Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-
tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
Pembentukan karakter melalui jalur pendidikan di sekolah akan menghadapi tentangan yang
tidak ringan. Tantangan yang bersifat internal:
1. Pengaruh globalisasi
2. Perkembangan sosial masyarakat
3. Perubahan lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai, norma suatu bangsa
menjadi lebih terbuka
4. Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mengubah
tatanan sosial masyarakat.
Berikut beberapa sifat negatif orang Indonesia yang harus dihilangkan atau diperbaiki :
Penghormatan merupakan perilaku yang biasa dilakukan kepada orang lain yang tingkat kedekatannya
dengan kita berbeda. Maksud dari penghormatan ini bukan sekadar penghormatan saja, contoh lain dari
penghormatan adalah toleransi.
Kedua, tanggung jawab. Bertanggung jawab merupakan perilaku baik yang harus dimiliki setiap orang.
Karena, dengan memiliki rasa tanggung jawab, kita dapat melatih diri untuk mengenali apa yang kita
lakukan dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.
Ketiga, kesadaran dan sikap berwarga negara. Sikap ini juga akan menetukan karakter bangsa, maka
setiap insan yang di negeri tersebut haruslah memiliki kesadaran diri tinggi dan sikap yang bijak untuk
berwarga negara dengan baik.
Keempat, keadilan. Pramoedya pernah berkata, "Seorang terpelajar haruslah berlaku adil sudah sejak
dalam pikiran, apalagi perbuatan. Maka, perilaku adil merupakan kewajiban moral bagi setiap orang."
Kelima, peduli. Kepedulian terhadap sesama merupakan perilaku yang akan mengantarkan kita untuk
dapat memahami keadaan seseorang yang jauh di bawah kita ekonominya.
Keenam, kepercayaan. Dalam bahasa lain yang lebih mudah adalah konsisten dalam pikiran, kata-kata,
dan perbuatan, tidak berwajah ganda, juga karakter kejujuran, menepati janji, dan kesetiaan. Dengan
hal itu semua kepercayaan akan terbangun. Semoga keenam cara ini bisa terealisasi. Amin.
Namun komitmen moral untuk melakukan perubahan menuju kebaikan itu tidak cukup hanya
diniatkan saja didalam hati dan diucapkan secara lisan. Komitmen harus dijabarkan dalam
aturan-aturan baru yang mencerahkan, yang kemudian diikuti dengan tanda keseriusan barupa
penandatanganan dokumen-dokumen fakta kejujuran. Manakalah para pejabat eksekutif baik
presiden, gubernur, maupun bupati terpilih dalam pemilu maupun pilkada yang berasaskan pada
fungsi partai politik di Indonesia, mereka harus segera mencanangkan pembangunan disetiap
jajaran birokrasi pemerintahan struktur organisasi negara sampai struktur organisasi
pemerintahan desa.
Untuk memulai kerja besar itu, sejak pertama para pejabat terpilih harus mampu membentuk tim
pelaksana dalam perubahan yang terbentuk dalam the dream team (mimpi tim) yang
memperlihatkan wajah awal pulau integritas itu yang dapat mengatasi dampak dari ketimpangan
sosial dimasyarakat pada karakter sebuah bangsa. Saat mereka melangkah pertama kali, mereka
terlebih dahulu harus melakukan kajian-kajian ulang secara mendasar terhadap struktur birokrasi
yang ada.
Berbagai hal untuk merombak struktur organisasi mesti dilakukan dengan acuan kerja yang jelas
yakni kerja utama dan kerja pendukung yang ditentukan secara rasional tidak hanya atas dasar
pertimbangan-pertimbangan kekuatan politik saja. Dalam mengisi fungsi-fungsi baru itu tidak
terelakan akan terjadi pergantian atau pergeseran pejabat agar sesuai dengan bidang keahliannya.
Para pejabat yang secara nyata memiliki pengalaman biang korupsi yang memiliki dampak
korupsi bagi negara dan masyarakat atau biang kelambanan dalam kerja harus diistirahatkan.
