Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KETIDAKBERDAYAAN

Untuk Memenuhi Kebutuhan Tugas Keperawatan Anak II

Dosen Pembimbing :
Sa’adah, S.Kep., Ns

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Agung Wicaksono 11194561920073


Dona Kristina 11194561920080
Florentina 11194561920084
Normaliyanti 11194561920101
Raihana 11194561920103
Siti Janatul Ulfah 11194561920108
Sri Suryaningsih 11194561920109
Yulia Puspita Sari 11194561920114

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat melaksanakan penulisan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan ini.
Adapun laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II agar bisa tercapai sistem
pembelajaran semester5 ini.
Dalam rangka pembuatan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
ketidakberdayaan oleh sebab itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Sa’adah, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan laporan pendahulan dan asuhan
keperawatan ini.
2. Teman-teman sekelompok
Penyusun menyadari dalam pembuatan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini tentunya masih banyak kekurangan. Guna memperbaiki
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini agar menjadi lebih baik,
maka penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
yang membaca laporan ini.

Banjarmasin, 25 Oktober 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah suatu hal yang dapat diklasifikasikan dalam
persepsi subjektif dan dapat diamati secara objektif yang menunjukan
merasa kurang dapat mengontrol keadaan atau perasaan bahwa sesuatu
yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (Dryer, 2017). Carpenito&
Moyet (2019) menyebutkan bahwa ketidakberdayaan merupakan keadaan
kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau situasi yang
mempengaruhi tujuan dan gaya hidup. Sedangkan, menurut Doenges
(2018) ketidakberdayaan dapat diartikan sebagai persepsi yang menyatakan
bahwa apa yang dilakukan tidak memiliki efek signifikan terhadap hasil atau
keadaan kehilangan kontrol terhadap situasi atau kejadian yang terjadi.
Ketidakberdayaan juga dapat diartikan pengalaman yang menyebabkan
kehilangan kontrol terhadap situasi termasuk persepsi bahwa aksi yang
dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (NANDA International, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi
individu yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu
yang signifikan atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan.

B. Faktor predisposisi

Menurut Struart dan Laraia (2015) faktor predisposisi merupakan faktor


yang beresiko yang menjadi sumber terjadinya stres dan mempengaruhi tipe
dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik secara biologis,
psikososial dan sosiokultural. Faktor predisposisi tersebut antara lain :

a. Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga


yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi proses kehilangan.

4
b. Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan. Seseorang
yang mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan dengan
orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi
kemampuan individu tersebut untuk mengatasi perasaan kehilangan,
pada masa dewasa individu menjadi tidak berdaya dan akan sulit
mencapai fase menerima.

c. Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan


perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya
tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak
ada harapan. Menurut Norris (2012) peran pengetahuan dapat mengubah
sikap penderita diebetes menjadi lebih baik.

d. Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi


karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul
keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan
sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.
Menurut Funnel, Anderson, (2014) mengatakan keberhasilan perubahan
sikap dari penderita merupakan salah satu keberhasilan perawatan yang
mandiri

C. Faktor presipitasi

Faktor ppresipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi


ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang
mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan
perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih
6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau
hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai
kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan
bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.

5
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya
ketidakberdayaan adalah sebagai berikut:

a. Biologis
1. Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program
pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang,
sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
2. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3. Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan
kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic
4. Terdapat gangguan sistem endokrin
5. Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7. Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
8. Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan

b. Psikologis
1. Truama misalkan akibat korban pemerkoosaan atau kekerasan.
2. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
3. Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
4. Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.
5. Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
6. Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang
lain.

c. Sosial budaya
1. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
2. Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).

6
3. Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
5. Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6. Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.

D. Respon Terhadap Stres

Respon adaftif Respon Maladatif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Tidak berdaya Putus asa

a. Harapan
Harapan akan mempengaruhi respons psikologis terhadap penyakitfisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan
penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa
kasus,koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.

b. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak
mampumemahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi
kemmapuanindividu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan
dilakukan.Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasapesimis dan
putus asa.

c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan
harapanhampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

7
E. Sumber Koping
a) Personal ability
1. Pengetahuanklien tentang masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
2. Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
3. Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
4. Kemampuan dalam memecahkan masalah.

b) Sosial support
1. Caregiver utama dalam keluarga.
2. Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3. Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.

c) Material asset
1. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki
(tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama
proses gangguan fisiologis.
2. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3. arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi

d) Positive belief
1. Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan:
tidak ada.
2. Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.

F. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami.

