Diare Diwilayah kerja pukesmas
kotobangun kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019

Tinggi Badan Anak Balita


No kejadian Diare Pendek Sangat Pendek Total p-Value
N % N % n %
1 Diare 23 69.7 10 30.3 33 100
2 Tidak Diare 15 55.6 12 44.4 27 100 0.258
Jumlah 28 63.3 22 36.7 60 100
4.
5. Berdasarkan hasil uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan tidak

ada hubungan bermakna antara frekuensi diare dengan tinggi badan anak balita (Stunting)

dengan nilai (p-value = 0.258).


6. b. Hubungan Tinggi Badan Anak dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Gizi
7. Tabel 9. Hubungan Tinggi Badan Anak dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Gizi
Diwilayah kerja pukesmas kotobangun kecamatan Kotamobagu Timur Tahun 2019.

Tinggi Badan Anak Balita


Pendek Sangat Pendek
No Phbs Gizi Total p-Value
N % N % n %
1 Phbs 14 58.3 10 41.7 24 100
2 Tidak Phbs 24 66.7 15 33.3 36 100
Jumlah 32 63.3 22 36.7 60 100 0.512
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara

perilaku hidup bersih sehat (PHBS) gizi dengan tinggi badan anak balita(Stunting) di wilayah

kerja Puskesmas Kotobangun Tahun 2019, terbukti dengan nilai signifikansi sebesar p=0,512

(p=<0,05) maka Ho diterima.

Berdasarkan hasil uji statistik chi- square Kejadian Diare terhadap kejadian Stunting

Pada Balita umur 2-3 Tahun tidak terdapat hubungan hubungan yang bermakna antara frekuensi

diare terhadap kejadian stunting dengan nilai p= 0,258 (p=<0,05), karena sesuai dengan hasil

peneltian diwilayah kerja puskesmas kotobangun anak yang mengalami diare jangka sakitnya

ditemukan pendek hanya berkisar 2-3 hari jadi diare tidak menyebakan stunting, namun jika
diare terus berulang-ulang dan dalam waktu lama maka memungkinkan terjadinya stunting.

Penelitian ini di dukung oleh (Wiwien dkk,2016) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara frekuensi diare dengan kejadian stunting dengan p=0.420. Penelitian ini

juga sejalan dengan (Glaudia, dkk 2015), yang hasil perhitungan menggunakan uji fisher’s Exact

diperoleh nilai p=0392 (p>0.05) bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi diare dengan

kejadian stunting.

Hubungan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Gizi Terhadap Kejadian Stunting Pada

Balita 2-3 Tahun. Berdasarkan hasil uji statistik chi-square bahwa tidak ada hubungan perilaku

hidup bersih sehat (PHBS) gizi terhadap kejadian stunting pada balita umur 2-3 Tahun dengan

nilai p=0,512 (p<0.05). Sesuai dengan hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas tingkat

kesadaran masyarakat cukup baik dalam perilaku kesehatan mereka mengatakan sering mencuci

tangan sebelum makan dan selalu mengkonsumi sayur dan buah karena di wilayah kerja

puskesmas kotobangun sudah banyak yang memilki sumur dan untuk sayuran kotobangun salah

satu ladang tanaman berbagai macam sayuran jadi tidak memungkinkan untuk terjadinya

stunting. Penelitian ini sejalan dengan (Vellim,2017) menyatakan tidak ada hubungan antara

perilaku hidup bersih sehat (phbs) gizi dengan kejadian stunting. Menurut (Lina,2018),

terwujudnya status gizi pada baduta tidak terlepas dari pelaksanaan perilaku hidup bersih sehat

(PHBS) dalam rumah tangga karena perilaku hidup bersih sehat (PHBS) murni merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan antara kejadian diare terhadap kejadian stunting pada balita

24-36 bulan di Puskesmas Kotobangun. Hasil uji chi-square nilai p=0,258 (p=<0.05)
2. Tidak terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih sehat (PHBS) Gizi terhadap

kejadian stunting pada balita 24-36 bulan di Puskesmas Kotobangun. Hasil uji chi-

square nilai p=0,512 (p=<0.05).


B. Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu diharapkan dapat membuat kebijakan

dalam rangka memperbaiki masalah stunting yang telah terjadi pada anak balita,

sehingga dapat mengurangi terjadi stunting.


2. Kepada Puskesmas diperlukan peningkatan pemberdayaan kader posyandu untuk

pembekalan informasi dalam melakukan promosi kesehatan kepada ibu-ibu, seperti

penyuluhan tentang stunting mengenai faktor-faktor penyebab stunting dan

mendeteksi lebih dini kejadian stunting pada balita, sehingga dapat memperbaiki

status gizi anak khususnya masalah stunting.


