Anda di halaman 1dari 17

1.

Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.

7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas.

8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.

9. Rasa Ingin Tahu


Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan


Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air


Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai Prestasi


Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

14. Cinta Damai


Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

15. Gemar Membaca


Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan


Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.

17. Peduli Sosial


Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.

18. Tanggung Jawab


Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.

Pentingnya Karakter Bangsa


Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan
seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran
bangsa Indonesia.
Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada
bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan itu dalam Pembukaan UUD 1945
alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-
bangsa lain
Pentingnya Karakter Bangsa
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh
perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa
Indonesia.
Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada
bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan itu dalam Pembukaan UUD 1945
alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-
bangsa lain.
Arti Penting Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda ( Menurut beberapa tokoh dan
UUU 1945)
1. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Penyelewengan terhadap nilai-nilai Karakter Bangsa membuat bangsa Indonesia kehilangan jati
dirinya yang sebenarnya. Hal ini dilihat dari lunturnya kebudayaan asli Indonesia yang telah
digantikan oleh kebudayaan baru ala Globalisasi Barat. Hilangnya jati diri bangsa disebabkan
oleh memudarnya nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia. Untuk mengatasi hal yang
demikian maka perlu adanya suatu usaha untuk mengembalikan nilai-nilai karakter yang dimiliki
bangsa Indonesia terutama untuk para Generasi muda yaitu dengan adanya Pendidikan karakter.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk
presiden Republik Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya
pembangunan karakter saat ini. Presiden menyatakan, “Pembangunan karakter (character
building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi
pekerti, dan mulia. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia.
Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang
baik (good society). Dan, masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-
manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan
beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula”.
Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karkater manusia
dan bangsa Indonesia agar memiliki krakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat
untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral
dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental.
2. Menurut KI Hajar Dewantoro
Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter
positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara dengan
tegas menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah,
pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di
sinilah pentingnya pendidikan karakter.
3. Menurut UUD 1945
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah ditegaskan
bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Namun
tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain
belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.

TANTANGAN PEMBENTUKAN KARAKTER

Pembentukan karakter melalui jalur pendidikan di sekolah akan menghadapi tentangan yang
tidak ringan. Tantangan yang bersifat internal:

1. Orientasi pendidikan yang masih mengutamakan keberhasilan pada aspek kognitif


2. Praktik pendidikan yang masih banyak mengacu filsafat rasionalisme yang memberikan
peranan yang sangat penting kepada kemampuan akal budi (otak) manusia
3. Kemampuan dan karakter guru yang belum mendukung
4. Budaya dan kultur sekolah yang kurang mendukung
5. Personal pendidikan maupun perangkat lunak pendidikan (mind set, kebijakan pendidikan
dan kurikulum).
6. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator
yang baik. Indikator yang tidak baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mencapai
nilai karakter yang baik sesuai yang diharapkan.
7. Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan misinya. Umumnya
sekolah menghadapi kesulitan dalam memilih nilai-nilai karakter yang cocok dan sesuai
dengan visi sekolahnya. Hal ini berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah
menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas juga penilaian dan monitoringnya.
8. Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh.
Program pendidikan karakter belum dapat disosialisasikan pada semua guru dengan baik
sehingga mereka belum dapat memahaminya.
9. Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu. Dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang harus
dikembangkan oleh guru pengampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran belum dapat
dipelajari dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.
10. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintregasikan nilai-nilai
karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah berjalan, tetapi pelatihan
masih sangat terbatas yang diikuti guru sehingga berdampak kurang maksimalnya
penanaman nilai-nilai karakter pada mata pelajaran.
11. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Peran guru
untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai
dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai umum di sekolah belum dapat
dilaksanakan dengan baik.

Sedangkan tantangan yang bersifat eksternal:

1. Pengaruh globalisasi
2. Perkembangan sosial masyarakat
3. Perubahan lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai, norma suatu bangsa
menjadi lebih terbuka
4. Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mengubah
tatanan sosial masyarakat.