Dan harus bisa meminimalisir dampak bahaya akibat jika tidak ada keadilan dimasyarakat.
Yaitu dengan melakukan evaluasi dan juga seleksi dari nilai dan macam-macam norma yang
terunggul untuk dikembangkan mendorong dan meningkatkan karakteristik suatu bangsa. Tiga
nilai atau karakterteristik strategis yang mungkin perlu dikembangkan yakni, adil, tanggung
jawab, dan sifat jujur. Bila Indonesia berhasil mengembangkan ketiga karakter ini, akan tumbuh
masyarakat saling percaya (high trust society) dan kredibilitas Indonesia akan meningkat di
mata internasional. Menurut Pramoeda (2013) pentingnya penggunaan akan dan sikap pemberani
sebagai persyaratan terjadinya perubahan. Pramodya pun menunjuk generasi muda sebagai
seseorang yang mampu menjadi mesin penggerak perubahan dan pembaharuan. Selain sikap
yang disebutkan ini, tentu banyak lagi sikap luhur lain yang dapat digali dalam masyarakat
Indonesia. Beragam kearifan lokal seperti tingginya penghargaan terhadap seni dan kesukaan
pada gotong-royong, dapat menjadi bagian penting untuk mendukung perubahan dengan begitu
manfaat organisasi dalam masyarakat sangat dibutuhkan.
Hal itu hanya akan terjadi bila dalam masyarakat terjadi proses komunikasi yang sehat di dalam
anggota-anggotanya. Interaksi sehat terlaksana jika tiap pihak menjalankan prinsip persamaan
derajat, kesamaan atas keterlibatan dan keterbukaan.
Langkah membangun interaksi sehat ini memerlukan pemahaman dan latihan yang terus
menerus. Bila hal ini berhasil dilakukan akan terbangun komunitas yang anggota-anggotanya
memiliki jalinan hubungan erat. Sikap luhur seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan
toleran sebagaimana disebutkan sebelumnya akan tumbuh subur dalam lingkungan masyarakat
yang memiliki interaksi sehat.
jalur interaksi sehat merupakan benih tumbuhnya karakter komunitas yang responsif. Apa itu
komunitas responsif? Yaitu menandai para komunitas yang tidak respresif bagi warganya seperti
halnya memaksakan aturan, nilai dan macam-macam norma yang dianut dalam lingkungan
komunitas itu sehingga hak-hak individu dan hak kewajiban warga negara dalam UUD 1945
Bentuk komunitas responsif mengacu pada prinsip keseimbangan antara kedua kecenderungan
itu dengan menghindari terbentuknya lingkungan yang bersifat represif terhadap warga dan pada
saat yang sama juga menolak individualisme yang cenderung menghancurkan kebersamaan
sehingga hal tersebut bisa menjadi penyebab lunturnya bhineka tunggal ika .
2.1.1 Pancasila
Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga memiliki
fungsi yang sangat fundamental. Selain bersifat yuridis formal yang mengharuskan seluruh
peraturan perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila (sering disebut sebagai sumber dari
segala sumber hukum), Pancasila juga bersifat filosofis. Pancasila merupakan dasar filosofis dan
sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan/cara
hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai pandangan
hidup, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomani oleh seluruh
warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga
Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena kedudukan dan fungsinya yang sangat fundamental bagi negara dan bangsa
Indonesia, maka dalam pembangunan karakter bangsa, Pancasila merupakan landasan utama.
Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan, dan sekaligus tujuan dalam
pembangunan karakter bangsa. Dalam konteks yang bersifat subtansial, pembangunan karakter
bangsa memiliki makna membangun manusia dan bangsa Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Berkarakter Pancasila berarti manusia dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak religius,
humanis, nasionalis, demokratis, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat. Nilai-nilai
fundamental ini menjadi sumber nilai luhur yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
bangsa.