8
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
meminta bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami
ketegangan peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum,
kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang
lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

G. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala (batasan karakteristik) (Townsend, 2015):
a. Ekspresi verbal dari tidak adanya kontrol atau pengaruh atau situasi, hasil
atau perawatan diri.
b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan saat
kesempatan diberikan
c. Mengekspresikan keragu-raguan yang berkenaan dengan pelaksanaan
peran.
d. Segan mengekspresikan perasaan sebenarnya, takut diasingkan dari
pengasuh.
e. Apatis dan pasif
Ketergantungan pada orang lain yang dapat menghasilkan lekas
tersinggung, kebencian, marah, dan rasa bersalah.

H. Pohon Masalah

Efek:
Harga diri rendah

Core Problem:
Ketidakberdayaan

9
Causa:
 Disfungi proses berduka.
 Kurangnya umpan balik
positif.
 Umpan balik negatif yang
konsisten.

10
BAB II
TINJAUAN KASUS

Kasus 3
Seorang wanita bernama Nn D datang ke rumah sakit dengan di bawa oleh
keluarganya karena mengalami perkosaan. Pada saat pengkajian saat
berkomunikasi Nn. D tidak mau menatap lawan bicara, tampak bingung , klien
selalu berkata tidak ada gunanya lagi saya hidup lebih baik mati saja. Klien
mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua urusan saya serahkan
dengan kelurga saya saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya kalau tidak
ada keluarga yang membantu, Pada saat pemeriksaan tanda vital tekanan darah
130/ 80 mmHg, nadi 84 x/ menit, pernapasan 17 x/menit, suhu 37 °C, Nn D
tampak tidak menghiraukan orang disekitarnya, banyak melamun, selalu berkata
banyak sekali masalah.

I. Pengkajian

1. Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no rekam medic, diagnosa
medis dan genogram.

2. Keluhan utama
klien selalu berkata tidak ada gunanya lagi saya hidup lebih baik mati saja.
Klien mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua urusan saya
serahkan dengan kelurga saya saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya
kalau tidak ada keluarga yang membantu.

3. Faktor presipitasi
Klien merupakan korban pemerokosaan.

4. Respon Emosional
Nn.D selalu berkata banyak sekali masalah.

5. Respon Kognitif

11
Klien selalu berkata tidak ada gunanya lagi saya hidup lebih baik mati saja.
Klien mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua urusan saya
serahkan dengan kelurga saya saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya
kalau tidak ada keluarga yang membantu.

6. Afektif
Pada saat pengkajian saat berkomunikasi Nn. D tidak mau menatap lawan
bicara, tampak bingung , Nn D tampak tidak menghiraukan orang
disekitarnya, banyak melamun

7. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pemeriksaan tanda vital tekanan darah 130/ 80 mmHg, nadi 84 x/
menit, pernapasan 17 x/menit, suhu 37 °C.

II. Analisa Data

NO Analisa Data Masalah Etiologi


1. Ds: Ketidakberdayaan Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan
tidak bisa berbuat
apa-apa lagi, semua
urusan saya serahkan
dengan kelurga saya
saya tidak bisa
menyelesaikan
masalah saya kalau
tidak ada keluarga
yang membantu
- Klien selalu berkata
banyak sekali
masalah
- Klien merupakan
korban pemerkosaan
-

12
DO:
- Klien tidak mau
menatap lawan bicara

2 DS: Sindrom Trauma Perkosaan


- Klien merupakan Perkosaan
korban pemerkosaan
- Klien selalu berkata
tidak ada gunanya lagi
saya hidup lebih baik
mati saja
DO:
- Klien tidak mau
menatap lawan bicara
- Klien tampak bingung
- Klien tampak tidak
menghiraukan orang
disekitarnya
- Klien banyak
melamun

DS: Harga Diri Pola


- Klien merupakan Rendah Ketidakberdayaan
korban pemerkosaan Situsional
- Klien selalu berkata
tidak ada gunanya lagi
saya hidup lebih baik
mati saja
- Klien mengatakan
tidak bisa berbuat
apa-apa lagi, semua
urusan saya serahkan
dengan kelurga saya
saya tidak bisa
menyelesaikan

13
masalah saya kalau
tidak ada keluarga
yang membantu

DO:
- Klien tidak mau
menatap lawan bicara
- Klien tampak bingung
- Klien tampak tidak
menghiraukan orang
disekitarnya
- Klien banyak
melamun