Globalisasi sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan


infprmasi mudah untuk didapatkan. Tetapi informasi yang diperoleh tidak semua positif
melainkan cenderung informasi yang negatif. Kemudian dalam film-film Indonesia yang masih
memperlihatkan kekerasan, ketidaksopanan terhadap orangtua, artis-artis yang memakai baju
yang tidak layak pakai dapat dengan mudah diakses di televisi dan internet. Padahal kedua media
ini sering dimanfaatkan anak-anak dan remaja dalam mencari dan mendapatkan informasi.
Hasilnya, dalam kehidupan nyata sekarang ini banyak tingkah laku anak-anak dibawah umur
yang tidak pantas seperti memakai pakaian yang mini-mini layaknya artis, pacaran usia dini,
bahkan yang lebih parahnya anak-anak sekarang ini berani membentak orangtuanya.

Kelemahan Orang Indonesia

Berikut beberapa sifat negatif orang Indonesia yang harus dihilangkan atau diperbaiki :

 Pasif - agresif. Banyak dari mereka cenderung menghindari konfrontasi


 Manja dan malas.
 Plin-plan, terutama ketika mereka mencoba membuat alasan.
 Pandai bermain kata. Sebagian orang Indonesia berbicara atau menulis dalam bahasa
yang sangat bagus tapi tidak memiliki makna yang berarti.
 Konformis. Semua orang memiliki pendapat yang sama, semua orang berpikir dengan
cara yang sama, dan semua orang saling menunggu orang lain sebelum mulai melakukan
sesuatu.
 Terlalu banyak menggunakan perasaan mereka untuk memecahkan masalah. Terlalu ad
hominem jika beragumentasi. Hal tersebut sangat kekanak–kanakan, karena ad hominem
adalah kesesatan logika.
 Cenderung ekslusif. Orang Indonesia pada umumnya tidak suka berinteraksi di luar
budaya mereka.
 Beberapa orang mementingkan diri sendiri. Sebagian dari pemerintahan korupsi, banyak
orang membuang sampah dimana-mana, dan adanya pembakaran hutan untuk mendirikan
pabrik dan perkebunan kelapa sawit.
 Terlalu menghubungkan keberhasilan dengan uang. Kadang-kadang beberapa orang
Indonesia sangat ter obsesi dengan uang. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan
sosial, sehingga korupsi dan kejahatan menjadi berkembang.
 Cenderung streotip gender. Misalnya jika seorang wanita ingin gabung dalam sebuah
band, dia akan mengambil posisi menjadi vokalisnya, meskipun dia lebih jago bermain
drum. Seorang pria pernah menggoda saya, dia mengatakan bahwa wanita tidak perlu
mengejar gelar sarjana dan hal itu benar-benar membuat saya marah.
 Tidak mempertanyakan otoritas (kurang berfikir kritis). Misalnya, di gereja saya yang
dulu ada seorang pemimpin yang memberitahu anggotanya apa yang harus dilakukan.
Dan jika pemimpin itu melakukan kesalahan, anggota gereja cenderung berfikir dia tidak
melakukan dosa karena dia adalah pemimpin gereja.
 Kurang suka individual dalam beraktivitas. Saya pernah berlibur seorang diri ke Pulau
Tidung dan saya minum air kelapa di sebuah warung di pulau tersebut. Penjualnya
bertanya kepada saya "Kenapa anda kesepian?". Padahal tidak semua orang yang pergi
sendiri itu merasa kesepian!
 Orang Indoneisa kurang disiplin. Misalnya, pengguna jalan yang seenaknya, motor berani
jalan di trotoar, tidak menyebrang jalan pada tempatnya, dan buang sampah sembarangan
 Pendidikan yang perlu di tanamkan kepada anak sejak awal adalah:
 1. Pendidikan keagamaan
 Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak ; seorang anak perlu tahu
siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur.
Tunjukkan buku, gambar, dan cerita-cerita yang bisa menginspirasi si anak yang
berhubungan dengan keagamaan tersebut. Jika memungkinkan, ajak anak anda untuk ikut
ke tempat ibadah bersama. Semakin dini kita menanamkan hal ini pada seorang anak,
akan semakin kuat ahlak dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita.
 2. Kualitas input yang diterima
 Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat dalam
prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dilihat, didengar,
dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya oleh
pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya. Adalah tugas orang tua
untuk memilah dan menentukan, input-input mana saja yang perlu dimasukkan,dan mana
yang perlu dihindarkan. Menonton televisi misalnya, tidak semua acara itu bagus.
Demikian juga dengan membaca majalah, menonton film, mendengarkan radio, dan
sebagainya.
 3. Anak adalah peniru yang baik
 Ada istilah Monkey see, Monkey Do ; artinya seekor monyet biasanya akan bertindak
berdasarkan apa yang telah dilihatnya. Demikian pula seorang anak. Anak perlu figur
seorang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya. Pilihan
utamanya biasanya akan jatuh pada orang tua. Dan seorang anak akan lebih percaya pada
apa yang dilihat daripada apa yang dikatakan orang tua. Jadi saat orang tua mengatakan
satu nasehat, misalnya jangan tidur malam-malam,tapi orang tuanya sendiri selalu bekerja
sampai larut malam, jelas ini bukan cara mendidik yang baik. Ajarkan sesuatu melalui
contoh, dengan tindakan kita sendiri, akan membuat anak meniru dan
mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan dan karakter di dalam pertumbuhannya.
 4. No Pain No Gain
 Apa yang akan anda lakukan sebagai orang tua apabila anak anda merengek-rengek,
bahkan menangis minta dibelikan sebuah mainan ? Ada dua jenis jawaban yang biasanya
saya lihat. Jenis orang tua yang pertama biasanya akan langsung membelikan mainan
tersebut agar si anak bisa langsung diam dari tangisannya, dan tidak merepotkan orang
tuanya. Dalam jangka panjang, sikap seperti ini akan membuat anak mempunyai karakter
yang lemah, kurang tangguh, karena sudah dibiasakan diberiapa yang diinginkannya.
Jenis orang tua yang kedua, biasanya akan menolak permintaan si anak dengan tegas,
mungkin sambil memarahi atau mencuekkan begitu saja. Dalam jangka panjang, si anak
akan mempunyai sifat yang acuh, kurang peduli dengan dirinya sendiri, kalau ditanya apa
cita-cita atau keinginannya biasanya akan dijawab tidak tahu. Nah, anda sebagai orang
tua bisa mencoba menambahkan alternatif pilihan ketiga, yaitu gabungan dari keduanya.
Saya mengistilahkan gabungan ini dengan No Pain No Gain. Jadi saat seorang anak
meminta sesuatu misalnya, kita bisa memberikannya dengan syarat tertentu.
Contoh,seorang anak minta mainan pada kita sebagai orang tuanya, maka kita bisa
mensyaratkan ha-hal tertentu sebagai `kerja keras’ yang harus dilakukan. Misalnya, si
anak harus membantu si ayah mencuci mobil selama sebulan, atau membantu ibu
membuang sampah setiap hari, baru kemudian si anak mendapatkan mainan tersebut.
System No Pain No Gain ini dalam jangka panjang akan membentuk karakter yang kuat
dan tangguh dari si anak, karena mereka sejak kecil sudah dibiasakan harus bekerja dulu
baru mendapatkan hasil.
 5. Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi
 Sejak kecil, seorang anak perlu dididik tiga perilaku dasar dalam komunikasi dan
berhubungan dengan orang lain. Pertama adalah harus belajar mengucapkan “terima
kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan sesuatu kepadanya, kedua adalah harus
belajar mengucapkan kata “tolong” apabila ingin meminta bantuan kepada orang di
sekitarnya, dan ketiga adalah belajar mengucapkan kata “maaf” apabila memang
bersalah. Kelihatannya memang sederhana, tapi coba lihat, berapa banyak orang yang
merasa dirinya sudah dewasa yang terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut ? Kalau anak
kita sudah terbiasa mengucapkannya sejak kecil, perilakunya akan lebih menghargai
orang lain. Karakter, kepribadian, dan kualitas seorang anak sangat ditentukan oleh
pendidikan dan input yang diterimanya dari orang tua. Bila orang tua kurang memberikan
bimbingan ini secara maksimal, maka peran ini akan diambil alih oleh lingkungan, yang
mana bisa memberikan berbagai macam input yang lebih banyak negatifnya daripada
positifnya.
 Memahami karakter anak memang terkadang begitu sulit bahkan kita seringkali tidak
mampu melakukannya. Kebanyakan kita bahkan dibuat bingung oleh anak sehingga
mereka enggan membagi banyak hal misalnya cerita di sekolah, masalah mereka, hingga
cerita-cerita yang biasa kepada kita sebagai orang tua. Ketika anak mulai tidak nyaman
berbicara dengan kita, mungkin itu berarti kita belum mampu mendapatkan kepercayaan
dan memahami karakter anak itu sendiri. Untungnya, kami memberikan beberapa tips
memahami karakter anak yang bisa anda coba di rumah.
 1. Mendengarkan anak anda dengan baik
 Jangan mendengarkan anak sebagai syarat saja, namun dengarkan dengan baik, berikan
respon, dan pikirkan penyelesaiannya jika anak mempunyai masalah. Banyak orang tua
yang menganggap cerita anak mereka tidak penting dan hanya mendengarkan sebagai
symbol atau syarat saja. Sementara itu, anak mengetahui bahwa mereka tidak
didengarkan dan mulai menjauh dari orang tua. Ketika hal ini terjadi, maka orang tua
sudah mengambil langkah salah untuk memahami seorang anak.
 2. Berusaha memahami tipe emosional anak
 Misalkan, anak anda merupakan anak yang tidak sabaran, namun sebenarnya ia bisa lebih
sabar apabila diberi pengertian dengan baik. Oleh karena itu, pahami tipe emosional anak
dan jangan berikan amarah atau tindak kekerasan ketika anak telah menyentuh sisi
negatif dari emosinya. Berikan ia pengertian atau cari cara lain agar emosi anak tidak
bertambah buruk dari waktu ke waktu.
 3. Interogasi anak dengan baik
 Beberapa orang tua cenderung buru-buru dan tidak sabaran ketika mereka menemukan
suatu kejanggalan dan ingin mendapatkan fakta mengenai hal tersebut dari anak. jika
anda melakukan interogasi dengan konsep berkata keras, memaksa, dan bahkan
memukul. Maka anak akan berbohong kepada anda, serta konsep memahami karakter
anak bisa pupus. Interogasi anak dengan lembut, buat ia mengatakan hal yang
sebenarnya, dan ketahui bagaimana anak tersebut mampu menceritakan hal-hal yang
sangat rahasia kepada anda. jika hal itu terjadi, maka anda telah memahami karakter anak
dan siap untuk mendidiknya menjadi lebih baik.