2.1.2 Undang-Undang Dasar 1945
Derivasi nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Oleh karena itu, landasan kedua yang harus menjadi
acuan dalam pembangunan karakter bangsa adalah norma konstitusional UUD 1945. Nilai-nilai
universal yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 harus terus dipertahankan menjadi norma
konstitusional bagi negara Republik Indonesia.
Keluhuran nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memancarkan tekad
dankomitmen bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan pembukaan itu dan bahkan tidak
akan mengubahnya. Paling tidak ada empat kandungan isi dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menjadi alasan untuk tidak mengubahnya. Pertama, di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
norma dasar universal bagi berdiri tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Dalam
alinea pertama secara eksplisit dinyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan
oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Pernyataan itu dengan tegas menyatakan bahwa
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa dan oleh karena itu, tidak boleh lagi ada penjajahan
di muka bumi. Implikasi dari norma ini adalah berdirinya negara merdeka dan berdaulat
merupakan sebuah keniscayaan. Alasan kedua adalah di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
norma yang terkait dengan tujuan negara atau tujuan nasional yang merupakan cita-cita pendiri
bangsa atas berdirinya NKRI. Tujuan negara itu meliputi empat butir, yaitu (1) melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan
umum, (3) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Cita-cita itu sangat luhur dan
tidak akan lekang oleh waktu. Alasan ketiga, Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaran
Indonesia khususnya tentang bentuk negara dan sistem pemerintahan. Alasan keempat adalah
karena nilainya yang sangat tinggi bagi bangsa dan negara Republik Indonesia, sebagaimana
tersurat di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
Selain pembukaan, dalam Batang Tubuh UUD 1945 terdapat norma-norma konstitusional yang
mengatur sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia, pengaturan hak asasi manusia
(HAM) di Indonesia, identitas negara, dan pengaturan tentang perubahan UUD 1945 yang
semuanya itu perlu dipahami dan dipatuhi oleh warga negara Indonesia. Oleh karena itu, dalam
pengembangan karakter bangsa, norma-norma konstitusional UUD 1945 menjadi landasan yang
harus ditegakkan untuk kukuh berdirinya negara Republik Indonesia.
2.1.3 NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Kesepakatan yang juga perlu ditegaskan dalam pembangunan karakter bangsa adalah komitmen
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karakter yang dibangun pada manusia
dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat dan memperkukuh komitmen terhadap
NKRI, bukan karakter yang berkembang secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan NKRI.
Oleh karena itu, rasa cinta terhadap tanah air (patriotisme) perlu dikembangkan dalam
pembangunan karakter bangsa. Pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi HAM
sebagai bagian dari pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa (nasionalisme), bukan untuk memecah belah bangsa dan NKRI.
Oleh karena itu, landasan keempat yang harus menjadi pijakan dalam pembangunan karakter
bangsa adalah komitmen terhadap NKRI.
2.1.4 Bhineka Tunggal Ika
Landasan selanjutnya yang mesti menjadi perhatian semua pihak dalam pembangunan karakter
bangsa adalah semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Semboyan itu bertujuan menghargai perbedaan/keberagaman, tetapi tetap bersatu dalam ikatan
sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang memiliki kesamaan sejarah dan kesamaan cita-cita untuk
mewujudkan masyarakat yang “adil dalam kemakmuran” dan “makmur dalam keadilan” dengan
dasar negara Pancasila dan dasar konstitusional UUD 1945.
Keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) merupakan suatu keniscayaan dan
tidak bisa dipungkiri oleh bangsa Indonesia. Akan tetapi, keberagaman itu harus dipandang
sebagai kekayaan khasanah sosiokultural, kekayaan yang bersifat kodrati dan alamiah sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa bukan untuk dipertentangkan, apalagi dipertantangkan (diadu
antara satu dengan lainnya) sehingga terpecah-belah. Oleh karena itu, semboyan Bhinneka
Tunggal Ika harus dapat menjadi penyemangat bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.