Faktor Resiko: Resiko Bunuh Diri


- Klien merupakan
korban pemerkosaan
- Klien selalu berkata
tidak ada gunanya lagi
saya hidup lebih baik
mati saja
- Ketidakberdayaan

III. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakberdayaan b.d Harga Diri Rendah ( Domain 9. Kelas 2. Kode


Diagnosa 00125 )
2. Sindrom Trauma Perkoosaan b.d Perkosaan ( Domain 9. Kelas 1. Kode
Diagnosa 00142 )
3. Harga Diri Rendah Situsional b.d Pola Ketidakberdayaan ( Domain 6. Kelas
2. Kode Diagnosa 00120 )
4. Resiko Bunuh Diri ( Domain 11. Kelas 3. Kode Diagnosa 00150 )

14
IV. Intervesi
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakberdayaan Setelh dilakukan Peningkatan efikasi
b.d Harga Diri perawatan selama diri (5395)
Rendah ( Domain 3x24 jam 1. Manajemen alam
9. Kelas 2. Kode ketidakberdayaan perasaan
Diagnosa 00125 ) muai teratasi
2. Dorong
Kriteria Hasil: Restrukturisasi
Harga diri (1205) Kognitif
1. Meningkatkan 3. Dorong untuk
kepercayaan diri
2. Mempertahankan Fasilitasi tanggung
kontak mata jawab diri
3. Dapat
4. Dukungan
mengembangkan
perasaan tentang emosional
nilai diri 5. Bantuan sumber
finansial
6. Perlindungan hak
pasien
7. Peningkatan harga
diri
2. Sindrom Trauma Setelah dilakukan Dukungan Spiritual
Perkoosaan b.d perawatan selama (5420)
Perkosaan ( 3x24 jam Sindrom 1. Dorng partisipasi
Domain 9. Kelas Trauma terkait dengan
1. Kode Diagnosa Perkoosaan muai keterlibatan anggota
00142 ) teratasi keluarga, teman dan
orang lain
2. Berikan privasi dan
Kriteria Hasil: waktu-waktu yang
Koping Keluarga tenang untuk
(2600) dilakukannya kegiatan
1. Mengugkapkan spiritual
perasaan dan emsi 3. Dorong partisipasi
secara terbuk dalam dukungn
diantara keluarga keompok
2. Menggunakan 4. Dengarkan
strategi perasaan klien
pengurangan stres 5.Fasilitsi individu
yang berpusat pada terkait dengan
keluarga penggunaan meditasi,
bersembayang dan
3. Menggunakan
ritual keagamaan
system dukungan lainnya
keluarga yang

15
tersedia

3. Harga Diri Setelah dilakukan Peningkatan harga


Rendah perawatan selama diri (5400)
Situsional b.d 3x24 jam Harga Diri 1. Monitor prekuensi
Pola Rendah Situsional komunikasi verbal
Ketidakberdayaan muai teratasi
( Domain 6. Kelas Kriteria Hasil : pasien yang
2. Kode Diagnosa negative
Kesadaran diri
00120 )
(1215) 2. Kaji alasan untuk
1. Pasien mampu
menyalahkan diri
meningkatkan
sendiri
kualitas hidup
3. Mengajrkan
2. Pasien mampu keterampilan
menurunkan
perilaku yang positif
tingkat
melalui bermain
kecemasan
peran, model peran,
social
diskusi
3. Pasien mampu 4. Intruksikan keluarga
mengenali
mengenai pentingya
kemampuan
minat dan dukungan
emosional
dari kelurga dalam
secara pribadi
mengembangkan
konsep diri yang
positf
5. Kolaborasi dengaan
sumber-sumber lain
(perawat spesialis
klinis da layanan
keagamaan)
4. Resiko Bunuh Setelah dilakukan Pencegahan bunuh
Diri ( Domain 11. perawatan selama diiri (6340)
Kelas 3. Kode 3x24 jam Resiko
Diagnosa 00150 ) Bunuh Diri tidak 1. Identifikasi adanya
terjdi resiko bunuh diri
2. Berinteraksi dengan
Kriteria Hasil :
Menahan diri dari klien secara rutin

16
bunuh diri (1408) 3. Lakukan pendekan
1. mengekpresikan langsung dan tidak
perasan
2. mengekspresikan menuduh saat
harapan diskusi tentang
3. Verbelisasi ide-
bunuh diri
ide bunuh diri
4. Jelaskan
pencegahan bunuh
diri dan isu
keamanan yang
relevan pada pasien
dan keluarga
5. Berikan pengobatan
untuk menurunkan
kecemasan

17

Anda mungkin juga menyukai