Penghormatan merupakan perilaku yang biasa dilakukan kepada orang lain yang tingkat kedekatannya
dengan kita berbeda. Maksud dari penghormatan ini bukan sekadar penghormatan saja, contoh lain dari
penghormatan adalah toleransi.

Kedua, tanggung jawab. Bertanggung jawab merupakan perilaku baik yang harus dimiliki setiap orang.
Karena, dengan memiliki rasa tanggung jawab, kita dapat melatih diri untuk mengenali apa yang kita
lakukan dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

Ketiga, kesadaran dan sikap berwarga negara. Sikap ini juga akan menetukan karakter bangsa, maka
setiap insan yang di negeri tersebut haruslah memiliki kesadaran diri tinggi dan sikap yang bijak untuk
berwarga negara dengan baik.
Keempat, keadilan. Pramoedya pernah berkata, "Seorang terpelajar haruslah berlaku adil sudah sejak
dalam pikiran, apalagi perbuatan. Maka, perilaku adil merupakan kewajiban moral bagi setiap orang."

Kelima, peduli. Kepedulian terhadap sesama merupakan perilaku yang akan mengantarkan kita untuk
dapat memahami keadaan seseorang yang jauh di bawah kita ekonominya.

Keenam, kepercayaan. Dalam bahasa lain yang lebih mudah adalah konsisten dalam pikiran, kata-kata,
dan perbuatan, tidak berwajah ganda, juga karakter kejujuran, menepati janji, dan kesetiaan. Dengan
hal itu semua kepercayaan akan terbangun. Semoga keenam cara ini bisa terealisasi. Amin.

Solusi Membangun Karakter Bangsa


Berdasarkan hal diatas apakah kekhawatiran ini beralasan? Yang jelas melihat permasalahan
berat yang kini harus dihadapi, kita membutuhkan bentuk kepemimpinan kolektif (collective
leadership) yang jujur,kreatif dan inovatif yang tidak memberikan dampak ketimpangan sosial
dimasyarakat. Perlu pemimpin yang berani membuat terobosan-terobosan baru untuk kebaikan
bersama. Mereka tidak kaku atau terpenjara oleh aturan-aturan birokratis baku yang kini telah
terbukti menyuburkan praktik-praktik korupsi dan manipulasi. Untuk dapat melakukan itu, para
pemimpin yang kita butuhkan adalah yang memiliki kejujuran dan kesungguhan kuat untuk
melakukan perubahan mandasar.

Namun komitmen moral untuk melakukan perubahan menuju kebaikan itu tidak cukup hanya
diniatkan saja didalam hati dan diucapkan secara lisan. Komitmen harus dijabarkan dalam
aturan-aturan baru yang mencerahkan, yang kemudian diikuti dengan tanda keseriusan barupa
penandatanganan dokumen-dokumen fakta kejujuran. Manakalah para pejabat eksekutif baik
presiden, gubernur, maupun bupati terpilih dalam pemilu maupun pilkada yang berasaskan pada
fungsi partai politik di Indonesia, mereka harus segera mencanangkan pembangunan disetiap
jajaran birokrasi pemerintahan struktur organisasi negara sampai struktur organisasi
pemerintahan desa.

Memulai Membangun Karakter Bangsa

Untuk memulai kerja besar itu, sejak pertama para pejabat terpilih harus mampu membentuk tim
pelaksana dalam perubahan yang terbentuk dalam the dream team (mimpi tim) yang
memperlihatkan wajah awal pulau integritas itu yang dapat mengatasi dampak dari ketimpangan
sosial dimasyarakat pada karakter sebuah bangsa. Saat mereka melangkah pertama kali, mereka
terlebih dahulu harus melakukan kajian-kajian ulang secara mendasar terhadap struktur birokrasi
yang ada.

Berbagai hal untuk merombak struktur organisasi mesti dilakukan dengan acuan kerja yang jelas
yakni kerja utama dan kerja pendukung yang ditentukan secara rasional tidak hanya atas dasar
pertimbangan-pertimbangan kekuatan politik saja. Dalam mengisi fungsi-fungsi baru itu tidak
terelakan akan terjadi pergantian atau pergeseran pejabat agar sesuai dengan bidang keahliannya.
Para pejabat yang secara nyata memiliki pengalaman biang korupsi yang memiliki dampak
korupsi bagi negara dan masyarakat atau biang kelambanan dalam kerja harus diistirahatkan.
Dan harus bisa meminimalisir dampak bahaya akibat jika tidak ada keadilan dimasyarakat.

Langkah Membangun Karakter Bangsa


Dengan demikian upaya yang harus dilakukan untuk membangun karakter bangsa dapat
dilakukan antara lain melalui langkah- langkah berikut:

1. Menggali potensi pada diri.

Yaitu dengan melakukan evaluasi dan juga seleksi dari nilai dan macam-macam norma yang
terunggul untuk dikembangkan mendorong dan meningkatkan karakteristik suatu bangsa. Tiga
nilai atau karakterteristik strategis yang mungkin perlu dikembangkan yakni, adil, tanggung
jawab, dan sifat jujur. Bila Indonesia berhasil mengembangkan ketiga karakter ini, akan tumbuh
masyarakat saling percaya (high trust society) dan kredibilitas Indonesia akan meningkat di
mata internasional. Menurut Pramoeda (2013) pentingnya penggunaan akan dan sikap pemberani
sebagai persyaratan terjadinya perubahan. Pramodya pun menunjuk generasi muda sebagai
seseorang yang mampu menjadi mesin penggerak perubahan dan pembaharuan. Selain sikap
yang disebutkan ini, tentu banyak lagi sikap luhur lain yang dapat digali dalam masyarakat
Indonesia. Beragam kearifan lokal seperti tingginya penghargaan terhadap seni dan kesukaan
pada gotong-royong, dapat menjadi bagian penting untuk mendukung perubahan dengan begitu
manfaat organisasi dalam masyarakat sangat dibutuhkan.

2. Upaya mengembangkan karakter luhur.

Hal itu hanya akan terjadi bila dalam masyarakat terjadi proses komunikasi yang sehat di dalam
anggota-anggotanya. Interaksi sehat terlaksana jika tiap pihak menjalankan prinsip persamaan
derajat, kesamaan atas keterlibatan dan keterbukaan.

Langkah membangun interaksi sehat ini memerlukan pemahaman dan latihan yang terus
menerus. Bila hal ini berhasil dilakukan akan terbangun komunitas yang anggota-anggotanya
memiliki jalinan hubungan erat. Sikap luhur seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan
toleran sebagaimana disebutkan sebelumnya akan tumbuh subur dalam lingkungan masyarakat
yang memiliki interaksi sehat.

3. Jalur-jalur interaksi sehat.

jalur interaksi sehat merupakan benih tumbuhnya karakter komunitas yang responsif. Apa itu
komunitas responsif? Yaitu menandai para komunitas yang tidak respresif bagi warganya seperti
halnya memaksakan aturan, nilai dan macam-macam norma yang dianut dalam lingkungan
komunitas itu sehingga hak-hak individu dan hak kewajiban warga negara dalam UUD 1945
Bentuk komunitas responsif mengacu pada prinsip keseimbangan antara kedua kecenderungan
itu dengan menghindari terbentuknya lingkungan yang bersifat represif terhadap warga dan pada
saat yang sama juga menolak individualisme yang cenderung menghancurkan kebersamaan
sehingga hal tersebut bisa menjadi penyebab lunturnya bhineka tunggal ika .

1.1 Pengertian Karakter


Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan
seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui,
maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi
tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi
pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat
disebut dengan kebiasaan.
Karakter menurut para ahli yaitu :
1. W.B. Saunders, (1977: 126) karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh
individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
2. Gulo W, (1982: 29) karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
3. Kamisa, (1997: 281) "karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak,
mempunyai kepribadian".
4. Alwisol menjelaskan “pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter
berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun
demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan
kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan
mengorganisasikan aktifitas individu”.
5. Wyne memaparkan definisi karakter dari sisi literalnya. Beliau menjelaskan bahwa istilah
karakter bersumber dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau
mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau
rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur,
suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.

1.2 Hubungan Pancasila Dengan Karakter Bangsa


Jatidiri merupakan fitrah manusia yang merupakan potensi dan bertumbuh kembang
selama mata hati manusia bersih, sehat, dan tidak tertutup. Jati diri yang dipengaruhi lingkungan
akan tumbuh menjadi karakter dan selanjutnya karakter akan melandasi pemikiran, sikap dan
perilaku manusia. Oleh karena itu, tugas kita adalah menyiapkan lingkungan yang dapat
mempengaruhi jati diri menjadi karakter yang baik, sehingga perilaku yang dihasilkan juga baik.
Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari
nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar
negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap
manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.
Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada
akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Republik Indonesia, diperlukan
karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila
artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman dan
takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter Ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara
pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaannya
kepada orang lain.
 Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yaitu sikap dan perilaku
menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku hormat
menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan
kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap orang lain; gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; berani membela
kebenaran dan keadilan; merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta
mengembangkan sikap hormat-menghormati.
 Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, adalah bangsa yang memiliki
komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia.
Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan,
kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban
untuk kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air
Indonesia serta menunjung tinggi bahasa Indonesia; memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
 Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia, yaitu sikap
dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan karakteristik pribadi
warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang
lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama; beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama;
menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; berani mengambil
keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
 Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan, yaitu bangsa yang memiliki
komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan merupakan karakteristik
pribadi bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam
perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; sikap
adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban; hormat terhadap hak-hak orang lain; suka
menolong orang lain; menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain; tidak boros; tidak bergaya
hidup mewah; suka bekerja keras; menghargai karya orang lain.
Jadi, antara karakter bangsa dengan pancasila tidak dapat terpisahkan. Karena sebagai
warga negara Indonesia yang berpedoman kepada pancasila dan setiap kegiatan harus memuat
nilai-nilai yang ada dalam pancasila dari itulah diharuskan pula tumbuh nilai-nilai pancasila
dalam pribadi setiap masyarakat dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila adalah harga mati bagi setiap warga negara Indonesia, yang harus dipatuhi dan tidak
boleh bertentangan dengan pancasila

2.1.1 Pancasila

Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga memiliki
fungsi yang sangat fundamental. Selain bersifat yuridis formal yang mengharuskan seluruh
peraturan perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila (sering disebut sebagai sumber dari
segala sumber hukum), Pancasila juga bersifat filosofis. Pancasila merupakan dasar filosofis dan
sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan/cara
hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai pandangan
hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomani oleh seluruh
warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga
Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena kedudukan dan fungsinya yang sangat fundamental bagi negara dan bangsa
Indonesia, maka dalam pembangunan karakter bangsa, Pancasila merupakan landasan utama.
Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan, dan sekaligus tujuan dalam
pembangunan karakter bangsa. Dalam konteks yang bersifat subtansial, pembangunan karakter
bangsa memiliki makna membangun manusia dan bangsa Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Berkarakter Pancasila berarti manusia dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak religius,
humanis, nasionalis, demokratis, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat. Nilai-nilai
fundamental ini menjadi sumber nilai luhur yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
bangsa.
2.1.2 Undang-Undang Dasar 1945
Derivasi nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Oleh karena itu, landasan kedua yang harus menjadi
acuan dalam pembangunan karakter bangsa adalah norma konstitusional UUD 1945. Nilai-nilai
universal yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 harus terus dipertahankan menjadi norma
konstitusional bagi negara Republik Indonesia.
Keluhuran nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memancarkan tekad
dankomitmen bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan pembukaan itu dan bahkan tidak
akan mengubahnya. Paling tidak ada empat kandungan isi dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menjadi alasan untuk tidak mengubahnya. Pertama, di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
norma dasar universal bagi berdiri tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Dalam
alinea pertama secara eksplisit dinyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan
oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Pernyataan itu dengan tegas menyatakan bahwa
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa dan oleh karena itu, tidak boleh lagi ada penjajahan
di muka bumi. Implikasi dari norma ini adalah berdirinya negara merdeka dan berdaulat
merupakan sebuah keniscayaan. Alasan kedua adalah di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
norma yang terkait dengan tujuan negara atau tujuan nasional yang merupakan cita-cita pendiri
bangsa atas berdirinya NKRI. Tujuan negara itu meliputi empat butir, yaitu (1) melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan
umum, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Cita-cita itu sangat luhur dan
tidak akan lekang oleh waktu. Alasan ketiga, Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaran
Indonesia khususnya tentang bentuk negara dan sistem pemerintahan. Alasan keempat adalah
karena nilainya yang sangat tinggi bagi bangsa dan negara Republik Indonesia, sebagaimana
tersurat di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
Selain pembukaan, dalam Batang Tubuh UUD 1945 terdapat norma-norma konstitusional yang
mengatur sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia, pengaturan hak asasi manusia
(HAM) di Indonesia, identitas negara, dan pengaturan tentang perubahan UUD 1945 yang
semuanya itu perlu dipahami dan dipatuhi oleh warga negara Indonesia. Oleh karena itu, dalam
pengembangan karakter bangsa, norma-norma konstitusional UUD 1945 menjadi landasan yang
harus ditegakkan untuk kukuh berdirinya negara Republik Indonesia.
2.1.3 NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Kesepakatan yang juga perlu ditegaskan dalam pembangunan karakter bangsa adalah komitmen
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karakter yang dibangun pada manusia
dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat dan memperkukuh komitmen terhadap
NKRI, bukan karakter yang berkembang secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan NKRI.
Oleh karena itu, rasa cinta terhadap tanah air (patriotisme) perlu dikembangkan dalam
pembangunan karakter bangsa. Pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi HAM
sebagai bagian dari pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa (nasionalisme), bukan untuk memecah belah bangsa dan NKRI.
Oleh karena itu, landasan keempat yang harus menjadi pijakan dalam pembangunan karakter
bangsa adalah komitmen terhadap NKRI.
2.1.4 Bhineka Tunggal Ika
Landasan selanjutnya yang mesti menjadi perhatian semua pihak dalam pembangunan karakter
bangsa adalah semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Semboyan itu bertujuan menghargai perbedaan/keberagaman, tetapi tetap bersatu dalam ikatan
sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang memiliki kesamaan sejarah dan kesamaan cita-cita untuk
mewujudkan masyarakat yang “adil dalam kemakmuran” dan “makmur dalam keadilan” dengan
dasar negara Pancasila dan dasar konstitusional UUD 1945.
Keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) merupakan suatu keniscayaan dan
tidak bisa dipungkiri oleh bangsa Indonesia. Akan tetapi, keberagaman itu harus dipandang
sebagai kekayaan khasanah sosiokultural, kekayaan yang bersifat kodrati dan alamiah sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa bukan untuk dipertentangkan, apalagi dipertantangkan (diadu
antara satu dengan lainnya) sehingga terpecah-belah. Oleh karena itu, semboyan Bhinneka
Tunggal Ika harus dapat menjadi penyemangat bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

2.2 Pengertian Karakter, Karakter Bangsa, dan Pembangunan Karakter Bangsa


Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan
terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan
ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas
moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok
orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang
khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dankomitmen terhadap NKRI.
Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk
mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi,
konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional,
dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi
Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi, pendidikan
dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan
negara.
Berikut ini merupakan beberapa sikap yang mencerminkan karakter bangsa, diantaranya:
1. Saling menghormati dan menghargai,
2. Rasa kebersamaan dan tolong menolong,
3. Rasa kesatuan dan persatuan,
4. Rasa peduli dalam bermasyarakat berbangsa dan Negara,
5. Adanya moral dan akhlak dan di landasi nilai-nilai agama,
6. Perilaku dan sifat-sifat kejiwaan dan saling menghormati dan menguntungkan,.
7. Kelakuan dan tingkah laku menggambarkan nilai-nilai agama, hukum, dan budaya, serta
8. Sikap dan prilaku menggambarkan nilai-nilai kebangsaan, dan sebagainya.
Selain itu pula, untuk membangun karakter bangsa diperlukan sikap menjunjung tinggi beberapa
nilai, seperti:
§ Nilai kejuangan,
§ Nilai semangat,
§ Nilai kebersamaan atau gotong royong,
§ Nilai kepedulian atau solider,
§ Nilai sopan santun ,
§ Nilai persatuan dan kesatuan,
§ Nilai kekeluargaan, serta
§ Nilai tanggungjawab, dan sebagainya.
Faktor Membangun Karakter Bangsa, diantaranya sebagai berikut:
• Agama,
• Normatif (Hukum dan peraturan yang berlaku),
• Pendidikan,
• Ideologi,
• Kepemimpinan,
• Lingkungan,
• Politik,
• Ekonomi, dan
• Sosial Budaya.
3. Penutup
Berdiri kokohnya NKRI pada akhirnya berpulang pada apakah kita masih menggunakan empat
pilar kebangsaan. Pembangunan karakter bangsa yang saling keterkaitan dengan pilar
kebangsaan ini oleh karenanya haruslah dalam aras yang berkesesuaian dan terintegrasi, yang
bernafaskan Pancasila, yang konstitusional, dalam kerangka NKRI, dan untuk menjamin
keanekaragaman budaya, suku bangsa dan agama. Jika salah satu foundasi pilar kebangsaan itu
tidak dijadikan pegangan, karakter bangsa yang dicita-citakan sekedar wacana dan angan-angan
belaka. Maka akan goyahlah negara Indonesia disebabkan oleh hal tersebut. Jika penopang yang
satu tak kuat, maka akan berpengaruh pada pilar yang lain. Pada akhirnya bukan tak mungkin
Indonesia akan ambruk secara bertahap, bergantung pada seberapa jauh dan seberapa dalam kita
menggunakan empat pilar kebangsaan tersebut. Tentunya, ambruknya NKRI merupakan sesuatu
yang tak diinginkan dan tak terlintas sedikitpun dalam benak kita sebagai bagian dari NKRI.

Anda mungkin juga menyukai