3. Kepada ibu-ibu untuk dapat memberikan asupan makanan yang seimbang pada balita,

sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya masalah stunting pada anak balita.

DAFTAR PUSTAKA

Abeng A.T, Ismail D, Emy H. (2014). Sanitasi, Infeksi, dan Status Gizi Anak Balita. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia. 10 (3:159-168).
Adnani H. (2011). Ilmu kesehatan Masyarakat. Nuha Medika, Yogyakarta.
Aridiyah F.O, Rohmawati N, Ririanty M. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Stunting.e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 3 (1:163-170).
Desyanti & Nindya. (2017). Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik Hygiene dengan
Kejadian Stunting. Open Access (DOI : 10.2473/amnt.v1i3.2017.243-251).
Diah.R.(2018). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Status Gizi.
Publikasih Ilmiah.
Direktorat Gizi Masyarakat. (2017). Penilaian Status Gizi.www.gizi.kesmas.go.id. Diakses
tanggal 6 April 2018.
Fikawati, Syafiq & Karima (2016). Gizi Ibu dan Bayi. PT Raja Grafindo, Jakarta.
Fikawati, Syafiq & Veratamala (2017). Gizi Anak dan Remaja. Rajawali Pers, Depok.
Glaudiap. P.G, Nancy.S.H.M, Dina V. R. (2015). Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi
dengan Kejadian Stunting. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 3(23: 78-83)
Kemendes.(2017). Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting. www.depkes.go.id. diakses
tanggal 4 April 2018.
Kemenkes RI. (2016).Info Datin Situasi Balita Pendek.www.depkes.go.id. diakses tanggal 5
April 2018.
Kullu V. M, Yasnani, Lestari H. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 3 (2:1-11).
Kusumawati E, Rahardjo S, Sari H.P. (2015). Model Pengendalian Faktor Risiko Stunting.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 9 (3:249-256).
Lina.A (2018). Hubungan Karakteristik Ibu, Pelaksanaan Keluarga Sdar Gizi(KADARZI) Dan
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Stunting.Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 6 (4:198-2005).
Livia A.H, SarahM.W, Jeanette I.CH.M. (2018). Hubungan Faktor-Faktor Risiko Dengan
Stunting. Jurnal Medik dan Rehabilitasi. 1(2: 1-8)
Sattu M. (2014). Karakteristik Balita Stunting. Online Jurnal Of Natural Science. 3 (3:239-247).
MCA. (2014). Stunting Dan Masa depan Indonesia..www.mca-Indonesia.go.id. diakses tanggal
21 April 2018.
Mundiatun & Daryanto. (2015). Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Gava Media, Yogyakarta.
Nadiyah, Briawan D, Martianto D, (2014). Faktor Resiko Stunting. Jurnal Gizi dan Pangan. 9
(2:125-132).
Oktarina, Z dan sudiarti, T. (2013). Faktor Risiko Stunting. Jurnal Gizi dan Pangan. 8 (3:175-
180).
Kemenkes RI. (2014). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.www.stbm-indonesia.org. diakses
tanggal 28 April 2018.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia(PERSAGI), Ramayulis R, Kresnawan T, Iwaningsih S, Rochani
N.S.(2018). Stop Stunting dengan Konseling Gizi.Jakarta
Purnamasari. (2018). Panduan Gizi & Kesehatan Anak Sekolah. Cv Andi Offset. Yogyakarta.
Rahmayana, Irviani A, Ibrahim, & Damyanti. (2014). Hubungan Pola Asuh dengan Kejadian
Stunting. Public Health Science Journal.2
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Safitri.C.A dan Triska S.N. (2017) Hubungan Ketahanan Pangan dan Penyakit Diare dengan
Stunting Pada Balita. Published Online.(10.2473/v1i2.2017.52-61)
Sari R, dan Sulistianingsih A. (2017). Faktor Determinan yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting. Jurnal wacana kesehatan. 2 (2:208-218).
Siswato, susila, suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan daan Kedokteran. Bursa Ilmu
Karangkajen. Yogyakarta.
TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil
(Stunting).www.tnp2k.go.id. diakses tanggal 21 April 2018.
Vellim.D..(2017). Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Rumah Tangga Dengan Kejadian
Stunting dan Non-Stunting. Publikasi Ilmiah.
Veronika K,Winda M, Ani.M. (2014).Faktor Resiko Stunting. Jurnal Gizi Indonesia. 3(1:37-45).
Wiwie.F.W, Marthal.I.K, Rahfilludin.M.Z(2016).Faktor Resiko Stunting Pada Anak Umur 12-24
Bulan. Jurnal Gizi Indonesia.5 (1:55-61)
World Health Organization (WHO). (2016). Reducing Stunting In Children. www.who.int.
Diakses tanggal 06 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai